Anda di halaman 1dari 153

MORFOLOGI

BAHASA
INDONESIA
M.Syukur Pane,M.Pd, S.PM
Mayor Laut (KH) 17605/P
Secara Umum Morfologi Mengkaji

satuan gramatikal terkecil
Morfem yang mempunyai makna

suatu unit dari bahasa yang


mengandung arti dan makna,
Kata terdiri dari satu atau
lebih morfem.
APAKAH MORFOLOGI ITU?

Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang


mempelajari seluk-beluk kata serta fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik
fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
(Ramlan, 2009:21)
Cabang Ilmu Bahasa

LINGUISTIK

FONOLOGI TATA BAHASA SEMANTIK

MORFOLOGI SINTAKSIS
 Linguistik adalah ilmu yang mempelajari
tentang bahasa.
 Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa
yang mempelajari tentang bunyi-bunyi
bahasa.
 Tata bahasa adalah ilmu yang mempelajari
kaidah-kaidah yang mengatur
penggunaan bahasa.
 Semantik adalah pembelajaran tentang
makna.
 Sintaksis adalah ilmu mengenai prinsip dan
peraturan untuk membuat kalimat
dalam bahasa alami.
 Makna gramatikal adalah makna jenis-jenis
kata yang terbentuk setelah mengalami proses
gramatikalisasi, seperti pemberian  imbuhan,
reduplikasi/pembentukan kata ulang atau
membuat kata dasar menjadi kata majemuk.
Waridah (2008:293)
 Makna leksikal adalah makna yang bersifat
tetap berkaitan dengan kata, leksem
(sebenarnya) atau kosa kata.
LEKSIKOLOGI

Leksikologi mempelajari
seluk-beluk kata, ialah
mempelajari pemakaian
kata serta artinya seperti
dipakai oleh masyarakat
pemakai bahasa.
Perbedaan Morfologi dan Leksikologi

Morfologi mempelajari arti yang timbul sebagai


peristiwa gramatik, ialah yang biasa disebut arti
gramatik (grammatical meaning).

Leksikologi mempelajari arti yang lebih kurang tetap


yang terkandung dalam kata, atau yang lazim
disebut arti leksikal (lexical meaning).
 Dalam penyelidikan bentuk, morfologi berdekatan dengan
etimologi.

 Etimologimenyelidiki seluk-beluk asal-usul kata secara


khusus sedangkan morfologi menyelidiki seluk-beluk asal-
usul kata yang disebabkan akibat sistem bahasa secara
umum.

Contoh:
dari kata pakai terbentuk kata  pakaian, terpakai,
memakai, dipakai, berpakaian.

(perubahan-perubahan itu disebabkan oleh sistem bahasa


yaitu sistem afiksasi  gejala itulah yang dipelajari oleh
morfologi).
katakenan  berkenan,
tuan  tuhan

(perubahan-perubahan tersebut bukan bersifat


umum atau bukan akibat sistem bahasa dan tidak
dipelajari oleh morfologi atau ilmu asal-usul kata).

Asal-usul sebuah kata berasal dari bahasa apa,


itu dipelajari oleh etimologi.

Contoh:kata sastra berasal dari bahasa


Sansekerta yang bermakna tulisan.
MORFOLOGI DAN SINTAKSIS

 Sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun “dengan” dan


tattien “menempatkan”. Dengan jelas, menempatkan
bersama-sama dengan kata-kata menjadi kelompok kata
atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi
kalimat (Verhaar, 1985:70).
 Bidang sintaksis menyelidiki semua hubungan antarkata
dan antarkelompok kata dalam kalimat.
 Morfologi mempelajari seluk beluk kata itu sendiri
secara mandiri tanpa memperhatikan hubungannya
dalam kalimat.
MORFOLOGI

Pertemuan 2
SATUAN-SATUAN GRAMATIK

III PELAUT
Pada bagian ini akan dipaparkan:

1. Pengertian satuan-satuan gramatika


2. Bentuk tunggal dan bentuk
kompleks
3. Bentuk bebas dan bentuk ikat
4. Pokok Kata
5. Hirarki Bahasa
6. Bentuk asal dan bentuk dasar
Pengertian Satuan Gramatik

 Satuan yang mengandung arti baik arti


leksikal maupun gramatikal

 Artileksikal adalah makna yang


terkandung dalam kata

 Artigramatikal adalah makna yang


timbul sebagai akibat peristiwa gramatik
Urutan Satuan Gramatik

Wacana

Kalimat

Klausa

Frasa

Kata

Morfem
Bentuk Tunggal & Bentuk
Kompleks
Bentuk tunggal yaitu satuan
gramatik yang tidak terdiri dari
satuan yang lebih kecil lagi.

Bentuk Kompleks yaitu satuan


yang terdiri dari satuan-satuan
yang lebih kecil lagi.
Satuan Gramatik Bebas &
Satuan Gramatik Terikat
Satuan gramatik bebas adalah
satuan gramatik yang dapat
berdiri sendiri dalam tuturan.

Satuan gramatik terikat adalah


satuan gramatik yang tidak dapat
berdiri sendiri dalam tuturan.
Pokok Kata
Satuan yang tidak dapat berdiri
sendiri dalam tuturan dan secara
gramatik tidak memiliki sifat bebas
serta dapat dijadikan bentuk dasar.
Contoh bentuk pokok kata : alir,
sandar, juang, baca, ambil, perbesar,
pertiga, ketahu, jabat, main,
rangkak, dll.
Bentuk asal dan bentuk
dasar
Bentuk asal adalah satuan yang
paling kecil yang menjadi asal suatu
kata kompleks.

Bentuk asal selalu berupa bentuk


tunggal .
Contoh :

berpakaian terbentuk dari asal


pakai mendapat imbuhan afiks –
an menjadi pakaian, kemudian
mendapat imbuhan afiks ber-
menjadi berpakaian
 Bentukdasar adalah satuan baik tunggal
maupun kompleks yang menjadi dasar
bentukan bagi satuan yang lebih besar.

 Bentuk dasar dapat berupa bentuk


tunggal atau bentuk kompleks.
Contoh:

Kata berpakaian terbentuk dari


bentuk dasar pakaian dengan afiks
ber-,

Kata dasar pakaian terbentuk dari


bentuk dasar pakai dengan afiks –
an.
Deretan Morfologik
 Suatu deretan atau suatu daftar yang memuat
kata-kata yang berhubungan dalam bentuk dan
arti

 Fungsi deretan morfologik adalah untuk


menentukan morfem-morfem

 Contoh: kejauhan, menjauhkan, dijauhkan,


terjauh, berjauhan, menjauhi, dijauhi 
memiliki satu morfem yaitu jauh
MORFOLOGI

Pertemuan 3
MORFEM DAN PROSEDUR PENGALAMANNYA

III PELAUT
MORFEM

Ramlan (1983: 26), morfem adalah satuan


gramatik yang paling kecil yang tidak
mempunyai satuan lain selain unsurnya.

Morfem adalah komposit bentuk pengertian


yang terkecil yang sama atau mirip yang
berulang (Samsuri, 1928: 170).
Morfem, Morf, Alomorf

Morf adalah morfem


yang mempunyai
Morfem
beberapa struktur
fonologik.

Alomorf adalah anggota


satu morfem yang wujudnya
berbeda, tetapi mewakili
fungsi dan makna yang sama
Mem-, men-, meny-,
variasi meng-, menge-, me-

meN- morf

alomorf
Morfem bebas: morfem yang
dapat berdiri dalam tuturan biasa
atau morfem yang dapat
berfungsi sebagai kata

Morfem

Morfem terikat: morfem


yang tidak dapat berdiri
sendiri dalam tuturan biasa
Contoh

bersepeda

ber- sepeda

Morfem Terikat Morfem Bebas


Satuan bebas yang paling kecil
atau dengan kata lain, setiap
satuan bebas merupakan kata
(Ramlan)

Kata

Bentuk bebas yang paling kecil,


yaitu kesatuan terkecil yang
dapat diucapkan secara mandiri
(Bloomfield)
Ciri-ciri Kata

Kata merupakan satu Kata dapat ditersendirikan


kesatuan penuh dan yakni bahwa sebuah kata
komplit dalam sebuah dalam kalimat dapat
ujaran bahasa dipisahkan dari yang lain
dan dapat dipindahkan

Parera (1980 : 10)


Perbedaan Morfem dengan Kata

Kata = Morfem Morfem ≠ Kata

Kata merupakan suatu


kesatuan penuh dan
komplit dalam sebuah
ujaran bahasa.
MORFOLOGI

Pertemuan 4
PARADIGMA DAN DERETAN MORFOLOGIS

III PELAUT
Paradigma
Paradigma yaitu daftar lengkap perubahan afiksasi
yang mungkin dengan morfem asal yang sama
(Verhaar, 1984: 65).

Deretan
Paradigma Makna
Morfologik

Ramlan (1983: 28)


Paradigma sama maknanya dengan deretan
morfologik menurut Ramlan (1983: 28), yaitu suatu
deretan atau daftar yang memuat kata-kata yang
berhubungan dalam bentuk dan artinya.

Contoh:
 terlantar Kata terlantar
terdiri atas satu
 menelantarkan morfem, bukan dua
 ditelantarkan morfem ter- dan
 keterlantaran lantar.
 terlantar
Pengenalan morfem dapat dilakukan dengan cara
membanding-bandingkan suatu bentukan yang
berulang dengan cara mengadakan subtitusi
(Prawirasumantri, 1985:125).

Ahmad Slamet (1982: 46) prinsip-prinsip


pengenalan morfem
Prinsip 1. Satuan-satuan atau bentuk-bentuk yang
mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna
yang sama termasuk satu morfem

Prinsip 2. Satuan-satuan atau bentuk-bentuk yang mempunyai


struktur fonologis yang berbeda termasuk satu morfem
apabila memiliki satu arti yang sama sedangkan perbedaan
struktur tersebut dapat dijelaskan secara fonologis

Prinsip 3. Satuan-satuan atau bentuk-bentuk yang mempunyai


struktur fonologis yang berbeda sekalipun perbedaannya tidak
dapat dijelaskan secara fonologis, masih dianggap sebagai satu
morfem apabila mempunyai makna atau arti yang sama dan
mempunyai distribusi yang komplementer.

Prinsip 4. Apabila deretan suatu satuan berparalel dengan


suatu kekosongan itu merupakan morfem yang disebut
morfem zero.
Prinsip 5. Satuan-satuan yang mempunyai struktur
fonologis yang sama mungkin merupakan satu
morfem yang berbeda.

Prinsip 6. Setiap satuan yang dapat


dipisahkan merupakan morfem.

Prinsip 7. Bagian gabungan yang diketahui


maknanya setelah bergabung dengan bagian
lainnya dianggap sebuah morfem.
MORFOLOGI

Pertemuan 5
WUJUD DAN JENIS MORFEM

III PELAUT
Wujud Morfem

Terdiri atas gabungan


Berwujud fonem atau
fonem segmental
urutan fonem
dengan suprasegmen-
segmental
tal (prosodi)

Berwujud gabungan fonem


Berwujud fonem-
suprasegmental dengan Berwujud
fonem prosodi
kesuprasegmen-talan yakni kekosongan
(suprasegmental)
intonasi atau kalimat
Ditinjau dari
hubungannya

Jenis
Morfem

Ditinjau dari
distribusinya
Ditinjau dari hubungannya

Hubungan Hubungan
struktur posisi

aditif replasif urutan sisipan

substraktif simultan
MORFOLOGI

Pertemuan 6
KONSTRUKSI MORFOLOGIS

III PELAUT
Konstruksi Morfologis

Kontruksi morfologis adalah


konstruksi formatif-formatif
dalam kata
(Kridalaksana, 1983:92)
Maksudnya, bentukan atau
satuan kata yang mungkin
merupakan morfem tunggal atau
gabungan morfem yang satu
dengan yang lain.
Bentuk atau satuan yang berupa
morfem tunggal disebut konstruksi
sederhana, sedangkan bentuk atau
satuan yang terdiri atas beberapa
morfem disebut kontruksi rumit.
1. Klasifikasi Konstruksi
Sederhana

Klitik: satuan berwujud kecil


yang secara morfologis
berdiri sendiri

Akar : Bentuk atau satuan


tunggal bebas yang sekaligus
merupakan kata.
2. Konstruksi Rumit

Pokok
+ Afiks

 ber- + juang
 makan + -an
Derivasi dan Infleksi

Derivasi adalah konstruksi Infleksi adalah konstruksi


yang berbeda distribusinya yang menduduki distribusi
daripada dasarnya atau yang sama dengan bentuk
pengimbuhan afiks yg tidak dasarnya atau perubahan
bersifat infleksi pada bentuk kata yg
bentuk dasar untuk menunjukkan berbagai
membentuk kata. hubungan gramatikal

Contoh: Contoh:
1. Anak itu menggunting 1. Kami mendengar suara
kain. itu.
2. Anak itu gunting rambut. 2. Kami dengar suara itu.
Endosentris dan Eksosentris

Endosentris adalah
konstruksi morfologis yang
Eksosentris adalah unsur-
salah satu atau semua
unsurnya yang tidak sama
unsurnya mempunyai
dengan konstruksi tersebut.
distribusi yang sama
dengan konstruksi tersebut.

Contoh: Contoh:

Rumah sakit itu baru dibangun. Mereka mengadakan jual beli.


MORFOLOGI

Pertemuan 7
PROSES MORFOLOGIS

III PELAUT
PROSES MORFOLOGIK

 Proses morfologik adalah proses pembentukan kata-kata


dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya.
 Bentuk dasarnya dapat berupa kata, pokok kata, frase,
kata dan kata, kata dan pokok kata, pokok kata dan
pokok kata.
 Contoh: terjauh, mengalir, ketidakadilan, rumah sakit,
pasukan tempur, lomba tari.
9 Proses morfologis menurut Zainal Arifin
sebagai berikut:

1. Derivasi zero
2. Afiksasi
3. Reduplikasi
4. Komposisi
5. Abreviasi
6. Derivasi balik
7. Metanalisis
8. Analogi
9. Kombinasi proses
Proses Pembubuhan Afiks

 Pembubuhan afiks pada suatu satuan baik satuan itu


berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk
membentuk kata
 Namun ada juga afiks tidak membentuk kata tetapi
membentuk pokok kata. Contoh : perindah, perluas,
duduki, bangunkan, tanami, pukuli, ambilkan, bacakan,
dll.
Pengertian Afiks
Menurut Ramlan
(2009:54-55)
Ida Bagus
Afiks adalah suatu Putrayasa
Abdul Chaer
satuan gramatik ( 2008:5)
(106)
terikat yang didalam
suatu kata merupakan Afiksasi adalah
Afiksasi adalah salah
unsur yang bukan proses pembentukan satu proses dalam
kata dan bukan pokok kata dengan pembentukan kata
kata, yang memiliki membubuhkan afiks turunan baik
kesanggupan melekat (imbuhan) pada berkategori verba,
pasa satuan lain untuk bentuk dasar, baik berkategori nomina
membenuk kata atau berupa tunggal maupun berkategori
maupun kompleks. ajektiva. Dalam hal ini
pokok kata baru.
akan dibahas afiksasi
berkategori verba.
Afiks

 Suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata


merupakan unsur yang bukan kata dan pokok kata, yang
memiliki kesanggupan melekat pada satuan lain untuk
membentuk kata atau pokok kata baru
JENIS-JENIS AFIKS

Afiks Berdasarkan Letak

Simulfiks Infiks

Suprafiks Prefiks Sufiks

Intrfiks Konfiks

Kombinasi
Tranfiks
Afiks
Prefiks Infiks Sufiks Konfiks
meng- -el- -kan peN-an
me- -er- -an pe-an
di- -em- -i per-an
ter- -in- -nya ber-an
peng- -wan ke-an
pe- -wati se-nya
se- -isme
per- -man
pra- -ah
ke- -wi
a-
maha-
para-
Afiks Berdasarkan Asal

Afiks Asing
Afiks Asli (Serapan)
Afiks Berdasarkan
Sifat

Afiks Afiks
Produktif Improduktif
Fungsi Afiks

Afiks Afiks Afiks Afiks Afiks Afiks


meng- ber- di- ke- per- se-
Kata ulang

Pengulangan satuan gramatik baik


sebagian atau seluruhnya baik
dengan variasi fonem maupun
tidak.
Pengertian

 Reduplikasi atau kata ulang adalah


pengulangan satuan gramatik, baik
seluruhnya maupun sebagian, baik
dengan variasi fonem maupun tidak.

 Hasil pengulangan disebut kata ulang.


Macam-macam pengulangan

1. Pengulangan seluruhnya
2. Pengulangan sebagian
3. Pengulangan yang berkombinasi
dengan proses pembubuhan afiks
4. Pengulangan dengan perubahan fonem
Fungsi dan Makna Kata Ulang

A. Fungsi
1.pembentuk kata nominal dari kata kerja
2.Pembentuk kata keterangan dari kata sifat
3.tidak mengubah golongan kata

B. Makna
4.Menyatakan banyak dan bermacam-macam
5.Menyatakan banyak tak tentu
6.Menyatakan tak bersyarat
7.Menyatakan menyerupai
8.Menyatakan perbuatan berulang-ulang (intensitas kuantitatif)
9.Menyatakan saling
Menyatakan
10. agak
Menyatakan
11. paling (superlatif)
Proses Pemajemukan

Gabungan dua kata yang


menimbulkan suatu kata baru.
Pemajemukan

Pemajemukan adalah proses morfologis yang berupa


perangkaian (bersama-sama) dua buah bentuk dasar
(bentuk asal) atau lebih yang menghasilkan satu kata
(Prawirasumantri).

Hasil proses pemajemukan disebut kata majemuk.


Menurut Ramlan, kata majemuk yakni kata yang
terdiri dari dua kata atau lebih sebagai unsurnya.
Teori Pemajemukan Kata

 Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui


penggabungan dua buah kata yang menimbulkan suatu
kata baru (M. Ramlan, 2007 ).

 Pemajemukan adalah proses pembentukan suatu


konstruksi melalui penggabungan 2 morfem / kata atau
lebih (Samsuri, 1978 ).
Teori Pemajemukan Kata

 Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui


penggabungan morfem dasar yang hasil keseluruhannya
berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis,
gramatikal, dan semantik yang khusus menurut kaidah
bahasa yang bukan pemajemukan (Harimurti
Kridalaksana, 1982 ).
Teori Pemajemukan Kata

 Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui


penggabungan morfem dengan kata, atau kata dengan
kata yang menimbulkan pengertian baru yang khusus
(TBBI, 1988 : 168).
Simpulan Teori Pemajemukan

 Pemajemukan kata adalah proses penggabungan kata dengan


kata, kata dengan pokok kata, atau pokok kata dengan pokok
kata yang menghasilkan makna baru secara khusus yang saling
berkaitan. Hasil dari pemajemukan disebut dengan kata
majemuk atau kompositum.

 Kata dengan kata Rumah Sakit


 Kata dengan pokok kata Pasukan Tempur
 Pokok kata dengan pokok kata Jual Beli
Kata Majemuk

 Satuan gramatik yang unsurnya dapat berupa kata, pokok kata


dan mungkin morfem unik yang mempunyai makna yang
berkaitan dengan unsur-unsur pembentuknya.
Penggolongan Kata Majemuk

1. Berdasarkan hubungan gramatik antar


usurnya
2. Berdasarkan hubungan semantis
antarunsurnya
3. Berdasarkan jumlah bentuk dasar yang
membentuk kata majemuk itu
4 . Berdasarkan kelas kata bentuk dasar yang
membentuknya.
Berdasarkan hubungan gramatik
antar usurnya
 Kata majemuk endosentris adalah kata majemuk yang unsur
pembentuknya ada yang diterangkan (D) dan ada yang
menerangkan (M). Strukturnya bisa berupa D-M, misalnya
kamar mandi dan hari besar, atau M-D yamg pada umumnya
berasal dari unsur serapan, misalnya perdana menteri dan akil
balig.

 katamajemuk eksosentris adalah kata majemuk yang


hubungan gramatis antarunsurnya sejajar dan tidak saling
menerangkan sehingga hanya bersifat kopulatif. Contoh kata
majemuk jenis ini adalah kaki tangan, tua muda, dan sunyi
senyap.
Berdasarkan hubungan semantis
antarunsurnya
 1. Setara
Contoh : tanggung jawab
2. Bersinonim
Contoh : pucat pasi
 3. Berantonim
Contoh : simpan pinjam
Berdasarkan jumlah bentuk dasar yang
membentuk kata majemuk itu

1. Dua bentuk dasar


Contoh : meja tulis, kepala dingin, membabi buta

2. Tiga Bentuk Dasar


Contoh : setali tiga uang, kepala rumah sakit.
Berdasarkan kelas kata bentuk dasar yang
membentuknya.

 KB-KB, misalnya tuan tanah, tanah air, dan kepala batu.


 KB-KK, misalnya kamar tidur dan kamar mandi.
 KB-KS, misalnya orang tua, istri muda, dan kursi malas.
 KB-KBil, misalnya roda dua, roda empat, dan langkah
seribu.
 KK-KS, misalnya tertangkap basah dan adu untung.
 KK-KB, misalnya makan hati dan adu mulut.
 KS-KB, misalnya keras kepala dan haus darah.
Berdasarkan kelas kata bentuk dasar yang
MEMBENTUKNYA
 KBil-KB, misalnya setengah hati dan empat mata.
 KBil-Kbil, misalnya sekali dua.
 KBil-KK, misalnya setengah hati.
 KB-PKK, misalnya roti bakar, buku tulis, dan ruang kerja.
 KS-PKK, misalnya buruk sangka dan salah paham
 PKK-PKK, misalnya jual beli dan kerja paksa.
 KB-KB-KB, misalnya telur mata sapi.
 KB-KB-KS, misalnya kereta api cepat. KB-KB-KBil, misalnya pedagang kaki lima
 KB-KK-KB, misalnya senjata makan tuan.
 KB-KS-KK, misalnya bus cepat terbatas.
Ciri-ciri Kata Majemuk

Menurut Harimurti

1. Ketaktersisipan
2. Ketakterluasan
3. Ketakterbalikan
Ketaktersisipan

 Yaitu komponen-komponen kompositum tersebut tidak dapat


disisipi apa pun. Harimurti memberi contoh kata alat negara.
Kata ini masih bisa disisipi partikel dari sehingga menjadi alat
dari negara. Jadi, kategori ini bukan kata majemuk, melainkan
frase.
Ketakterluasan

 Yaitu komponen-komponen kompositum tersebut tidak dapat


diafiksasi dan dimodifikasi. Jika terjadi perluasan, itu pun
hanya mungkin untuk semua komponen sekaligus. Contoh
yang diberikan adalah kereta api yang dapat dimodifikasi
menjadi perkeretaapian.
Ketakterbalikan

 Yaitu komponen-komponen tersebut tidak dapat


dipertukarkan.Menurutnya, Bapak ibu, pulang pergi, dan lebih
kurang  bukanlah komposisi melainkan frase koordinatif
karena dapat dibalikkan. Arif bijaksana, hutan belantara, dan
bujuk rayu barulah disebut kompositum karena tidak dapat
dibalikkan.

 Jadi, menurut Harimurti, jika tidak memenuhi ciri-ciri di atas,


bentuk tersebut bukan kompositum, melainkan frase.
Menurut Sumadi :
1. Menimbulkan Makna Baru
2. Hubungan Antar unsur Sangat Padu
3. Memiliki Struktur yang Tetap
Menimbulkan Makna Baru
 Dalam kata majemuk, terjadi pertalian makna di antara bentuk dasar
yang membentuknya sehingga penafsiran makna terhadap kata
majemuk tidak dapat dilakukan terhadap makna bentuk dasarnya.

 Kamar Mandi Kata Majemuk


 Kamar Saya Bukan Kata majemuk
Ciri-ciri Kata Majemuk, menurut Ramlan

1. Gabungan dua buah bentuk dasar (bentuk asal)


atau lebih yang salah satu atau semua unsurnya
berupa pokok kata termasuk kata majemuk.

Bentuk yang terdiri dari bentuk dasarnya yang


berupa morfem bebas dengan pokok kata atau
pokok kata semua, maka gabungan tersebut
pastilah termasuk kata majemuk.

Kolam renang, Medan


tempur, Temu karya,dll.
2. Unsur-unsur kata majemuk tidak
mungkin dipisahkan atau tidak mungkin
diubah strukturnya.

I II
Meja makan Adik makan
Rumah sakit Burung sakit
Kamar mati Tikus mati

Pada lajur I merupakan kata majemuk dan lajur II


bukan kata majemuk
Ciri-ciri kata majemuk
1. Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata. Contoh : barisan
tempur, kolam renang, dll.
2. Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan atau tidak mungkin diubah
strukturnya. Contoh : kaki tangan, kamar mandi.
3. Tidak bisa disisipkan kata lain “itu, tidak, sangat, agak, yang, oleh, dari.
4. Kata majemuk dengan unsur yang berupa morfem unik yaitu morfem yang
hanya berkombinasi dengan satu satuan tertentu. Contoh : simpang siur,
sunyi senyap, terang benderang, gelap gulita
5. Membentuk makna baru.
Macam-macam kata majemuk:

1. Kata majemuk endosentris: kata majemuk yang


konstruksi distribusinya sama dengan kedua (ketiga)
atau salah satu unsurnya.

Contoh: Rumah sakit itu baru


dibangun.
2. Kata majemuk eksosentris: kata majemuk yang
konstruksinya berlainan distribusinya dan salah satu
unsurnya.

Contoh: Rumah itu baru


dibangun.
Kata majemuk eksosentris, dibedakan
menjadi:

Kata majemuk Kata majemuk


koodinatif atributif/subordinatif

Rumah sakit,
Budi bahasa
orang tua, dll.
Hubungan Antar unsur
Sangat Padu
 Hubungan antarunsur pembentuk kata majemuk sangat
padu sehingga di antara unsur pembentukya tidak dapat
disisipi satuan gramatis yang lain
 Rumah makan Kata majemuk
 Rumah untuk makan ?
Memiliki Struktur yang Tetap

 Karena hubungan di antara satuan gramatis pembentuk


kata majemuk itu sangat erat, maka posisinya tidak
dapat dipertukarkan sehingga strukturnya tetap.
 Kamar tidur tidur kamar?
 Tanggung jawab jawab tanggung?
 Rumah sakit Sakit rumah?
Kata Majemuk, Idiom dan
Frasa
 Kata majemuk
 Idiom
 Frasa
 Reduplikasi Berubah Bunyi

(cantik-molek, basah-kuyup, tua renta, dan hancur luluh


(Chaer, 2008:212)
Frasa
 Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih
yang bersifat nonpredikatif, lebih besar dari kata dan lebih kecil dari
klausa. Non predikatif yang dimaksud ialah kata-kata pembentuk frasa
tidak ada yang berkedudukan sebagai predikat. Misalnya, rumah saya,
makan sate, mereka semua, dan hari Sabtu
Idiom

 Idiom merupakan satuan bahasa yang maknanya tidak sama


dengan gabungan makna unsurnya, tidak dapat diramalkan dari
makna leksikal dan makna gramatikal unsurnya. Misalnya,
meja hijau, kambing hitam, panjang tangan, dan membanting
tulang.
Proses Perubahan Zero

Perubahan zero terjadi pada


kata kerja aktif yang bisa
dipasifkan contoh: makan,
minum, mohon, minta dll.
MORFOLOGI

Pertemuan 9
AFIKSASI BAHASA INDONESIA

MEKAR ISAMYANI
Pengertian Afiks

Jenis-jenis Afiks

Pembubuhan Afiks

Fungsi dan Makna


Afiks
AFIKS

Imbuhan
Apa itu Afiks?

Satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang
bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat
pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok katabaru.
(Ramlan)

Bentuk linguistik yang pada suatu kata merupakan unsur langsung dan
bukan kata atau pokok kata, yang memiliki kemampuan melekat pada
bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.
(Ida Bagus Putrayasa)

Bentuk terikat yang jika ditambahkan pada bentuk lain


akan mengubah makna gramatikalnya.
(Harimurti Kridalaksana)
Bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada
awal, akhir, atau tengah kata.
(Richards)
Proses
Pembubuhan AFIKSASI
Afiks
Jenis AFIKS

Posisi/Letak Asal Produktivitas


me-, ber-,
Prefiks ter- dll

L -el-,-em-,
E Infiks -er-

T
-an, -kan, -i
A Sufiks dll

K Ke-an, ber-an
Konfiks dll
-man, -wan, -wati, -isme, -i,
-wi, non-, pra- , dll

Asli Asal Asing

me-, pe-, ber-, -el-,


-em-, -kan, -an, dll
IMPRODUKTIF

P
R
-man,
O
-el-,
D
PRODUKTIVITAS -em-,
U
-er-,
K
a-
T
dll
I
F
meN-, ber-, -kan, -i, ke-an,
per-an, dll
Proses Pembubuhan Afiks

prefiks me-, pe-, ber-, ter-, di-, per-,


ke-, se-, dan prefiks serapan

infiks -el-, -em-, -er-, -in-

sufiks -an, -kan, -i, -nya,


dan sufiks serapan

konfiks me-kan, di-kan, ber-kan, dll


A. me-
 Dalam pembentukan kata, prefiks me- mengalami perubahan bentuk
menjadi: me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-.
 Prefiks meN- berubah menjadi me- jika diikuti oleh bentuk dasar yang
bermula dengan fonem /l/,/m/,/n/,/ny/,/n/,/r/,/y/, dan/w/.
 Prefiks meN- berubah menjadi mem- jika diikuti oleh bentuk dasar yang
bermula dengan fonem /b/,/p/,/f/. Fonem /p/ mengalami peluluhan.
 Prefiks meN- berubah menjadi men- jika diikuti oleh bentuk dasar yang
bermula dengan fonem /d/ dan /t/. Fonem /t/ mengalami peluluhan.
 Prefiks me- berubah menjadi meng- jika diikuti oleh bentuk dasar yang
bermula dengan fonem /k/,/g/,/h/,/kh/, dan semua vokal. Fonem /k/
mengalami peluluhan.
 Prefiks meN- berubah menjadi meny- jika diikuti oleh bentuk dasar yang
bermula dengan fonem /c/,/j/,/s/, dan /sy/. Fonem /s/ mengalami
peluluhan.
 Prefiks me- berubah menjadi menge- jika diikuti oleh bentuk dasar satu
suku kata.
fungsi makna
A. Fungsi prefiks me-
Fungsi prefiks meN- membentuk kata kerja transitif maupun intransitif.

B. Makna / Arti prefiks me-


 suatu perbuatan yang aktif lagi transitif
 menjadi seperti keadaan yang tersebut pada bentuk dasarnya
 memakai apa yang tersebut pada bentuk dasar
 berlaku atau menjadi seperti apa yang tersebut pada bentuk dasar
 menuju ke tempat
 membuat apa yang tersebut pada bentuk dasar
 dalam keadaan
MORFOLOGI

Pertemuan 10
REDUPLIKASI (PROSES PENGULANGAN)

MEKAR ISAMYANI
Pengertian
Reduplikasi atau kata ulang adalah
pengulangan satuan gramatik, baik
seluruhnya maupun sebagian, baik
dengan variasi fonem maupun tidak.

Hasil pengulangan disebut kata


ulang.
Jenis-jenis Kata ulang
1. Pengulangan utuh
2. Pengulangan sebagian
3. Pengulangan dengan perubahan bunyi
4. Pengulangan dengan afiks
Fungsi dan Makna Kata Ulang

A. Fungsi
1.pembentuk kata nominal dari kata kerja
2.Pembentuk kata keterangan dari kata sifat
3.tidak mengubah golongan kata

B. Makna
4.Menyatakan banyak dan bermacam-macam
5.Menyatakan banyak tak tentu
6.Menyatakan tak bersyarat
7.Menyatakan menyerupai
8.Menyatakan perbuatan berulang-ulang (intensitas kuantitatif)
9.Menyatakan saling
Menyatakan agak
10.
Menyatakan paling (superlatif)
11.
MORFOLOGI

Pertemuan 11
KOMPOSISI (PROSES PEMAJEMUKAN)

MEKAR ISAMYANI
Pemajemukan

Pemajemukan adalah proses morfologis yang berupa


perangkaian (bersama-sama) dua buah bentuk dasar (bentuk
asal) atau lebih yang menghasilkan satu kata
(Prawirasumantri).

Hasil proses pemajemukan disebut kata


majemuk. Menurut Ramlan, kata majemuk
yakni kata yang terdiri dari dua kata atau
lebih sebagai unsurnya.
Ciri-ciri Kata Majemuk,
menurut Ramlan:
1. Gabungan dua buah bentuk dasar (bentuk asal)
atau lebih yang salah satu atau semua unsurnya
berupa pokok kata termasuk kata majemuk.

Bentuk yang terdiri dari bentuk dasarnya yang


berupa morfem bebas dengan pokok kata atau
pokok kata semua, maka gabungan tersebut
pastilah termasuk kata majemuk.

Kolam renang, Medan


tempur, Temu karya,dll.
2. Unsur-unsur kata majemuk tidak
mungkin dipisahkan atau tidak mungkin
diubah strukturnya.

I II
Meja makan Adik makan
Rumah sakit Burung sakit
Kamar mati Tikus mati

Pada lajur I merupakan kata majemuk dan lajur II


bukan kata majemuk
Macam-macam kata majemuk:

1. Kata majemuk endosentris: kata majemuk yang


konstruksi distribusinya sama dengan kedua (ketiga)
atau salah satu unsurnya.

Contoh: Rumah sakit itu baru


dibangun.
2. Kata majemuk eksosentris: kata majemuk yang
konstruksinya berlainan distribusinya dan salah satu
unsurnya.

Contoh: Rumah itu baru


dibangun.
Kata majemuk eksosentris, dibedakan
menjadi:

Kata majemuk Kata majemuk


koodinatif atributif/subordinatif

Rumah sakit,
Budi bahasa
orang tua, dll.
MORFOLOGI

Pertemuan 12
KONSEP DASAR MORFOFONEMIK

MEKAR ISAMYANI
APA ITU PROSES
M
O MORFOFONEMIK ?
R
F
O PROSES PERUBAHAN PONEM
F
O
N PROSES PENAMBAHAN
E FONEM
M
I
K PROSES HILANGNYA FONEM
Morfofonemik adalah...

Morfofonemik mempelajari
perubahan-perubahan
fonem yang timbul sebagai
akibat pertemuan morfem
dengan morfem lain.
PROSES PERUBAHAN
FONEM

Terjadi sebagai
1. Fonem /N/ pada morfem meN- dan akibat per
peN- berubah menjadi fonem /m/ -temuan morfem
apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan meN- dan peN-
/p,b,f/ dengan bentuk
dasarnya

Contoh :
meN- + paksa = memaksa
peN- + berontak = pemberontak
meN- + fitnah = memfitnah
2.Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah
menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan fonem /t,d,s/

 Fonem /s/ di sini hanya khusus bagi beberapa


bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing
yang masih mempertahankan keasingannya.

 Contoh :
meN- + tarik = menarik
peN- + datang = pendatang
meN- + survei = mensurvei
3. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN
berubah menjadi /ň(ny)/ apabila bentuk dasar
yang mengikutinya berawal dengan /s,ŝ,c,j/.

Contoh :
meN- + sapu = menyapu
meN- + syukuri = mensyukuri (lihat pada buku)
peN- + cukur = pencukur (lihat pada buku)
peN- + jajah = penjajah (lihat pada buku)
4.Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN berubah
menjadi /η/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan /k,g,x,h, dan vokal/.

Contoh :
meN- + kacau = mengacau
peN- + gali = penggali
peN- + khayal = pengkhayal
meN- + hias = menghias
5. Fonem /r/ pada morfem ber- dan per- mengalami perubahan menjadi
fonem /l/ sebagai akibat pertemuan dengan bentuk dasarnya berupa morfem
ajar.
contoh: ber- + ajar  belajar
per- + ajar  pelajar

6. Fonem /?/ pada morfem ke-an, peN-an, dan –i mengalami perubahan menjadi
fonem /k/ sebagai akibat pertemuan dengan bentuk dasarnya berakhir
dengan fonem /?/.
contoh: ke-an + duduk  kedudukan
peN-an + petik  pemetikan
rusak + -i  rusaki
Proses penambahan fonem

 Terjadi sebagai akibat pertemuan


morfem meN- dan peN- dengan bentuk
dasarnya yang terdiri dari satu suku
kata, contoh:bom, las, cat, bur.
1. Fonem tambahan /ə/ sehingga meN-
berubah menjadi menge-
2. Fonem tambahan /ə/ sehingga peN-
berubah menjadi penge-
B. Terjadi akibat pertemuan morfem –an, ke-an, dan peN-an dengan
bentuk dasarnya.

1. Terjadi penambahan fonem /?/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/.
contoh: -an + terka terkaan /terka?an
ke-an + raja  kerajaan / keraja?an
peN-an + ada  pengadaan / pengada?an

2. Terjadi penambahan fonem /w/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan fonem
/u,o,aw/.
contoh: ke-an + pulau  kepulauan /kepulawwan
peN-an + toko  pertokoan / pertokowan
per-an + temu  pertemuan /pertemuwan

3. Terjadi penambahan fonem /y/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan fonem /i,
ay/.
contoh: -an + hari  harian / hariyan
ke-an + pandai  kepandaian / kepandayyan
Proses penghilangan fonem

1.Proses hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN-


dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem
/l,r,y,w, dan nasal/.

 Contoh :
meN- + lerai = melerai
peN- + ramal= peramal
meN- + yakinkan = meyakinkan
peN- + warna = pewarna
meN- + nganga = menganga
2. Fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan
ter- hilang akibat pertemuan morfem itu
dengan bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang
suku pertamanya berakhir dengan /ər/

Contoh :
ber- + renang = berenang
ter- + perdaya = teperdaya
per- + ramping = peramping
3. Fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem hilang
sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan
peN- dengan bentuk dasar yang berawal
dengan fonem-fonem itu.

Contoh :
meN- + paksa = memaksa
meN- + tulis = menulis
meN- + sapu = menyapu
peN- + karang = pengarang
Catatan:

 Hilangnya fonem tidak terjadi pada bentuk dasar yang


berprefiks.

 Hilangnya fonem juga tidak terjadi pada bentuk dasar


kata-kata berasal dari kata asing yang masih
mempertahankan keasingannya.
MORFOLOGI

Pertemuan 13
PENGGOLONGAN KATA (KELAS KATA)

MEKAR ISAMYANI
Penggolongan Kata Menurut Pakar

Slametmulyana

1. Kata-kata yang pada hakekatnya hanya melakukan


jabatan gatra sebutan.

2. Kata-kata yang dapat melakukan jabatan gatra


pangkal dan gatra sebutan.

3. Kata-kata pembantu regu II

4. Kata-kata pembantu pertalian


1. Kata-kata yang pada hakekatnya hanya melakukan
jabatan gatra sebutan.

Contoh:
 Besar
 Sukar
Kata Keadaan  Sibuk
 Jauh
 dll.

Kata kerja
buntu: jatuh,
menangis

Kata kerja
Kata Kerja langsung:
menggali,
membaca

Kata kerja
sambung: cinta,
pada cinta
kepada ayah.
Kata Benda:
1. Kata benda nyata: batu, orang ,laut.
2. Kata benda tidak nyata: keindahan,
kebesaran.

Kata Ganti:
1. Kata penunjuk: ini, itu.
2. Kata-kata yang dapat 2. Kata pemisah: yang, tempat.
melakukan jabatan 3. Kata ganti diri dan milik.
gatra pangkal dan gatra 4. Kata ganti tanya.
sebutan. 5. Kata ganti sesuatu.

Kata Golongan:
1. Bilangan pokok: satu,sebelas.
2. Bilangan bantu: batang, biji.
3. Bilangan tak tentu: banyak, sedikit.
4. Bilangan himpunan: ketika.
5. Bilangan tuturan: kedua, ketiga.
6. Bilangan pecahan: setengah, seperempat.
Kata-kata yang menjelaskan
tempat kedudukan kata benda:
ini, itu.

3. Kata-kata Kata-kata yang menunjukkan


pembantu regu II kekianan: dua, tiga.

Kata-kata keadaan dan kata


benda yang memberikan
penjelasan: kaya pada orang
kaya.
Anton M. Moeliono

1. Rumpun nominal: rumpun yang diingkari oleh kata


bukan dalam suatu konstruksi endosentrik beratribut.

2. Rumpun verbal: rumpun yang diingkari oleh kata


tidak dalam suatu konstruksi endosentrik beratribut.

3. Rumpun partikel: preposisi, konjungsi, penunjuk


kecaraan (modalita), penunjuk segi, penunjuk derajat
yang berdistribusi preverbal.
MORFOLOGI

Pertemuan 14
PENGGOLONGAN KATA (KELAS KATA) BAGIAN II

MEKAR ISAMYANI
ALIRAN TRADISIONAL

TATA BAHASA
TRADISIONAL
ALIRAN LINGUISTIK

ALIRAN STRUKTURAL

TATA BAHASA
STRUKTURAL
ALIRAN TRADISIONAL ALIRAN STRUKTURAL

Kata-kata dikelompokkan atau Kata-kata dikelompokkan atau


diklasifikasikan berdasarkan diklasifikasikan berdasarkan struktur
kriteria semantik dan kriteria  Semua kata yang dapat mengisi
fungsi formula TIDAK adalah kata kerja
 Kriteria SEMANTIK digunakan (verba)
untuk mengklasifikasikan kelas  Semua kata yang mengisi formula
verba, nomina, dan adjektiva. BUKAN adalah kata benda
 Kriteria FUNGSI digunakan untuk (nomina)
mengklasifikasikan kelas  Semua kata yang mengisi formula
preposisi, konjungsi, seru, SANGAT adalah kata sifat/keadaan
ganti, sandang, dan bilangan (adjektiva)
TOKOH ALIRAN TRADISIONAL

PLATO ARISTOTELES

Onoma, rhema, dan


onoma dan rhema
sindesmoy
SUTAN TAKDIR
ALISYAHBANA

C. A . MEES
TOKOH ALIRAN
TRADISIONAL DI
INDONESIA

HARIMURTI
KRIDALAKSANA

TARDJAN HADIDJAJA
VERBA

PREPOSISI NOMINA

PRONOMINA AJEKTIVA

KELAS KATA
TRADISIONAL
INTERJEKS
ADVERBIA
I

ARTIKULA NUMERALIA

KONJUNGSI
TOKOH ALIRAN STRUKTURAL

FERDINAND DE L. BLOOMFIELD
SAUSSURE
SLAMET MULYANA

HARIMURTI
TOKOH ALIRAN KRIDALAKSANA
STRUKTURAL DI
INDONESIA

GORYS KERAF

HASAN ALWI
HASAN ALWI
DKK
KATA BENDA
(NOMINA,PRONO-
NOMINA,PRONO-
MINA, NUMERALIA)
MINA, NUMERALIA

KATA TUGAS
(PREPOSISI,
PREPOSISI,
ARTIKULA,
ARTIKULA,
KATA KERJA
KONJUNGSI,
KONJUNGSI, (VERBA)
INTERJEKSI,
INTERJEKSI,
PARTIKEL
PARTIKEL ) KELAS KATA
STRUKTURAL

KATA
KETERANGAN
KATA SIFAT
(ADVERBIA (AJEKTIVA)
ADVERBIA)
KELAS KATA TERBUKA  kelas
yang keanggotaannya dapat
bertambah atau berkurang
sewaktu-waktu
(NOMINA, VERBA, AJEKTIVA)
MENURUT ABDUL
CHAER KRITERIA
KLASIFIKASI KATA
KELAS KATA TERTUTUP
( PRONOMINA, ADVERBIA,
PREPOSISI, KONJUNGSI,
ARTIKULA)
CIRI-CIRI KATA BENDA (NOMINA)

DILIHAT DARI ADVERBIA PENDAMPINGNYA


1. Tidak dapat didahului oleh negasi TIDAK
2. Tidak dapat didahului oleh derajat AGAK (LEBIH, SANGAT, PALING)
3. Tidak dapat didahului oleh kata WAJIB
4. Dapat didahului oleh kata jumlah (SATU, SEBUAH, SEBATANG, SEEKOR, dsb)
5. Afiks-afiks pembentuk kata benda (pe-, per-, pe-an, per-an, ke-an, -an)

DILIHAT DARI SEGI SEMANTIK


6. Komponen makna NAMA DIRI
7. Komponen makna NAMA PERKERABATAN
8. Komponen makna NAMA PENGGATI
9. Komponen makna NAMA JABATAN
10. Komponen makna NAMA GELAR
11. Komponen makna NAMA PANGKAT
12. Komponen makna NAMA INSTITUSI
13. Komponen makna NAMA (BINATANG, TUMBUHAN, BUAH-BUAHAN)
14. Komponen makna PERALATAN
15. Komponen makna MAKANAN + MINUMAN
16. Komponen makna GEOGRAFI
17. Komponen makna KEGIATAN
CIRI-CIRI KATA KERJA (VERBA)

DILIHAT DARI ADVERBIA PENDAMPINGNYA


1. Dapat didahului oleh negasi TIDAK dan TANPA
2. Dapat didampingi negasi BUKAN dengan syarat berada dalam konstruksi konstratif
(bukan menangis)
3. Dapat didampingi adverbia jumlah (kurang, sedikit, cukup)
4. Dapat didampingi oleh kata SERING, JARANG, KADANG-KADANG
5. Tidak dapat didampingi oleh adverbia derajat (agak, cukup, lebih, kurang, sangat,
paling, sedikit, sekali)
6. Tidak dapat didahului oleh kata jumlah (SATU, SEBUAH, SEBATANG, SEEKOR, dsb)
7. Dapat didampingi oleh adverbia kala (sudah, sedang, tengah, lagi, akan, hendak,
mau)
8. Afiks-afiks pembentuk kata kerja (ber-an, ber-, ber-kan, me- , me-kan, me-i,
memper-, ter-, ter-kan, ter-i, -kan, -I, ke-an)
9. Berfungsi sebagai predikat atau inti predikat
10. Mengandung makna perbuatan (aksi) proses atau keadaan yang bukan sifat atau
bukan kualitas
11. Verba yang bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks ter- untuk menyatakan
makna paling (terhidup, termati, terpingsan  tdk ada)
12. Tidak dapat bergabung dengan kata petunjuk kesangatan (agak, sangat, amat)
13. Mengandung makna perbuatan
CIRI-CIRI KATA SIFAT (AJEKTIVA)

1.Dapat bergabung dengan partikel tidak


2.Mendampingi nomina
3.Didampingi partikel (lebih, sangat, agak)
4.Mempunyai ciri-ciri morfologis –er (honorer), -if
(sensitif), -i (alami)
5.Dibentuk nomina dengan konfiks ke-an
(keadilan, kehalusan, keyakinan)
6.Dalam gabungan kata menduduki posisi awal di
muka kata benda
 Berprefiks se-: sebagian, seberapa
 Berprefiks
se dengan reduplikasi : sekali-kali,
semena-mena
 Berkonfiks se-nya: seharusnya, sesungguhnya
 Berkonfiks
se-nya dengan reduplikasi:
selambat-lambatnya
 Dari segi makana Jenis adverbia :
1. Kelas negasi/ingkar(tidak, bukan, tiada, tak, tanpa)
2. Kelas frekuensi (sering, jarang, kadang-kadang, selalu, sekali-kali,
acapkali)
3. Kelas kuantitas/jumlah (banyak, sedikit, cukup, kurang, semua,
sebagian, seluruh, beberapa)
4. Kelas derajat/kualitas (agak, cukup, lebih, kurang, sangat, paling,
sedikit, sekali)
5. Kelas waktu/kala (sudah, sedang, lagi, akan, setelah, mau, setiap,
hendak, tengah)
6. Kelas keselesaian (sudah, baru, belum, sedang)
7. Kelas pembatasan (hanya, saja)
8. Kelas keharusan (boleh, wajib, harus, mesti)
9. Kelas kepastian (pasti, tentu, mungkin, barangkali)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai