Anda di halaman 1dari 13

Proses morfologis

Morfologi adalah cabang linguistik yang menganalisis struktur, bentuk dan


pembentukan, serta klasifikasi kata-kata. Objek penelitiannya adalah morfem,
yakni satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. Contoh morfem
adalah imbuhan, misalnya (me-an, me-kan, dsb) atau partikel (-kah, -lah).

Dari berbagai pendapat ahli mengenai pengertian morfologi di atas dapat


disimpulkan morfologi adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang seluk-
beluk bentuk dan pembentukan kata hingga berbagai fungsi perubahan-
perubahan bentuk kata tersebut untuk mendapatkan makna yang berbeda.

Morfem dan Kata

Lalu apa yang menjadi objek kajian morfologi? Tentunya kata. Namun,
sebetulnya kata sendiri dibentuk melalui sesuatu yang lebih kecil sebelum
menjadi kata. Sesuatu yang dimaksud tersebut adalah morfem.

Morfem

Morfem adalah satuan terkecil bahasa yang memiliki pengertian dalam suatu
ujaran. Seperti yang dikemukakan oleh Hocket (1958, hlm. 123 dalam Tarigan
1987, hlm. 6) morfem adalah unsur terkecil yang secara individual
mengandung pengertian dalam ujaran suatu bahasa.

Lalu seperti apa morfem itu? Dapat berupa imbuhan atau kata, misalnya: ber-,
di-, juang. Keraf (1987, hlm. 51) membedakan morfem menjadi dua, yaitu:

1. morfem bebas yang dapat langsung membentuk sebuah kalimat atau


morfem yang dapat berdiri sendiri;
2. morfem terikat yang tidak dapat langsung membina sebuah kalimat,
tetapi selalu terikat dengan morfem lain.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel di bawah ini.

Morfem Bebas Morfem Terikat

Rumah di-

Jalan Ber-

Sepeda Juang

Ya, kata adalah morfem juga atau lebih tepatnya merupakan morfem bebas
karena kata dapat berdiri sendiri tanpa morfem lain. Sementara itu, afiks
(imbuhan) di- dan ber- merupakan morfem terikat karena harus digabungkan
dengan morfem lain.

Contoh analisis sederhana morfem adalah sebagai berikut:

1. Bersepeda -> ber- dan sepeda (dua morfem)


2. Bersepeda ke luar kota -> ber-, sepeda, ke, luar, kota (lima morfem).

Morfem, Morf, dan Alomorf

Morfem dilambangkan dengan pengapit tanda kurung kurawal { … }. Kata


“buat” sebagai sebuah morfem dilambangkan dengan: {buat}, sementara kata
“buatkan” dibentuk dari {buat} + {-kan}. Namun, pada kenyataannya, morfem
juga merupakan sesuatu yang abstrak. Morfem {meng-} misalnya, bentuk
konkretnya sangat bervariasi. Contohnya:

1. {meng-}  +  {bawa}  >  membawa [məm  +  bawa]


2. {meng-}  +  {dengar}  >  mendengar [mən  +  dəŋar]
3. {meng-}  +  {sapu}  >  menyapu [məɲ  +  sapu]
4. {meng-}  +  {gapai}  >  menggapai [məŋ  +  gapaɪ]
5. {meng-}  +  {lukis}  >  melukis [məø  +  lukɪs]

Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa morfem {meng-} memiliki banyak
varian, tepatnya lima varian. Varian-varian tersebut disebut dengan
istilah alomorf. Sederhananya, alomorf adalah variasi dari morfem ().

Di antara alomorf-alomorf di atas yang dianggap paling mewakili adalah


morfem {meng-} itu sendiri. Bentuk yang paling mewakili ini disebut dengan
istilah morf, yang umumnya langsung dijadikan nama morfem itu sendiri.

Alomorf dari morfem {meng-} dianggap sebagai morf karena distribusinya


luas, yakni dapat diikuti oleh konsonan velar (k, g), konsonan faringal (h), dan
semua vokal (i, e, a, ə, u, o). Contoh lain dari morfem yang memiliki alomorf
dan morf adalah morfem {ber-}.

1. ubah  +  {ber-}  >  berubah


2. ajar  +  {ber-}  >  belajar
3. rupa  +  {ber-}  >  berupa

Klasifikasi Morfem

Morfem dapat dikelompokkan menjadi beberapa klasifikasi, meliputi:

1. Morfem bebas dan terikat


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, morfem bebas adalah morfem
yang mampu berdiri sendiri sebagai kata atau membentuk sebuah kata
(Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 52). Morfem mandi, duduk, dan makan, masing-
masing merupakan kata yang dapat langsung menjadi unsur kalimat, seperti
terlihat pada kalimat:

1. Adik sudah mandi


2. Dia duduk di teras
3. Anak itu makan sepotong roti

Ketiga morfem di atas dapat digolongkan sebagai morfem bebas. Pada


dasarnya semua kata dasar atau kata monomorfemis dapat digolongkan
sebagai morfem bebas.

Morfem terikat adalah morfem yang tidak mampu berdiri sendiri dalam


artian harus bergabung atau terikat dengan morfem lain dalam membentuk
sebuah kata (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 52). Contohnya adalah sebagai
berikut:

1. Pada kata bersembahyang, morfem terikat {ber-} bergabung dengan


satu morfem bebas {sembahyang};
2. Dalam kata ketidakhadiran, morfem terikat {ke-/-an} bergabung dengan
dua morfem bebas, yakni morfem {tidak} dan {hadir};
3. Morfem terikat {ber-}  dapat bergabung dengan morfem
terikat {juang} untuk membentuk kata berjuang.

2. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi

Morfem utuh adalah morfem yang keseluruhan komponennya menyatu atau


utuh dalam suatu posisi (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 53). Kata minuman terdiri
atas dua morfem, yakni morfem bebas {minum} dan morfem terikat {-an}.
Masing-masing morfem tersebut tergolong morfem utuh.
Morfem terbagi adalah morfem yang posisi komponennya terpisah
(Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 53). Morfem terikat {per-/-an} pada
kata perburuan, misalnya, disela oleh morfem bebas {buru} sehingga
komponennya terpisah atau terbagi, yakni sebagian berada di depan bentuk
dasar dan sebagian di belakang bentuk dasar.

3. Morfem dasar, morfem pangkal, dan morfem akar

Morfem dasar adalah bentuk yang menjadi dasar bentukan dalam proses


morfologis (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 54). Bentuk dasar ini dapat berupa
morfem tunggal seperi: gambar, main, dsb. Dalam bahasa
Indonesia, gambar dan main  merupakan morfem tunggal yang menjadi
bentuk dasar dari kata bermain dan mainan, serta bergambar dan
menggambar,

Morfem dasar juga dapat berupa gabungan morfem seperti: perbudak.


Morfem dasar perbudak  (gabungan dari morfem bebas budak dan morfem
terikat per-) menjadi dasar bentukan memperbudak.

Sementara itu, morfem pangkal (stema) adalah istilah yang digunakan untuk


menyebutkan bentuk dasar dalam proses infleksi atau proses pembubuhan
afiks inflektif (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 54). Dalam bahasa Indonesia,
morfem pangkal dapat dilihat pada kata main yang dibubuhi
afiks ber– menjadi bermain.

Morfem pangkal dari kata bermain adalah main yang merupakan morfem


berkategori verba. Ketika dibubuhi afiks ber-, morfem pangkal menjadi
morfem berimbuhan yang tetap berkategori verba. Jadi, morfem pangkal
merupakan bentuk dasar dari bentukan yang lebih tinggi dengan tetap
memepertahankan kategori kata yang dimiliki oleh morfem pangkal.

Selanjutnya, bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya ditanggalkan, baik


afiks infleksional maupun afiks deverensionalnya disebut dengan morfem
akar (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 55). Contohnya, dalam bahasa
Indonesia memperbaiki merupakan morfem berimbuhan yang memiliki
morfem akar. Baik yang mengalami proses afiksasi dengan penambahan
morfem per-i menjadi perbaiki, lalu perbaiki ditambah morfem
terikat mem- menjadi memperbaiki.

Kata

Kata adalah bentuk bebas yang paling kecil (Bloomfield, 1995, hlm. 178).
Namun, morfem mungkin merupakan keseluruhan kata atau merupakan
bagian dari suatu kata. Sehingga, dapat dikatakan pula bahwa kemungkinan
besar, sebetulnya morfemlah satuan kata yang paling kecil.

Perbedaan utama dari morfem dan kata adalah kata dapat berdiri sendiri serta
dapat membentuk suatu makna bebas. Sebagai satuan gramatik, kata terdiri
dari satu atau beberapa morfem.

Sebuah kata dapat berupa bentuk tunggal atau terdiri atas satu satuan
gramatikal dan dapat pula berupa bentuk kompleks atau terdiri atas beberapa
satuan gramatikal. Dalam artian bentuk kompleks ini dibangun oleh satuan
gramatikal yang lebih kecil.

Klasifikasi Kata

Dengan melihat jumlah morfem yang membentuknya kata dapat dibedakan


menjadi:

1. kata monomorfemis, yaitu yang terdiri atas satu morfem seperti: meja,


burung, pohon, nasi, ibu
2. kata polimorfemis

1. yaitu kata yang terdiri atas dua morfem atau lebih, contohnya: membeli,
kue-kue, makanan, jejaring, duduklah, rumah makan, temanmu, mitra kerja.
Satuan Gramatik Lainnya

Morfem, kata, frasa, klausa, dsb disebut sebagai satuan gramatika atau
gramatika. Satuan gramatik adalah satuan-satuan yang mengandung arti, baik
arti leksikal maupun arti gramatikal. Tentunya, untuk memahami morfologi
yang membahas bentuk dan pembentukan kata, pemahaman terhadap satuan
gramatika menjadi sangat penting.

Namun, beberapa satuan gramatika lebih relevan terhadap cabang linguistik


yang lain seperti sintaksis dan semantik. Fokus utama morfologi adalah
morfem dan kata. Satuan gramatika lainnya dapat dipelajari pada artikel di
bawah ini.

Baca juga:  Pengertian Kata, Frasa, Klausa, dan Satuan Gramatik


Lainnya

Proses Morfologis

Proses morfologis adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang
merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 2009, hlm. 51). Selanjutnya, Ramlan
(2009, hlm.51-82) juga membagi proses ini menjadi beberapa klasifikasi,
meliputi: afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Berikut adalah penjelasannya.

Afiksasi

Afiksasi dalah proses pembubuhan afiks (imbuhan) pada sebuah morfem


dasar atau bentuk dasar (Dhanawaty, 2017, hlm. 58). Proses ini melibatkan
unsur-unsur dasar atau bentuk dasar, afiks, dan makna gramatikal yang
dihasilkannya. Contoh afiksasi sesederhana:

1. ubah  +  {ber-}  >  berubah


2. ajar  +  {ber-}  >  belajar
3. rupa  +  {ber-}  >  berupa
Dilihat dari posisi melekatnya bentuk dasar, afiks dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.

1. Prefiks, adalah afiks yang diimbuhkan di awal bentuk dasar, seperti me-
pada kata menghibur. Prefiks dapat muncul bersama dengan sufiks atau afiks
lain. Misalnya, prefiks ber- bersama sufiks -kan pada kata berdasarkan
2. Infiks, adalah afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar. Dalam
bahasa Indonesia, misalnya infiks -el- pada kata telunjuk dan -er- pada kata
seruling.

1. Sufiks, adalah afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar.
Umpamanya, dalam bahasa Indonesia, sufiks -an pada kata bagian dan sufiks
-kan pada kata bagaikan.
2. Konfiks, adalah afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian pertama
berposisi pada awal bentuk dasar dan bagian yang kedua berposisi pada akhir
bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, ada konfiks per-/-an seperti terdapat
pada kata pertemuan, konfiks ke-/-an seperti pada kata keterangan, dan
konfiks ber-/-an seperti pada kata berciuman.
3. Sirkumfiks, adalah gabungan afiks yang bukan konfiks, seperti ber-/-an
pada kata beraturan yang memiliki makna ‘mempunyai aturan’.

Reduplikasi

Ramlan (2009, hlm. 63) mengemukakan bahwa proses reduplikasi atau


pengulangan adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun
sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan
tersebut disebut kata ulang (terumasuk kata majemuk), sedangkan satuan
yang diulang merupakan bentuk dasar.

Terdapat beberapa jenis reduplikasi, yakni:

1. Pengulangan seluruh, ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa


perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks,
contohnya: sepeda menjadi sepeda-sepeda, pohon  menjadi pohon-pohon.
2. Pengulangan sebagian, merupakan pengulangan sebagian dari bentuk
dasarnya. Hampir semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa
bentuk kompleks, seperti: mengambil  menjadi mengambil-
ambil, berjalan  menjadi berjalan-jalan.
3. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks , dalam
jenis ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses
pembubuhan afiks. Artinya, pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan
proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung suatu fungsi,
contohnya: kereta  menjadi kereta-keretaan, pohon  menjadi pohon-pohonan.
4. Pengulangan dengan perubahan fonem, sebetulnya pengulaman yang
termasuk dalam golongan ini sangatlah Contohnya: bolak-balik yang dibentuk
dari dasar balik yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem /a/
menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi /a/.

Komposisi (Kata Majemuk)

Komposisi atau kata majemuk adalah sebuah kata yang memiliki makna baru
yang tidak merupakan gabungan makna unsur-unsurnya (Dhanawaty, dkk,
2017, hlm. 61). Untuk lebih jelas, perhatikan contoh berikut.

Komposisi Bukan Komposisi

Mata hati Mata kiri

Matahari Mata adik

Kamar mandi Adik mandi


Komposisi Bukan Komposisi

Kata majemuk dikelompokan menjadi dua jenis, yakni kata majemuk setara,
dan kata majemuk tak setara. Berikut adalah penjelasannya.

Kata majemuk setara

Disebut juga sebagai kata majemuk kompulatif atau kata majemuk gabungan,
yakni kata majemuk yang bagian bagianya sederajat. Kata majemuk setara
terbagi lagi menjadi beberapa jenis, sebagai berikut.

1. Bagian-bagianya terdiri dari wakil-wakil keseluruhan yang dimaksud,


misalnya: kaki tangan, tikar bantal, orangnya tua.
2. Bagian-bagianya terdiri dari kata-kata yang berlawanan, misalnya: besar
kecil, tua muda, tinggi rendah.
3. Bagian-bagianya terdiri dari kata-kata yang maknanya hampir sama,
misalnya panjang lebar, susah payah, hancur lebur.

Kata majemuk tak setara

Disebut juga kata majemuk determinatif, yaitu kata majemuk yang tidak
mempunyai inti, terdiri dari:

1. Kata majemuk dengan susunan DM (Diterangkan Menerangkan),


misalnya: raja muda, orang tua, rumah obat.
2. Ayah menanam pohon jambu  di halaman belakang. (D: pohon, M: jambu)
3. Buku tebal itu dibaca Ayah dengan sungguh-sungguh. (D: buku, M: tebal)
4. Adik memakai baju baru  pemberian Ibu di hari lebaran kemarin. (D: baju, M: baru)
5. Sinta memakai baju berwarna merah jambu.  (D: merah, M: jambu)
6. Gadis cantik  itu sedari tadi menatapku. (D: gadis, M: cantik)
7. Kucing Anggora itu merupakan kucing yang dipelihara oleh Allysa. (D: kucing, M: Anggora)
8. Kata majemuk dengan susunan MD (Menerangkan Diterangkan),
misalnya purbakala, bumiputera, maharaja (kata majemuk seperti ini juga
disebut rangkaian sansekerta)
1. Ibu sedang menanak  nasi. (M: sedang, D: menanak)
2. Ayah sedang membaca koran di beranda rumah. (M: sedang, D: membaca)
3. Ayahnya merupakan seorang pegawai yang bekerja di sebuah perusahaan swasta. (M:
seorang, D: pegawai)
4. Sepotong roti itu telah habis dimakan oleh adiku. (M: sepotong, D: roti)
5. Ayah berhasil menangkap seekor ikan saat memancing di empang tetangga. (M: seekor,
D: ikan)

Morfofonemik

Proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem
awal yang dilekatinya dinamakan proses morfofonemik (Alwi dkk., 2010, hlm.
113). Proses morfofonemik juga mengatakan bahwa suatu morfem dapat
berubah bentuk dasarnya sebagai akibat pertemuan morfem tersebut dengan
morfem yang lainnya.

Jenis Morfofonemik

Umumnya dalam berbagai bahasa terdapat tiga proses morfofonemik yang


meliputi: proses perubahan fonem, proses penambahan fonem, dan proses
hilangnya fonem. Berikut adalah penjelasannya.

Proses Perubahan Fonem

Proses perubahan fonem, misalnya terjadi sebagai akibat pertemuan


morfem meng- dan peng- dengan bentuk dasarnya. Misalnya,
morfem meng- berubah menjadi mem-, men-, meny-, dan meng-, dan
morfem pe- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, dan peng-.

Apa yang terjadi pada contoh di atas adalah perubahan fonem /ŋ/


menjadi /m, n, n, n. Berikut adalah kaidah-kaidahan perubahan fonem dalam
bahasa Indonesia.

1. Fonem /ŋ/ pada morfem meng- dan peng- berubah menjadi fonem /m/
jika bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /p, b, f/,
contohnya: meng-  +  paksa  >  memaksa, meng-  + bantu  > membantu,
meng-  +  fitnah  >
2. Fonem /ŋ/ pada meng- dan peng- berubah menjadi fonem /n/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t,d,s/. Contohnya
adalah: meng-  +  tulis > menulis, peng-  +  dengar > pendengar,
meng-  +  survey > mensurvei.
3. Fonem /ŋ/ pada morfem meng- dan peng- berubah menjadi /n/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /s, c, j/,
seperti: meng-  +  sapu  >  menyapu, peng-  +  cemas > pencemas, meng-  +  jadi
> menjadi.
4. Fonem /ŋ/ pada meng- dan peng- berubah menjadi /η/ jika bentuk
dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k, g, x, h, dan vokal/,
contohnya: meng-  +  kacau  >  mengacau, meng-  +  garis  >  menggaris,
meng-  +  khianati  >  mengkhianati, peng-  +  hias > penghias,
meng-  +  angkut  >

Proses Penambahan Fonem

Proses penambahan fonem antara lain terjadi sebagai akibat pertemuan


morfem meng- dan peng- dengan bentuk dasarnya yang terdiri atas satu suku
kata. Fonem tambahanya ialah /∂/ sehingga meng- berubah menjadi
menge dan peng- berubah menjadi penge-.
Misalnya: meng- + bor menjadi mengebor, peng- + cat menjadi pengecat.
Proses Pelesapan Fonem

Pelesapan atau penghilangan fonem terjadi misalnya ketika fonem /ŋ/


pada meng- (dan peng-) terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meng-
dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r, y, w, dan nasal/,
seperti pada contoh di bawah ini.

1. meng-  +  lerai  >  melerai


2. meng-  +  ramalkan  >  maramalkan
3. meng-  +  yakinkan  >  meyakinkan
4. meng-  +  wakili  >  mewakili
5. meng-  +  merahi  > memerahi
6. meng-  + nyanyi  >  menyanyi

Fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- lesap sebagai akibat pertemuan
morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ dan bentuk
dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /∂/. Contohnya:

1. ber-  +  rapat  > berapat


2. ber-  +  kerja  >  bekerja
3. per-  +  ragakan  >  peragakan
4. ter-  +  rasa  >  terasa

Fonem-fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem hilang akibat pertemuan morfem


meng- dan peng- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem
itu. Misalnya:

1. meng-  +  paksa  >  memaksa


2. meng-  +  tulis  >  menulis
3. peng-  +  sapu  >  penyapu
4. peng-  +  karang  >  pengarang

Anda mungkin juga menyukai