Anda di halaman 1dari 2

Konsep Dasar Morfologi

Nadia Izzatunnisa
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Studi Linguistik, Universitas Indonesia

Morfologi
Morfologi awalnya dikenalkan oleh Johann Wolfgang van Gothe (1749—1832),
seorang penyair German, novelis, dan filsuf, dalam konteks biologi. Kata “morfo” yang
berasal dari Yunani, secara etimologi berarti bentuk. Maka dari itu, morfologi dapat diartikan
sebagai ilmu mengenai bentuk.
Dalam ilmu biologi, morfologi mempelajari bentuk dan struktur organisme. Dalam
ilmu geologi, morfologi mempelajari susunan bentuk tanah. Sementara itu, dalam ilmu
linguistik, morfologi mempelajari struktur kata dan bagaimana sebuah kata dapat terbentuk.

Morfem
Morfem merupakan bagian terkecil pada fungsi gramatikal linguistik. Sebuah morfem
dapat berupa kata, seperti “tangan”, bisa juga berupa ragam imbuhan pembentuk kata yang
dapat mengubah makna. Beberapa morfem tidak memiliki bentuk yang konkret dan bahkan
tidak memiliki arti jika hanya berdiri sendiri. Sebagai contoh, morfem “di” pada
pembentukan kata “dibuat” tidak akan memiliki makna jika berdiri sendiri. Akan tetapi, kata
“di” pada frasa “di Bandung” dapat memiliki makna walaupun berdiri sendiri, yaitu
menandakan sebuah ruang atau tempat.
Morfem adalah satuan terkecil bahasa yang tidak dapat dibagi lagi. Pada praktiknya,
morfem dapat ditemukan dengan cara membandingkan satuan-satuan ujaran dengan melihat
persamaan dan perbedaan dalam bentuk ucapan (fonologis) atau makna. Morfem memiliki
beberapa jenis berdasarkan fonem yang menyusunnya, yaitu morfem segmental, morfem
suprasegmental, dan morfem segmental-suprasegmental

Alomorf
Alomorf merupakan variasi morfem atau dapat juga disebut sebagai anggota dari
sebuah morfem. Pada morfem {me} kita mengenal adanya bentuk lain, seperti mǝ, mǝm,
mǝn, dst. Bentuk lain dari morfem {me} itulah yang dinamakan sebagai alomorf.
Pada bahasan alomorf, kita mengenal juga alomorf zero. Alomorf zero merupakan
anggota morfem yang tidak berwujud. Sebagai contoh, fish pada plural tetap ditulis sebagai
fish.

Analisis Morfologi
Dua pendekatan yang digunakan dalam analisis morfologi adalah pendekatan analitik
dan sintetik. Pendekatan analitik berkaitan dengan pemecahan atau penguraian kata.
Pendekatan ini dekat kaitannya dengan metodologi. Sementara itu, pendekatan sintetik lebih
dekat dengan pembahasan terkait teori. Di dalam analisis morfologi, pendekatan keduanya
dibutuhkan untuk dijalankan bersamaan.
Pada pendekatan analitik, terdapat empat prinsip yang menjadi acuan. Prinsip pertama
menyatakan bahwa bentuk yang memiliki makna dan bunyi yang sama dalam
kemunculannya merupakan morfem yang sama. Prinsip kedua menyatakan bahwa bentuk
dengan makna yang sama, tetapi bunyi yang berbeda merupakan morfem yang sama juga
selagi distribusinya tidak tumpang tindih. Prinsip ketiga menyatakan bahwa tidak semua
morfem itu bersifat segmental. Prinsip keempat menyatakan bahwa sebuah morfem
memungkinkan memiliki alomorf zero.

Referensi

Aronoff, M., Fudeman, K. (2001). What is Morphology. UK: Blackwell


Booij, Greet. (2005). The Grammar of Words. Oxford: Oxford University Pers
Kushartanti, Untung Yowono, dan Multamia RMT Lauder. (2009). Pesona Bahasa: Langkah
Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai