Anda di halaman 1dari 154

MORFOLOGI

BAHASA INDONESIA

R. MEKAR ISMAYANI, M.PD.

STKIP SILIWANGI
BANDUNG
SILABUS/ RPS (Uraian Materi)
1. Pertemuan ke-1 Rencana perkuliahan, manfaat
dan tujuan mempelajari
morfologi
2. Pertemuan ke-2 Konsep Dasar Morfologi
3. Pertemuan ke-3 Satuan-satuan Gramatik
4. Pertemuan ke-4 UTS
5. Pertemuan ke-5 Wujud dan Jenis Morfem
6. Pertemuan ke-6 Proses Morfemis atau Proses
Morfologis
7. Pertemuan ke-7 Morfofonemik
8. Pertemuan ke-8 Kelas Kata
PERTEMUAN 1
RENCANA
PERKULIAHAN

1. Pertemuan (tatap muka) dilaksanakan 8 kali, dengan rincian


sebagai berikut:
a. Tatap Muka : 7 kali
b. UTS : 1 kali
2. UAS
3. Buku sumber : Abdul Chaer & TBBI
4. Tugas
5. Kuis
5. Penilaian
a. Akhlaq : bersikap, bertutur, berpakaian
b. Kehadiran : 30% (minimal 90%)
c. Tugas : 10%
d. UTS : 30%
e. UAS : 30%

NA =
TM+RT+UTS+2UAS
5
Manfaat dan Tujuan Mempelajari
Morfologi
1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
batasan, hakikat, dan cakupan morfologi.
2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
hakikat dan klasifikasi morfem.
3. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
proses morfologis
4. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
hakikat dan kelas kata
5. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
proses morfofonemik
MORFOLOGI

Pertemuan 2

Konsep Dasar Morfologi

MEKAR ISAMYANI, M. PD.


Secara Umum Morfologi
Mengkaji

Morfem

Kata
TATARAN
LINGUISTIK

WACANA

SINTAKSIS

MORFOLOGI

FONOLOGI
wacana

kalimat
klausa SINTAKSI
S
frasa TATA
BAHASA
kata MORFOLO
GI
morfem
fonem
FONOLOGI
fon
MATERI YANG AKAN
DIPAPARKAN

Pengertian Morfologi
Hubungan Morfologi
dengan Kebahasaan Lain
APAKAH MORFOLOGI ITU?

Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang


mempelajari seluk-beluk kata serta fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik
fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
(Ramlan, 2009:21)
OMorfology atau tata bentuk (Inggris morfology; ada pula
yang menyebutnya morphemics) adalah bidang
linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata
secara gramatikal (Verhaar, 1984:52)

Dengan perkataan lain, morfologi


mempelajari dan menganalisis
struktur, bentuk, dan klasifikasi
kata-kata.
O Dalam bahasa linguistik bahasa Arab , morfologi
ini disebut tasrif, yaitu perubahan suatu bentuk
(asal) kata menjadi bermacam-macam bentuk
untuk mendapatkan makna yang berbeda (baru).
Tanpa perubahan bentuk ini, maka yang berbeda
tidak akan terbentuk (Alwasilah, 1983:101) .
Prawirasumantri lebih tegas merinci bidang yang
dibahas oleh morfologi yakni:

morfem-morfem yang terdapat dalam sebuah


bahasa, proses pembentukan kata, fungsi
proses pembentukan kata, makna proses
pembentukan kata, dan penjenisan kata
(1985:107).
MORFOLOGI DAN
LEKSIKOLOGI

OLeksikologi mempelajari seluk-beluk kata,


ialah mempelajari pemakaian kata serta artinya
seperti dipakai oleh masyarakat pemakai
bahasa.

O Morfologi dan Leksikologi sama-sama


mempelajari seluk-beluk kata.
Perbedaan Morfologi dan
Leksikologi

Morfologi mempelajari arti yang timbul


sebagai peristiwa gramatik, ialah yang biasa
disebut arti gramatik (grammatical meaning).

Leksikologi mempelajari arti yang lebih


kurang tetap yang terkandung dalam kata, atau
yang lazim disebut arti leksikal (lexical
meaning).
O Dalam penyelidikan bentuk, morfologi berdekatan
dengan etimologi.

O Etimologi menyelidiki seluk-beluk asal-usul kata secara


khusus sedangkan morfologi menyelidiki seluk-beluk
asal-usul kata yang disebabkan akibat sistem bahasa
secara umum.

Contoh:
dari kata pakai terbentuk kata  pakaian, terpakai,
memakai, dipakai, berpakaian.

(perubahan-perubahan itu disebabkan oleh sistem


bahasa yaitu sistem afiksasi  gejala itulah yang
dipelajari oleh morfologi).
O kata kenan  berkenan,
tuan  tuhan

(perubahan-perubahan tersebut bukan bersifat


umum atau bukan akibat sistem bahasa dan
tidak dipelajari oleh morfologi atau ilmu asal-usul
kata).

O Asal-usul sebuah kata berasal dari bahasa apa,


itu dipelajari oleh etimologi.

O Contoh: kata sastra berasal dari bahasa


Sansekerta yang bermakna tulisan.
MORFOLOGI DAN SINTAKSIS

O Sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun “dengan” dan


tattien “menempatkan”. Dengan jelas, menempatkan
bersama-sama dengan kata-kata menjadi kelompok kata
atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi
kalimat (Verhaar, 1985:70).
O Bidang sintaksis menyelidiki semua
hubungan antarkata dan antarkelompok
kata dalam kalimat.

O Morfologi mempelajari seluk beluk kata itu


sendiri secara mandiri tanpa
memperhatikan hubungannya dalam
kalimat.
MORFOLOGI

Pertemuan 3
SATUAN-SATUAN
GRAMATIK

MEKAR ISAMYANI, M. PD.


Pada bagian ini akan
dipaparkan:
1. Pengertian satuan-satuan gramatika
2. Bentuk tunggal dan bentuk kompleks
3. Bentuk bebas dan bentuk ikat
4. Pokok Kata
5. Hirarki Bahasa
6. Bentuk asal dan bentuk dasar
Pengertian Satuan Gramatik
O Satuan yang mengandung arti baik arti leksikal
maupun gramatikal

O Arti leksikal adalah makna yang terkandung


dalam kata

O Arti gramatikal adalah makna yang timbul


sebagai akibat peristiwa gramatik
Urutan Satuan Gramatik
Wacana

Kalimat

Klausa

Frasa

Kata

Morfem
Bentuk Tunggal & Bentuk
Kompleks
OBentuk tunggal yaitu satuan gramatik
yang tidak terdiri dari satuan yang
lebih kecil lagi.

OBentuk Kompleks yaitu satuan yang


terdiri dari satuan-satuan yang lebih
kecil lagi.
Satuan Gramatik Bebas &
Satuan Gramatik Terikat
OSatuan gramatik bebas adalah satuan
gramatik yang dapat berdiri sendiri
dalam tuturan.

OSatuan gramatik terikat adalah satuan


gramatik yang tidak dapat berdiri
sendiri dalam tuturan.
Pokok Kata
OSatuan yang tidak dapat berdiri sendiri
dalam tuturan dan secara gramatik tidak
memiliki sifat bebas serta dapat dijadikan
bentuk dasar.
OContoh bentuk pokok kata : alir, sandar,
juang, baca, ambil, perbesar, pertiga,
ketahu, jabat, main, rangkak, dll.
Bentuk asal dan bentuk dasar
OBentuk asal adalah satuan yang paling
kecil yang menjadi asal suatu kata
kompleks.

OBentuk asal selalu berupa bentuk tunggal .


OContoh :

berpakaian terbentuk dari asal pakai


mendapat imbuhan afiks –an menjadi
pakaian, kemudian mendapat
imbuhan afiks ber- menjadi
berpakaian
O Bentuk dasar adalah satuan baik tunggal
maupun kompleks yang menjadi dasar
bentukan bagi satuan yang lebih besar.

O Bentuk dasar dapat berupa bentuk tunggal atau


bentuk kompleks.
Contoh:

Kata berpakaian terbentuk dari


bentuk dasar pakaian dengan afiks
ber-,

Kata dasar pakaian terbentuk dari


bentuk dasar pakai dengan afiks –
an.
Deretan Morfologik
O Suatu deretan atau suatu daftar yang memuat kata-kata
yang berhubungan dalam bentuk dan arti

O Fungsi deretan morfologik adalah untuk menentukan


morfem-morfem

O Contoh: kejauhan, menjauhkan, dijauhkan, terjauh,


berjauhan, menjauhi, dijauhi  memiliki satu morfem
yaitu jauh
MORFOLOGI

Pertemuan 5
MORFEM DAN PROSEDUR
PENGALAMANNYA

MEKAR ISAMYANI
MORFEM

Ramlan (1983: 26), morfem adalah satuan


gramatik yang paling kecil yang tidak mempunyai
satuan lain selain unsurnya.

Morfem adalah komposit bentuk pengertian yang


terkecil yang sama atau mirip yang berulang
(Samsuri, 1928: 170).
Morfem, Morf, Alomorf

Morf adalah morfem yang


Morfem mempunyai beberapa
struktur fonologik.

Alomorf adalah anggota satu


morfem yang wujudnya berbeda,
tetapi mewakili fungsi dan makna
yang sama
Mem-, men-, meny-, meng-,
variasi menge-, me-

meN- morf

alomorf
Morfem bebas: morfem yang
dapat berdiri dalam tuturan biasa
atau morfem yang dapat berfungsi
sebagai kata

Morfe
m
Morfem terikat: morfem yang
tidak dapat berdiri sendiri
dalam tuturan biasa
Contoh

bersepeda

ber- sepeda

Morfem Terikat Morfem Bebas


Satuan bebas yang paling kecil atau
dengan kata lain, setiap satuan
bebas merupakan kata
(Ramlan)

Kata
Bentuk bebas yang paling kecil,
yaitu kesatuan terkecil yang dapat
diucapkan secara mandiri
(Bloomfield)
Ciri-ciri Kata

Kata merupakan satu Kata dapat ditersendirikan


kesatuan penuh dan yakni bahwa sebuah kata
komplit dalam sebuah dalam kalimat dapat
ujaran bahasa dipisahkan dari yang lain
dan dapat dipindahkan

Parera (1980 : 10)


Perbedaan Morfem dengan Kata

Kata = Morfem Morfem ≠ Kata

Kata merupakan suatu


kesatuan penuh dan komplit
dalam sebuah ujaran
bahasa.
PARADIGMA DAN DERETAN MORFOLOGIS

Paradigma
Paradigma yaitu daftar lengkap perubahan afiksasi yang
mungkin dengan morfem asal yang sama (Verhaar, 1984:
65).
Deretan
Paradigma Makna
Morfologik

Ramlan (1983: 28)


Paradigma sama maknanya dengan deretan
morfologik menurut Ramlan (1983: 28), yaitu suatu
deretan atau daftar yang memuat kata-kata yang
berhubungan dalam bentuk dan artinya.

Contoh:
 terlantar Kata terlantar terdiri
 menelantarkan atas satu morfem,
 ditelantarkan bukan dua morfem ter-
 keterlantaran dan lantar.
 terlantar
Pengenalan morfem dapat dilakukan dengan cara
membanding-bandingkan suatu bentukan yang
berulang dengan cara mengadakan subtitusi
(Prawirasumantri, 1985:125).

Ahmad Slamet (1982: 46) prinsip-prinsip


pengenalan morfem
Prinsip 1. Satuan-satuan atau bentuk-bentuk yang
mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna
yang sama termasuk satu morfem

Prinsip 2. Satuan-satuan atau bentuk-bentuk yang mempunyai


struktur fonologis yang berbeda termasuk satu morfem
apabila memiliki satu arti yang sama sedangkan perbedaan
struktur tersebut dapat dijelaskan secara fonologis

Prinsip 3. Satuan-satuan atau bentuk-bentuk yang mempunyai


struktur fonologis yang berbeda sekalipun perbedaannya tidak
dapat dijelaskan secara fonologis, masih dianggap sebagai satu
morfem apabila mempunyai makna atau arti yang sama dan
mempunyai distribusi yang komplementer.

Prinsip 4. Apabila deretan suatu satuan berparalel dengan


suatu kekosongan itu merupakan morfem yang disebut
morfem zero.
Prinsip 5. Satuan-satuan yang mempunyai struktur
fonologis yang sama mungkin merupakan satu
morfem yang berbeda.

Prinsip 6. Setiap satuan yang dapat


dipisahkan merupakan morfem.

Prinsip 7. Bagian gabungan yang diketahui


maknanya setelah bergabung dengan bagian
lainnya dianggap sebuah morfem.
WUJUD DAN JENIS MORFEM

Wujud Morfem

Terdiri atas gabungan


Berwujud fonem atau fonem segmental dengan
urutan fonem segmental suprasegmen- tal (prosodi)

Berwujud gabungan fonem


Berwujud fonem-
suprasegmental dengan Berwujud
fonem prosodi
kesuprasegmen-talan yakni kekosongan
(suprasegmental)
intonasi atau kalimat
Ditinjau dari
hubungannya

Jenis
Morfem

Ditinjau dari distribusinya


Ditinjau dari hubungannya

Hubungan Hubungan
struktur posisi

aditif replasif urutan sisipan

substraktif simultan
MORFOLOGI

Pertemuan 6
PROSES MORFOLOGIS

MEKAR ISAMYANI
PROSES MORFOLOGIK
O Proses morfologik adalah proses pembentukan
kata-kata dari satuan lain yang merupakan
bentuk dasarnya.
O Bentuk dasarnya dapat berupa kata, pokok
kata, frase, kata dan kata, kata dan pokok kata,
pokok kata dan pokok kata.
O Contoh: terjauh, mengalir, ketidakadilan,
rumah sakit, pasukan tempur, lomba tari.
9 Proses morfologis menurut Zainal Arifin
sebagai berikut:

1. Derivasi zero
2. Afiksasi
3. Reduplikasi
4. Komposisi
5. Abreviasi
6. Derivasi balik
7. Metanalisis
8. Analogi
9. Kombinasi proses
Proses Pembubuhan Afiks
O Pembubuhan afiks pada suatu satuan baik
satuan itu berupa bentuk tunggal maupun
bentuk kompleks untuk membentuk kata
O Namun ada juga afiks tidak membentuk kata
tetapi membentuk pokok kata. Contoh :
perindah, perluas, duduki, bangunkan, tanami,
pukuli, ambilkan, bacakan, dll.
Pengertian Afiks
Menurut Ramlan
(2009:54-55)
Ida
Afiks adalah suatu ( 2008:5) Abdul Chaer
satuan gramatik
(106)
terikat yang didalam Afiksasi adalah
suatu kata merupakan proses pembentukan Afiksasi adalah salah
unsur yang bukan kata dengan satu proses dalam
kata dan bukan pokok membubuhkan afiks pembentukan kata
kata, yang memiliki (imbuhan) pada turunan baik
kesanggupan melekat berkategori verba,
bentuk dasar, baik
pasa satuan lain untuk berkategori nomina
berupa tunggal maupun berkategori
membenuk kata atau maupun kompleks. ajektiva. Dalam hal ini
pokok kata baru.
akan dibahas afiksasi
berkategori verba.
Afiks
O Suatu satuan gramatik terikat yang di dalam
suatu kata merupakan unsur yang bukan kata
dan pokok kata, yang memiliki kesanggupan
melekat pada satuan lain untuk membentuk
kata atau pokok kata baru
JENIS-JENIS AFIKS

Afiks Berdasarkan Letak

Simulfiks Infiks

Suprafiks Prefiks Sufiks

Intrfiks Konfiks

Kombinasi
Tranfiks
Afiks
Prefiks Infiks Sufiks Konfiks
meng- -el- -kan peN-an
me- -er- -an pe-an
di- -em- -i per-an
ter- -in- -nya ber-an
peng- -wan ke-an
pe- -wati se-nya
se- -isme
per- -man
pra- -ah
ke- -wi
a-
maha-
para-
Afiks Berdasarkan Asal

Afiks Asing
Afiks Asli (Serapan)
Afiks Berdasarkan
Sifat

Afiks Afiks
Produktif Improduktif
Fungsi Afiks

Afiks Afiks Afiks Afiks Afiks Afiks


meng- ber- di- ke- per- se-
Kata ulang
Pengulangan satuan gramatik baik
sebagian atau seluruhnya baik dengan
variasi fonem maupun tidak.
Pengertian

OReduplikasi atau kata ulang adalah


pengulangan satuan gramatik, baik
seluruhnya maupun sebagian, baik dengan
variasi fonem maupun tidak.

OHasil pengulangan disebut kata ulang.


Macam-macam pengulangan
1. Pengulangan seluruhnya
2. Pengulangan sebagian
3. Pengulangan yang berkombinasi dengan
proses pembubuhan afiks
4. Pengulangan dengan perubahan fonem
Fungsi dan Makna Kata Ulang

A. Fungsi
1. pembentuk kata nominal dari kata kerja
2. Pembentuk kata keterangan dari kata sifat
3. tidak mengubah golongan kata

B. Makna
4. Menyatakan banyak dan bermacam-macam
5. Menyatakan banyak tak tentu
6. Menyatakan tak bersyarat
7. Menyatakan menyerupai
8. Menyatakan perbuatan berulang-ulang (intensitas kuantitatif)
9. Menyatakan saling
10. Menyatakan agak
11. Menyatakan paling (superlatif)
Proses Pemajemukan

Gabungan dua kata yang


menimbulkan suatu kata baru.
Pemajemukan

Pemajemukan adalah proses morfologis yang berupa


perangkaian (bersama-sama) dua buah bentuk dasar
(bentuk asal) atau lebih yang menghasilkan satu kata
(Prawirasumantri).

Hasil proses pemajemukan disebut kata majemuk.


Menurut Ramlan, kata majemuk yakni kata yang terdiri
dari dua kata atau lebih sebagai unsurnya.
Ciri-ciri Kata Majemuk, menurut Ramlan

1. Gabungan dua buah bentuk dasar (bentuk asal)


atau lebih yang salah satu atau semua unsurnya
berupa pokok kata termasuk kata majemuk.

Bentuk yang terdiri dari bentuk dasarnya yang berupa


morfem bebas dengan pokok kata atau pokok kata
semua, maka gabungan tersebut pastilah termasuk kata
majemuk.

Kolam renang, Medan


tempur, Temu karya,dll.
2. Unsur-unsur kata majemuk tidak
mungkin dipisahkan atau tidak mungkin
diubah strukturnya.

I II
Meja makan Adik makan
Rumah sakit Burung sakit
Kamar mati Tikus mati

Pada lajur I merupakan kata majemuk dan lajur II


bukan kata majemuk
Ciri-ciri kata majemuk
1. Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata. Contoh :
barisan tempur, kolam renang, dll.
2. Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan atau tidak
mungkin diubah strukturnya. Contoh : kaki tangan, kamar
mandi.
3. Tidak bisa disisipkan kata lain “itu, tidak, sangat, agak, yang,
oleh, dari.
4. Kata majemuk dengan unsur yang berupa morfem unik yaitu
morfem yang hanya berkombinasi dengan satu satuan
tertentu. Contoh : simpang siur, sunyi senyap, terang
benderang, gelap gulita
5. Membentuk makna baru.
Macam-macam kata majemuk:

1. Kata majemuk endosentris: kata majemuk yang


konstruksi distribusinya sama dengan kedua (ketiga)
atau salah satu unsurnya.

Contoh: Rumah sakit itu baru


dibangun.
2. Kata majemuk eksosentris: kata majemuk yang
konstruksinya berlainan distribusinya dan salah satu
unsurnya.

Contoh: Rumah itu baru dibangun.


Kata majemuk eksosentris, dibedakan
menjadi:

Kata majemuk Kata majemuk


koodinatif atributif/subordinatif

Rumah sakit,
Budi bahasa
orang tua, dll.
Teori Pemajemukan Kata

O Pemajemukan adalah proses pembentukan kata


melalui penggabungan dua buah kata yang
menimbulkan suatu kata baru (M. Ramlan, 2007 ).

O Pemajemukan adalah proses pembentukan suatu


konstruksi melalui penggabungan 2 morfem /
kata atau lebih (Samsuri, 1978 ).
Teori Pemajemukan Kata
O Pemajemukan adalah proses pembentukan
kata melalui penggabungan morfem dasar
yang hasil keseluruhannya berstatus sebagai
kata yang mempunyai pola fonologis,
gramatikal, dan semantik yang khusus
menurut kaidah bahasa yang bukan
pemajemukan (Harimurti Kridalaksana,
1982 ).
Teori Pemajemukan Kata
O Pemajemukan adalah proses pembentukan
kata melalui penggabungan morfem dengan
kata, atau kata dengan kata yang menimbulkan
pengertian baru yang khusus (TBBI, 1988 :
168).
Simpulan Teori Pemajemukan
O Pemajemukan kata adalah proses penggabungan kata
dengan kata, kata dengan pokok kata, atau pokok kata
dengan pokok kata yang menghasilkan makna baru
secara khusus yang saling berkaitan. Hasil dari
pemajemukan disebut dengan kata majemuk atau
kompositum.

O Kata dengan kata Rumah Sakit


O Kata dengan pokok kata Pasukan
Tempur
O Pokok kata dengan pokok kata Jual Beli
Kata Majemuk
O Satuan gramatik yang unsurnya dapat berupa
kata, pokok kata dan mungkin morfem unik
yang mempunyai makna yang berkaitan
dengan unsur-unsur pembentuknya.
Penggolongan Kata Majemuk
O 1. Berdasarkan hubungan gramatik antar
usurnya
O 2. Berdasarkan hubungan semantis
antarunsurnya
O3. Berdasarkan jumlah bentuk dasar yang
membentuk kata majemuk itu
O 4. Berdasarkan kelas kata bentuk dasar
yang membentuknya.
Berdasarkan hubungan gramatik
antar usurnya
O Kata majemuk endosentris adalah kata majemuk yang unsur
pembentuknya ada yang diterangkan (D) dan ada yang
menerangkan (M). Strukturnya bisa berupa D-M, misalnya
kamar mandi dan hari besar, atau M-D yamg pada umumnya
berasal dari unsur serapan, misalnya perdana menteri dan akil
balig.

O kata majemuk eksosentris adalah kata majemuk yang


hubungan gramatis antarunsurnya sejajar dan tidak saling
menerangkan sehingga hanya bersifat kopulatif. Contoh kata
majemuk jenis ini adalah kaki tangan, tua muda, dan sunyi
senyap.
Berdasarkan hubungan semantis
antarunsurnya
O 1. Setara
Contoh : tanggung jawab
2. Bersinonim
Contoh : pucat pasi
O 3. Berantonim
Contoh : simpan pinjam
Berdasarkan jumlah bentuk dasar
yang membentuk kata majemuk itu
1. Dua bentuk dasar
Contoh: meja tulis, kepala dingin, membabi buta

2. Tiga Bentuk Dasar


Contoh: setali tiga uang, kepala rumah sakit.
Berdasarkan kelas kata bentuk dasar yang
membentuknya.
 KB-KB, misalnya tuan tanah, tanah air, dan kepala batu.
 KB-KK, misalnya kamar tidur dan kamar mandi.
 KB-KS, misalnya orang tua, istri muda, dan kursi malas.
 KB-KBil, misalnya roda dua, roda empat, dan langkah seribu.
 KK-KS, misalnya tertangkap basah dan adu untung.
 KK-KB, misalnya makan hati dan adu mulut.
 KS-KB, misalnya keras kepala dan haus darah.
 KBil-KB, misalnya setengah hati dan empat mata.
 KBil-Kbil, misalnya sekali dua.
 KBil-KK, misalnya setengah hati.
 KB-PKK, misalnya roti bakar, buku tulis, dan ruang kerja.
 KS-PKK, misalnya buruk sangka dan salah paham
 PKK-PKK, misalnya jual beli dan kerja paksa.
 KB-KB-KB, misalnya telur mata sapi.
 KB-KB-KS, misalnya kereta api cepat. KB-KB-KBil, misalnya pedagang kaki lima
 KB-KK-KB, misalnya senjata makan tuan.
 KB-KS-KK, misalnya bus cepat terbatas.
Ciri-ciri Kata Majemuk
Menurut Harimurti

1. Ketaktersisipan
2. Ketakterluasan
3. Ketakterbalikan
Ketaktersisipan
O Yaitu komponen-komponen kompositum
tersebut tidak dapat disisipi apa pun.
Harimurti memberi contoh kata alat negara.
Kata ini masih bisa disisipi
partikel dari sehingga menjadi alat dari
negara. Jadi, kategori ini bukan kata
majemuk, melainkan frase.
Ketakterluasan

O Yaitu komponen-komponen kompositum


tersebut tidak dapat diafiksasi dan
dimodifikasi. Jika terjadi perluasan, itu pun
hanya mungkin untuk semua komponen
sekaligus. Contoh yang diberikan
adalah kereta api yang dapat dimodifikasi
menjadi perkeretaapian.
Ketakterbalikan
O Yaitu komponen-komponen tersebut tidak dapat
dipertukarkan.Menurutnya, Bapak ibu, pulang
pergi, dan lebih kurang bukanlah komposisi
melainkan frase koordinatif karena dapat
dibalikkan. Arif bijaksana, hutan belantara, dan bujuk
rayu barulah disebut kompositum karena tidak dapat
dibalikkan.

O Jadi, menurut Harimurti, jika tidak memenuhi ciri-ciri


di atas, bentuk tersebut bukan kompositum,
melainkan frase.
Menurut Sumadi :
1. Menimbulkan Makna Baru
2. Hubungan Antar unsur Sangat Padu
3. Memiliki Struktur yang Tetap
Menimbulkan Makna Baru
O Dalam kata majemuk, terjadi pertalian makna di antara
bentuk dasar yang membentuknya sehingga penafsiran
makna terhadap kata majemuk tidak dapat dilakukan
terhadap makna bentuk dasarnya.

O Kamar Mandi Kata Majemuk

O Kamar Saya Bukan Kata majemuk


Hubungan Antar unsur Sangat
Padu
O Hubungan antarunsur pembentuk kata
majemuk sangat padu sehingga di antara unsur
pembentukya tidak dapat disisipi satuan
gramatis yang lain
O Rumah makan Kata majemuk
O Rumah untuk makan ?
Memiliki Struktur yang Tetap
O Karena hubungan di antara satuan gramatis
pembentuk kata majemuk itu sangat erat,
maka posisinya tidak dapat dipertukarkan
sehingga strukturnya tetap.
O Kamar tidur tidur kamar?
O Tanggung jawab jawab tanggung?
O Rumah sakit Sakit rumah?
Kata Majemuk, Idiom dan Frasa
O Kata majemuk
O Idiom
O Frasa
O Reduplikasi Berubah Bunyi

(cantik-molek, basah-kuyup, tua renta, dan hancur


luluh (Chaer, 2008:212)
Frasa
O Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata
atau lebih yang bersifat nonpredikatif, lebih besar dari kata dan
lebih kecil dari klausa. Non predikatif yang dimaksud ialah
kata-kata pembentuk frasa tidak ada yang berkedudukan
sebagai predikat. Misalnya, rumah saya, makan sate, mereka
semua, dan hari Sabtu
Idiom
O Idiom merupakan satuan bahasa yang
maknanya tidak sama dengan gabungan
makna unsurnya, tidak dapat diramalkan dari
makna leksikal dan makna gramatikal
unsurnya. Misalnya, meja hijau, kambing
hitam, panjang tangan, dan membanting
tulang.
Proses Perubahan Zero
OPerubahan zero terjadi pada kata
kerja aktif yang bisa dipasifkan
contoh: makan, minum, mohon,
minta dll.
MORFOLOGI

Pertemuan 9
AFIKSASI BAHASA INDONESIA

MEKAR ISAMYANI
Pengertian Afiks

Jenis-jenis Afiks

Pembubuhan Afiks

Fungsi dan Makna Afiks


AFIK 1
S

Imbuhan
Apa itu Afiks?

Satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan
kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-
satuan lain untuk membentuk kata atau pokok katabaru. (Ramlan)

Bentuk linguistik yang pada suatu kata merupakan unsur langsung dan bukan
kata atau pokok kata, yang memiliki kemampuan melekat pada bentuk-bentuk
lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.
(Ida Bagus Putrayasa)

Bentuk terikat yang jika ditambahkan pada bentuk lain akan


mengubah makna gramatikalnya.
(Harimurti Kridalaksana)

Bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal,


akhir, atau tengah kata.
(Richards)
Proses
Pembubuhan
AFIKSAS
Afiks I
2 Produktivitas

Posisi/
Asal
Letak

Jenis Afiks
meN-, ber-,
Prefiks ter- dll

L
E Infiks -el-,-em-, -er-

T
-an, -kan, -i
A Sufiks dll

K Ke-an, ber-, -
Konfiks an, dll
-man, -wan, -wati, -isme, -i,
-wi, non-, pra- , dll

Asli Asal Asing

meN-, peN-, ber-, -el-,


-em-, -kan, -an, dll
IMPRODUKTIF

P
R
-man,
O
-el-,
D
-em-,
U
-er-,
K
a-
T
dll
I
F
meN-, ber-, -kan, -i, ke-an,
per-an, dll
Proses Pembubuhan Afiks
3
prefiks meN, peN-, ber-, ter-, di-, per-, ke-,
se-, dan prefiks serapan

infiks -el-, -em-, -er-

-an, -kan, -i, -nya,


sufiks
dan sufiks serapan

konfiks me-kan, di-kan, ber-kan, dll


A. meN-
O Dalam pembentukan kata, prefiks meN- mengalami perubahan
bentuk menjadi: me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-.
O Prefiks meN- berubah menjadi me- jika diikuti oleh bentuk
dasar yang bermula dengan fonem /l/,/m/,/n/,/ny/,/n/,/r/,/y/,
dan/w/.
O Prefiks meN- berubah menjadi mem- jika diikuti oleh bentuk
dasar yang bermula dengan fonem /b/,/p/,/f/. Fonem /p/
mengalami peluluhan.
O Prefiks meN- berubah menjadi men- jika diikuti oleh bentuk
dasar yang bermula dengan fonem /d/ dan /t/. Fonem /t/
mengalami peluluhan.
O Prefiks meN- berubah menjadi meng- jika diikuti oleh bentuk
dasar yang bermula dengan fonem /k/,/g/,/h/,/kh/, dan semua
vokal. Fonem /k/ mengalami peluluhan.
O Prefiks meN- berubah menjadi meny- jika diikuti oleh bentuk
dasar yang bermula dengan fonem /c/,/j/,/s/, dan /sy/. Fonem /s/
mengalami peluluhan.
O Prefiks meN- berubah menjadi menge- jika diikuti oleh bentuk
dasar satu suku kata.
4

fungsi makna
A. Fungsi prefiks meN-
O Fungsi prefiks meN- membentuk kata kerja transitif maupun
intransitif.
B. Makna / Arti prefiks meN-
O suatu perbuatan yang aktif lagi transitif
O menjadi seperti keadaan yang tersebut pada bentuk dasarnya
O memakai apa yang tersebut pada bentuk dasar
O berlaku atau menjadi seperti apa yang tersebut pada bentuk
dasar
O menuju ke tempat
O membuat apa yang tersebut pada bentuk dasar
O dalam keadaan
MORFOLOGI

Pertemuan 10
REDUPLIKASI (PROSES
PENGULANGAN)

MEKAR ISAMYANI
Pengertian
OReduplikasi atau kata ulang adalah
pengulangan satuan gramatik, baik
seluruhnya maupun sebagian, baik
dengan variasi fonem maupun tidak.

OHasil pengulangan disebut kata ulang.


Jenis-jenis Kata ulang
1. Pengulangan utuh
2. Pengulangan sebagian
3. Pengulangan dengan perubahan bunyi
4. Pengulangan dengan afiks
Fungsi dan Makna Kata Ulang

A. Fungsi
1. pembentuk kata nominal dari kata kerja
2. Pembentuk kata keterangan dari kata sifat
3. tidak mengubah golongan kata

B. Makna
4. Menyatakan banyak dan bermacam-macam
5. Menyatakan banyak tak tentu
6. Menyatakan tak bersyarat
7. Menyatakan menyerupai
8. Menyatakan perbuatan berulang-ulang (intensitas kuantitatif)
9. Menyatakan saling
10. Menyatakan agak
11. Menyatakan paling (superlatif)
MORFOLOGI

Pertemuan 11
KOMPOSISI (PROSES
PEMAJEMUKAN)

MEKAR ISAMYANI
Pemajemukan

Pemajemukan adalah proses morfologis yang berupa


perangkaian (bersama-sama) dua buah bentuk dasar
(bentuk asal) atau lebih yang menghasilkan satu kata
(Prawirasumantri).

Hasil proses pemajemukan disebut kata majemuk.


Menurut Ramlan, kata majemuk yakni kata yang
terdiri dari dua kata atau lebih sebagai unsurnya.
Ciri-ciri Kata Majemuk,
menurut Ramlan:
1. Gabungan dua buah bentuk dasar (bentuk asal)
atau lebih yang salah satu atau semua unsurnya
berupa pokok kata termasuk kata majemuk.

Bentuk yang terdiri dari bentuk dasarnya


yang berupa morfem bebas dengan pokok
kata atau pokok kata semua, maka gabungan
tersebut pastilah termasuk kata majemuk.

Kolam renang, Medan


tempur, Temu karya,dll.
2. Unsur-unsur kata majemuk tidak
mungkin dipisahkan atau tidak mungkin
diubah strukturnya.

I II
Meja makan Adik makan
Rumah sakit Burung sakit
Kamar mati Tikus mati

Pada lajur I merupakan kata majemuk dan lajur II


bukan kata majemuk
Macam-macam kata majemuk:

1. Kata majemuk endosentris: kata majemuk yang


konstruksi distribusinya sama dengan kedua (ketiga)
atau salah satu unsurnya.

Contoh: Rumah sakit itu baru


dibangun.
2. Kata majemuk eksosentris: kata majemuk yang
konstruksinya berlainan distribusinya dan salah satu
unsurnya.

Contoh: Rumah itu baru dibangun.


Kata majemuk eksosentris, dibedakan
menjadi:

Kata majemuk Kata majemuk


koodinatif atributif/subordinatif

Rumah sakit,
Budi bahasa
orang tua, dll.
MORFOLOGI

Pertemuan 12
KONSEP DASAR MORFOFONEMIK

MEKAR ISAMYANI
APA ITU PROSES
M
O MORFOFONEMIK ?
R
F PROSES PERUBAHAN
O PONEM
F
O
N PROSES PENAMBAHAN
E FONEM
M
I
K PROSES HILANGNYA
FONEM
Morfofonemik adalah...

Morfofonemik mempelajari
perubahan-perubahan
fonem yang timbul sebagai
akibat pertemuan morfem
dengan morfem lain.
PROSES PERUBAHAN
FONEM

Terjadi sebagai
1. Fonem /N/ pada morfem meN- dan akibat per -
peN- berubah menjadi fonem /m/ temuan morfem
apabila bentuk dasar yang meN- dan peN-
mengikutinya berawal dengan /p,b,f/ dengan bentuk
dasarnya

Contoh :
meN- + paksa= memaksa
peN- + berontak = pemberontak
meN- + fitnah= memfitnah
2.Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi
fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya
berawal dengan fonem /t,d,s/

O Fonem /s/ di sini hanya khusus bagi beberapa


bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang
masih mempertahankan keasingannya.

O Contoh :
meN- + tarik = menarik
peN- + datang = pendatang
meN- + survey = mensurvey
3. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN berubah
menjadi /ň(ny)/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan /s,ŝ,c,j/.

Contoh :
meN- + sapu = menyapu
meN- + syukuri = mensyukuri (lihat pada buku)
peN- + cukur = pencukur (lihat pada buku)
peN- + jajah = penjajah (lihat pada buku)
4. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN
berubah menjadi /η/ apabila bentuk dasar
yang mengikutinya berawal dengan
/k,g,x,h, dan vokal/.

Contoh :
meN- + kacau = mengacau
peN- + gali = penggali
peN- + khayal = pengkhayal
meN- + hias = menghias
5. Fonem /r/ pada morfem ber- dan per- mengalami perubahan
menjadi fonem /l/ sebagai akibat pertemuan dengan bentuk
dasarnya berupa morfem ajar.
contoh: ber- + ajar  belajar
per- + ajar  pelajar

6. Fonem /?/ pada morfem ke-an, peN-an, dan –i mengalami


perubahan menjadi fonem /k/ sebagai akibat pertemuan dengan
bentuk dasarnya berakhir dengan fonem /?/.
contoh: ke-an + duduk  kedudukan
peN-an + petik  pemetikan
-i + rusak  rusaki
Proses penambahan fonem
O Terjadi sebagai akibat pertemuan morfem
meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya
yang terdiri dari satu suku kata, contoh:bom,
las, cat, bur.
1. Fonem tambahan /ə/ sehingga meN- berubah
menjadi menge-
2. Fonem tambahan /ə/ sehingga peN- berubah
menjadi penge-
B. Terjadi akibat pertemuan morfem –an, ke-an, dan peN-an dengan bentuk
dasarnya.

1. Terjadi penambahan fonem /?/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/.
contoh: -an + terka  terkaan /terka?an
ke-an + raja  kerajaan / keraja?an
peN-an + ada  pengadaan / pengada?an

2. Terjadi penambahan fonem /w/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan fonem
/u,o,aw/.
contoh: ke-an + pulau  kepulauan /kepulawwan
peN-an + toko  pertokoan / pertokowan
per-an + temu  pertemuan /pertemuwan

3. Terjadi penambahan fonem /y/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan fonem /i, ay/.
contoh: -an + hari  harian / hariyan
ke-an + pandai  kepandaian / kepandayyan
Proses penghilangan fonem
1.Proses hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN-
dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem
/l,r,y,w, dan nasal/.

O Contoh :
me- + lerai = melerai
pe- + ramal = peramal
me- + yakinkan = meyakinkan
pe- + warna = pewarna
me- + nganga = menganga
2. Fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan ter-
hilang akibat pertemuan morfem itu dengan
bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/
dan bentuk dasar yang suku pertamanya
berakhir dengan /ər/

Contoh :
ber- + renang = berenang
ter- + perdaya = teperdaya
per- + ramping = peramping
3. Fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem hilang
sebagai akibat pertemuan morfem me- dan
pe- dengan bentuk dasar yang berawal
dengan fonem-fonem itu.

Contoh :
me- + paksa = memaksa
me- + tulis = menulis
me- + sapu = menyapu
pe- + karang = pengarang
Catatan:
 Hilangnya fonem tidak terjadi pada bentuk
dasar yang berprefiks.

 Hilangnya fonem juga tidak terjadi pada


bentuk dasar kata-kata berasal dari kata asing
yang masih mempertahankan keasingannya.
MORFOLOGI

Pertemuan 13
PENGGOLONGAN KATA (KELAS KATA)

MEKAR ISAMYANI
Penggolongan Kata Menurut Pakar

Slametmulyana

1. Kata-kata yang pada hakekatnya hanya melakukan


jabatan gatra sebutan.

2. Kata-kata yang dapat melakukan jabatan gatra


pangkal dan gatra sebutan.

3. Kata-kata pembantu regu II

4. Kata-kata pembantu pertalian


1. Kata-kata yang pada hakekatnya hanya melakukan
jabatan gatra sebutan.

Contoh:
 Besar
 Sukar
Kata Keadaan  Sibuk
 Jauh
 dll.

Kata kerja
buntu: jatuh,
menangis

Kata kerja
Kata Kerja langsung:
menggali,
membaca

Kata kerja
sambung: cinta,
pada cinta kepada
ayah.
Kata Benda:
1. Kata benda nyata: batu, orang ,laut.
2. Kata benda tidak nyata: keindahan,
kebesaran.

Kata Ganti:
1. Kata penunjuk: ini, itu.
2. Kata-kata yang dapat 2. Kata pemisah: yang, tempat.
melakukan jabatan 3. Kata ganti diri dan milik.
gatra pangkal dan gatra 4. Kata ganti tanya.
sebutan. 5. Kata ganti sesuatu.

Kata Golongan:
1. Bilangan pokok: satu,sebelas.
2. Bilangan bantu: batang, biji.
3. Bilangan tak tentu: banyak, sedikit.
4. Bilangan himpunan: ketika.
5. Bilangan tuturan: kedua, ketiga.
6. Bilangan pecahan: setengah, seperempat.
Kata-kata yang menjelaskan
tempat kedudukan kata benda: ini,
itu.

3. Kata-kata Kata-kata yang menunjukkan


pembantu regu II kekianan: dua, tiga.

Kata-kata keadaan dan kata benda


yang memberikan penjelasan: kaya
pada orang kaya.
Anton M. Moeliono

1. Rumpun nominal: rumpun yang diingkari oleh kata


bukan dalam suatu konstruksi endosentrik beratribut.

2. Rumpun verbal: rumpun yang diingkari oleh kata


tidak dalam suatu konstruksi endosentrik beratribut.

3. Rumpun partikel: preposisi, konjungsi, penunjuk


kecaraan (modalita), penunjuk segi, penunjuk derajat
yang berdistribusi preverbal.
MORFOLOGI

Pertemuan 14

PENGGOLONGAN KATA (KELAS KATA) BAGIAN


II

MEKAR ISAMYANI
ALIRAN
TRADISIONAL

TATA BAHASA
TRADISIONAL
ALIRAN
LINGUISTIK

ALIRAN
STRUKTURAL

TATA BAHASA
STRUKTURAL
ALIRAN TRADISIONAL ALIRAN STRUKTURAL

Kata-kata dikelompokkan atau Kata-kata dikelompokkan atau


diklasifikasikan berdasarkan kriteria diklasifikasikan berdasarkan struktur
semantik dan kriteria fungsi  Semua kata yang dapat mengisi
 Kriteria SEMANTIK digunakan formula TIDAK adalah kata kerja
untuk mengklasifikasikan kelas (verba)
verba, nomina, dan adjektiva.  Semua kata yang mengisi formula
 Kriteria FUNGSI digunakan untuk BUKAN adalah kata benda (nomina)
mengklasifikasikan kelas preposisi,  Semua kata yang mengisi formula
konjungsi, seru, ganti, sandang, dan SANGAT adalah kata sifat/keadaan
bilangan (adjektiva)
TOKOH ALIRAN TRADISIONAL

PLATO ARISTOTELES

Onoma, rhema, dan


onoma dan rhema
sindesmoy
SUTAN TAKDIR
ALISYAHBANA

C. A . MEES
TOKOH ALIRAN
TRADISIONAL DI
INDONESIA

HARIMURTI
KRIDALAKSANA

TARDJAN HADIDJAJA
VERBA

PREPOSIS
NOMINA
I

PRONOMIN AJEKTIV
A A

KELAS KATA
TRADISIONA
L
INTERJE ADVERBI
KSI A

ARTIKUL NUMERALI
A A

KONJUNG
SI
TOKOH ALIRAN STRUKTURAL

FERDINAND DE L. BLOOMFIELD
SAUSSURE
SLAMET MULYANA

HARIMURTI
TOKOH ALIRAN KRIDALAKSANA
STRUKTURAL DI
INDONESIA

GORYS KERAF

HASAN ALWI
HASAN ALWI
DKK KATA
BENDA
(NOMINA,PRONO-
MINA,
NUMERALIA)

KATA TUGAS
(PREPOSISI, KATA
ARTIKULA,
KONJUNGSI,
KERJA
INTERJEKSI, (VERBA)
PARTIKEL ) KELAS KATA
STRUKTURAL

KATA
KETERANGA
KATA SIFAT
N (ADVERBIA)
(AJEKTIVA)
KELAS KATA TERBUKA 
kelas yang keanggotaannya
dapat bertambah atau
berkurang sewaktu-waktu
(NOMINA, VERBA,
MENURUT ABDUL AJEKTIVA)
CHAER KRITERIA
KLASIFIKASI
KATA KELAS KATA TERTUTUP
( PRONOMINA, ADVERBIA,
PREPOSISI, KONJUNGSI,
ARTIKULA)
CIRI-CIRI KATA BENDA (NOMINA)

DILIHAT DARI ADVERBIA


PENDAMPINGNYA

1.Tidak dapat didahului oleh negasi TIDAK


2.Tidak dapat didahului oleh derajat AGAK
(LEBIH, SANGAT, PALING)
3.Tidak dapat didahului oleh kata WAJIB
4.Dapat didahului oleh kata jumlah (SATU,
SEBUAH, SEBATANG, SEEKOR, dsb)
5.Afiks-afiks pembentuk kata benda (pe-, per-,
pe-an, per-an, ke-an, -an)
DILIHAT DARI SEGI SEMANTIK
1. Komponen makna NAMA DIRI
2. Komponen makna NAMA PERKERABATAN
3. Komponen makna NAMA PENGGATI
4. Komponen makna NAMA JABATAN
5. Komponen makna NAMA GELAR
6. Komponen makna NAMA PANGKAT
7. Komponen makna NAMA INSTITUSI
8. Komponen makna NAMA (BINATANG, TUMBUHAN,
BUAH-BUAHAN)
9. Komponen makna PERALATAN
10. Komponen makna MAKANAN + MINUMAN
11. Komponen makna GEOGRAFI
12. Komponen makna KEGIATAN
CIRI-CIRI KATA KERJA (VERBA)

DILIHAT DARI ADVERBIA PENDAMPINGNYA

1. Dapat didahului oleh negasi TIDAK dan TANPA


2. Dapat didampingi negasi BUKAN dengan syarat berada dalam
konstruksi konstratif (bukan menangis)
3. Dapat didampingi adverbia jumlah (kurang, sedikit, cukup)
4. Dapat didampingi oleh kata SERING, JARANG, KADANG-
KADANG
5. Tidak dapat didampingi oleh adverbia derajat (agak, cukup,
lebih, kurang, sangat, paling, sedikit, sekali)
6. Tidak dapat didahului oleh kata jumlah (SATU, SEBUAH,
SEBATANG, SEEKOR, dsb)
1. Dapat didampingi oleh adverbia kala (sudah, sedang,
tengah, lagi, akan, hendak, mau)
2. Afiks-afiks pembentuk kata kerja (ber-an, ber-, ber-kan,
me- , me-kan, me-i, memper-, ter-, ter-kan, ter-i, -kan, -
i, ke-an)
3. Berfungsi sebagai predikat atau inti predikat
4. Mengandung makna perbuatan (aksi) proses atau
keadaan yang bukan sifat atau bukan kualitas
5. Verba yang bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks
ter- untuk menyatakan makna paling (terhidup, termati,
terpingsan  tdk ada)
6. Tidak dapat bergabung dengan kata petunjuk
kesangatan (agak, sangat, amat)
7. Mengandung makna perbuatan
CIRI-CIRI KATA SIFAT (AJEKTIVA)

1. Dapat bergabung dengan partikel tidak


2. Mendampingi nomina
3. Didampingi partikel (lebih, sangat, agak)
4. Mempunyai ciri-ciri morfologis –er (honorer), -if
(sensitif), -i (alami)
5. Dibentuk nomina dengan konfiks ke-an (keadilan,
kehalusan, keyakinan)
6. Dalam gabungan kata menduduki posisi awal di
muka kata benda
7. Berprefiks se- (sebagian, seberapa)
8. Berprefiks se- dengan reduplikasi
(sekali-kali, semena-mena)
9. Berkonfiks se-nya (seharusnya,
sesungguhnya)
10. Berkonfiks se-nya dengan reduplikasi:
(selambat-lambatnya)
Dari segi makana Jenis adverbia :

1. Kelas negasi/ingkar(tidak, bukan, tiada, tak, tanpa)


2. Kelas frekuensi (sering, jarang, kadang-kadang, selalu,
sekali-kali, acapkali)
3. Kelas kuantitas/jumlah (banyak, sedikit, cukup, kurang,
semua, sebagian, seluruh, beberapa)
4. Kelas derajat/kualitas (agak, cukup, lebih, kurang, sangat,
paling, sedikit, sekali)
5. Kelas waktu/kala (sudah, sedang, lagi, akan, setelah, mau,
setiap, hendak, tengah)
6. Kelas keselesaian (sudah, baru, belum, sedang)
7. Kelas pembatasan (hanya, saja)
8. Kelas keharusan (boleh, wajib, harus, mesti)
9. Kelas kepastian (pasti, tentu, mungkin, barangkali)

Anda mungkin juga menyukai