BAHASA
INDONESIA
M.Syukur Pane,M.Pd, S.PM
Mayor Laut (KH) 17605/P
Secara Umum Morfologi Mengkaji
satuan gramatikal terkecil
Morfem yang mempunyai makna
LINGUISTIK
MORFOLOGI SINTAKSIS
Linguistik adalah ilmu yang mempelajari
tentang bahasa.
Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa
yang mempelajari tentang bunyi-bunyi
bahasa.
Tata bahasa adalah ilmu yang mempelajari
kaidah-kaidah yang mengatur
penggunaan bahasa.
Semantik adalah pembelajaran tentang
makna.
Sintaksis adalah ilmu mengenai prinsip dan
peraturan untuk membuat kalimat
dalam bahasa alami.
Makna gramatikal adalah makna jenis-jenis
kata yang terbentuk setelah mengalami proses
gramatikalisasi, seperti pemberian imbuhan,
reduplikasi/pembentukan kata ulang atau
membuat kata dasar menjadi kata majemuk.
Waridah (2008:293)
Makna leksikal adalah makna yang bersifat
tetap berkaitan dengan kata, leksem
(sebenarnya) atau kosa kata.
LEKSIKOLOGI
Leksikologi mempelajari
seluk-beluk kata, ialah
mempelajari pemakaian
kata serta artinya seperti
dipakai oleh masyarakat
pemakai bahasa.
Perbedaan Morfologi dan Leksikologi
Contoh:
dari kata pakai terbentuk kata pakaian, terpakai,
memakai, dipakai, berpakaian.
Pertemuan 2
SATUAN-SATUAN GRAMATIK
III PELAUT
Pada bagian ini akan dipaparkan:
Wacana
Kalimat
Klausa
Frasa
Kata
Morfem
Bentuk Tunggal & Bentuk
Kompleks
Bentuk tunggal yaitu satuan
gramatik yang tidak terdiri dari
satuan yang lebih kecil lagi.
Pertemuan 3
MORFEM DAN PROSEDUR PENGALAMANNYA
III PELAUT
MORFEM
meN- morf
alomorf
Morfem bebas: morfem yang
dapat berdiri dalam tuturan biasa
atau morfem yang dapat
berfungsi sebagai kata
Morfem
bersepeda
ber- sepeda
Kata
Pertemuan 4
PARADIGMA DAN DERETAN MORFOLOGIS
III PELAUT
Paradigma
Paradigma yaitu daftar lengkap perubahan afiksasi
yang mungkin dengan morfem asal yang sama
(Verhaar, 1984: 65).
Deretan
Paradigma Makna
Morfologik
Contoh:
terlantar Kata terlantar
terdiri atas satu
menelantarkan morfem, bukan dua
ditelantarkan morfem ter- dan
keterlantaran lantar.
terlantar
Pengenalan morfem dapat dilakukan dengan cara
membanding-bandingkan suatu bentukan yang
berulang dengan cara mengadakan subtitusi
(Prawirasumantri, 1985:125).
Pertemuan 5
WUJUD DAN JENIS MORFEM
III PELAUT
Wujud Morfem
Jenis
Morfem
Ditinjau dari
distribusinya
Ditinjau dari hubungannya
Hubungan Hubungan
struktur posisi
substraktif simultan
MORFOLOGI
Pertemuan 6
KONSTRUKSI MORFOLOGIS
III PELAUT
Konstruksi Morfologis
Pokok
+ Afiks
ber- + juang
makan + -an
Derivasi dan Infleksi
Contoh: Contoh:
1. Anak itu menggunting 1. Kami mendengar suara
kain. itu.
2. Anak itu gunting rambut. 2. Kami dengar suara itu.
Endosentris dan Eksosentris
Endosentris adalah
konstruksi morfologis yang
Eksosentris adalah unsur-
salah satu atau semua
unsurnya yang tidak sama
unsurnya mempunyai
dengan konstruksi tersebut.
distribusi yang sama
dengan konstruksi tersebut.
Contoh: Contoh:
Pertemuan 7
PROSES MORFOLOGIS
III PELAUT
PROSES MORFOLOGIK
1. Derivasi zero
2. Afiksasi
3. Reduplikasi
4. Komposisi
5. Abreviasi
6. Derivasi balik
7. Metanalisis
8. Analogi
9. Kombinasi proses
Proses Pembubuhan Afiks
Simulfiks Infiks
Intrfiks Konfiks
Kombinasi
Tranfiks
Afiks
Prefiks Infiks Sufiks Konfiks
meng- -el- -kan peN-an
me- -er- -an pe-an
di- -em- -i per-an
ter- -in- -nya ber-an
peng- -wan ke-an
pe- -wati se-nya
se- -isme
per- -man
pra- -ah
ke- -wi
a-
maha-
para-
Afiks Berdasarkan Asal
Afiks Asing
Afiks Asli (Serapan)
Afiks Berdasarkan
Sifat
Afiks Afiks
Produktif Improduktif
Fungsi Afiks
1. Pengulangan seluruhnya
2. Pengulangan sebagian
3. Pengulangan yang berkombinasi
dengan proses pembubuhan afiks
4. Pengulangan dengan perubahan fonem
Fungsi dan Makna Kata Ulang
A. Fungsi
1.pembentuk kata nominal dari kata kerja
2.Pembentuk kata keterangan dari kata sifat
3.tidak mengubah golongan kata
B. Makna
4.Menyatakan banyak dan bermacam-macam
5.Menyatakan banyak tak tentu
6.Menyatakan tak bersyarat
7.Menyatakan menyerupai
8.Menyatakan perbuatan berulang-ulang (intensitas kuantitatif)
9.Menyatakan saling
Menyatakan
10. agak
Menyatakan
11. paling (superlatif)
Proses Pemajemukan
Menurut Harimurti
1. Ketaktersisipan
2. Ketakterluasan
3. Ketakterbalikan
Ketaktersisipan
I II
Meja makan Adik makan
Rumah sakit Burung sakit
Kamar mati Tikus mati
Rumah sakit,
Budi bahasa
orang tua, dll.
Hubungan Antar unsur
Sangat Padu
Hubungan antarunsur pembentuk kata majemuk sangat
padu sehingga di antara unsur pembentukya tidak dapat
disisipi satuan gramatis yang lain
Rumah makan Kata majemuk
Rumah untuk makan ?
Memiliki Struktur yang Tetap
Pertemuan 9
AFIKSASI BAHASA INDONESIA
MEKAR ISAMYANI
Pengertian Afiks
Jenis-jenis Afiks
Pembubuhan Afiks
Imbuhan
Apa itu Afiks?
Satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang
bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat
pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok katabaru.
(Ramlan)
Bentuk linguistik yang pada suatu kata merupakan unsur langsung dan
bukan kata atau pokok kata, yang memiliki kemampuan melekat pada
bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.
(Ida Bagus Putrayasa)
L -el-,-em-,
E Infiks -er-
T
-an, -kan, -i
A Sufiks dll
K Ke-an, ber-an
Konfiks dll
-man, -wan, -wati, -isme, -i,
-wi, non-, pra- , dll
P
R
-man,
O
-el-,
D
PRODUKTIVITAS -em-,
U
-er-,
K
a-
T
dll
I
F
meN-, ber-, -kan, -i, ke-an,
per-an, dll
Proses Pembubuhan Afiks
Pertemuan 10
REDUPLIKASI (PROSES PENGULANGAN)
MEKAR ISAMYANI
Pengertian
Reduplikasi atau kata ulang adalah
pengulangan satuan gramatik, baik
seluruhnya maupun sebagian, baik
dengan variasi fonem maupun tidak.
A. Fungsi
1.pembentuk kata nominal dari kata kerja
2.Pembentuk kata keterangan dari kata sifat
3.tidak mengubah golongan kata
B. Makna
4.Menyatakan banyak dan bermacam-macam
5.Menyatakan banyak tak tentu
6.Menyatakan tak bersyarat
7.Menyatakan menyerupai
8.Menyatakan perbuatan berulang-ulang (intensitas kuantitatif)
9.Menyatakan saling
Menyatakan agak
10.
Menyatakan paling (superlatif)
11.
MORFOLOGI
Pertemuan 11
KOMPOSISI (PROSES PEMAJEMUKAN)
MEKAR ISAMYANI
Pemajemukan
I II
Meja makan Adik makan
Rumah sakit Burung sakit
Kamar mati Tikus mati
Rumah sakit,
Budi bahasa
orang tua, dll.
MORFOLOGI
Pertemuan 12
KONSEP DASAR MORFOFONEMIK
MEKAR ISAMYANI
APA ITU PROSES
M
O MORFOFONEMIK ?
R
F
O PROSES PERUBAHAN PONEM
F
O
N PROSES PENAMBAHAN
E FONEM
M
I
K PROSES HILANGNYA FONEM
Morfofonemik adalah...
Morfofonemik mempelajari
perubahan-perubahan
fonem yang timbul sebagai
akibat pertemuan morfem
dengan morfem lain.
PROSES PERUBAHAN
FONEM
Terjadi sebagai
1. Fonem /N/ pada morfem meN- dan akibat per
peN- berubah menjadi fonem /m/ -temuan morfem
apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan meN- dan peN-
/p,b,f/ dengan bentuk
dasarnya
Contoh :
meN- + paksa = memaksa
peN- + berontak = pemberontak
meN- + fitnah = memfitnah
2.Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah
menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan fonem /t,d,s/
Contoh :
meN- + tarik = menarik
peN- + datang = pendatang
meN- + survei = mensurvei
3. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN
berubah menjadi /ň(ny)/ apabila bentuk dasar
yang mengikutinya berawal dengan /s,ŝ,c,j/.
Contoh :
meN- + sapu = menyapu
meN- + syukuri = mensyukuri (lihat pada buku)
peN- + cukur = pencukur (lihat pada buku)
peN- + jajah = penjajah (lihat pada buku)
4.Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN berubah
menjadi /η/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan /k,g,x,h, dan vokal/.
Contoh :
meN- + kacau = mengacau
peN- + gali = penggali
peN- + khayal = pengkhayal
meN- + hias = menghias
5. Fonem /r/ pada morfem ber- dan per- mengalami perubahan menjadi
fonem /l/ sebagai akibat pertemuan dengan bentuk dasarnya berupa morfem
ajar.
contoh: ber- + ajar belajar
per- + ajar pelajar
6. Fonem /?/ pada morfem ke-an, peN-an, dan –i mengalami perubahan menjadi
fonem /k/ sebagai akibat pertemuan dengan bentuk dasarnya berakhir
dengan fonem /?/.
contoh: ke-an + duduk kedudukan
peN-an + petik pemetikan
rusak + -i rusaki
Proses penambahan fonem
1. Terjadi penambahan fonem /?/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/.
contoh: -an + terka terkaan /terka?an
ke-an + raja kerajaan / keraja?an
peN-an + ada pengadaan / pengada?an
2. Terjadi penambahan fonem /w/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan fonem
/u,o,aw/.
contoh: ke-an + pulau kepulauan /kepulawwan
peN-an + toko pertokoan / pertokowan
per-an + temu pertemuan /pertemuwan
3. Terjadi penambahan fonem /y/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan fonem /i,
ay/.
contoh: -an + hari harian / hariyan
ke-an + pandai kepandaian / kepandayyan
Proses penghilangan fonem
Contoh :
meN- + lerai = melerai
peN- + ramal= peramal
meN- + yakinkan = meyakinkan
peN- + warna = pewarna
meN- + nganga = menganga
2. Fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan
ter- hilang akibat pertemuan morfem itu
dengan bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang
suku pertamanya berakhir dengan /ər/
Contoh :
ber- + renang = berenang
ter- + perdaya = teperdaya
per- + ramping = peramping
3. Fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem hilang
sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan
peN- dengan bentuk dasar yang berawal
dengan fonem-fonem itu.
Contoh :
meN- + paksa = memaksa
meN- + tulis = menulis
meN- + sapu = menyapu
peN- + karang = pengarang
Catatan:
Pertemuan 13
PENGGOLONGAN KATA (KELAS KATA)
MEKAR ISAMYANI
Penggolongan Kata Menurut Pakar
Slametmulyana
Contoh:
Besar
Sukar
Kata Keadaan Sibuk
Jauh
dll.
Kata kerja
buntu: jatuh,
menangis
Kata kerja
Kata Kerja langsung:
menggali,
membaca
Kata kerja
sambung: cinta,
pada cinta
kepada ayah.
Kata Benda:
1. Kata benda nyata: batu, orang ,laut.
2. Kata benda tidak nyata: keindahan,
kebesaran.
Kata Ganti:
1. Kata penunjuk: ini, itu.
2. Kata-kata yang dapat 2. Kata pemisah: yang, tempat.
melakukan jabatan 3. Kata ganti diri dan milik.
gatra pangkal dan gatra 4. Kata ganti tanya.
sebutan. 5. Kata ganti sesuatu.
Kata Golongan:
1. Bilangan pokok: satu,sebelas.
2. Bilangan bantu: batang, biji.
3. Bilangan tak tentu: banyak, sedikit.
4. Bilangan himpunan: ketika.
5. Bilangan tuturan: kedua, ketiga.
6. Bilangan pecahan: setengah, seperempat.
Kata-kata yang menjelaskan
tempat kedudukan kata benda:
ini, itu.
Pertemuan 14
PENGGOLONGAN KATA (KELAS KATA) BAGIAN II
MEKAR ISAMYANI
ALIRAN TRADISIONAL
TATA BAHASA
TRADISIONAL
ALIRAN LINGUISTIK
ALIRAN STRUKTURAL
TATA BAHASA
STRUKTURAL
ALIRAN TRADISIONAL ALIRAN STRUKTURAL
PLATO ARISTOTELES
C. A . MEES
TOKOH ALIRAN
TRADISIONAL DI
INDONESIA
HARIMURTI
KRIDALAKSANA
TARDJAN HADIDJAJA
VERBA
PREPOSISI NOMINA
PRONOMINA AJEKTIVA
KELAS KATA
TRADISIONAL
INTERJEKS
ADVERBIA
I
ARTIKULA NUMERALIA
KONJUNGSI
TOKOH ALIRAN STRUKTURAL
FERDINAND DE L. BLOOMFIELD
SAUSSURE
SLAMET MULYANA
HARIMURTI
TOKOH ALIRAN KRIDALAKSANA
STRUKTURAL DI
INDONESIA
GORYS KERAF
HASAN ALWI
HASAN ALWI
DKK
KATA BENDA
(NOMINA,PRONO-
NOMINA,PRONO-
MINA, NUMERALIA)
MINA, NUMERALIA
KATA TUGAS
(PREPOSISI,
PREPOSISI,
ARTIKULA,
ARTIKULA,
KATA KERJA
KONJUNGSI,
KONJUNGSI, (VERBA)
INTERJEKSI,
INTERJEKSI,
PARTIKEL
PARTIKEL ) KELAS KATA
STRUKTURAL
KATA
KETERANGAN
KATA SIFAT
(ADVERBIA (AJEKTIVA)
ADVERBIA)
KELAS KATA TERBUKA kelas
yang keanggotaannya dapat
bertambah atau berkurang
sewaktu-waktu
(NOMINA, VERBA, AJEKTIVA)
MENURUT ABDUL
CHAER KRITERIA
KLASIFIKASI KATA
KELAS KATA TERTUTUP
( PRONOMINA, ADVERBIA,
PREPOSISI, KONJUNGSI,
ARTIKULA)
CIRI-CIRI KATA BENDA (NOMINA)