1205020116
MORFOSINTAKSIS ARAB
Nahwu ? Sintaksis
Shorof ? Morfologi
Qowaid ? Grammar Morfosintaksis
Morfosintaksis Arab : kajian bahasa Arab dari segi shorof dan nahwu.
Jadi morfologi ialah ilmu yang mengkaji seluk beluk morfem dan kata. (Subdisiplin
linguistik)
Sintaksis : ialah ilmu yang menjelaskan hubungan fungsional antar unsur yang terdapat
dalam frasa, klausa, kalimat dan wacana.
Crystal (1985 : 234) berpendapat bahwa Morfosintaksis adalah istilah dalam linguistik yang
digunakan untuk merujuk pada kategori gramatikal yang secara bersamaan
mempertimbangkan kriteria morfologi dan sintaksis.
Singkatnya, Morfologi ialah kajian bahasa dari segi morfologi dan sintaksis secara sekaligus.
1. Morfologi (shorof)
As-Sharf dapat juga dikatakan dengan At- Tashrif. Menurut bahasa AtTashrif bermakna “
يرFF“التغyang artinya perubahan, atau bermakna “ ”التحويلyang artinya perpindahan. Adapun
secara istilah ada yang mengatakan bahwa At-Tashrif adalah mengubah bentuk kata kebentuk
yang lain, namun tidak untuk mencapai arti yang baru, tapi untuk mempermudah membaca
(harmonisasi pengucapan).
2. Sintaksis (Nahwu)
Sintaksis ialah ilmu yang menjelaskan hubungan fungsional antar unsur yang terdapat dalam
frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
النح و يف الكالم ه و قص د. حنا فالن الش يء أي قص ده. القص د: وحنوا, وينح و, حنا.)النح و من حَنَ َو (حنا
الصواب منه
Nahwu secara istilah yaitu ilmu untuk mengenal keadaan akhir kata dalam bahasa Arab, baik
itu i'rob maupun bina'.
OBJEK MORFOSINTAKSIS
1. Objek Morfologi
3. Alat-alat dalam proses Morfologi : Dasar (bentuk dasar), Alat pembentuk (afiks, duplikasi,
komposisi, akronimisasi, konversi), dam makna
Gramatikal.
2. Objek Sintaksis
1. Struktur sintaksis : Fungsi sintaksis, Kategori sintaksis, Peran sintaksis, Alat-alat yang
digunakan dalam membangun struktur.
3. Hal-hal lain yang berkenaan dengan sintaksis seperti masalah modus, aspek, kala,
diatesis, dll
Morfologi (morphology)
Berasal dari 2 kata yaitu Morph ‘bentuk’ dan logy/logos ‘ilmu’, dalam arti, morfologi ialah ilmu
yang membahas tentang bentuk atau tata bentuk apa saja.
Terminologis
2. Ilmu yang mempelajari bentuk kata, perubahan bentuk kata, serta makna yang muncul akibat
perubahan bentuk itu
3. Morfologi ialah ilmu yang membicarakan seluk beluk morfem, bagaimana cara menentukan
suatu bentuk adalah morfem atau bukan, dan bagaimana morfem-morfem itu berproses
menjadi kata.
Abdul Chaer :
2. Proses Morfologi : Proses pembentukan kata yang menunjukkan bagaimana kata-kata baru
dibentuk
3. Alat-alat dalam Proses Morfologi : Dasar (bentuk dasar), alat pembentuk (afiks, duplikasi,
komposisi, akronimisasi, konversi), dan makna gramatikal.
2. Morfem
Bentuk (satuan) bahasa terkecil yang sudah jelas statusnya serta mempunyai makna/arti atau
dapat membedakan makna/arti.
3. Alomorf
Realisasi dari sebuah morfem yang memiliki beberapa bentuk, alif lam atau al- ( )ال, al-
Qomariyah dan al-Syamsiyah.
WUJUD MORFEM
KATA ()الكلمة
Linguis modern jarang menggunakan konsep kata. Mereka lebih suka menggunakan kondep
morfem. Karena bagi mereka, kata lebih sulit untuk didefinisikan ketimbang morfem.
Contoh : Makan, Memakan, Makanan, Termakan
Kata adalah sebuah bentuk terkecil yang memiliki makna dan dapat berdiri sendiri, sedangkan
Morfem tidak dapat berdiri sendiri.
Kata adalah bentuk bebas yang paling kecil (taringan)
Jenis-jenis Morfem :
1. Berdasarkan kebebasan nya
Morfem Bebas, yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri dalam suatu kalimat
Contoh : saya, duduk, kursi
• Morfem Terikat, yaitu morfem yang tidak bisa berdiri sendiri dan harus terikat dengan
mofem lain untuk membentuk ujaran.
Contoh : ber-, meng-, -kan
4. Berdasarkan Maknanya
Morfem Leksikal, yaitu morfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinnya
sendiri tanpa perlu bergabung dengan morfem lain.
Contoh : Kuda, pergi, lari, merah, dll
• Morfem Non Leksikal, yaitu morfem yang tidak mempunyai makna pada dirinya sendiri
namun bisa mempengaruhi makna morfem lain.
Contoh : ber-, me-, ter-, al-, -an, dll
5. Berdasarkan Wujudnya
• Morfem Zero/Nol, yaitu morfem yang tidak berwujud tetapi mempengaruhi makna.
Contoh : Hamil
ب
َ ض َر
َ
• Morfem Non Zero, yaitu morfem yang memiliki ciri-ciri selain yang ada di morfem Zero.
6. Berdasarkan Unsur Pembentuknya
Unsur Segmental, yaitu morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental.
Bunyi segmental adalah bunyi yang bisa dipisah-pisah.
Contoh : Duduk = bunyi dari kata “duduk” dapat dipisah-pisah (d – u – d – u - k)
Morfem Supra Segmental, yaitu morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental
(tekanan, nada, dll)
1. Harokah (vokal)
Dan lain-lain
Yang dimaksud dengan suara bantu adalah bunyi yang terdapat pada sebuah kata namun
tidak merupakan bagian asli kata itu dan juga tidak mempengaruhi makna. Dalam BA,
suara bantu muncul dalam kata yang bunyi akhirnya berupa konsonan (harokat sukun),
seperti:
ِ َُح ِذف
َّ ت ال
ض َّمة
Antara kata abuu, abu, dan abaa yang semuanya berarti ‘bapa’ terdapat perbedaan harokat
pada akhir setiap kata. Perbedaan ini tidak menyebabkan perbedaan makna atau jenis. Ia
hanya menunjukkan perbedaan dialek saja.
2. Harfun (konsonan)
4. Alaamah (afiks).
Yang dimaksud dengan alamah di sini adalah afiks yang digunakan sebagai penanda dual,
jamak maskulin, dan jamak feminin. Afiks ini berupa huruf-huruf hijaiyyah, seperti yang
terdapat dalam kata:
Bila yang dimaksud dengan adat pada nomor tiga di atas adalah yang terdiri atas satu huruf,
maka yang dimaksud dengan adat pada nomor lima ini adalah yang terdiri atas dua huruf atau
lebih. Qaduur membedakan adat yang terdiri dari dua huruf atau lebih ini dari alamah.
Baginya, alamah adalah huruf yang menjadi suffiks
Selain oleh unsur yang berupa vokal dan konsonan, makna BA juga dipengaruhi oleh bentuk
katanya. Bentuk kata ini terdiri atas akar dan morfem tambahan Seperti
bentuk ifta’ala berbeda dengan bentuk infa’ala
10. Rutbah (kolokasi).
Menurut Qaddur, posisi sebuah kata ikut menentukan makna kata itu. Nomina Zaidun dalam
klausa Zaidun jaa’a, berfungsi sebagai mubtada (subjek) bukan fail (agen).
1. Definisi Kata
Dalam tataran sintaksis, kata merupakan satuan terkecil. Sebagai satuan terkecil dalam
sintaksis, kata berperan sebagai pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase,
klausa, dan kalimat.
Dalam tata bahasa tradisional, semua unsur bahasa yang bila dituliskan merupakan
kesatuan-kesatuan kecil dalam kalimat yang tampak terpisah satu dengan yang lainnya oleh
spasi- disebut kata
Menurut Alisyahbana “kata ialah kumpulan bunyi atau huruf yang terkecil yang
mengandung pengertian”.
Menurut Robins, kata pada dasarnya merupakan satuan dalam bahasa sebagai suatu sistem
alih-alih satuan dalam wicara, yang, kecuali dalam keadaan yang luar biasa tidak dibatasi
oleh jeda antarkata sebagaimana halnya kata-kata tercetak dalam abjad Latin dibatasi oleh
spasi antar kata.
Berkenaan dengan ini Alwasilah menyarankan untuk menggunakan tiga pendekatan untuk
menghampiri status kata : (1) pendekatan semantik, (2) pendekatan fonologis, dan (3)
melihat kata sebagai yang tersendiri dan tak dapat diuraikan.
Dalam BA, kata dikenal dengan istilah kalimatun atau lafdzun atau harfun, sehingga frase
‘kalimatu ismin’, lafdzu ismin, atau harfu ismin’ berarti kata benda ‘nomina’. Dalam BA,
kata sering didefinisikan sebagai:
ما ينطق به اإلنسان مفردا كان أو مركبا
ma yantiqu bihi al insaanu mufrodan kaana au murakkaban
‘apa yang diucapkan oleh seseorang baik secara parsial maupun konstruktif’ (Louis, 1986: 695).
الوحدة اللفظية
Para ahli berbeda pendapat mengenai pembagian kelas kata ini. Ada yang membaginya
menjadi 4 jenis (Keraf), 6 jenis (STA), 8 jenis. Secara garis besar ada dua kubu klasifikasi
kata, yaitu Tradisional dan Modern.
Adanya perbedaan di atas disebabkan oleh perbedaan kriteria yang digunakan dalam
mengklasifikasikan kata itu. Para tatabahasawan tradisional, misalnya, menggunakan kriteria
makna dan fungsi untuk membuat klasifikasi kata. Cara lain untuk mengklasifikasikan kata
adalah seperti yang dilakukan para tatabahasawan struktural yang membuat klasifikasi kelas
kata berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktur atau konstruksi.
KLASIFIKASI KATA BA
Menurut Anis, Ayub, dan Hasan bahwa pembagian kata menjadi tiga jenis, sangat dipengaruhi
oleh filsafat Yunani. Menurut mereka, para ulama Arab terdahulu terpaksa membuat definisi
yang terbatas bagi nomina, verba, dan kata tugas sehingga definisi mereka berbeda-beda, kondisi
ini pun akan menyebabkan bedanya batasan terhadap kelas/jenis kata BA. Sebagai contoh
adanya perbedaan itu, bisa kita dapatkan dalam klasifikasi verba. Kata aamin ‘amin’ misalnya,
oleh kelompok pertama dianggap sebagai nomina, sedangkan oleh kelompok kedua dianggap
khalifah.
Agar BA mempunyai ciri yang mandiri dalam klasifikasi katanya, Hasan (1994) menawarkan
kriteria baru dan pandangan baru terhadap klasifikasi kata BA yang berdasarkan pada dua
kriteria berikut :
سلم سلم.أسلم.مسلم.املسلم.املسلمون
Jika teori linguistik umum itu kita gabung dengan teori Arab, akan akan terdapat sebelas
macam proses morfemis, yaitu:
1. Afiksasi 7. Pemendekan
2. Reduplikasi 8. Isytiqaaq Shaghir ()االشتقاق الصغري
Afiksasi dibedakan menjadi empat macam, yaitu sābiqah ( )سابقةatau prefiks, dākhilah ()داخلة
atau infiks, lāhiqah ( )الحقةatau sufiks, dan `āliyah ( )عاليةatau superfiks.
2. Reduplikasi yang di dalam bahasa Arab disebut dengan istilah tad`īf. Tad’if merupakan
proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian,
maupun dengan perubahan bunyi.
3. Komposisi atau yang di dalam bahasa Arab disebut dengan istilah Jumlah idhafiyah adalah
hasil dari proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun
yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang
berbeda atau baru.
Contoh : الكالم
ِ أخي ُر
4. Konversi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan
unsur segmental. Maksudnya bahwa perubahan ini hanya mengubah aspek maknanya saja
sedangkan aspek bentuknya tetap seperti semula.
Contoh : Seperti pada kata (Qiyaaman) !! قِيَا ًماmerupakan bentuk mashdar yang biasanya
dipakai untuk kata keterangan seperti kalimat : م قيا ًماFFرأ قاسFF يق, tetapi bisa juga untuk kata
perintah.
5. Modifikasi internal (sering disebut juga penambahan internal atau perubahan internal) yang
dalam bahasa Arab disebut dengan at-ta`dīlu ad-dākhiliyyu, yaitu proses pembentukan kata
dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang
berkerangka tetap (yang biasanya berupa konsonan).
7. Pemendekan atau dalam teori Arab disebut dengan isytiqaaq kubraa atau naht, yaitu
penggabungan salah satu unsur kata dengan unsur kata lain sehingga melahirkan kata baru
yang mencakup makna kata-kata asalnya.
Perlu diingat lagi bahwa proses morfemis verba bisa bersifat derivatif bisa juga bersifat
konjugatif. Derivatif berarti pindah kelas, sedangkan konjugatif tidak pindah kelas.
1. Berdasarkan Kala
Kala adalah unsur waktu yang dimiliki oleh verba yang dinyatakan dalam perubahan
bentuk. Ditinajau dari segi kala ini, verba BA biasanya dibagi menjadi fiil madly, fiil
mudlari’, dan fiil amar. Fiil madly berfungsi untuk menunjukkan kala lampau, sedangkan fiil
mudlari dan fiil amar menunjukkan kala kini atau future (mendatang).
Bila dikaitkan dengan proses morfemis, makan akan muncul tiga pertanyaan:
a. Bagaimana cara pembentukan fiil madly?
b. Bagaimana cara pembentukan fiil mudlary? dan
c. Bagaimana cara pembentukan fiil amar?
a. Cara Pembentukan Fiil Madly
Dalam BA, fiil madly dianggap sebagai dasar dalam konjugasi verba. Tapi ia bukan akar
kata. Ia diturunkan dari kata/morfem lain. Dasar fiil madly bisa berupa konsonan (akar),
bisa nomina, bisa juga partikel (haraf), atau bisa berupa kalimat.
Fiil madly dari akar (konsonan)
Contoh:
- Akar k-t-b menjadi menjadi kataba atau kutiba
- Akar d-r-s menjadi darosa atau durisa
Fiil madly dari nomina
Contoh:
- Nomina tilfuun menjadi talfana
- Nomina Irak (‘Iraq) menjadi ‘araqa
Fiil madly dari partikel (haraf)
Contoh:
- Haraf ‘an jadi ‘an’ana
- Haraf an jadi anana
Fiil madly dari kalimat
Contoh:
- Bismillahirrahmanirrahim menjadi basmala
- Hayya ‘ala shalat menjadi hai’ala
Fiil yang hanya memiliki bentuk madly saja, mudlari saja atau amar saja disebut fiil jamid,
seperti:
كاد
َ يكاد -
برح يربح -
Dan yang memilki bentuk madly, mudlari dan amar disebut taam tasharruf, seperti:
Proses pengubahan verba intransitif menjdi verba transitif dilakukan dengan cara:
1. Tadlmiin (konversi/transmutasi) verba transitif menjadi intransitif seperti verba
khaalafa transitif menjadi khaalafa intarnsitif.
2. Menjadi verba muthawa’ah. Pembahasan ini akan dikemukakan pada bab verba pasif
BA.
3. Tahwiil (pengubahan) transfik (harokat) huruf kedua verba dasar dari tipe fa’ala
mnjadi fa’ula, seperti :
fahima menjadi fahuma, kataba menjadi katuba, saraqa menjadi saruqa.
6. Berdasarkan Kehadiran Subjek
Berdasarkan kehadiran Subjek, verba BA dibagi menjadi mabni ma’lum ‘aktif’(known) dan
mabni majhul ‘pasif’ (ignored). Bagian ini akan dibahasa khusus pada bab verba pasif BA.