A. MORFOLOGI
1. PENGERTIAN MORFOLOGI
Morfologi adalah Bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang membicarakan
atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk
kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain Morfologi memepelajari seluk-
beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata, baik fungsi gramatik maupun
fungsi semantik.
2. MORFOLOGI DAN LEKSIKOLOGI
Leksikologi mempelajari perbendaharan seluk-beluk kata, ialah mempelajari
perbendaharaan kata dalam suatu bahasa; mempelajari pemakaian kata serta seperti dipakai
oleh masyarakat pemakai bahasa, missal kata “masak” yang memiliki banyak arti dalam
pemakainnya.
3. MORFOLOGI DAN ETIMOLOGI
Jika dibidang arti ada pendekatan antara morfologi dan leksikologi, maka dibidang
bentuk ada pendekatan antara morfologi dan etimologi.
Contoh; disamping kata kena, terdapat kata berkenaan
4. MORFOLOGI DAN SINTAKSIS
Mempelajari hubungan antara kata/ frase /klausa/kalimat yang satu dengan /dan
wacana .jadi, kata yang dalam morfologi merupakan satuan yang paling besar, dalam sintaksis
merupakan satuan yang paling kecil.
5. SATUAN GRAMATIK
Urutan satuan gramatik;
Wacana
Kalimat
Klausa
Frase
Kata
Morfem
8. DERETAN MORFOLOGI
Ialah suatu deretan atau suatu daftar yang memuat kata-kata yang berhubungan dalam
bentuk dan artinya.
Contoh; kejauhan , deretan morfologinya sebagai berikut;
kejauhan
menjauhkan
dijauhkan
terjauh
berjauhan
menjauhi
dijauhi
jauh
9. HIRARKI BAHASA
Pada contoh berperikemanusiaan hirarki pembentukannya lebih banyak lagi dibandingkan
dengan pada berpakaian, satuan berperikemanusian terbentuk dari unsur ber-dan
perikemanusiaan. Selanjutnya kemanusiaan terbentuk dari unsur ke-an dan manusia. Jadi proses
terbenuknya satuan berperikemanusian demikian:
manusia_____kemanusiaan_____perikemanusiaan_____berperikemanusiaan
Diagramnya sebagai berikut:
13. AFIKS
Afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang didalam suatu kata merupakan unsur yang
bukan kata dn bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain
untuk membentuk kata / pokok katabaru.
Misalnya; kata minum yang merupakan kata dan –an yang merupakan satua terikat maka
morfem –an iduga merupakan afiks.
B. PROES PENGULANGAN
Proses pengurangan/ reduflikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya
maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak . Hasil pengulangny disebut kata
ulang, sedangkan satuan yang diulang bentuk dasar. Misalnya ; kata ulang rumah-rumah dari
bentuk dasar rumah,
1. MACAM-MACAM PENGULANGAN
1.pengulangan seluruh
Ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan
proses pembubuhan afiks.
Misalnya; sepeda_______sepeda-sepeda
2. pengulangan sebagian
Ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasar, bentuk dasar tidak diulang seluruhnya, hamper
semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks. Yang berupa bentuk
tunggal hanyalah kata lelaki dari bentuk dasar laki, dan tetamu dari bentuk dasar tamu.
3.Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
Dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinsi dengan proses
pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses
pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi .
Misalnya; kata ulang kereta-keretaan, pertama ialah bentuk dasar kereta diulang menjadi kereta-
kereta, lalu mendapat bubuhan afiks-an , menjadi kereta-keretaan.
4. Pengulangan dengan perubahan fonem
disamping bolak-balik, terdapat kata kebalikan, sebalinya, dibalik, membalik. Dari perbandingan
itu dapat disimpulkan bahwa bolak-baik dibentuk dari bentuk dasar balik yang diulang
seluruhnya dengan perubahan fonem, ialah dari /a/ menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi /a/.
misalnya; lauk ______ lauk-pauk
ramah _____ ramah-ramah
sayur ______ syur-myur
tali ______ tali-mali
2. PROSES KEMAJEMUKAN
Kata majemuk ialah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Disamping itu, ada
juga kata majemuk yang terdiri dari satu kata dan satu pokok katasebagai unsurya, misalnya;
daya tahan, daya juang, kamar tunggu,
5. MORFOFONEMIK
Morfonemik Mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat
pertemuan morfem dengan morfem lain.
Morfem ber - , misalnya terdiri dari 3 fonem , ialah /b/e/r/. akibat penemuan morfem itu dengan
morfem ajar, fonem /r/ berubah menjadi /l/, hingga pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar
menghasilkan kata belajar.
3 Proses Morfofonemik :
1. Proses perubahan fonem
2. Proses penambahn fonem
3. proses hilngnya fonem.
6. PROSES PERUBAHAN FONEM
Misalnya, terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan betk
dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem itu berubah menjadi /m,n,n,n/, hingga morfem meN-
berubah menjadi meN- berubah menjadi mem-, men-, meny-, dan meng- dan morfem peN-
berubah menjadi pem-, pe-, dan peny-, dan peng- . perubahan-perubahan itu tergantung pada
kondisi bentuk dasar yang mengikutinya. Kaidah-kaidah perubahannya dapat diikhtisarkan
sebagai berikut:
1.Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar
yang mengikutinya berawal dengan /p,b,f/.
Misalnya ;
meN- + paksa = memaksa
peN- + periksa = pemerksa
meN- + bantu = membantu
peN- + bantu = pembantu
meN- + fitnah = memfitnah
2. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan fonem/t,d,s,/
Misalnya ;
meN- + tulis = menulis
peN- + tulis = penulis
meN- + datangkan = mendatangkan
peN- + datang = pendatang
meN- + supply = mensupply
3. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan/s,s,c,j/ Misalnya ;
meN- + sapu = menyapu
peN- + suluh = penyuluh
meN- + syaratkan = mensyaratkan
meN- + cari = mencari
peN- + cukur = pencukur
meN- + jadi = menjadi
4. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya
berawal dengan fonem /k,g,x,h, dan vocal/
Misalnya ;
meN- + kacau = mengacau
peN- + kacau = pengacau
meN- + garis = menggaris
peN- + garis = penggaris
C. PROSES PENAMBAHAN FONEM
Proses penambahan fonem, a.l. terjdi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dengan
bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku.
meN- + bom = mengebom
Proses penambahan fonem / / terjadi juga sebagai akibat pertemuan morfem peN- dengan bentuk
dasarnya yang terdiri dari satu suku sehingga morfem peN- berubah menjadi penge-
peN- + bom = pengebom
Kaidah morfofonemik :
1.Kaidah morfofonemik morfem afiks meN-
meN- ____ mem-
apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem/p,b,f/ . fonem /p/ hilang, kecuali pada
beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya
dan pada bentuk dasar berprefiks, ialah prefiks per-
meN- + paksa = memaksa
2. Kaidah morfofonemik afiks peN-
peN- ______ pem-
apabila didikuti bantuk dasar yang berawal dengan fonem /p,b,f/ . fonem /p/ hilang.
peN- + pakai = pemakai
3. Kaidah morfofonemik morfem afiks ber-
ber- ______ be-
Apabila diikuti bentuk dasar yang berawal fonem /r/ , dan beberapa bentuk dasar yang suku
pertamanya berakhir dengan / /
ber- ______ bel-
ber- + ajar = belajar
2. AFIKS ber-
Bentuk dasar kata berafiks ber- mungkin berupa pokok kata, misalnya;
Bertemu ______ temu
-Kata sifat;
bergembira ______ gembira
-kata bilangan
berdua ______ dua
-Kata nominal
bersepeda ______ sepeda
3. AFIKS di-
Hanya memiliki satu fungsi, ialah membentuk kata kerja pasif, berbeda dengan afiks meN- yang
mempunyai fungsi membentuk kata kerja aktif ;
diambil ___ mengambil
diresmikan ___ meresmikan
dimata-matai ___ memata-matai
4. AFIKS ter-
Fungsinya untuk membentuk kata kerja pasif, misalnya pada kata-kata terbawa, terdengar,
tersusun, tersaji, tersaji.
Disamping itu juga, ada kata berafiks ter- yang termasuk golongan kata sifat, misalnya kata-kata
tertinggi, terendah, terkecil, terpandai.
5. AFIKS peN-
Termasuk golongan kata nominal, misalnya kata-kata pembaca, penulis, pengarang, pemimpi,
pemirsa.
Bentuk dasar kata berafiks peN- bermacam-macam. Ada yang berupa poko kata, dalam hal ini,
kata berafiks peN- mempunyai pertalian dengan kata berafiks meN- misalnya;
Pembaca : bertalian dengan membaca
Ada yang berupa kata sifat, misalnya:;
Pemalas ____ malas
6. AFIKS pe-
Dalam hal ini dapat dipakai suatu petunjuk bahwa afiks peN pada umumnya bertalian dengan
kata kerja berafiks meN- , sedangkan afiks pe- pada umumnya bertalian dengan kata berfaiks
ber- Misalnya :
Penulis : bertalian dengan menulis
7. AFIKS per-
Ada dua jenis afiks per- , ialah afiks per- yang berfungsi membentuk kata, melainkan berfungsi
membentuk pokok kata. Afiks per yang berfungsi membentuk kata nominal termasuk afiks yang
tidak produktif. Afiks ini hanya terdapat pada kata pelajar dan pertapa. Pada kata pelajar, afiks
per- mengalami proses morfofonemik pel- .
8. AFIKS se-
Afiks se- ada yang melekat pada bentuk dasar yang berupa kata nominal, mislanya pada kata-
kata
Serumah ___ rumah
Ada yang melekat pada bentuk adasar yang berupa kata sifat, misalnya;
Setinggi ___ tinggi
Dan ada juga yang melekat pada golongan kata tambah, misalnya;
Sebelum ___ belum
Afiks se- mempunyai makna sebagai berikut :
1.Menyatakan makna “ satu “
Serombongan : “satu rombongan”
2. Menyatakan makna “seluruh”
Se- polandia : “seluruh polandia”
3. Menyatakan makna “sama”
Secara adapt : “sama dengan cara adapt, seperti cara adapt.
4. Menyatakan makna “setelah”
Sesampainya : “setelah ia sampai
9. AFIKS ke-
Afiks ke- hanya memiliki dua makna yaitu;
1.Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasar
Kedua ( orang ) : “kumpulan yang terdiri dari dua orang”.
2. Menyatakan urutan.
( pegawai ) kedua
( bagian ) ketiga
13. AFIKS-i
Afiks tidak berfungsi membentuk kata, melainkan membentuk pokok kata Dengan tambahan
prefiks meN- , di- , ter-, atau dengan tambahan ku, kau, dan sebagainya , pokok kata itu menjadi
suatu kata.
Afiks –i mempunyai beberapa makna, yang dapat digolongkan sebagai berikut:
1.Menyatakan bahwa “perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar itu dilakukan berulang-ulang.
kalau dibandingkan kata memukuli dengan memukul dalam kalimat;
-ia memukuli kudanya
-ia memukul kudanya
2.Menyatakan makna”memberi apa yang tersebut pada bentuk dasar pada. . . .
Pada kata menandatangi, misanya dalam kalimat
-Bapak Kepala Kantor sedang menandatangani surat.
3.Objeknya meyatakan “tempat” . kita bandingkan kata menduduki dengan mendudukan
-Orang itu menduduki kursiku
-orang itu mendudukan anaknya di kursiku
4.Menyatakan makna “kausatif”. Dalam hal ini, makna afiks –i sejajar dengan makna afiks-kan .
kita bandingkan, misalnya kata mengotori dengan mengotorkan dalam kalimat
-Orang itu mengotori kamar saya.
-Orang itu mengotorkan kamar saya.
16. AFIKS ke – an
Akibat pertemuan afiks ke –an dengan bentuk dasarnya timbulah berbagai makna yang dapat
digolongkan sebagai berikut:
1.menyatakan ‘suatu abstraksi’ atau ‘hal’ , baik abstraksi dari suatu perbuatan maupun dari suatu
sifat atau keadaan. Misalnya;
-kebaikan : ‘hal baik’
2.Menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang tersebut pada bentuk dasar’.
Misalnya
-(masalah) kehewanan :‘hal-hal yang berhub ungan dengan masalah hewan
3.Menyatakan makna’dapat dikenai perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar’ atau dengan kata
lai n menyatakan makna ‘dapat di . . . Misalnya;
-kelihatan : ‘dapat dilihat’
4.Menyatakan makna’dalam keadaan tertimpa akibat perbuatan, keadaan, atau hal yang tersebut
pada bentuk dasar. Misalnya;
-kehujanan : ‘dalam keadaan tertimpa hujan’
5.Menyatakan makna’tempat’ atau daerah. Misalnya;
-kepresidenan : ‘tempat presiden’