Anda di halaman 1dari 19

CATATAN MORFOSINTAKSIS

MUHAMMAD ADNAN ZAYUSMAN

1205020116

MORFOSINTAKSIS ARAB

Nahwu Shorof Qawaid

 Nahwu ? Sintaksis
 Shorof ? Morfologi
 Qowaid ? Grammar Morfosintaksis

Morfosintaksis Arab : kajian bahasa Arab dari segi shorof dan nahwu.

 Morfosintaksis akronim dari morfologi + sintaksis


 Morfologi : Morph yang artinya bentuk, dan Logy atau Logos yang artinya ilmu.

Jadi morfologi ialah ilmu yang mengkaji seluk beluk morfem dan kata. (Subdisiplin
linguistik)

 Sintaksis : ialah ilmu yang menjelaskan hubungan fungsional antar unsur yang terdapat
dalam frasa, klausa, kalimat dan wacana.
 Crystal (1985 : 234) berpendapat bahwa Morfosintaksis adalah istilah dalam linguistik yang
digunakan untuk merujuk pada kategori gramatikal yang secara bersamaan
mempertimbangkan kriteria morfologi dan sintaksis.
 Singkatnya, Morfologi ialah kajian bahasa dari segi morfologi dan sintaksis secara sekaligus.

1. Morfologi (shorof)

‫ المورفولوجيا‬- ‫ الدرس الصرف‬- ‫ علم الصرف‬- ‫الصرف‬

Morph ‘bentuk’ dan Logy ‘ilmu’ = Ilmu tata bentuk

Morfologi ialah ilmu yang mengkaji seluk-beluk morfem dan kata

As-Sharf dapat juga dikatakan dengan At- Tashrif. Menurut bahasa AtTashrif bermakna “
‫ير‬FF‫“التغ‬yang artinya perubahan, atau bermakna “‫ ”التحويل‬yang artinya perpindahan. Adapun
secara istilah ada yang mengatakan bahwa At-Tashrif adalah mengubah bentuk kata kebentuk
yang lain, namun tidak untuk mencapai arti yang baru, tapi untuk mempermudah membaca
(harmonisasi pengucapan).

2. Sintaksis (Nahwu)

Sintaksis ialah ilmu yang menjelaskan hubungan fungsional antar unsur yang terdapat dalam
frasa, klausa, kalimat, dan wacana.

‫ النح و يف الكالم ه و قص د‬.‫ حنا فالن الش يء أي قص ده‬.‫ القص د‬: ‫ وحنوا‬,‫ وينح و‬,‫ حنا‬.)‫النح و من حَنَ َو (حنا‬
‫الصواب منه‬

Merupakan kalimat yang menunjukkan kepada qosad atau maksud. Memaksudkan


maksudnya. Sehingga dinamakan maksud kalam (kata), karena ia memberi maksud dasar
kata, berkata-kata sebagaimana orang Arab berbicara, bahkan di Arab ada sebuah kaum
bernama Bani Nahwin.

Nahwu secara istilah yaitu ilmu untuk mengenal keadaan akhir kata dalam bahasa Arab, baik
itu i'rob maupun bina'.

OBJEK MORFOSINTAKSIS

1. Objek Morfologi

1. Satuan Morfologi : Morfem (akar atau afiks) dan Kata.

2. Proses Morfologis : Proses pembentukan kata yang menunjukkan bagaimana kata-kata


dibentuk.

3. Alat-alat dalam proses Morfologi : Dasar (bentuk dasar), Alat pembentuk (afiks, duplikasi,
komposisi, akronimisasi, konversi), dam makna
Gramatikal.

2. Objek Sintaksis

1. Struktur sintaksis : Fungsi sintaksis, Kategori sintaksis, Peran sintaksis, Alat-alat yang
digunakan dalam membangun struktur.

2. Satuan sintaksis : Kata, Frasa, Klausa, Kalimat, Wacana.

3. Hal-hal lain yang berkenaan dengan sintaksis seperti masalah modus, aspek, kala,
diatesis, dll

Rabu, 9 Maret 2022


TATARAN LINGUISTIK

Morfologi (morphology)

Berasal dari 2 kata yaitu Morph ‘bentuk’ dan logy/logos ‘ilmu’, dalam arti, morfologi ialah ilmu
yang membahas tentang bentuk atau tata bentuk apa saja.

Morfologi dalam bahasa arab ialah :

‫ا‬F‫الصرف – علم الصرف – الدرس الصرف – المرفولوجي‬

Terminologis

1. Subdisiplin linguistik yang mempelajari bentuk dan pembentukan kata

2. Ilmu yang mempelajari bentuk kata, perubahan bentuk kata, serta makna yang muncul akibat
perubahan bentuk itu

3. Morfologi ialah ilmu yang membicarakan seluk beluk morfem, bagaimana cara menentukan
suatu bentuk adalah morfem atau bukan, dan bagaimana morfem-morfem itu berproses
menjadi kata.

“Ilmu yang mengkaji seluk-beluk morfem dan kata”

Objek Kajian Morfologi

Abdul Chaer :

1. Satuan Morfologi : Morfem (akar/afiks) dan kata

2. Proses Morfologi : Proses pembentukan kata yang menunjukkan bagaimana kata-kata baru
dibentuk

3. Alat-alat dalam Proses Morfologi : Dasar (bentuk dasar), alat pembentuk (afiks, duplikasi,
komposisi, akronimisasi, konversi), dan makna gramatikal.

MORF, MORFEM, DAN ALOMORF


1. Morf

Sebuah bentuk yang memiliki makna namun belum jelas statusnya.

‫أمحد‬ ‫أنت‬ ‫منع‬ ‫من‬

2. Morfem

Bentuk (satuan) bahasa terkecil yang sudah jelas statusnya serta mempunyai makna/arti atau
dapat membedakan makna/arti.

‫َأمْح َ ُد‬ َ ْ‫َأن‬


‫ت‬ ‫َمنَ َع‬ ‫َم ْن‬

3. Alomorf

Realisasi dari sebuah morfem yang memiliki beberapa bentuk, alif lam atau al- (‫ )ال‬, al-
Qomariyah dan al-Syamsiyah.

WUJUD MORFEM

Imbuhan Klitika Partikel Kata Dasar

 Imbuhan : Termahal Jemari Tulisan ‫الْ َقلَ ُم‬


 Klitika : Rumahku Ayahmu َ ُ‫كِتَاب‬
‫ك‬
 Partikel : Sabarlah! Apatah?
 Kata Dasar : Makan Salam ‫ضرب‬

KATA (‫)الكلمة‬

 Linguis modern jarang menggunakan konsep kata. Mereka lebih suka menggunakan kondep
morfem. Karena bagi mereka, kata lebih sulit untuk didefinisikan ketimbang morfem.
Contoh : Makan, Memakan, Makanan, Termakan
 Kata adalah sebuah bentuk terkecil yang memiliki makna dan dapat berdiri sendiri, sedangkan
Morfem tidak dapat berdiri sendiri.
 Kata adalah bentuk bebas yang paling kecil (taringan)
Jenis-jenis Morfem :
1. Berdasarkan kebebasan nya
 Morfem Bebas, yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri dalam suatu kalimat
Contoh : saya, duduk, kursi
• Morfem Terikat, yaitu morfem yang tidak bisa berdiri sendiri dan harus terikat dengan
mofem lain untuk membentuk ujaran.
Contoh : ber-, meng-, -kan

2. Berdasarkan keutuhan nya


 Morfem Utuh, yaitu morfem yang tidak terselipi (terhalangi) oleh Morfem lain.
Contoh : kursi, pena, bumi, mem-, per-, dll.
‫كتب‬
• Morfem Terbagi, yaitu morfem yang terselipi (terpisah) oleh morfem lain.
Contoh : Ke-...-an Kehujanan
Pe-...-an Peternakan
َ ِ‫ُكت‬
َ ‫ب َكت‬
‫َب‬

3. Berdasarkan kemunculan nya


 Morfem Unik, yaitu morfem yang hanya mampu berkombinasi dengan satu satuan tertentu.
Contoh : Gulita (gelap gulita) Petas (beras petas)
Siur (simpang siur) (‫ك‬ َ ‫ِإيَّا )ِإيَّا‬...
• Morfem Tak Unik, yaitu morfem yang memiliki ciri-ciri selain yang ada di morfem unik

4. Berdasarkan Maknanya
 Morfem Leksikal, yaitu morfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinnya
sendiri tanpa perlu bergabung dengan morfem lain.
Contoh : Kuda, pergi, lari, merah, dll
• Morfem Non Leksikal, yaitu morfem yang tidak mempunyai makna pada dirinya sendiri
namun bisa mempengaruhi makna morfem lain.
Contoh : ber-, me-, ter-, al-, -an, dll
5. Berdasarkan Wujudnya
• Morfem Zero/Nol, yaitu morfem yang tidak berwujud tetapi mempengaruhi makna.
Contoh : Hamil
‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ

• Morfem Non Zero, yaitu morfem yang memiliki ciri-ciri selain yang ada di morfem Zero.
6. Berdasarkan Unsur Pembentuknya
 Unsur Segmental, yaitu morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental.
Bunyi segmental adalah bunyi yang bisa dipisah-pisah.
Contoh : Duduk = bunyi dari kata “duduk” dapat dipisah-pisah (d – u – d – u - k)

Morfem Supra Segmental, yaitu morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental
(tekanan, nada, dll)

Rabu, 16 Maret 2022

Wujud Morfem Arab


Menurut Qaddur, wujud dari morfem Arab adalah:

1.      Harokah (vokal)

Yang dimaksud dengan harokah adalah bunyi-bunyi vokal Arab (a-i-u) yang dilambangkan


dengan fathah (a), kasrah (i), dan dlammah (u). Harokat ini bisa berupa prefix, infiks, suffiks,
atau konfiks. Oleh Chaer disebut transfiks. Kehadiran transfiks sebagai morfem BA bisa kita
lihat pada mayoritas kata BA, seperti dalam ukrima, unzila, uslima, dll. Dalam ketiga kata itu 
terdapat dua buah vokal yaitu u dan i. Kedua vokal itu berfungsi untuk menunjukkan makna
pasif.

Berbicara mengenai harokat, Ya’qub mengatakan bahwa harokat BA mempunyai berbagai


fungsi, antara lain:

a. Sebagai pembeda makna

Kebanyakan harokat BA berfungsi untuk membedakan makna sebuah morfem atau kata.


Bandingkan kata-kata yang terdapat pada kolom berikut:

‫ ْال ُم َخا َدعَة‬           ‫ْال ُمخَا ِدعَة‬ ‫قُ ِرَأ‬        ‫قَ َرَأ‬ ‫ َمالَك‬      ‫َمالِك‬

Perbedaan antara kata  almukhaadi’ah dengan mukhaada’ah terletak pada harokat dal.


Perbedaan harokat itu menyebabkan kedua kata itu berbeda makna. Demikian juga
perbedaan harokat yang terdapat kata maalaka – maaliku, dan qara’a – quri’a.

b. Sebagai unsur pembentuk  sebuah morfem


Terdapat harokat-harokat BA yang merupakan unsur asli dari sebuah morfem. Harokat ini
sifatnya permanen, seperti yang terdapat pada:

‫ثُ َّم‬        ُ‫نَحْ ن‬       ‫ْس‬


َ ‫لَي‬         ‫هُ َو‬       ‫ َعلَى‬          ‫َو‬

Dan lain-lain

c. Sebagai suara bantu

Yang dimaksud dengan suara bantu adalah bunyi yang terdapat pada sebuah kata namun
tidak merupakan bagian asli kata itu dan juga tidak mempengaruhi makna. Dalam BA,
suara bantu muncul dalam kata yang bunyi akhirnya berupa konsonan (harokat sukun),
seperti:

ِ َ‫ُح ِذف‬
َّ ‫ت ال‬
‫ض َّمة‬

‫يَرْ فَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم‬

d. Sebagai pembeda jenis

Menurut Ya’qub, selain berfungsi sebagimana telah di jelaskan di atas, harokat BA juga


berfungsi untuk membedakan jenis (kelamin/gender) antara sebuah kata dengan kata lain,
seperti anta ‘kamu laki-laki’ dengan anti ‘kamu perempuan.

e. Sebagai pembeda dialek  

Antara kata abuu, abu, dan abaa yang semuanya berarti ‘bapa’ terdapat perbedaan harokat
pada akhir setiap kata. Perbedaan ini tidak menyebabkan perbedaan makna atau jenis. Ia
hanya menunjukkan perbedaan dialek saja.

 2. Harfun (konsonan)

Linguis Arab biasa membedakan antara harokat dengan huruf hijaiyyah (alfabet Arab). Yang


dimaksud dengan harfun di sini adalah salah satu huruf hijaiyyah. Huruf ini bisa satu, bisa 
juga lebih, seperti huruf alif dalam verba saahama; bisa juga konsonan glottal stop (hamzah)
seperti dalam verba akroma, atau  tad’if (tasydid/syiddah/reduplikasi) seperti dalam
verba qaddara. Bisa juga lebih dari satu huruf seperti alif  dan ta dalam  verba ijtama’a atau
huruf alif, sin, dan ta dalam verba istaghfara.

3. Adat (partikel) yang terdiri dari satu huruf


Dalam konsep linguistik Arab klasik jenis ini biasanya disebut haraf. Dalam konsep Qaddur,
haraf adalah sebuah bentuk  yang mirip dengan kata namun tidak bisa berdiri bebas (morfem
terikat), seperti ba yang terdapat pada kata billah; ta dalam tallah; atau la dalam lanaa.

4.  Alaamah (afiks).

Yang dimaksud dengan alamah di sini adalah afiks yang digunakan sebagai penanda dual,
jamak maskulin, dan jamak feminin. Afiks ini berupa huruf-huruf hijaiyyah, seperti yang
terdapat dalam kata:

َ‫ ْال ُمنَافِقُون‬  ‫ ْالخَ ْي َرات‬               ‫درجات‬                      َ‫يَجْ لِسان‬

Alif yang terdapat pada kata yajlisaani berfungsi sebagai tanda (alamah) dual; alif dan


ta yang terdapat pada kata darajaat dan al-akhairaat befungsi sebagai tanda (alamat) jamak
feminin, dan wa nun yang terdapat pada kata almunaafiquuna sebagai tanda jamak maskulin.

5.  Adat  (partikel) yang terdiri dari dua huruf atau lebih.

Bila yang dimaksud dengan adat pada nomor tiga di atas adalah yang terdiri atas satu huruf,
maka yang dimaksud dengan adat pada nomor lima ini adalah yang terdiri atas dua huruf atau
lebih. Qaduur membedakan adat yang terdiri dari dua huruf atau lebih ini dari alamah.
Baginya, alamah adalah huruf yang menjadi suffiks

6. Kalimat jamid (kata yang tidak bisa diderivasi)’

Yang mempunyai fungsi morfologis tersendiri seperti dhamir (kata ganti), isim


isyarah (deiksis tempat), dan isim maushul (kata sandang).

7.  Kata Tugas (function word) baik verba maupun nomina

Yang diperlakukan sebagai adat (kata tugas) seperti kaana wa akhawaatuha.

8.  Shighah sharfiyyah (bentuk kata)

Selain oleh unsur yang berupa vokal dan konsonan, makna BA juga dipengaruhi oleh bentuk
katanya. Bentuk kata ini terdiri atas akar dan morfem tambahan Seperti
bentuk ifta’ala berbeda dengan bentuk infa’ala

9.  Mabnaa muqaddar (morfem zero)


Selain morfem yang konkrit, terdapat juga morfem abstrak yang mempengaruhi makna BA.
Morfem abstrak ini biasa disebut morfem zero, seperti yang terdapat dalam verba
perfektif kataba yang menunjukkan orang ketiga.

10. Rutbah (kolokasi).

Menurut Qaddur, posisi sebuah kata ikut menentukan makna kata itu. Nomina Zaidun dalam
klausa Zaidun jaa’a, berfungsi sebagai mubtada (subjek) bukan fail (agen).

Menurut penulis, pembagian di atas berdasar pada tulisan (ortografis). Penggunan


kata harokah (shaut), harfun, ‘alamah, menunjukkan bahwa Qaddur menggunakan kriteria
ortografis dalam mengklasifikasi morfem Arab di atas. Klasifikasi ini bisa diklasifikasi
ulang dengan berdasar pada bunyi, sehingga kita bisa mengatakan bahwa wujud dari
morfem Arab bisa berupa satu bunyi, dua bunyi, tiga bunyi bahkan lebih.

Rabu, 23-30 Maret 2022

“KATA” (DALAM) BAHASA ARAB

1. Definisi Kata

 Dalam tataran sintaksis, kata merupakan satuan terkecil. Sebagai satuan terkecil dalam
sintaksis, kata berperan sebagai pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase,
klausa, dan kalimat.
 Dalam tata bahasa tradisional, semua unsur bahasa yang bila dituliskan merupakan
kesatuan-kesatuan kecil dalam kalimat yang tampak terpisah satu dengan yang lainnya oleh
spasi- disebut kata
 Menurut Alisyahbana “kata ialah kumpulan bunyi atau huruf yang terkecil yang
mengandung pengertian”.
 Menurut Robins, kata pada dasarnya merupakan satuan dalam bahasa sebagai suatu sistem
alih-alih satuan dalam wicara, yang, kecuali dalam keadaan yang luar biasa tidak dibatasi
oleh jeda antarkata sebagaimana halnya kata-kata tercetak dalam abjad Latin dibatasi oleh
spasi antar kata.
 Berkenaan dengan ini Alwasilah menyarankan untuk menggunakan tiga pendekatan untuk
menghampiri status kata : (1) pendekatan semantik, (2) pendekatan fonologis, dan (3)
melihat kata sebagai yang tersendiri dan tak dapat diuraikan.

Dalam BA, kata dikenal dengan istilah kalimatun atau lafdzun atau harfun, sehingga frase
‘kalimatu ismin’, lafdzu ismin, atau harfu ismin’ berarti kata benda ‘nomina’. Dalam BA,
kata sering didefinisikan sebagai:
‫ما ينطق به اإلنسان مفردا كان أو مركبا‬
ma yantiqu bihi al insaanu mufrodan kaana au murakkaban

‘apa yang diucapkan oleh seseorang baik secara parsial maupun konstruktif’ (Louis, 1986: 695).

El Dahdah mendefinisikan kata sebagai :

‫الوحدة اللفظية‬

alwahdah al lafdziyyah al-dunya allati tadullu ‘ala ma’nan.

‘satuan (units) fonologis terkecil yang memiliki makna. (t.th : 2).

2. Dasar Klasifikasi Kata

Para ahli berbeda pendapat mengenai pembagian kelas kata ini. Ada yang membaginya
menjadi 4 jenis (Keraf), 6 jenis (STA), 8 jenis. Secara garis besar ada dua kubu klasifikasi
kata, yaitu Tradisional dan Modern.

 Tata bahasa tradisional mengklasifikasikan kata menjadi 10 macam, yaitu :


nomina, verba, adjectiva, pronomina, adverbia, numeralia, conjunctio, prepositio,
articula, dan interjectio.
 Sedangkan tata bahasa modern mengklasifikasikan kata menjadi empat kelompok, yaitu :
kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata tugas.

Adanya perbedaan di atas disebabkan oleh perbedaan kriteria yang digunakan dalam
mengklasifikasikan kata itu. Para tatabahasawan tradisional, misalnya, menggunakan kriteria
makna dan fungsi untuk membuat klasifikasi kata. Cara lain untuk mengklasifikasikan kata
adalah seperti yang dilakukan para tatabahasawan struktural yang membuat klasifikasi kelas
kata berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktur atau konstruksi.

Dalam TBBI ( kelompok utama dan kata tugas).

 Utama : verba (V), nomina (N), adjektiva (Adj), adverbia (Adv).


 Tugas : terdiri atas preposisi (Prep) dan konjungsi (Konj).

KLASIFIKASI KATA BA

Dalam BA minimalnya ada tiga pendapat mengenai klasifikasi kata ini.


Kelompok pertama mengklasifikasikan kata menjadi tiga jenis :

(1) ismun 'nomina, (3) harfun 'kata tugas.

(2) fi'lun 'verba', dan

Kelompok kedua (Al-Baqariy/Farra) empat jenis:

(1) ismun 'nomina",

(2) fi lun 'verba',

(3) harfun 'partikel, dant

(4) ismu al-fi'li (kholifatun) 'nomina verbal

Kelompok ketiga membaginya menjadi tujuh jenis:

(1) ismun 'nomina', (4) dlamir 'pronomin', (7) adatun 'partikel'

(2) shifotun "ajektifa', (5) khalifatun 'nomina verbal',

(3) fi'lun 'verba', (6) dlorfun 'adverbia, dan

Menurut Anis, Ayub, dan Hasan bahwa pembagian kata menjadi tiga jenis, sangat dipengaruhi
oleh filsafat Yunani. Menurut mereka, para ulama Arab terdahulu terpaksa membuat definisi
yang terbatas bagi nomina, verba, dan kata tugas sehingga definisi mereka berbeda-beda, kondisi
ini pun akan menyebabkan bedanya batasan terhadap kelas/jenis kata BA. Sebagai contoh
adanya perbedaan itu, bisa kita dapatkan dalam klasifikasi verba. Kata aamin ‘amin’ misalnya,
oleh kelompok pertama dianggap sebagai nomina, sedangkan oleh kelompok kedua dianggap
khalifah.

Agar BA mempunyai ciri yang mandiri dalam klasifikasi katanya, Hasan (1994) menawarkan
kriteria baru dan pandangan baru terhadap klasifikasi kata BA yang berdasarkan pada dua
kriteria berikut :

1. Kriteria shighah ‘bentuk’ mencakup: 2. Kriteria makna ‘fungsi’ meliputi:


1. al-shurah al-i’rabiyyah ‘bentuk kasus’ 1. al-tasmiyah ‘deiksis’ atau ‘penamaan’
2. al-rutbah ‘konstruksi/komposisi’ 2. al-hadas ‘aktifitas/perbuatan’
3. al-shigah ‘bentuk’ 3. al-zaman ‘waktu inhern’
4. al-jadwal ‘proses morfemis’ 4. al-ta’liiq ‘predikasi’
5. al-ilshoq ‘infleksi’ 5. al-ma’na al-jumaliy ‘makan konstruksi’
6. al-tadloom ‘distribusi/kolokasi’
7. al -rosam al-imlaiy ‘ortografis’

Rabu, 6 April 2022

PROSES MORFEMIS/MORFOLOGIS (CARA PEMBENTUKAN KATA)

‫سلم سلم‬.‫أسلم‬.‫مسلم‬.‫املسلم‬.‫املسلمون‬

‫متكيف تكيف كيف‬ ‫يذهبون يذهب ذهب‬

I.  Jenis Proses Morfemis


Yang dimaksud dengan proses morfemis (proses morfologis) di sini adalah sebuah proses
perubahan atau pembentukan sebuah kata dari kata lain atau dari morfem lain baik itu akar
(root/judr/ashlu wahiid/ashlul isytiqaaq) atau morfem dasar (base/dasar), atau mungkin
pangkal (stem), guna menghasilkan bentuk baru yang maknanya berbeda dengan bentuk
sebelumnya. Proses ini banyak caranya, antara lain, afiksasi, reduplikasi, komposisi, konversi
dan modifikasi internal, sulesi, dan pemedekan.
Selain itu, dalam bahasa Arab kita mengenal proses morfemis yang disebut dengan isytiqaaq,
yang menurut Ibnu Jinny ada emapt macam, yaitu :
1.  Isytiqaq Syaghir
2.  Isytiqaq Kabir
3.  Isytiqaq Akbar
4.  Isytiqaq Qubraa

Jika teori linguistik umum itu kita gabung dengan teori Arab, akan akan terdapat sebelas
macam proses morfemis, yaitu:
1.  Afiksasi 7.  Pemendekan
2. Reduplikasi 8.  Isytiqaaq Shaghir (‫)االشتقاق الصغري‬

3. Komposisi 9.  Isytiqaaq Kabir (‫)االشتقاق الكبري‬

4. Konversi 10.  Isytiqaaq Akbar (‫)االشتقاق األكرب‬

5. Modifikasi Internal 11.  Isytiqaaq Kubraa (‫النحت‬// ‫)االشتقاق الكبار‬


6.  Suplesi
1. Afiksasi dalam istilah bahasa Arab adalah Mudhoro’ah, yaitu penambahan satu huruf
tambahan yang diletakkan di awal akar kata atau setelahnya atau diantaranya dengan tujuan
membentuk kata yang baru".

Contoh : ‫ مضارب‬asalnya ‫ضارب‬

Afiksasi dibedakan menjadi empat macam, yaitu sābiqah (‫ )سابقة‬atau prefiks, dākhilah (‫)داخلة‬
atau infiks, lāhiqah (‫ )الحقة‬atau sufiks, dan `āliyah (‫ )عالية‬atau superfiks.

2. Reduplikasi yang di dalam bahasa Arab disebut dengan istilah tad`īf. Tad’if merupakan
proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian,
maupun dengan perubahan bunyi.

Contoh : ‫ َم ّد‬asalnya ‫مدد‬

3. Komposisi atau yang di dalam bahasa Arab disebut dengan istilah Jumlah idhafiyah adalah
hasil dari proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun
yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang
berbeda atau baru.

Contoh : ‫الكالم‬
ِ ‫أخي ُر‬

4. Konversi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan
unsur segmental. Maksudnya bahwa perubahan ini hanya mengubah aspek maknanya saja
sedangkan aspek bentuknya tetap seperti semula.

Contoh : Seperti pada kata (Qiyaaman) ‫ !! قِيَا ًما‬merupakan bentuk mashdar yang biasanya
dipakai untuk kata keterangan seperti kalimat : ‫م قيا ًما‬FF‫رأ قاس‬FF‫ يق‬, tetapi bisa juga untuk kata
perintah.

5. Modifikasi internal (sering disebut juga penambahan internal atau perubahan internal) yang
dalam bahasa Arab disebut dengan at-ta`dīlu ad-dākhiliyyu, yaitu proses pembentukan kata
dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang
berkerangka tetap (yang biasanya berupa konsonan).

Contoh : ٌ‫ ِم ْم َس َحة‬- ‫ َم َس َح – يَ ْم َس ُح‬dari asal huruf ‫ س‬,‫ م‬, dan ‫ح‬


6. Suplesi atau yang di dalam bahasa Arab disebut dengan at-tagaiyyaru al-kāmiliyyu adalah
pembentukan kata dengan cara perubahan ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar tidak atau
hampir tidak tampak lagi.

Contoh: ‫( مرأة‬satu perempuan), ‫( مرأتان‬dua perempuan), ‫(نساء‬banyak perempuan)

7. Pemendekan atau dalam teori Arab disebut dengan isytiqaaq kubraa atau naht, yaitu
penggabungan salah satu unsur kata dengan unsur kata lain sehingga melahirkan kata baru
yang mencakup makna kata-kata asalnya.

Contoh : Seperti basmalah untuk bismillaah-irramaanirrahiim, hamdalah untuk al-


hamdulillahi rabbil alamin, dan ‫ إنَّ َما‬untuk ‫ َما‬+ ‫إن‬.
َّ

Rabu, 13 April 2022

PROSES MORFEMIS VERBA

Perlu diingat lagi bahwa proses morfemis verba bisa bersifat derivatif bisa juga bersifat
konjugatif. Derivatif berarti pindah kelas, sedangkan konjugatif tidak pindah kelas.

Verba, dalam BA, biasanya diklasifikasikan sebagai berikut:


 Berdasarkan kala; madli, mudlari/‘amar ‘lampau dan kini/futur (past and present);
 Berdasarkan paradigma infleksional; jamid ‘berinfleksi terbatas’ (inert); dan mutasharrif
‘berinfleksi penuh’ (variable);
 Berdasarkan bunyi yang membentuknya; sahih dan mu’tal (sound and defectif);
 Berdasarkan proses pembentukannya; mujarrad (dasar/ asal= denuned) dan mazid
(turunan/ditambah=augmented);
 Berdasarkan kehadiran O; lazim ‘intransitif’ dan muta’adi ‘transitif’;
 Berdasarkan kehadiran S; mabni ma’lum ‘aktif’(known) dan mabni majhul ‘pasif’ (ignored)

1. Berdasarkan Kala
Kala adalah unsur waktu yang dimiliki oleh verba yang dinyatakan dalam perubahan
bentuk. Ditinajau dari segi kala ini, verba BA biasanya dibagi menjadi fiil madly, fiil
mudlari’, dan fiil amar. Fiil madly berfungsi untuk menunjukkan kala lampau, sedangkan fiil
mudlari dan fiil amar menunjukkan kala kini atau future (mendatang).
Bila dikaitkan dengan proses morfemis, makan akan muncul tiga pertanyaan:
a. Bagaimana cara pembentukan fiil madly?
b. Bagaimana cara pembentukan fiil mudlary? dan
c. Bagaimana cara pembentukan fiil amar?
a. Cara Pembentukan Fiil Madly
Dalam BA, fiil madly dianggap sebagai dasar dalam konjugasi verba. Tapi ia bukan akar
kata. Ia diturunkan dari kata/morfem lain. Dasar fiil madly bisa berupa konsonan (akar),
bisa nomina, bisa juga partikel (haraf), atau bisa berupa kalimat.
 Fiil madly dari akar (konsonan)
Contoh:
- Akar k-t-b menjadi menjadi kataba atau kutiba
- Akar d-r-s menjadi darosa atau durisa
 Fiil madly dari nomina
Contoh:
- Nomina tilfuun menjadi talfana
- Nomina Irak (‘Iraq) menjadi ‘araqa
 Fiil madly dari partikel (haraf)
Contoh:
- Haraf ‘an jadi ‘an’ana
- Haraf an jadi anana
 Fiil madly dari kalimat
Contoh:
- Bismillahirrahmanirrahim menjadi basmala
- Hayya ‘ala shalat menjadi hai’ala

b. Cara Pembentukan Fiil Mudlari


Fiil mudlari diturunkan dari fiil madly. Penurunan fiil mudlari dari fiil madly dengan
cara merubah harokat (transfik) akar dan menambahkan salah satu huruf mudlaraah
sebagai penunjuk agen/pelaku.
Perubahan harokat dari fiil madly ke fiil mudlari harus dibedakan antara fiil yang
terdiri atas tiga huruf/tsulasi mujarrad (tri konsonan) dari yang memiliki lebih dari tiga
huruf, baik itu tsulasi mazid maupun ruba’i.
Perubahan harokat dalam fiil yang memiliki huruf (konsonan) lebih dari tiga relatif
baku/stabil, sedangkan untuk yang tsulasi mujarrad hampir tidak ada kaidah baku untuk
mengubah harokat fiil madly menjadi fiil mudlari. Kita harus mengikuti cara orang Arab,
atau melihatnya di dalam kamus.
Apa fiil mudlari dari fiil madly berikut?
‫َر َّد‬ ‫ال‬
َ َ‫ق‬ ‫اء‬
َ ‫َج‬ ‫َْأو َع َد‬ ‫َر َج َع‬ ‫َسلَّ َم‬ ‫َأ ْخَب َر‬ ‫َس ِم َع‬
c. Cara Pembentukan Fiil Amar
Fiil amar diturunkan dari fiil mudlari. Pembentukan fiil amar dari fiil mudlari pun harus
dibedakan antara fiil yang memiliki tsulasi dengan yang ruba’i.
Cara pembentukan fiil amar dari fiil mudlari tsualsi baik yang mujarrad maupun yang
mazid mengikuti cara berikut.
1. Buang huruf mudharaah (ya, nun, hamzah, ta) lalu ganti dengan alif
2. Matikan huruf akhir
3. (kalau perlu) baca alif sesuai bunyi ‘ain fiil
Contoh:
‫َي ْنظُُر‬ ‫تَ ْحلِ ُق‬
1. Buang huruf mudlara’ah ‫نْظُُر‬ ‫ْحلِ ُق‬
2. Letakkan alif di tempat huruf yang di buang ‫انْظُُر‬ ‫ا ْحلِ ُق‬
3. Matikan huruf akhir ‫انْظُر‬ ‫ا ْحلِق‬
4. Baca alif sesuai ain fiil ‫انْظُر‬ ‫ا ْحلِق‬

2. Berdasarkan Paradigma Infleksional


Berkaitan dengan paradigma ini, perlu dijlaskan bahwa tidak setiap fiil memiliki ketiga
bentuk itu. Atau tidak setiap fiil bisa diubah dari madly ke mudlari lalu ke amar. Ada fiil yang
hanya memilki bentuk madly saja, mudlari saja, madly dan mudlari saja, dan ada jug ayang
meiliki bentuk madly, mudalri dan amar. Yang terakhir ini yang banyak dimiliki oleh BA.
Berkaitan dengan verba, dalam BA kita mengenal istilah jamid dan musytaq atau mutasharrif.

Fiil yang hanya memiliki bentuk madly saja, mudlari saja atau amar saja disebut fiil jamid,
seperti:

Madly saja : ‫ تبارك عسى‬-‫ بِئس‬-‫ نِ ْع َم‬- ‫ليس‬


َ -
Mudlari saja : ‫ يذر‬- ‫يذع‬-‫يَهبط‬
‘Amr saja : ‫تعال‬
َ ِ ‫ ها‬- ْ‫هَب‬
-‫ت‬

d. Cara Pembentukan Fiil Madly


Dalam BA, fiil madly dianggap sebagai dasar dalam konjugasi verba. Tapi ia bukan akar
kata. Ia diturunkan dari kata/morfem lain. Dasar Fiil madly bisa berupa konsonan (akar),
bisa nomina, bisa juga partikel (haraf), atau bisa berupa kalimat.
 Fiil madly dari akar (konsonan)
Contoh:
Akar k-t-b menjadi menjadi kataba atau kutiba
Akar d-r-s menjadi darosa atau durisa
 Fiil madly dari nomina
Contoh:
Nomina tilfuun menjadi talfana
Nomina Irak (‘Iraq) menjadi ‘araqa
 Fiil madly dari partikel (haraf)
Contoh:
Haraf ‘an jadi ‘an’ana
Haraf an jadi anana
 Fiil madly dari kalimat
Contoh:
Bismillahirrahmanirrahim menjadi basmala
Hayya ‘ala shalat menjadi hai’ala

e. Cara Pembentukan Fiil Mudlari


Fiil mudlari diturunkan dari fiil madly. Penurunan fiil mudlari dari fiil madly dengan
cara merubah harokat (transfik) akar dan menambahkan salah satu huruf mudlaraah
sebagai penunjuk agen/pelaku.
Perubahan harokat dari fiil madly ke fiil mudlari harus dibedakan antara fiil yang
terdiri atas tiga huruf/tsulasi mujarrad (tri konsonan) dari yang memiliki lebih dari tiga
huruf, baik itu tsulasi mazid maupun ruba’i.
Perubahan harokat dalam fiil yang memiliki huruf (konsonan) lebih dari tiga relatif
baku/stabil, sedangkan untuk yang tsulasi mujarrad hampir tidak ada kaidah baku untuk
mengubah harokat fiil madly menjadi fiil mudlari. Kita harus mengikuti cara orang Arab,
atau melihatnya di dalam kamus.
Fiil yang hanya memiliki bentuk madly dan mudlari disebut naaqish tasharruf, seperti:

Madhi Mudhore’ ‘Amr


‫ك‬َ ‫َأوش‬
َ ‫يوشك‬ -

‫كاد‬
َ ‫يكاد‬ -
‫برح‬ ‫يربح‬ -

Dan yang memilki bentuk madly, mudlari dan amar disebut taam tasharruf, seperti:

‫ا ْنظُ ُر‬ ‫يَ ْنظُ ُر‬ ‫ْنظُر‬


‫احْ لِق‬ ‫ق‬ُ ِ‫يحْ ل‬ ‫حْ لق‬
3. Berdasarkan Bunyi Yang Membentuknya
Berdasar bunyi yang mebentuknya verba BA dibagi menjadi dua, yaitu sahih dan mu’tal
(sound and defectif). Verba mu’tal adalah verba yang salah satu hurufnya berupa huruf illat
(alif, wau, atau ya). Huruf illat ini bisa berada di posisi awal, tengah, atau akhir verba.

4. Berdasarkan Proses Pembentukannya


Berdasarkan nini, verba BA dibagi menjadi fiil mujarrad (dasar/ asal= denuned) dan fiil
mazid (turunan/ditambah=augmented). Fiil mujarrad ada dua macam; tsulatsi (trikonsonantal)
dan ruba’i (caturkonsonantal).
Fiil mazid ada dua jenis yaitu tsulatsi mazid dan ruba’i mazid. Penurunan kedua jenis verba
itu melalui proses afiksasi. Afiks yang digunakan dalam proses pembentukan kedua verba itu
bisa dilihat pada tipe-tipe fiil tsulatsi mazid dan ruba’i mazid itu.

1. Tipe tsulatsi mazid


a. Ditambah satu huruf, yaitu:
1. tipe af’ala
2. tipe faa’ala
3. tipe fa’’ala
b. Ditambah dua huruf, yaitu:
1. tipe infa’ala
2. tipe ifta’ala
3. tipe if’alla
4. tipe taf’’ala
5. tipe tafaa’ala

c. Ditambah tiga huruf, yaitu:


1. tipe istaf’ala
2. tipe if’au’ala
3. tipe if’aalla
4. tipe if’awwala

2. Tipe ruba’i mazid


a. Ditambah satu huruf yaitu tipe tafa’lala
b. Ditambah dua huruf, yaitu:
 tipe if’anlala
 tipe if’alalla

5. Berdasarkan kehadiran Objek


Berdasarkan kehadiran Objek ini, verba BA dibagi menjadi lazim ‘intransitif’ dan muta’adi
‘transitif’. Pembicaraan mengenai kedua jenis verba ini dari cara proses pembentukannya
melibatkan dua hal:

1. Proses perubahan verba transitif dari intransitif.


2. Proses perubahan verba intransitif dari verba transitif.
Proses pengubahan verba intarnsitif menjdi verba transitif dilakukan dengan cara:
1. Ditambah hamzah di awal verba seperti karuma menjadi akroma
2. Di tadl’if (dobel konsonan) huruf kedua verba dasarnya, seperti fariha menjadi
farraha
3. Ditambah alif (vokal a) setelah huruf pertama verba dasar seperti jalasa menjadi
jaalasa
4. Ditambah hamzah, sin, dan ta di awal verba, seperti hasuna menjadi istahsana
5. Tadlmiin (Konversi atau transmutasi) verba dari intransitif ke transitif, seperti
‘azama (instransitif) menjadi ‘azama (transitif)
6. Tahwiil (pengubahan) transfik (harokat) huruf kedua verba dasar, seprti verba
fakhara – yafkharu menjadi fakhara yafkhuru.

Proses pengubahan verba intransitif menjdi verba transitif dilakukan dengan cara:
1. Tadlmiin (konversi/transmutasi) verba transitif menjadi intransitif seperti verba
khaalafa transitif menjadi khaalafa intarnsitif.
2. Menjadi verba muthawa’ah. Pembahasan ini akan dikemukakan pada bab verba pasif
BA.
3. Tahwiil (pengubahan) transfik (harokat) huruf kedua verba dasar dari tipe fa’ala
mnjadi fa’ula, seperti :
fahima menjadi fahuma, kataba menjadi katuba, saraqa menjadi saruqa.
6. Berdasarkan Kehadiran Subjek
Berdasarkan kehadiran Subjek, verba BA dibagi menjadi mabni ma’lum ‘aktif’(known) dan
mabni majhul ‘pasif’ (ignored). Bagian ini akan dibahasa khusus pada bab verba pasif BA.

Anda mungkin juga menyukai