Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MORFOLOGI

Disusun Oleh :

Noer Adhela Krisna P.A / 202211210002

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Tahun Pelajaran 2023-2024


BAB 1
Konsep Dasar Morfologi
A. Pengertian Morfologi
Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari kata
dan pembentukannya. Pada tataran linguistik, morfologi menempati urutan kedua
setelah fonologi. Lebih lanjut bahwa morfologi adalah bagian ilmu linguistik yang
membahas atau mempelajari ciri ciri internal bentuk kata dan pengaruh perubahan
bentuk kata terhadap kelompok kata dan makna kata, atau dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa morfologi mempelajari rincian internal dan eksternal bentuk
kata, baik fungsi gramatikal maupun semantik.
Menurut beberapa ahli menyatakan morfologi adalah cabang ilmu linguistik
yang mengidentifikasikan suatu dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Sependapat dengan Verhaar, Kridalaksana (1994) berependapat bahwa morfologi
khususnya bidang ilmu linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasinya
serta bagian bagian struktur kebahasaan termasuk kata dan bagian bagian kata,
khusunya morfem. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
morfologi adalah bidang ilmu linguistic yang mempelajari hubungan antara
morfem lain untuk membentuk suatu kata.
Dengan adanya definisi diatas, objek kajian morfologi adalah satu satuan
morfologi, yaitu morfem (akar atau afiks) dan kata serta proses morfologi yang
melibatkan komponen bentuk dasar, alat pembentuk, dan makna gramatikal.
Adapun yang dimaksud dengan alat pembentuk ini adalah pengimbuan,
pengulangan, pemajemukan dan pemendekan.

Daftar Pustaka
Abidin, Y. (2019). Konsep Dasar Bahasa Indonesia. Bumi Aksara 1.
BAB 2
Konsep Dasar Linguistik
1. Pengertian Linguistik
Linguistik adalah ilmu yang mempelajari, mempelajari, dan menyelidiki
hakikat dan kompleksitas bahasa, bahasa-bahasa pada umumnya yang digunakan
manusia sebagai alat komunikasi, atau Linguistik adalah ilmu tentang bahasa, atau
bahasa yang dipelajari secara ilmiah. adalah ilmu tentang . Berdasarkan pendapat
yang dikemukakan, kita dapat menyimpulkan bahwa pokok bahasan linguistik adalah
bahasa. Dalam kaitannya dengan pokok bahasan penelitian linguistik ini, bahasa yang
dimaksud tidak hanya merujuk pada bahasa tertentu saja, melainkan pada bahasa
secara umum, yaitu bahasa secara umum dalam arti komunikasi antar penutur
bahasa.Morfem. Bahasa yang disebutkan dapat berupa bahasa daerah, bahasa
Indonesia, atau bahasa asing. Oleh karena itu, linguistik kadang-kadang disebut
linguistik umum Alam Sutawijaya dkk
A. Morfem dibagi menjadi dua :
1. Morfem utuh
Morfem utuh yaitu morfem yang utuh secara fisik. Semua morfem dasar,
prfefiks, infiks, sufiks, termasuk ke dalam morfem utuh.
2. Morfem terbagi
Sedang morfem terbagi, adalah morfem yang fisiknya terbagi atau disisipi
morfem lain. Semua lonfiks (per-an), (ke-an), (per-an) termasuk ke dalam
morfem terbagi. Contoh morfem (ber-an) pada kata bermunculan.
B. Alomorf & Morf
Alomorf adalah varian bentuk dari morfem. Sedangkan morf mempunyai
pengertian ujaran aktual dari bentuk (morf-). Contoh: Morfem meN- mempunyai
struktur fonologik sebagai berikut Mem- membuat, Men- mendidih, Meny-
menyaring, Meng- mengganti, Menge- mengebom, Me- melamar.
Bentuk-bentuk mem-, men-, meny-, meng-, menge-, me- disebut morf, dan
semuanya itu merupakan alomorf dari morfem meN-. Begitu pula dengan morf-
morf pem-, pen-,peny-,peng-, penge-, adalah alomorf dari morfem peN-. inilah
halnya dengan morf-morf ber-, be-, bel- merupakan alomorf dari morfem ber-
C. Kata
Kata dapat diartikan sebagai berikut. Morfem atau gabungan morfem menurut
para ahli bahasa dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat dinyatakan dalam
bentuk bebas, satuan Bahasa yang ada sendiri dan muncul dari satu morfem,
misalnya. batu, rumah, datang, dll.) atau kombinasi morfem misalnya Pejuang,
mengikuti, Pancasila.
Kata secara struktural dibagi menjadi dua jenis: kata dengan morfem tunggal
dan kata dengan banyak morfem. Kata yang mempunyai satu morfem sering
disebut kata dasar, dan kata yang mempunyai banyak morfem disebut kata
majemuk. Kata kompleks ini muncul dari proses morfologi penjumlahan,
pengulangan, dan komposisi. Dalam penelitian ini, kami mengasumsikan dua jenis
bentuk linguistik: kata dasar dan kata tambahan. Sufiks di sini merupakan kata
majemuk yang dibentuk melalui proses morfologi penambahan imbuhan pada
suatu bentuk dasar.

Daftar Pustaka
Abidin, Y. (2019). Konsep Dasar Bahasa Indonesia. Bumi Aksara 1.
Effendi, M. S. (2019). LINGUISTIK SEBAGAI ILMU BAHASA.
Ramlan. (2019). Hakikat Morfologi. Repo, Iain Tulungagung, 9-26.
Sutarma, I. G. (2022, November). ANALISIS WUJUD BENTUK LINGUISTIK DALAM
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA. SOSHUM JURNAL SOSIAL DAN
HUMANIORA, Vol. 6, No 2, 227-237.
BAB 3
Jenis Jenis Morfem
A. Pengertian Morfem
Morfem merupakan satuan gramatika makna terkecil yang dapat berbentuk
akar/dasar dan imbuhan. Bedanya, akar dapat menjadi pokok dalam pembentukan
kata. Contoh satuan morfologi yang termasuk dalam morfem dasar adalah beli,
makan, dan merah. Selain itu bahwa morfem sesuatu yang berbentuk tunggal, baik itu
termasuk golongan satuan bebas ataupun satuan terikat. Adapun contoh morfem afiks,
yaiu me-, -kan, dan pe-an. Kata adalah satuan gramatikal yang terjadi sebagai proses
morfologi. Dalam pembahasan morfologi terdapat beberapa kriteria morfem. Chaer
(2015) mengungkapkan beberapa kriteria dalam pembagian morfem, seperti kriteria
kebebasan, keutuhan, makna, dan sebagainya.
Jenis jenis morfem dibagi menjadi 7 yaitu :
1. Berdasarkan kemampuan berdistribusi
Morfem dibagi menjadi beberapa kategori. morfem digolongkan menjadi
morfem bebas, morfem semi bebas, dan morfem terikat berdasarkan
kemampuannya berfungsi sendiri dalam bertutur.
2. Produktivitasnya
Jenis morfem berdasarkan produktivitasnya.
Morfem afiks dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Morfem afiks produktif membentuk kata-kata baru. Misalnya morfem afiks
ke-an, karena dapat membentuk kata-kata baru.
Contoh:
- Ke + aman + an : keamanan

- Ke + selamat + an : keselamatan

- Ke + makmur + an : kemakmuran

- Ke + sehat + an : Kesehatan
b. Morfem afiks tidak produktif
Morfem yang dialami oleh afiks {-em-}, {-el-}, dan {-er-}contohnya yaitu
gemetar, telunjuk, dan gergaji. Morfem-morfem tersebut sekarang sama sekali
sudah tak produktif lagi, dan hanya digunakan pada Bahasa Melayu dahulu.
c. Morfem afiks sedang cenderung produktif
Morfem afiks yang cenderung meningkat pemakaiannya dalam bentuk kata
kata baru misalnya morfem afiks {-is}, {-isme} dan {-(n)isasi} Berikut ini
merupakan contoh dari morfem-morfem serapan tersebut.
Contoh morfem afiks {-is}
- Psikologis

- Strategis

- Astronomis

Contoh morfem afiks {-isme}

- Plural + isme : pluralisme

- Nasional + isme : nasionalisme

Contoh morfem afiks {-(n)isasi}

- Global + isasi : globalisasi

d. Morfem cenderung tak produktif

Morfem yang cenderung tak produktif adalah morfem yang menurun


pemakaiannya. Misal yang saat ini turun pemakaiannya yaitu morfem (ber-).

Contoh dalam kalimat:

- Adik sedang bermain bola.


Kata bermain saat ini dalam pengucapan maupun tulisan sudah jarang
digunakan. Kalimat yang sering digunakan yaitu Adik sedang main bola.
3. Sumbernya
Jenis morfem berdasarkan sumbernya. Diarahkan pada asal morfem itu sendiri
karena didalam Bahasa Indonesia, terdapat morfem yang terbentuk dari Bahasa
Indonesia asli, Bahasa daerah yang ada di Indonesia, bahkan juga Bahasa asing.
Dalam hal ini, morfem yang berkaitan bukanlah morfem bebas melainkan morfem
terikat yang berupa afiks. Pada Bahasa Indonesia terdapat morfem-morfem afiks
yang dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu prefiks (meN-), (ber-),
(peN-), dsb. Infiks (-el-), (-em-), dan (-er-). Sufiks (-an), (-kan), dan (-i). Konfiks
(pe-an), (ke-an), (per-an). Berikut merupakan morfem afiks serapan yang dipakai
dalam Bahasa Indonesia. Morfem-morfem afiks seperti (ke-) dalam ketawa, (pra-)
dalam prasangka, (-wan) dalam pragawan, (bi-) dalam bilingual, (non-) dalam
nonpolitik, (-is) dalam pianis, (-isme) dalam kolonialisme, dan (mega-) dalam
megaproyek. Morfem-morfem afiks tersebut dapat menjadi keluarga afiks Bahasa
Indonesia karena dalam pemakaiannya sudah dapat mengikuti aturan-aturan
Bahasa Indonesia yang ada dan mempunyai arti secara gramatikal (dan tidak
mempunyai arti leksikal). Afiks asing yang sudah masuk dan menjadi keluarga
Bahasa Indonesia yaitu bentuk (-is) dalam Pancasialais dan (-isasi) dalam
turnisasi. Lain halnya dengan afiks (-us) dalam politikus dan (-if) dalam sportif.
Bentuk tersebut belum mampu melekat pada Bahasa Indonesia asli karena ia
hanya mampu melekat pada kata baku dalam Bahasa asing. Oleh karena itu afiks
(-us) dan (-if) belum dapat dikatakan sebagai “keluarga” dari afiks Bahasa
Indonesia.

4. Jumlah fonem yang menjadi unsurnya


Suatu Bahasa Indonesia terdapat morfem-morfem yang berunsur fonem.
Morfem yang berunsur satu fonem disebut monofonemis, dan morfem yang
berunsur lebih dari satu fonem disebut polifonemis.
a. Morfem monofonemis: (satu fonem) morfem (-i) dalam memetiki dan (a-)
dalam amoral.
b. Morfem polofonemis :
- Dua fonem : -an, {di-}, {ke-}

- Tiga fonem : {ber-}, {meN-}, {dua}, {itu}, {api}

- Empat fonem : {satu}, {baik}, {daki}

- Lima fonem : {serta}, {makin}, {berontak}

- Enam fonem : {bentuk}, {sambil}, {sembuh}

- Tujuh fonem : {bentrok}, {cokelat}

- Delapan fonem : {semboyan}, {kerontang}

- Sembilan fonem : {penasaran}, {sederhana}, {terselenggara}

- Sepuluh fonem : {halilintar}, {penasaran}, {semenanjung}


Jika dilihat dari frekuensi, maka morfem-morfem polifonemis yang berunsur
empat, lima, dan enam fonemlah yang paling banyak frekuensinya. Sedangkan
morfem yang berunsur dua, tiga, tujuh, delapan, Sembilan, dan sepuluh fonem
berfrekuemsi dibawahnya.

5. Keterbukaan bergabung dengan morfem lain


morfem ini, terdapat dua morfem yaitu morfem terbuka dan morfem tertutup.
Dalam pemakaiannya, morfem-morfem bahasa Indonesia ada yang mempunyai
kemungkinan bergabung dengan morfem lain, tetapi ada juga yang tidak.
Morfem(meN-), (ber-), dan (di-), semuanya tergolong morfem prefiks, morfem-
morfem itu mempunyai perbedaan.
A. Misal (morfem terbuka)
Morfem (meN-), dan (ber-) masih membuka kemungkinan digabungi morfem
prefiks lain seperti morfem (di-) menjadi dimengertikan, diberhentikan,
memberitahukan dan memberhentikan.
B. (morfem tertutup)
Menongkat, menjarum tidak dapat menjadi morfem terbuka karena dalam
penggunaannya yaitu hanya dapat menggunakan bentuk urai, misalnya
menjahit dengan jarum atau memukul dengan tongkat.
Jadi, morfem tertutup adalah morfem yang tidak mendapatkan afiksasi.

6. Bermakna tidaknya
Bermakna atau tidaknya suatu morfem dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok yang bermakna dan kelompok yang tak bermakna.
Morfem kelompok yang bermakna –sesuai dengan namanya- selalu bermakna dan
dapat dicari maknanya di dalam kamus. Contohnya yaitu lapar, kuda, merah,
buku, dsb. Karena ia bermakna dan dapat dicari didalam kamus maka bisa disebut
morfem leksikal.
Kelompok morfem tak bermakna, ia tidak mempunyai makna sendiri.
Contohnya (ter-), (di-), (peN-), (se), (-i), (-an), (-el-) dsb. Kelompok kedua ini
baru diketahui maknanya bila sudah berada dalam konstruksi yang lebih besar,
atau dikatakan telah melekat pada bentuk-bentuk dasar, bentuk dari kelompok
pertama. Oleh karena itu, morfem-morfem ini disebut morfem gramatikal.
Daftar Pustaka
Muslich, M. (2022). Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Kajian Ke Arah Tata Bahasa Deskriptif. Bumi
Aksara.
BAB 4
Distribusi Morfem
A. Distribusi morfem imbuan (Afiks)
1. Penggabungan morfem imbuan dengan bentuk dasar bebas
Segala morfem imbuhan baik imbuhan awal(prefiks), imbuhan tengah (infiks),
imbuhan akhir (sufiks), maupun imbuhan terbelah (konfiks atau simulfiks), dapat
bergabung dengan bentuk dasar bebas.
2. Penggabungan infiks dengan bentuk dasar bebas
merupakan afika yang ditambahkan di tengah bentuk dasar. Dalam Bahasa
Indonesia, infiks -el- yang ada pada kata telunjuk dan -er- yang ada pada kata
seruling.
3. Penggabuangan sufik dengan bentuk bebas
merupakan sebuah afiks yang ditambahkan pada posisi akhir bentuk dasar.
Misalnya saja, dalam Bahasa Indonesia, sufiks -an yang ada pada kata bagian dan
sufiks -kan yang ada pada kata bagaikan.
4. merupakan afiks yang berbentuk morfem terbagi, yang mana pada bagian pertama
berposisi pada awal bentuk dasar dan yang bagian kedua berposisi pada akhir
bentuk dasar. Di dalam Bahasa Indonesia, terdapat konfiks per-/-an seperti yang
ada pada kata pertemuan, konfiks ke-/-an seperti pada kata keterangan, dan
konfiks ber-/-an seperti pada kata berciuman.
B. Penggabungan morfem imbuan dengan bentuk terikat
Penggabungan Morfem Imbuhan dengan Bentuk Terikat.nSegala morfem
imbuhan, baik prefiks, infiks, sufiks, maupun konfiks pun dapat bergabung dengan
bentuk dasar terikat.
C. Distribusi morfem ulang
distribusi morfem afiks, morfem ulang dalam bahasa indonesia selalu
bergabung dengan bentuk dasar bebas, baik bentuk dasar bebas tunggal maupun
bentuk dasar bebas kompleks. Secara terperinci, kedua bentuk dasar yang dapat
bergabung dengan morfem ulang.
a. Penggabungan Morfem Ulang dengan Bentuk Dasar Bebas Tunggal Morfem
dasar Contoh: bebas tunggal (gunung) + morfem ulang = gunung-gunung,dll
D. Bebas kompleks + morfem ulang
Penggabungan Morfem Ulang dengan Bentuk Dasar Kompleks Morfem dasar
Contoh: bebas kompleks (kebaikan)+ morfem ulang = kebaikan-kebaikan, dll.
E. Distribusi morfem dalam bentuk majemuk
Unsur yang membentuk bentuk majemuk dalam bahasa indonesia mempunyai
distribusi yang bermacam-macam. Misalnya, bentuk majemuk rumah makan,terdiri
atas morfem {rumah} dan {makan}. Disamping dapat bergandeng secara majemuk
dengan morfem {makan}, morfem {rumah} dapat juga bergandeng secara majemuk
dengan morfem {api}, {dansa},dan {sakit}. Sehingga menjadi bentuk majemuk
rumah api, rumah dansa, rumah sakit.
Ada lagi bentuk majemuk yang salah satu unsurnya terdiri atas morfem terikat
ketat atau morfem unik( unique morpheme) . bentuk majemuk gelap gulita, misalnya
terdiri atas morfem {gelap} dan {gulita}. Morfem gelap tidak selalu bergabung
dengan morfem gulita, tetapi gulita selalu bergabung dengan morfem gelap. Sebab
itulah, morfem {gulita} dikatakan sebagai morfem terikat ketat atau morfem unik.
F. Morfem Ulang
Morfem ulang Bahasa Indonesia dapat membentuk kata dengan bentuk dasar
yang berupa kata kerja (verba), kata benda (nomina), kata sifat (adjektiva). Di
samping itu, morfem ulang juga berkombinasi dengan morfem imbuhan dalam
membentuk suatu kata misalnya :
- ke – an : kekuning – kuningan, kebiru – biruan.

- se – nya : sebaik – baiknya, sekuat – kuatnya

- an : rumah – rumahan, sepeda – sepedaan, orang – orangan.


G. Distribusi morfem gabung

Daftar Pustaka
BAB 5
Proses Morfologis
A. Proses pembubuhan Afiks
Proses pembubuhan afiks adalah pembubuhan afiks pada satuan-satuan, baik satuan
itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata, artinya
sebuah kata dasar apabila diberi imbuhan akan menjadi sebuah kata baru yang
maknanya juga baru. Melalui proses pembubuhan ini akan menghasilkan kata
berimbuhan.
Bentuk kata dapat berupa :
- Kata :
Kata-kata yang kita kenal ternyata dapat mengalami perubahan bentuk
dan struktur. Dan seiring dengan perubahan bentuk tersebut, makna dari
kata itu sendiri juga ikut berubah. Kata merupakan satuan terkecil yang
dapat berubah bentuknya dengan menambahkan kata lain atau fonem lain.
Dalam morfologi ada berbagai macam proses perubahan bentuk dan
struktur kata. Perubahan bentuk dan struktur kata tersebut berbagai macam
bentuknya, yaitu dengan menambahkan imbuhan, pengulangan kata, atau
dengan menggabungkan kata. Perubahan bentuk kata akibat adanya
imbuhan atau yang disebut sebagai proses afiksasi. Afiksasi dapat
dibedakan berupa prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran).
Makna kata akibat penambahan imbuhan tersebut dapat berupa kata kerja,
kata benda, atau kata sifat. Misalnya kata kerja yang ditambahkan awalan
menjadi pekerja yang berarti kata benda atau orang yang melakukan. Atau
pada kata makan yang ditambahkan awalan menjadi memakan yang berarti
kata kerja. Perubahan kata lainnya dapat kita lihat dalam proses
reduplikasi atau proses pengulangan kata. Pengulangan kata dilakukan
dengan mengulangi kata dasar baik keseluruhan kata atau dengan
menambahkan variasi fonem. Misalnya kata balik, apabila mengalami
proses reduplikasi kata tersebut dapat menjadi bolak-balik dengan makna
pergi dan Kembali ketempat yang sama.
- Pokok kata
Bahasa-bahasa di dunia memiliki cara-cara tersendiri dalam proses
pembentukan katanya. Sebagai contoh, bahasa Indonesia merupakan salah
satu jenis dari bahasa Austronesia yang pembentukan katanya didominasi
melalui afiksasi. Sebagai contoh, kata terjauh yang dibentuk dari kata jauh,
kata bertemu yang dibentuk dari pokok kata temu, kata berjalan-jalan
yang dibentuk dari kata berjalan, kata rumah-rumah yang dibentuk dari
kata rumah, kata ketidakadilan yang dibentuk dari frasa tidak adil, kata
rumah sakit yang dibentuk dari kata rumah dan kata sakit, kata pasukan
tempur yang dibentuk dari kata pasukan dan pokok kata tempur, atau kata
lomba tari yang dibentuk dari pokok kata lomba dan pokok kata tari.
- Frase
Pada kata terjauh, kata jauh mendapat bubuhan ter-, pada kata bertemu
pokok kata temu mendapat bubuhan ber-, pada kata ketidakadilan, frasa
tidak adil mendapat bubuhan ke-an. Proses pembentukan kata dengan
pembubuhan yang disebut afiks itu disebut proses pembubuhan afiks atau
afiksasi. Sementara itu, kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata
berafiks.
- Kata dan kata
Pada kata berjalan-jalan, kata berjalan yang menjadi bentuk dasarnya
tidak mendapat bubuhan seperti halnya kata terjauh. Demikian pula kata
rumah-rumah, berlari-lari, terbatuk-batuk, berdekat-dekatan,
mempertunjuk-tunjukkan, disodor-sodorkan, dan sebagainya. Proses
pembentukan kata dengan pengulangan bentuk dasarnya itu disebut proses
pengulangan atau reduplikasi. Sementara itu, kata yang dibentuk dengan
proses ini disebut kata ulang
- Kata dan pokok kata
Pada kata rumah sakit, kata rumah dan kata sakit yang merupakan
bentuk dasarnya digabungkan hingga kedua kata itu menjadi satu kata.
Demikian pula kata meja makan dan kepala batu yang dibentuk dari kata
meja dan makan, kepala dan batu. Proses pembentukan kata dengan
penggabungan semacam itu disebut proses pemajemukan. Kata yang
dibentuk dengan proses ini disebut kata majemuk.
- Pokok kata dan pokok kata
Kata verbal golongan ini ditandai dengan adanya afiks meN- seperti
pada kata-kata verbal di atas. Kata-kata makan, minum, minta, dan mohon
juga termasuk golongan kata verbal yang transitif karena kata-kata ini
dapat diikuti objek dan juga dapat dipasifkan. Namun, kata-kata tersebut
tidak ditandai dengan afiks meN-. Maka dari itu, perubahan dari kata-kata
makan, minum, dan mohon sebagai kata transitif itu disebut dengan
perubahan zero yang berarti perubahan kosong atau tidak ada perubahan.
Proses ini disebut proses perubahan zero.
B. Proses dasar proses morfologis
1. Afiksasi (Imbuhan)
Proses morfologis yang sering dijumpai ialah afiksasi, yaitu penggabungan akar atau
pokok dengan afiks. Afiksasi adalah proses pembentukan kata yang dilakukan dengan
cara membubuhkan morfem terikat berupa afiks pada bentuk dasar. Dalam proses
pembubuhan afiks, bentuk dasar merupakan salah satu dari unsur yang bukan afiks.
Afiks merupakan satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur
yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada
satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Afiks terdiri atas
empat macam, yaitu prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), dan konfiks
(gabungan awalan dan akhiran).
- Prefiks (awalan)
Prefiksasi adalah proses pembubuhan afiks (morfem terikat) yang
dapat dilakukan di depan bentuk dasar. Jenis prefiks (awalan) antara lain:
me-, ber-, ter-, di-, ke-, pe-, per-, se-.
Contoh :
ber + main = bermain
di + makan = dimakan
ter + tawa = tertawa
- Infiks (sisipan)
Infiksasi adalah proses pembubuhan afiks di tengah bentuk dasar.
Penulisan afiks ini ditulis serangkai dengan kata dasarnya sebagai satu
kesatuan. Jenis infiks (sisipan) antara lain: -em-, -el-, -er-, dan -in-.
Contoh:
getar = g + em+ etar
gigi = g + er + igi
kerja = k + in +erja
- Sufiks (akhiran)
Sufiksasi adalah proses pembubuhan afiks di akhir bentuk dasar. Penulisan
afiks ini ditulis serangkaian dengan kata dasarnya, sebagai satu kesatuan.
Jenis sufiks (akhiran) antara lain: -an, -i, -kan, -nya, dll.
Contoh:
cuci +an = cucian
baca + kan = bacakan
turun + nya = turunnya
warna + i= warnai
- Konfiks
Konfiksasi adalah proses pembubuhan afiks di awal dan akhir bentuk dasar
secara bersamaan. Konfiks terdiri atas dua unsur. Unsur pertama terletak di
muka bentuk dasar dan unsur kedua terletak di belakang bentuk dasar.
Jenis konfiks antara lain: ber – an, ke – an, me – kan, se – nya, per – an,
dll.
Contoh:
me + laku + kan = melakukan
ber + pakai +an = berpakaian
ke + hujan + an= kehujanan
C. Ciri-ciri kata yang mengalami proses morfologi
1. Morfem merupakan bentuk bahasa terkecil dan tidak dapat dibagi lagi menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Misalnya kata Break dipecah menjadi pu dan tus,
maka bagian-bagian tersebut bukan lagi morfem karena tidak mempunyai makna
leksikal atau gramatikal. Demikian pula, tidak dapat dipecah menjadi beberapa
bagian. Morfem juga merupakan satuan kebahasaan terkecil yang tidak dapat
dibagi lagi dan mempunyai makna gramatikal dan leksikal.
2. Suatu kata dikatakan mengalami proses morfologis, jika penggabungan
morfemnya mengalami perubahan arti.
Contoh :
Mencangkul, (cangkul) “alat pertanian terbuat dari baja ada pegangannya dari
kayu”, mencangkul ” melakukan pekerjaan dengan alat cangkul”
D. Macam macam proses morfologis
1. Afiksasi adalah pembentukan kata dengan menambahkan morfem afiks pada
bentuk dasar
Contoh : bersepeda, kemuning,panasi, penghijauan
2. Reduplikasi adalah pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar
3. Komposisi adalah pembentukan kata dengan menggabungkan dua atau lebih
bentuk dasar
Morfem ku, mu, nya, kau, dan is, me nukan merupakan afiks melainkan klitik
karena morfem tersebut memiliki arti leksikal.
E. Pembentukan kata di luar proses morfologis
1. Akronim (pemenggalan menggabungkan huruf atau suku kata: ospek)
2. Abreviasi (Proses pemendekan/singkatan,SIM, PTN, PTS)
3. Abrevi-akronim gabungan antara abreviasi dan akronim. (pemenggalan, pemilu,
Polri, DKI Jaya(Daerah Khusus Ibu kota Jakarta Raya)
4. Kontraksi, pengerutan, dua kata yang disatukan sehingga hilang beberapa fonem
(takkan, tidak akan)
5. Kliping, pengambilan suku khusus dalam kata yg selanjutnya dianggap sebagai
suatu kata baru (pemendekan: prof,dok,flu)
6. Afiksasi pungutan kata serapan (afiksasi yg masih terasa keasingannya :
antikomunis,nonformal)

Daftar Pustaka
Fatonah, K. (2019, April). BAHASA INDONESIA MORFOLOGI. Vol.5, 31-50.
BAB 6
Afiksasi
A. Pengertian Afikssasi
Afiks adalah proses pembentukan kata dengan menambahkan imbuhan pada bentuk
dasar kata. Afiks adalah satuan morfologi yang dapat ditambahkan pada awal
(awalan), tengah(infiks), atau akhir (akhiran) suata kata untuk mengubah makna atau
fungsinya. Proses pemaksaan terjadi dalam morfologi, suatu cabang ilmu linguistik
yang mempelajari struktur dan pembentukan kata.
Berikut penjelasan singkat beberapa jenis imbuhan dalam morfologi :
1. Awalan (Prefiks) imbuhan yang ditempatkan didepan akar kata
Contoh : “ber-“ (bermain), “me-“ (membaca)
2. Sufiks (Akhiran) adalah imbuhan ditempatkan diakhir akar kata
Contoh : “-kan” (makanan)
3. Infiks (Sisipan) adalah imbuhan yang dimasukkan ditengah tengah akar kata
Contoh : “el” (pelajar)
4. Konfiks (Pemajemukan) adalah gabungan imbuhan awalan dan akhiran yang
harus digunakan Bersama-sama
Contoh : “ ke-an” (Kebahagian)

Konjungsi merupakan salah satu cara utama untuk memperluas kosa kata dan
memperkaya struktur Bahasa. Proses ini memungkinan terbentuknya kata kata baru
dengan makna yang lebih spesifik atau perubahan fungsi gramatikal

B. Batasan Afiks
Afiksasi dalam morfologi memiliki beberapa batasan dan karakteristik yang perlu
dipahami, berikut adalah beberapa hal yang dapat dianggap sebagai batasan afiksasi
morfologi :
1. Keterbatasan Makna
Afiksasi dapat mengubah makna kata dasar, tidak semua perubahan makna
dapat dicapai melalui afiksasi, Beberapa makna mungkin hanya dapat
diungkapkan melalui perubahan kata secara keseluruhan atau dengan bantuan
sintaksis
2. Keterbatasan Distribusi
Tidak semua kata dasar dapat menerima semua jenis afiks. Distribusi afiks
tergantung pada bahasa tertentu dan aturan morfologisnya, Ada kata kata tertentu
yang dapat menerima prefix, sufiks, atau infiks tertentu, Sementara kata kta
lainnya tidak
3. Aturan Ortografis dan Fonologi
Proses afiksasi juga terikat pada aturan ortografis dan fonologis dalam bahasa
tertentu. Misalnya, perubahan bunyi atau penambahan huruf tertentu mungkin
diperlukan untuk menghindari kombinasi suara yang sulit diucapkan
4. Kemungkinan Overlapping
Beberapa afiks mungkin memiliki bentuk yang tumpeng tindih atau sering
digunakan untuk tujuan yang sama atau serupa. Ini dapat menyebabkan beberapa
kata yang terbentuk oleh afiksasi memiliki makna yang mirip atau bahkan identik
5. Makna Gramatikal dan Makna Leksikal
Afiksasi dapat memiliki makna gramatikal (mengubah fungsi gramatikal kata)
atau makna leksikal (mengubah makna kata). Perbedaan ini sering kali
menciptakan kata kata baru dengan fungsi atau makna yang berbeda
6. Keterikatan pada Konteks Sintaksis
Makna kata yang dihasilkan melalui afiksasi juga dapat bergantung pada
konteks sintaksisnya. Oleh karena itu pemahaman makna lengkap sebuah kata
mungkin memerlukan pemahaman konteks kalimat atau teks di makna tersebut
digunakan
7. Keberlanjutan dan Keteraturan
Afiksasi cenderung mengikuti aturan dan pola tertentu dalam suatu bahasa,
Namun keberlanjutan dan keteraturan tersebut mungkin tidak selalu bersifat
absolut dan terdapat pengecualian atau irregularitas tertentu
C. Perubahan fonem akibat pembubuhan afiks
Pada umumnya pembubuhan afiks dalam morfologi sering kali menyebabkan
peruahan fonem atau bunyi dalam kata dasar. Perubahan ini dapat terjadi untuk
memudahkan pelafalan, untuk mematuhi aturan fonologis tertentu, atau karena
pengaruh fonetis dari afiks itu sendiri. Berikut adalah beberapa perubahan fonem yang
umum terjadi akibat pembubuhan afiks :
1. Asimilasi
Proses di mana satu fonem mengadopsi ciri ciri fonem yang berdekatan dengan,,
Contoh assimilasi adalah perubahan konsonan dalam kata “membaca” dimana
“m” dari prefiks “me-“ berubah menjadi “n” agar lebih sesuai dengan bunyi
konsonan berikutnya, yaitu “b”
Contoh :
a. Kata dasar : baca
b. Afiksasi : me-(prefiks)
c. Kata hasil : membaca
2. Ablaut
Perubahan vocal dalam suatu kata yang dapat terjadi sebagai akibat pembubuhan
afiks. Ablaut dapat mencakup perubahan vocal di dalam akar kata
Contoh :
a. Kata dasar : panas
b. Afiksasi : -i (sufiks)
c. Kata hasil : panasi
3. Penurunan bunyi (konsonan mutation)
Perubahan pada konsonan tertentu dalam kata sebagai hasil dari pembubuhan
afiks
Contoh :
a. Kata dasar : tulis
b. Afiksasi : -an (sufiks)
c. Kata hasil : tulisan
4. Penghilang bunyi (deletion)
Terkadang, pembubuhan afiks dapat mengakibatkan penghilangan bunyi tertentu
dalam kata dasar
a. Kata dasar : panjang
b. Afiksasi : -kan (sufiks)
c. Kata hasil : panjangan
5. Perubahan aksen atay tonic vowel
Pada beberapa bahasa, afiksasi dapat menyebabkan perubahan vocal yang
menonjol atau vocal yang mendapat aksen
a. Kata dasar : cantik
b. Afiksasi : -i (sufiks)
c. Kata hasil : cantiki

BAB 7
Reduplikasi
A. Pengertian Reduplikasi
Reduplikasi adalah pengulangan kata mempunyai bentuk dasar yang diulang
ulang. Bentuk dasar yang dimaksud adalah bentuk dasar yang direformasi adalah
bentuk kebahasaan, maka bentuk dasar ini harus dapat digunakan dalam penggunaan
bahasa sehari sehari dalam bentuk kata atau bentuk lainnya, frasa
B. Bentuk dasar kata ulang
a. Bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakain bahasa
Contoh : bergerak-gerak (bentuk dasar bergerak), Membaca-baca (bentuk dasar
membaca)
b. Arti bentuk dasar kata ulang selalu berhubungan dengan arti kata ulangnya
Contoh : Baju-baju, Berlari-lari, Cepat-cepat
C. Jenis jenis pengulangan
1. Pengulangan seluruh
Pengulangan seluruh merupakan bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak
berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
Contoh :
a. Sepeda : Bersepeda
b. Buku : Buku buku
2. Pengulangan sebagian
Pengulangan Sebagian adalah bentuk dasarnya, Disini bentuk dasarnya tidak
diulang seluruhnya. Hampir semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa
bentuk kompleks.
Contoh :
a. Bentuk meN-
- Mengambil : mengambil-ambil

- Membaca : membaca-baca
b. Bentuk di
- Diusai : diusai-usai

- Ditarik : ditarik-tarik
c. Bentuk ber-
- Berjalan : berjalan-jalan

- Bertemu : bertemu-temu
d. Bentuk ter
- Terbatuk : terbatuk-batuk

- Terbentur : terbentuk-bentuk
e. Bentuk ber-an
- Berlarian : berlari-larian

- Berjauhan : berjauh-jauhan
f. Bentuk -an
- Minuman : minum-minuman

- Makanan : makan-makanan
g. Bentuk ke-
- Kedua : kedua-dua

- Ketiga : ketiga-tiga
3. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
Dalam bentuk dasar pengulangan seluruhnya dan berkombinasi dengan proses
pembubuhan afiks adalah pengulangan yang terjadi Bersama sama dengan proses
pembubuhan afiks dan Bersama sama pula mendukung satu fungsi.
Contoh :
a. Lauk : Lauk pauk
b. Ramah : Ramah tamah
D. Jenis Reduplikasi
Reduplikasi adalah suatu proses morfologis dimana satu atau lebih morfem
dari sebuah kata diulang. Proses ini umunya digunakan untuk menciptakan variasi
makna atau untuk memberikan nuansa tertentu pada kata. Ada beberapa jenis
reduplikasi morfologi yang dapat ditemui, termasuk :
1. Reduplikasi utuh, yaitu pengulangan bentuk dasar yang sama persis (makan-
makan, pagi-pagi,jauh-jauh)
2. Reduplikasi Sebagian, yaitu pengulangan atas Sebagian bentuk dasar (Bersama-
sama, tersenyum-senyum, masak-memasak)
3. Reduplikasi berimbuhan, yaitu pengulangan bentuk dasar yang selanjutnya
dilekati imbuhan (mobil-mobilan, secepat-cepatnya, kemerah-merahan)
4. Reduplikasi berubah bunyi atau konsonan, yaitu pengulangan bentuk dasar dengan
mengalami perubahan bunyi. Jenis ini dibedakan lagi atas :
a. Berubah konsonan ( sayur-mayur , beras-petas, dan lauk-pauk )
b. Berubah vocal ( lika-liku, liak-liuk )
5. Reduplikasi suku depan atau dwipura, yaitu pengulangan atas suku pertama
bentuk dasar. Pengulangan jenis ini selalu disertai dengan perubahan bunyi vocal
suku pertama menjadi /e/ (sesame, tetamu, rerumputan)
6. Reduplikasi semu, yaitu kata dasar yang bentuknya menyerupai reduplikasi
(lumba-lumba, kata-kata, laba-laba)

Setiap jenis reduplikasi memiliki kegunaan dan fungsi masing masing tergantung
pada konteks bahasa dan makna yang ingin disampaikan, Reduplikasi merupakan
salah satu cara Bahasa untuk memperkaya ekspresi dan nuansa

Anda mungkin juga menyukai