Anda di halaman 1dari 14

B.

     HAKIKAT MORFOLOGI
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti ‘bentuk’ dan kata
logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti ‘ilmu mengenai bentuk-
bentuk dan pembentukan kata’; sedangkan didalam kajian biologi morfologi berarti ‘ilmu
mengenai bentuk-bentuk sel-sel tumbuhan atau jasad-jasad hidup’. Memang selain bidang
kajian linguistik, didalam kajian biologi ada juga digunakan istilah morfologi. Kesamaannya,
sama mengkaji tentang bentuk.
Berikut pengertian  morfologi menurut beberapa ahli :
         Pengertian morfologi menurut Verhaar (1996:97), menyatakan bahwa morfologi adalah
cabang lnguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
         Pengertian morfologi menurut samsuri (1988:15), mengidentifikasi morfologi sebagai
cabang linguistic yang mempelajari struktur dan bentuk-bentuk kata.
         Definisi morfologi menurut Ramlan (1978:2) Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan atau mempelajari seluk beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-
perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti kata.
         Definisi morfologi menurut Nida (1974:1) menyatakan bahwa morfologi adalah suatu kajian
tentang morfem-morfem dan penyusunan morfem dalam rangka pembentukan kata.
         Definisi morfologi menurut Crystal (1980:232-233) morfologi adalah cabang tata bahasa
yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem. Definisi
morfologi menurut Bauer (1983:33) morfologi membahas struktur internal bentuk kata.

C.    OBJEK KAJIAN MORFOLOGI


Objek kajian morfologi adalah satuan-satuan morfologi, proses-proses morfologi, dan
alat-alat dalam proses morfologi itu. Satuan mrofologi adalah :
1.      Morfem (akar atau afiks).
2.      Kata
Lalu, proses morfologi melibatkan komponen :
1.      Dasar (bentuk dasar).
2.      Alat pembentuk (afiks, duplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi).
Makna Gramatikal.

MORFOLOGI DAN ILMU KEBAHASAAN LAIN


Sebagai ilmu yang mengambil salah satu bagian dari kebahasaan, tentu saja
morofologi mempunyai hubungan dengan ilmu kebahasaan lainnya, seperti :
1.      Dengan Leksikologi
Morfologi lebih mengarah pada masalah proses pembentukan kata; sedangkan leksikologi
lebih mengarah pada kata yang sudah jadi, baik yang terbentuk secara arbiter, maupun yang
terbentuk sebagai hasil morfologi.
2.      Dengan Leksikografi
Dalam arti kalau hasil kerja leksikologi dituliskan, maka proses kerja penulisan itu adalah
disebut leksikografi; dan hasilnya adalah sebuah kamus.
3.      Dengan Etimologi
Morfologi membicarakan proses pembentukan kata yang berlaku secara umum sebagai suatu
sistem berkaidah. Sedangkan etimologi membicarakan pembentukan atau terbentuknya kata
atau asal-usul yang tidak berkaida.
B.     UNSUR (KONTRUKSI KATA)
Unsur-unsur yang membentuk sebuah kata majemuk tidak hanya bervariasi
berdasarkan jenis katanya, tetapi beragam pula apabila dilihat berdasarkan jenis/status
elemennya. Sebelum menapak ke uraian berikutnya ada baiknya mengingat kembali beberapa
konsep jenis elemen yang memungkinkan menjadi unsur kata majemuk. Elemen-elemen itu
adalah kata, pokok kata, akar, dan morfem unik.
A.    Kata adalah bentuk bebas yang terkecil yang tidak dapat dibagi menjadi unsur bebas yang
lebih kecil. Tangan, ibu, kota, jari dan sebagainya adalah beberapa contohnya. Sebagai
bentuk bebas kata biasanya dapat diisolasikan, seperti pada sifat kata ibu di bawah ini.
1.      Ayah akan bertemu ibu.
2.      Ayah akan bertemu dengan ibu.

B.     Kata beli, tukar, dengar, ukur, dan sebagainya adalah calon kata yang sebenarnya belum
dapat berdiri sendiri. Bentuk-bentuk ini akan menjadi kata apabila diberi imbuhan sehingga
menjadi membeli, ditukar, terdengar, pengukur, dan sebagainya. Bentuk-bentuk yang
tergolong pokok kata ini dapt digunakan untuk membentuk kalimat perintah tanpa bantuan
afiks, seperti terlihat dalam kalimat berikut ini.
1.      Beli saja buku itu!
2.      Kalau rusak, tukar saja dengan yang baru.

C.     Akar adalah bentuk asal yang terikat. Satuan lingual yang disebut akar ini tidak dapat berdiri,
dan tidak dapat digunakan sebagai kata kerja kalimat perintah tanpa diikuti oleh afiks lain.
Contoh satuan lingual ini misalnya juang, temu, sua, tengger, dan sebagainya. Seperti terlihat
dalam kalimat di bawah ini.
1.      Juang sekuat tenaga.
2.      Temu orang itu.

Morfem unik adalah morfem yang hanya dapat bergabung dengan satu morfem saja.
misalnya: gulita hanya bergabung dengan morfem gelap, benderang hanya dapat bergabung
dengan terang, jelita hanya dapat bergabung dengan cantik, dan sebagainya. Dengan
demikian, di dalam bahasa Indonesia hanya ada gabungan terang benderang, gelap gulita, dan
cantik jelita.
Morf
Morf adalah anggota morfem yang belum ditentukan distribusinya. Misalnya/i/ pada
kata kenai adalah morf; morf adalah ujud kongkret atau ujud fonemis dari morfem, misalnya
men- adalah ujud konkret dari meN- yang bersifat abstrak (Kridalaksana, 1993: 141). Jadi,
sederhananya morf itu adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya.
Morfem
Morfem berasal dari kata “morphe” yang berarti bentuk kata dan “ema” yang berarti
membedakan arti. Jadi sederhananya, morfem itu suatu bentuk terkecil yang dapat
membedakan arti. Berikut pengertian morfem menurut beberapa ahli:
-          Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna (Chaer, 1994: 146).
Alomorf
Alomorf adalah variasi bentuk morfem terikat yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan
yang dimasukinya, atau bisa juga dikatakan nama untuk bentuk tersebut kalau sudah
diketahui statusnya. Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam
penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua,
atau enam buah. Contohnya,  morfem: me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-.
Kata
Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu
atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa
afiks.
Morfem Dasar
Istilah morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi dengan morfem afiks. Jadi
bentuk-bentuk seperti beli, juang, dan kucing adalah morfem dasar. Morfem dasar ini ada
yang termasuk morfem bebas seperti beli, kucing, dan pulang; tetapi ada pula yang termasuk
morfem terikat, seperti juang, henti, dan tempur.
Morfem Bentuk Dasar
Sebuah morfem dasar dapat menjadi bentuk dasar atau dasar (base) dalam suatu proses
morfologi. Artinya, dapat diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi, dapat diulang dalam
proses reduplikasi, atau dapat digabung dengan morfem yang lain dalam suatu proses
komposisi atau pemajemukan.
Morfem Pangkal
Istilah pangkal atau stem digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses pembentukan
kata inflektif, atau pembubuhan afiks inflekstif.dalam bahasa Indonesia proses pembentukan
kata inflektif hanya terjadi pada proses pembentukan verba transitif, yakni verba yang
berprefiks me- (yang dapat diganti dengan di-, prefiks ter-, dan prefiks zero).
Morfem Akar
Akar adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya ditanggalkan. Misalnya pada kata
memberlakukan setelah semua afiksnya ditanggalkan yaitu prefiks me-, prefiks ber-, dan
sufiks –kan) dengan cara tertentu maka yang tersisa adalah akar laku. Akar laku ini tidak
dapat dianalisis lebih jauh lagi tanpa merusak makna akar tersebut.
Morfem Leksem
Dalam kajian morfologi, leksem digunakan untuk mewadahi konsep “bentuk yang akan
menjadi kata” melalui proses mrofologi. Contohnya PUKUL (dalam konvensi ‘morfologi’
leksem ditulis dengan huruf kapital semua) adalah sebuah leksem yang akan menurunkan
kata-kata yang seperti memukul, dipukul, terpukul, pukul, pukulan, pemukul, dan pemukulan.
Morfem Afiks
Sudah disebutkan diatas bahwa morfem afiks adalah morfem yang tidak dapat menjadi dasar
dalam pembentukan kata, tetapi hanya menjadi unsur pembentuk dalam rposes afiksasi.
Dalam bahasa Indonesia dibedakan adanya mrofem afiks yang disebut :
1.      Prefiks, yaitu afiks yang dihubungkan dikiri bentuk dasar, yaitu prefiks ber-, prefiks me-,
prefiks per-, prefiks di-, prefiks ter-, prefiks se-, dan prefiks ke-.
2.      Infiks, yaitu afiks yang dihubungkan di tengah kata, biasanya pada suku awal kata, yaitu
infiks –el-, infiks –em-, dan infiks –er-.
3.      Sufiks, adalah afiks yang dibubuhkan dikanan bentuk dasar, yaitu sufiks –kan, sufiks –i,
sufiks –an, dan sufiks –nya.
4.      Konfiks, yaitu afiks yang dibubuhkan dikiri dan dikanan bentuk dasar secara bersamaan
karena konfiks ini merupakan satu kesatuan afiks. Konfiks yang ada dalam bahasa indonesia
adalah konfiks ke-an, konfiks ber-an, konfiks pe-an, konfiks per-an, dan konfiks se-nya.
5.      Dalam bahasa Indonesia ada bentuk kata yang berklofiks, yaitu kata yang dibubuhi afiks
pada kiri dan kanannya; tetapi pembubuhannya itu tidak sekaligus, melainkan bertahap.D.
JENIS MORFEM BAHASA INDONESIA
A.    Jenis Morfem Berdasarkan Kemampuan Berdistribusi
Apabila diteliti lebih lanjut, ternyata bentuk-bentuk linguistik antara satu dengan
lainnya mempunyai sifat tertentu dalam tuturan biasa.
·         Bentuk-bentuk yang dapat dipakai secara tersendiri dalam kalimat atau tuturan biasa
disebutbentuk bebas atau free form atau free morpheme contohnya kamu, mana ,bisinis,dll.
·          Bentuk- bentuk linguistik yang berkondisi tidak dapat berdiri sendiri itu biasanya disebut
sebagai bentuk terikat (bound form atau  bound morpheme),contohnya antara bentuk
urus- dan  –an pada kalimat selalu urusan bisinis tidak dapat disisipi bentuk lain apapun.
·         Sedangkan bentuk yang masih mempunyai kebebasan dikatakan sebagai bentuk
semibebas (semi-free form atau  semi free morpheme).
·         Bentuk yang sangat terikat itu disebut bentuk unik  atau unique form atau unique
morpheme, contohnya kata balau pada  kalimat Modelnya kacau balau begini dari kuliah.

B.     Jenis Morfem Berdasarkan Produktivitasnya


Bentuk-bentuk linguistik dapat dijeniskan atas dasar kemampuannya membentuk
kata-kata. Biasanya hanya dibatasipada morfem-morfem terikat, khusunya afiks.  Dalam
bahasa indonesia, ada morfem afiks yang sangat produktif membentuk kata-kata baru, ada
yang tak produktif, bahkan ada yang sedang cenderung produktif dan sedang cenderung tak
produktif.
·         Misalnya morfem afiks {ke-an} dapat membentuk kata baru :
keterlaluan,keadilan,dll.
·         Kondisi yang sama dialami Afiks {-em-},{-el-},dan {-er-} pada kata gemetar, telunjuk,
dan gerigi.
·         Kata Samsuri dalam morfologi dan Pembentukan kata(1988:18) bahwa ketiga afiks itu
hanya mampu berproduksi saat dalam bahasa melayu dahulu,tetapi dalam bahasa Indonesia
sekarang sama sekali tidak produktif.
·         Afiks produktif (productive affix) adalah morfem afiks yang terus menerus mampu
membentuk kata-kata baru.
·         Afiks tak produktif (unproductive affix) adalah morfem afiks yang sudah tidak mampu
lagi membentuk kata-kata baru.

C.    Jenis Morfem Berdasarkan Relasi Antar Unsurnya


Morfem-morfem segmental dalam bahasa Indonesia, ada yang unsur-unsurnya
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam pemakaiannya, tetapi ada pula yang
sebaliknya. Contoh dalam kalimat kesuksesan selalu didambakan setiap manusia yang ingin
maju. Kalimat itu terdiri atas 8 kata. Ada yang terdiri atas satu morfem (selalu,manusia,
yang,ingin, maju), yang terdiri atas dua morfem (kesuksesan, setiap), dan yang terdiri atas
tiga morfem (didambakan). Dalam pemakaiannya, unsur-unsur (dalam hal ini berupa fonem-
fonem) yang membentuk morfem selalu, manusia, yang, inigin, maju, sukses, damba, se-, di-,
dan –kan merupakan deretan fonem yang tak terpisahkan antara satu dengan lainnya.
Ø  Morfem utuh adalah morfem yang deretannya tidak terpisahkan
Ø  Morfem terbelah adalah morfem yang terpisah dalam pemakaiannya, seperti {ke-an}

D.    Jenis Morfem Berdasarkan Sumbernya


Berdasarkan sumbernya, morfem bahasa Indonesia dapat dikelompokkan atas morfem
yang berasal dari bahsa Indonesia asli, morfem yang berasal dari bahasa daerah yang berada
di wilayah Indonesia, dan morfem yang berasal dari bahasa asing.
·         Morfem afiks yang berasal dari bahasa Indonesia asli dapat digolongkan menjadi empat
kelompok, yaitu : prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks.
·         Yang tergolong prefiks adalah {meN-},{ber-},{peN-},dsb. Yang tergolong infiks adalah
{-el-}, {-em-}, dan {-er-}. Yang tergolong sufiks adalah {-an},{-kan},dan {-i}

Yang tergolong konfiks adalah {pe-an}, {ke-an}, {per-an}.


·         Morfem afiks seperti {ke-} dalam ketawa, {pra-} dalam prasangka, {-wan} dalam
peragawan, {bi-} dalam bilingual, {non-} dalam nonpolitik adalah morfem afiks serapan
yang dipakai dalam bahasa Indonesia.
·         Apabila morfem afiks yang berasal dari dari bahasa Indonesia asli hanya mempunyai arti
gramatikal saja, maka afiks asing yang masuk kedalam bahasa Indonesia pun harus demikian.
·         Dilihat dari distribusinya, apabila afiks {peN-an} misalnya, mampu melekat pada bentuk
dasar dari bahasa Indonesia asli dan bentuk dasar serapan, maka afiks asing yang masuk
kedalam bahsa Indonesia pun relatif harus mempunyai kemampuan demikian. Bentuk {-is}
dalam pancasilais dan{-isasi} dalam turinisasi menunjukkan bahwa afiks asing itu telah
menjadi keluarga bahasa Indonesia sebab afiks itu telah mampu melekat pada bentuk dasar
bahasa Indonesia asli.

E.     Jenis Morfem Berdasarkan Jumlah Fonem Yang Menjadi Unsurnya


Dilihat dari jumlahnya, morfem-morfem itu ada yang berunsur satu fonem, tetapi ada
juga yang berunsur lebih dari satu fonem.
Ø  Morfem yang berunsur satu fonem disebut monofonemis. Misalnya morfem {-i}
dalam memtiki dan {a-} dalam amoral.
Ø  Morfem yang berunsur lebih dai satu fonem disebut polifonemis. Misalnya {an-}, {di-},
{ke-} (dua fonem), {ber-}, {meN-}, {dua}. {itu}, {api} (tiga fonem), {satu}, {daki}(empat
fonem), {serta}, {makin} (lima fonem), {bentuk}, {sambil}(enam fonem), {cokelat}, (tujuh
fonem), {semboyan}, {kerontang} (delapan fonem), {penasaran}, {sederhana} (Sembilan
fonem), {malapetaka} (sepuluh fonem).
Ø  Secara konkret, morfem yang monofonemis itu hanyalah morfem afiks, sedangkan
morfem-morfem yang berjenis lain belum ada yang monofonemis.

F.     Jenis Morfem Berdasarkan Keterbukaannya Bergabung Dengan Morfem Lain


Dalam pemakaiannya, morfem-morfem bahasa indonesia ada yang mempunyai
kemungkinan bergabung dengan morfem lain, tetapi ada juga yang tidak.
Kata-kata benda yang dapat dipakai sebagai alat untuk melakukan pekerjaan,
misalnya paku, bajak, jarum dan tongkat, mempunyai sifat keterbukaan yang berbeda.
Kata paku dan bajak dapat dibentuk menjadi konstruksi yang lebih besar dengan
membubuhkan afiks {meN-} dan {di-} sehingga menjadi memaku, dipaku,
membajak dan dipajak. Akan tetapi, untuk membentuk konsep ‘melakukan pekerjan dengan
alat jarum’ dan ‘melakukan pekerjaan dengan alat tongkat’, penutur bahasa indonesia belum
pernah terdengar menggunakan konstruksi “menjarum dan menongkat”.Konsep itu hanya
dapat menggunakan bentuk urai, misalnya menjahit dengan jarum dan memukul dengan
tongkat. Oleh sebab itu, bentuk paku dan bajak dikatakan sebagai bentuk terbuka,sedangkan
bentuk jarum dan tongkat dikatakan sebagai bentuk tertutup.
G.    Jenis Morfem Berdasarkan Bermakna Tidaknya
            Atas dasar bermakna tidaknya morfem, ia bisa dikelompokkan ke dalam dua
kelompok, yaitu kelompok yang bermakna dan kelompok yang tidak bermakna.
         Morfem kelompok bermakna : sesuai dengan namanya –selalu bermakna, maknanya bisa
dicari dalam kamus=kamus umum. Contohnya: lapar, lapor, kuda, merah, dll. Karena
morfemnya langsung bermakna dan maknanya bisa diperiksa dalam kamus, bisa juga
disebut morfem leksikal.
Morfem kelompok tidak bermakna : memang tidak punya makna (sendri). Contohnya {ter-},
{di-}, {peN-}, {se-}, {-i}, {-an}, {-el}, dll. Kelompok ini baru diketahui maknanya bila
sudah berada dalam konstruksi yang lebih besar, atau dikatakan melekat pada bentuk- bentuk
dasar, bentuk dari kelompok pertama. Karena itulah, morfem-morfem ini disebut
saja morfem gramatikal.E. PROSES MORFOLOGI

PROSES MORFOLOGIS

A.    Pengertian Proses Morfologis


Berdasarkan strukturnya, suatu kata dapat digolongkan atas dua macam, yaitu kata
yang bermorfem tunggal atau monoforfemis dan kata yang bernorfem lebih dari satu
atau poliformis.Peristiwa penggabungan morfem satu dengan morfem yang lain menjadi kata
itulah yang disebut dengan proses morfologis.

B.     Ciri Suatu Kata Yang Mengalami Proses Morfologis


Morfem-morfem yang membentuk atau menjadi unsur  kata berbeda-beda fungsinya.
Ada yang berfungsi sebagai tempat penggabungan dan ada yang berfungsi sebagai
penggabung. Morfem yang sebagai tempat penggabungan biasanya disebut bentuk dasar.
·         Dilihat dari wujudnya, bentuk dasar dapat berupa pokok kata, bahkan berupa kelompok
kata. misalnya, bentuk dasar kata menemukan, berjuang, dan perhubungan adalah pokok
kata temu, juang, dan hubung.
·         Ciri lain bahwa suatu kata dikatakan mengalami proses morfologis ialah penggabungan
atau perpaduan morfem-morfem itu mengalami perubahan arti.
·         Contoh kata membantu. Kata itu hasil perpaduan bentuk dasar bantu dan
afiks   {meN-}. Bentuk dasar bantu diikuti dengan penyesuaian bunyi, yaitu dari {meN-}
menjadi {mem-}. Penyesuaian ini didasarkan atas sifat bunyi awal bentuk dasarnya. Karena
bunyi awal bentuk dasar bantu adalah bilabial(bunyi bibir), bunyi akhir afiks {meN-} juga
menyesuaikan diri menjadi bunyi nasal bilabial sehingga menjadi mem-. Penggabungan
morfem lainnya yang mempunyai ciri sama misalnya {meN-}dengan buat,,bidik,
bujuk,basmi, dll.

C.    Macam Proses Morfologis


Dalam bahasa indonesia, peristiwa pembentukkan kata ada tiga macam yaitu :
         Pembentukkan kata dengan menambahkan morfem afiks pada bentuk dasar. Misalnya
kata menulisterbentuk dari bentuk dasar tulis dan morfem imbuhan {meN-}.
         Pembentukkan kata dengan mengulang bentuk dasar. Misalnya kata murid-murid terbentuk
dari bentuk dasar murid, dengan morfem {ulang}.
         Pembentukkan kata dengan menggabungkan dua atau lebih bentuk dasar. Misalnya
kata meja hijauyang terbentuk dari bentuk dasar meja dan hijau.
D.    Pembentukkan Kata di Luar Proses Morfologis
Proses morfologis mencatat hal-hal deskriptif dalam pembentukkan kata-kata (baru).
Di luar itu, masih ada pembentukkan kata-kata baru dengan proses lain, yaitu akronim,
abreviasi,abrevi-akronim,  kontraksi, kliping, dan afiksasi pungutan.
Akronim amat banyak dan sudah lama, apalagi akronimisasi merupakan gejala yang
semakin frekuensi saja. Contoh dalam bahasa jawa paklik (bapak cilik),dalam bahasa
indonesia contohnyapusdiklat (pusat pendidikan dan pelatihan),dll.
Aberviasi adalah apa yang sehari-hari disebut “singkatan” (Sudaryanto,1983: 230).
Yang diambil biasanya huruf terdepan, misalnya ABC (Anggota Bromo Corah),dll.
Abreviakronim adalah gabungan antara akronim dengan abreviasi. Misalnya polri
(Polisi Republik Indonesia),dll.
Kontraksi atau pengerutan. Misalnya begitu(bagai itu), begini (bagai ini),dll. Kliping
merupakan pengambilan suku khusus dalam kata yang selanjutnya dianggap sebagai kata
baru. Misalnya influensa menjadi flu, profesional  menjadi  prof,dll.

F. KLASIFIKASI KATA (KELAS TERBUKA DAN KELAS TERTUTUP)


Kata adalah satuan gramatikal bebas yang terkecil. Kata dapatberwujud dasar yaitu ter
diri atas satu morfem dan ada kata yangberafiks. Kata secara umum dapat diklasifikasikan me
njadi limakelompok yaitu verba, adjektiva, averbia, nomina, dan kata tugas.
Batasan atau konsep dari kata terdiri dari dua hal, yaitu :
1.      setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetapdan tidak dapat berubah, serta tid
ak dapat diselipi atau disela olehfonem lain misalnya kata sikat, urutan fonemnya adalah /s/, /
i/, /k/, /a/,/t/. Urutan itu tidak dapat diubah misalnya menjadi /s/, /k/, /a/, /i/, /t/atau urutan lain
nya. Juga tidak dapat diselipi fonem lain minsalnya,menjadi, /s/, /i/, /u/, /k/, /a/, /t/.
2.      setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat didalamkalimat atau tempatnya dapat dii
si atau digantikan oleh kata lain, ataujuga dapat dipisahkan dari kata lainnya.
Secara tradisional katakata dikelompokkan berdasarkan kriteriasemantik dan kriteria f
ungsi. Kriteria semantik digunakan untukmengklasifikasikan kelas verba (V), kelas nomina (
N), dan kelasadjektiva (A). Lalu, kriteria fungsi digunakan untuk menentukankelas preposisi 
kelas konjungsi dan lainnya.
Menurut beberapa ahli mengenai “klasifikasi kata” :
Menurut Crystal (1980:383-385), kata adalah satuan ujaran yang mempunyai
pengenalan intuitif  universal oleh penutur asli, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan.
Definisi kata yang umum sebagai satuan makna atau gagasan tidak membantu karena
kesamaran konsep. (Muib Ba’dulu dan Herman, 2010:4). Sedangkan menurut Chaer, 2008:
63 kata merupakan bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak
berubah, dan keluar mempunyai kemungkinan mobilitas dalam kalimat.
A.    Klasifikasi Kata Kelas Terbuka
Secara tradisional, dikenal adanya kata-kata yang termasuk kelas verba, nomina,
ajektifa, adverbia, numeralia, preposisi, konjungsi, pronomina, artikula, dan interjeksi. Kalau
disimak baik-baik dapat dilihat bahwa kelas nomina, verba, dan ajektifa berisi konsep-konsep
budaya, yang merupakan makna leksikal dari kata-kata pada kelas itu. Adverbia membawa
makna atau konsep yang mendampingi kelas-kelas nomina, verba, dan ajektifa. Kata-kata
yang termasuk kelas numeralia membawa konsep-konsep hitungan, terutama untuk kelas
nomina dan juga adverbia. Kelas-kelas preposisi membawa komsep perangkai antara verba
dan nomina. sementara kelas konjungsi membawa konsep makna penghubung anatara satuan
kelas kelas nomina, antara satuan verba, dan antara kelas ajektifa. Lalu kelas pronomina
membawa konsep pengganti untuk anggota kelas nomina. kemudian kelas yang anggotanya
tidak banyak, yaitu artikula, membawa konsep penentu dan pembentuk nomina.
Sedangkan yang terakhir interjeksi membawa konsep “emosi” manusia. 
Setidaknya kalau kita membicarakan kelas kata itu, pertama-tama harus dibedakan dulu
antara kelas kata terbuka dan kelas tertutup. Kelas-kelas terbuka dan kelas tertutup. Kelas-
kelas terbuka adalah kelas yang keanggotaannnya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-
waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur
suatu bahasa. 
Yang termasuk kelas terbuka adalah kata-kata yang termasuk dalam kelas verba,
nomina, dan adjektifa. Hal ini berbeda dengan kelas tertutup, yaitu yang termasuk pronomina,
adverbia, preposisi, konjungsi, dan artikula. Secara lebih khusus ketiga kelas terbuka di atas
akan dibicarakan pada subbab berikut.
Ciri utama nomina atau kata benda dilihat dari adverbia pendampingnya adalah
bahwa kata-kata yang termasuk kelas nomina.
         Pertama, tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak. Jadi, kata-kata kucing, meja,
bulan, rumah, dan pensil adalah termasuk nomina karena tidak dapat didahului oleh adverbia
negasi tidak.
         Kedua, tidak dapat didahului oleh adverbia derajat agak (lebih, sangat, paling). Ketiga, tidak
dapat didahului adverbia keharusan wajib. Keempat dapat didahului oleh adverbia yang
menyatakan jumlah seperti satu, sebuah, sebatang dan sebagainya. 

Ciri utama verba atau kata keja dilihat dari adverbia yang mendampinginya adalah
bahwa kata-kata yang termasuk kelas verba. Pertama,  dapat didampingi oleh adverbia
negasitidak dan  tanpa. Contoh :
-       tidak datang
-       tidak pulang
-       tanpa makan
-       tanpa membaca
Kedua, dapat didmpingi oleh semua adverbia frekuensi seperti :
-        sering datang
-        jarang makan
-        kadang-kadang pulang
Ketiga, tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan penggolongannya, Misalnya :
-        sebuah *membaca
-        dua butir *menulis
-        tiga butir *pulang
Namun dapat didampingi oleh semua adverbia jumlah. Seperti :
-        kurang membaca
-        sedikit menulis
Keempat, tidak dapat didampingi oleh adverbia derajat. Contohnya :
-        agak *pulang
-        cukup *datang
Kelima, dapat didampingi oleh semua adverbia kala (tenses). Contoh :
-        sudah makan
-        sedang mandi
Keenam, dapat didampingi oleh semua adverbia keselesaian. Contohnya :
-        belum mandi
-        baru datang
Ketujuh, dapat didampingi oleg adverbia keharusan. Contohnya :
-        boleh mandi
-        harus pulang
Kedelapan, dapat didampingi oleh semua anggota adverbia kepastian. Contohnya :
-        pasti datang
-        tentu pulang.
Ciri utama adjektifa atau kata keadaan dari adverbia yang mendampinginya adalah bahwa
kata-kata yang termasuk kelas adjektifa.
Pertama, tidak dapat didampingi oleh adverbia frekuensi sering, jarang, dan kadang-kadang.
Jadi, tidak mungkin ada.
-        *sering indah
-        *jarang tinggi
Kedua, tidak dapat didampingi oleh adverbia jumlah. Jadi tidak ada.
-        *banyak bagus
-        *sedikit baru
Ketiga, dapat didampingi oleh semua adverbia derajat. Contohnya :
-        agak tinggi
-        cukup mahal
Keempat, dapat didampingi oleh adverbia kepastian pasti, tentu, mungkin, dan barangkali.
Umpamanya :
-        pasti indah
-        tentu baik
Kelima, tidak dapat diberi adverbia kala (tenses) hendak dan mau. Jadi bentuk-bentuk tidak
berterima.
-         hendak indah

B.     Klasifikasi Kata Kelas Tertutup


Klasifikasi kata kelas tertutup adalah kelas kata yang jumlah keanggotaannya terbatas
dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau berkurang. Yang termasuk anggota
kelas kata tertutup adalah kelas-kelas adverbial, preposisi, konjungsi, artikula, dan juga
interjeksi. Dan semuanya akan dibicarakan pada sub bab berikut ini:
1.      Adverbia
Adverbia adalah kata dasar kriteria untuk menentukan kata-kata berkelas nomina,
verba, atau adjektiva. Adverbia pada umumnya berupa bentuk dasar, sedikit sekali yang
berupa kata bentukan ini secara morfologi dapat dikenali dari bentuknya yang :
Contohnya :
·         Berprefiks se-, seperti sejumlah, sebagian,seberapa, dan semoga.
·         Berkonfiks se-nya , seperti sebaiknya, seharusnya, sesungguhnya, dan sebiasanya.
Dilihat dari segi semantik, yakni dari komponen makna utama yang dimiliki dapat dilihat
danya kata-kata yang berkelas adverbia yang memiliki komponen makna.
·         [+ negasi], yaitu kata tidak. kata tidak digunakan untuk menegasikan kelas verba dan
ajektifa. kata bukandigunakan untuk menegasikan kalas verba dan ajektifa tetapi dapat juga
digunakan untuk menegasikan kelas verba dan ajektiva yang berada dalam konstruksi
berkontras. Kata tanpa digunkan untuk menegasikan kelas nomina dan verba dan
kata tiada juga digunakan untuk menegasikan kelas nomina dan verba.
·         [ + frekuensi], yaitu kata-kata sering, jarang, kadang-kadang, biasa, sekali-kali,
acapkali dan selalu. Adverbia ini dapat digunakan untuk kelas nomina dan kelas ajektifa.
·         [+ kuantitas] atau [+ jumlah], yaitu banyak, sedikit,cukup,kurang,semua, seluruh,
sebagian, dan beberapa. Pada umumnya dapat mendampingi kata adverbial dan juga nomina.
Contohnya:
Banyak rumah
Sedikit uang
Semua orang
Banyak membaca
Sedikit bicara
·      [+kualitas] atau [+ derajat] yaitu agak, cukup, lebih, kurang, sangat, paling, sedikit
dan sekali . pada umumnya hanya dapat mendampingi kata-kata kelas ajektiva misalnya :
Agak baik
Cukup baik
·    [+ waktu] atau [+ kala] yaitu sudah, sedang, lagi, dan mau .misalnya:
Sudah makan
Sedang mandi
·    [ +keselesaian] yaitu  sudah,belum, baru adverbia ini dapat mendampingi kata-kata dari
verba dan ajektiva misalnya:
Sudah mandi
Belum mandi
Baru mandi
·    [ +pembatasan] yaitu adverbia hanya, dan saja dan dapat mendampingi kata-kata dari
kelas verba dan juga numeralia contoh:
Hanya nasi
Nasi saja
·    [ +keharusan] yaitu boleh, wajib, harus, dan mesti adverbial ini dapat mendampingi kata-
kata kelas verba. Misalnya:
Boleh pergi
Harus pergi
·    [+ kepastian] yaitu pasti, tentu, mungkin,barangkali,adverbial ini dapat mendampingi kata
verba misalnya:
Pasti hadir
Tentu datang
Selain mendampingi verba adverbial ini juga dapat mendampingi klausan dan
kalimat  misalnya:
Tentu dia datang
Mungkin ayah pergi ke Jakarta

2.      Pronomina
Pronomina lazim atau kata ganti karena tugasnya memang menggantikan nomina yang ada.
·         Kata ganti diri
    kata ganti diri adalah pronomina yang menggantikan nomina orang atau yang diorangkan.
Kata ganti diri biasanya dibedakan atas :
-          Kata ganti diri orang pertama atau tunggal:aku, saya
Orang pertama jamak : kami, kita
-          Kata ganti diri orang kedua tunggal : kamu, engkau
Orang kedua jamak : kalian,  dan kamu sekalian
-          Kata ganti orang ke tiga tunggal : ia, dia,
Orang ketiga jamak :mereka
·         Kata ganti petunjuk
Kata ganti petunjuk  atau pronomina demontratifa adalah kata ini dan itu  yang digunaknan
untuk menggantikan nomina sekaligus dengan penunjukan . misalnya:
-          Buku ini  adalah buku impor
-          Buku itu belum saya baca
·         Kata ganti Tanya
Kata ganti Tanya atau pronomina interogatif adalah kata yang digunakan untuk
bertanya atau menanyakan sesuatu. Kata ganti Tanya itu :apa, siapa, mengapa, berapa,
bagaimana  misalnya:
Apa ini?
Siapa namanya ?
Mengapa  gedung itu roboh ?
Bagaimana cuaca disana ?
·         Pronomina tak tentu
Pronomina tak tentu atau kata ganti tak tentu adalah kata-kata yang digunakan untuk
menggantikan nomina yang tak tentu. Yang termasuk kata ganti tak tentu adalah seseorang,
salah seorang, siapa saja dll. Contoh:
a.       Ada seseorang yang menunggu diluar.
b.      Salah seorang siswa anda terlibat dalam pencurian itu.
c.       Diantara mereka siapa saja yang anda kenal.

3.      Numeralia atau Kata bilangan


Numeralia atau kata bilangan adalah kata-kata yang menyatakan bilangan, jumlah,
nomor, urutan, dan himpunan. Kata bilangan utama atau kata bilangan sejati adalah satu, dua,
tiga,dll.
Kata bilangan genap adalah kata bilangan yang habis dibagi dua misalnya empat,
enam,delapan, sepuluh dan sebagainya. Sedangkan kalimat ganjil adalah bilangan yang tidak
habis dibagi dua misalnya satu, tiga, lima. Kata bilangan bertingkat digunakan untuk
menyatakan urutan kata seperti kelima, ketujuh  contoh pada kalimat:
·         Beliau duduk di kursi kelima dari sini.
Kata  bilangan himpunan yaitu kata bilangan yang menyatakan kelompok atau jumlah
bentuknya sama dengan kata bilangan tingkat contoh:
·         Kedua rumah itu disita oleh pengadilan.
Kata bantu bilangan
Kata bantu bilanagan disebut juga kata penjodohan bilangan, atau kata penggolong
bilangan adalah kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal nomina. Kata bantu
bilangan yang lazim digunakan adalah orang untuk manusia, ekor untuk binatang, buah untuk
benda umum. Selain itu secara spesifik digunakan juga kata-kata batang,lembar,helai dll.
Contoh:
·         Dua orang korea
·         Seekor buaya
·         Dua batang pensil
·         Selembar kertas
·         Sehelai kain.
Kata  bantu bilangan diatas digunakan untuk nomina terhitung, untuk nomina tak
terhitung digunakan nama wadah pengukur nomina itu. Contohnya:
·         Secangkir kopi
·         Dua liter minyak
·         Sepetak sawah
·         Dua botol kecap
4.      Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan
nomina dan verba di dalam suatu klausa. Misalnya kata di dan dengan dalam kalimat:
·         Nenek duduk di kursi
·         Kakek menulis surat dengan pensil.
5.      Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-
satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, frase dengan frase antara klausa dengan klausa
atau kalimat dengan kalimat. Penggunaan kata dan, sebaliknya , karena.Contoh:
·         Ibu dan ayah pergi ke bogor
·         Dia tidak datang karena hujan  lebat sekali
·         Orang-orang pergi keutara sebaliknya dia menuju keselatan.
Konjungsi koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsure kalimat
atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara. Kemudian dilihat dari sifat hubungannya
dikenal adanya konjungsi. Misalnya dan, atau, tetapi, melainkan, bahkan, kecuali, lalu,yaitu.
Contoh:
Nenek dan kakek pergi ke Makassar
Mana yang kamu pilih, yang merah atau yang biru.
Kami ingin menyumbang lebih ,tetapi kemampuan kami terbatas
Dia menangis bukan karena sedih, melainkan karena gembira.
Kikirnya bukan main, bahkan untuk makan pun ia segan mengeluarkan uang.
Dia duduk lalu menulis surat itu
Kedua anak itu, yaitu dadi dan hasan, sering dimarahi ayahnya.
Konjungsi subkoordinatif
Konjungsi subkoordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsure kalimat
(klausa) yang kedudukannya tidak sederajat artinya kedudukan klausa yatu lebih tinggi
(sebagai kalusa yang utama) dan yang kedua sebagai kalusa bawahan atau lebih rendah dari
yang pertama. Subkoordinatif ini dibedakan pula atas konjungsi yang menghubungkannya.
·         Menghubungkan menyatakan sebab akibat, yaitu konjungsi sebab dan karena.
Contoh: - banyak petani yang mengeluh sebab harga pupuk semakin mahal.
       - Kami tidak dapat melanjutkan perjalanan karena hari sudah malam.
Menghubungkan menyatakan persyaratan, yaitu kalau
Contoh : - kalau diundang, saya akan hadir.
Menghubungkan menyatakan tujuan yaitu, agar dan supaya.
Contoh : - kami berangkat pagi-pagi agar tidak terlambat tiba di sekolah.
                -kami bekerja siang malam supaya pekerjaan ini lekas selesai.
Menghubungkan menyatakan waktu yaitu, ketika, sewaktu, sesudah
Contoh : - nenek datang ketika kami sedang makan siang
                            -sesudah sarapan kami berangkat ke sekolah
                            -sewaktu terjadi gempa saya sedang tidak ada dirumah.
Menghubungkan menyatakan akibat  yaitu sampai, hingga, sehingga.
Contoh : - pencuri itu dipukuli orang banyak sampai mukanya babak belur.
                -dia terlalu banyak makan hingga tidak kuat berdiri
                 -rara jatuh kelumpur sehingga bajunya kotor penuh dengan lumpur.
Menghubungkan tujuan atau sasaran yaitu, untuk,guna.
Contoh : -untuk mengatasi banjir pemerintah akan membuat saluran baru
               -siswa dan siswi dikumpulkan di aula guna mendapat pengarahan dari kepala
sekolah.
Menghubungkan menyatakan penegasan yaitu biarpun dan meskipun conoh :
-          Mereka berangkat ke Jakarta meskipun tidak diizinkan oleh orang tua mereka.
-          Biarpun hujan lebat pertandingan sepak bola itu berjalan terus.
Menghubungkan menyatakan pengandaian yaitu, seandainya,andaikata. Contoh:
-          Seandainya saya punya uang satu miliar kamu akan saya belikan mobil.
-          Saya pasti akan celaka andaikata saya jadi berangkat.
Menghubungkan menyatakan perbandingan yaitu, seperti, sebagai. Contoh:
-          Kedua anak itu bertengkar seperti kucing dan anjing
-          Wajahnya pucat pusi sebagai bulan kesiangan.
Ø  Konjungsi antar kalimat
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan
kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya yang berada dalam satu kalimat.melihat sifat
hubungannya.
Menghubungkan dan mengumpulkan yaitu, jadi, karena,
-          Minggu lalu kamu meminjam uang saya seribu rupiah, dua hari yang lalu dua ribu
rupiah, dan kini lima ribu rupiah .jadi hutangmu semua delapan ribu rupiah.
Menghubungkan, menyatakan, penegasan, yaitu lagipula dan apalagi
-          Mari kita makan diwarung itu, masakannya enak dan harganya
murah, lagipula pelayanannya sangat baik
-          Hawa dijakarta sangat panas, apalagi pada siang hari.
Menghubungkan mempertentangkan atau mengkontraskan,
yaitu  namun dan sebaliknya. Contoh:
-          Dia memang bandel, keras kepala,dan suka membantah. Namun hatinya baik dan suka
menolong.
-          Muara sungai ini lebar dan dangkal, sebaliknya dibagian hulu sungai ini sempit dan
dalam.

6.      Artikulus
Artikulus atau kata sandang adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau
mendefinitkan suatu nomina, ajektifa, atau kelas lain. Artikulus yang ada di Indonesia
adalah si dan sang.
Contoh :
-          Mana si gendut, sejak tadi belum muncul
-          Sang merah putih berkibar di depan istana Negara.

7.      Interjeksi
Interjeksi adalah kata-kata yang mengungkapkan peraaan batin, misalnya karena
kaget, marah,terharu, kangen,kagum, sedih, dan sebagainya. Misalnya: “wah, nah,
Alhamdulillah, astaga, hai”.

8.      Partikel
Selain kata-kata yang termasuk kelas-kelas diatas ada pula  sejumlah bentuk yang
disini disebut partikel seperti kah, lah, tah, pun, dan per.
Contoh:
-          Apakah isi lemari itu ?
-          Sayalah yang bersalah, bukan anak itu.
-          Gaji kamu naik per satu april.

Anda mungkin juga menyukai