NPM : 180110200002
Wujud morfem dikenal sebagai wujud huruf atau rangkaian huruf yang melambangkan
bunyi. Bunyi sebagai material bahasa memiliki dua jenis, yaitu bunyi yang dapat disegmen-
segmenkan (dipisah-pisahkan) dan bunyi yang tidak dapat disegmenkan. Huruf atau rangkaian
huruf yang melambangkan bunyi atau rangkaian bunyi sebagaimana pengertian orang awam
tersebut, terbatas pada bunyi segmental saja. Bunyi suprasegmental tidak pernah dinyatakan
dengan huruf atau rangkaian huruf, kecuali hanya dengan tanda-tanda tertentu yang bersifat
kurang sempurna.
Pertama wujud fonem atau urutan fonem segmental terdiri dari satu fonem atau lebih di
dalam bahasa Indonesia, bentuk seperti /-i-/, /pe-/, /ter-/, /me-/, /di-/, /-kan/, /-dan/, /-sangat/ dan
sebagainya merupakan contoh wujud segmental morfem-morfem. wujud segmental karena
morfem-morfem itu dapat di segmentasikan atau merupakan hasil segmentasi serta tidak
menempatkan adanya wujud unsur suprasegmental. Fonem atau urutan fonem yang merupakan
wujud morfem itu bisa berupa afiks atau imbuhan dan bisa juga berupa bentuk dasar. Bentuk-
bentuk seperti {-i}, {pe-}, {ter-}, {meng-}, adalah morfem-morfem yang berupa bentuk dasar.
Kedua, bagi bahasa-bahasa tertentu urutan fonem mungkin belum menandai pengertian atau
konsep yang cukup jelas. Sebagai contoh urutan fonem /bottar/ dalam bahasa Batak Toba
Sumatra. Urutan fonem itu belum mempunyai pengertian yang penuh atau maknanya masih
meragukan. Jika fonem tersebut diberi tekanan pada suku pertama, sehingga menjadi /bóttar/,
akan memiliki pengertian ‘darah’ sedangkan yang diberi tekanan pada suku kedua, sehingga
menjadi /bottár/, akan memilki pengertian ‘anggur’, dengan demikian bahasa Batak Toba
memiliki morfem {bottar} dan morfem {bottar} yang masing-masing memiliki morf-segmental
yang sama yaitu /bottar/ namun memiliki makna yang berbeda.
Ketiga, fonem panjang dimanfaatkan untuk membedakan makna sehingga panjang suatu
fonem dapat diangggap sebagai suatu morfem. Bahasa bugis, /mabatu/ bermakna ‘mencari batu’
sedangkan bentuk /mabatu/ bermakna berbantu-bantu. Dalam bahasa hokano terdapat kontras
antara /ida/ yang berarti ‘mereka’ dan /idda/ yang berarti ‘berbaring’. Keempat, naik turunnya
nada dimanfaatkan untuk membedakan makna. Bentuk /si/ dalam bahasa cina belum bisa
diketahui artinya sebelum diketahui nadanya. Nada daftar bentuk itu, berarti “hilang” dengan
nada naik bentuk itu berarti “sepuluh” dengan nada turun naik berarti “sejarah” dan dengan nada
turun bentuk berarti “pasar”.
Kelima, morfem-morfem bahasa bisa tidak berwujud. Dengan kata lain suatu morfem bisa
berupa kekosongan. Karena bermanifestasikan kekosongan, morfem ini hampir tidak disadari
keberadaannya oleh penutur awam suatu bahasa. Contoh deretan struktur:
Keenam struktur kalimat diatas berpola S-P-O dengan predikat Verba transitif. Pada kalimat
(1)Sampai dengan (4) verba berprefiks mem-,meny-,men, sedangkan pada kalimat (5) dan (6)
tidak memiliki prefiks, atau tempat prefiks tidak ditandai oleh apapun. Secara semantik keempat
prefiks dan kedua “kekosongan” pada keempat kalimat itu bermakna” melakukan perbuatan”.
Dengan demikian walaupun bentuk makan dan minum pada kalimat (5) dan (6) tidak memiliki
prefiks, kekosongan itupun disebut sebagai morf, yaitu morf zero, yang merupakan alomorf dari
morfem {meng-} dengan melihat deretan struktur diatas bahwa morf {zero} (atau{Ø}) berparalel
dengan morf {mem-}, {meny-}, dan {men-}, dengan pengertian yang sama. Oleh karena itu,
keenam bentuk itu merupakan alomorf dari morfem {meng-}. Wujud morfem itu merupakan
morfem “tidak berwujud” atau kosong, dapat dipilah atas wujud segmental dan suprasegmental.
Morfem segmental ada yang berupa afiks dan adapu pula yang berupa bentuk dasar (leksem),
sedangkan morfem suprasegmental berupa tekanan, nada, intonasi, persendian, durasi
Morfem terbagi menjadi beberapa jenis, berikut ini adalah jenis-jenis dari pada morfem:
1. Morfem bebas
2. Morfem terikat
Morfem terikat yaitu morfem yang tidak bisa berdiri sendiri dan yang selalu terikat
dengan morfem lain untuk membentuk ujaran, misalnya {ber}, {meng}, {kan}. Morfem-
morfem tersebut harus terikat dengan morfem lain agar bisa berdiri dalam sebuah kalimat
misalnya berteduh, menganalisa, dan sebutkan. Morfem terikat bisa berupa afiks, klitik,
morfem unik atau akar kata.
3. Morfem utuh
Morfem utuh adalah morfem yang susunannya utuh atau tidak terbagi. Contoh: {lari),
{pergi}, {angkat}, {lantai}. Morfem-morfem tersebut utuh susunannya dan tidak terbagi
atau terpisah.
4. Morfem terbagi
Morfem terbagi adalah morfem yang perwujudannya dalam bentuk morfem diantarai
oleh unsur lain. Misalnya morfem {ke-an}, morfem tersebut bentuknya tidak utuh atau
unsur-unsurnya terpisah. Di antara ke- dan -an ada unsur lain misalnya unsur {satu}
menjadi kesatuan. ke- dan -an pada {ke-an} adalah satu morfem meskipun terpisah.
Morfem bermakna leksikal adalah morfem yang mempunyai makna leksikal. Makna
leksikal adalah makna kata atau leksem sebagai lambang benda, peristiwa, objek, dan
lain-lain. Contohnya morfem {ikan}, {ku}, {jalan}, {dwi}, {rumah}, {buku}, dan {mu}.
7. Morfem Segmental
Morfem segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem segmental atau atau dapat
dibagi. Contoh morfem {meja}, bunyi morfem tersebut dapat dibagi menjadi me-ja atau
m-e-j-a.
8. Morfem Suprasegmental