Anda di halaman 1dari 96

Aspek Bahasa

Nama : Annisa Noor


Diasti Darayani
Siti Imtitsalul
Veni Agave
Kompetensi komunikatif

Sesuai dengan fungsi bahasa sebagai alat berkomunikasi,


tujuan akhir pengajaran bahasa sebenarnya adalah pencapaian
kualitas komunikasi yang baik. Kualitas komunikasi yang baik inilah
yang kemudian dianggap sebagai kompetensi komunikatif. Kualitas
komunikasi yang baik ini diperoleh melalui proses belajar bahasa
yang intensif, yang didukung oleh program pengajaran berbahasa
yang baik pula
Kompetensi komunikatif
Kompetensi komunikatif merupakan kemampuan seseorang dalam
menggunakan kaidah-kaidah gramatikal suatu bahasa untuk membentuk kalimat
gramatikal, yang dalam realisasi berkomunikasi dibimbing oleh suatu kaidah-
kaidah nonlinguistik secara tepat. Berdasarkan hal itu, rincian unsur kemampuan
komunikatif mencakup penguasaan:
(1) Pengetahuan mengenal gramatika dan kosa kata bahasa yang bersangkutan;
(2) Pengetahuan mengenal kaidah-kaidah mendengarkan, berbicara membaca,
dan menulis;
(3) Pengetahuan mengenal bagaimana cara menggunakan dan memberi responsi
terhadap berbagai tipe tindak tutur; dan
(4) Mengetahui bagaimana cara menggunakan bahasa secara tepat dan memadai
Kompetensi komunikatif

Kompetensi komunikatif memiliki empat sub-kompetensi,


yang secara serentak membentuk suatu kompetensi
berbahasa yang saling ber- gantung antara yang satu dengan
yang lainnya. Keempat sub- kompetensi tersebut adalah
kompetensi gramatikal, kompetensi sosiolinguistik,
kompetensi kewacanaan, dan kompetensi strategik
Kompetensi komunikatif

Kompetensi komunikatif merupakan sistem-sistem yang mendasari


pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan bagi komunikasi, khusus- nya
waktu berinteraksi dalam komunikasi aktual, atau manifestasinya dalam situasi-
situasi kongkrit. Sebagai contoh, pernyataan "Odara panas ya, di ruangan ini",
merupakan suatu permintaan, khususnya kepada seseorang lawan bicara yang
mempunyai hubungan peran yang lebih rendah untuk membuka jendela atau pintu
agar angin bisa masuk ke dalam ruangan atau menghidupkan kipas angin dan
sebagainya.
Hakikat kompetensi linguistik diatas dapat digambarkan dengan diagram dibawah
ini :

Pengeahuan mengenai
Pengetahuan mengenai tata
penggunaan bahasa secara
tepat dan memuaskan bahasa dan kosa kata

Kompetensi komunikatif

Pengetahuan mengenai Pengetahuan kaidanh


penggunaan pembenahan mendengarkan , membaca,
response terhadap menulis dan berbiacara
berbagai tipe tindak tutur
Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
komponen kompetensi linguistik itu mencakup kompetensi
gramatikal, kompetensi sosiolinguistik, kompetensi kewacanaan,
dan kompetensi strategik
Kompetensi linguistik atau kompetensi
gramatikal
kompetensi gramatikal merupakan kemampuan menggunakan kode kode
linguistic, kesanggupan untuk mengenali ciri-ciri leksikal, morfologi, sintaksis dan
fonologi suatu bahasa dan kesanggupan untuk memanipulasi ciri-ciri tersebut
untuk membentuk suatu kata atau kalimat. Kompetensi gramatikal mencakup
kaidah tata bunyi, tata kata, tata kalimat, tata makna, kosa kata dan otografi.
Butir-butir kaidah tersebut berkaitan dengan keempat keterampilan berbahasa
yaitu mendengarkan atau menyimak, berbicara membaca dan menulis.
Komptensi
gramatikal

Kompetensi Kompetensi Kompetesi


Kompetens Peng kosa Penget-
tata kata tata tata makna
i tata bunyi kata artografi
kalimat

Keterampilan berbahasa:
- Menyimak
- Berbicara
- Membaca
- Menulis
Kompetensi linguistik atau kompetensi gramatikal

Sebagai gambaran awal, yang menjadi garapan bidang fonologi (tata bunyi)
misalnya:
(1) ucapan butir-butir leksikal dalam ujaran atau tuturan yang berkaitan dengan
bahasa itu,
(2) hubungan ucapan dalam ujaran.
(3) tekanan kata dalam ujaran, dan (4) pola-pola intonasi atau tipe-tipe klausa
tertentu
Sebagai conth: bunyi /bapa?/ merupakan hasil sebuah ucapan yang memiliki
hubungan dengan ujaran ‘orang tua laki-laki kita’

Kemudian yang menjadi garapan utama bidang ortografi adalah:


(1) grafem-grafem
(2) Konvensi-konvensi ejaan
(3) Konvensi-konvensi pungtuasi atau tanda baca
Butir-butir ini berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis
Kompetensi linguistik atau kompetensi gramatikal

Khusus untuk pembentukan kata, cakupan garapan nya sangat beragam sesuai dengan ciri
khas suatu bahasa. Akibat keberagaman ini lah sehingga untuk keperluan pengajaran
bahasa, cakupan garapan untuk bidang pembentukan kata bersifat konstekstual, dalam arti
sesuai dengan bahasa yang di ajarkan. Khusus bahasa Indonesia bidang yang menjad
garapan pembentukan kata adalah :
1. Pembentukan kata jadian
2. Pembentukan kata ulang
3. Pembentukan kata majemuk
4. Deviasi kata-kata serapan, dan
5. Singkatan dan akronim
Tata Bunyi
A. Bunyi-bunyi bahasa
Bunyi-bunyi bahasa umumnya terdiri dari dua golongan besar yaitu bunyi –
bunyi segmental dan bunyi-bunyi suprasegmental

1. Bunyi- a. Bunyi vokal, dihasilkan


bunyi dengan cara
segmental mnegeluarkan udara
dari paru-paru tanpa
mendapat hambatan
atau gangguan didalam
Digolongkan
menjadi dua rongga hidung.
yaitu vokal dan
konsonan. Bunyi
ujaran yang b. Bunyi konsonan,
dihasilkan verbal
dihasilkan dari keluarnya
inilah yang
dimaksud udara dari paru-paru yang
dengan istilah kemudian mendapat
bunyi segmental hambatan atau gangguan
pada rongga mulut dan
hidung.
Peta huruf vokal
Peta huruf konsonan
2. Bunyi suprasegmental

Bunyi-bunyi ujaran yang mengiringi keberadaan


bunyi segmental, misalnya tekanan, nada,
intonasi, dan jeda merupakan bunyi
suprasegmental.
a. Fonem dan Alofon
fonem segmental dalam bahasa Indonesia terdiri dari empat golongan yakni,
konsonanm vocal, diftong, dan gugus konsonan

1. Distribusi fonem konsonan dalam bahasa Indonesia


Sebagaian besar konsonan dalam bahasa Indonesia terdapat pada posisi awal,
tengah dan akhir. Diistirbusi fonem selenkapnya dapat digambarkan seperti:
2. Distribusi fonem vokal dalam bahasa Indonesia
Berikut baganya:
3. Diftong dalam bahasa Indonesia
terdapat tiga diftong dalam bahasa Indonesia yaitu/ai/, /au/, dan /oi/.
Ketiga diftong itu umumnya menempati posisi akhir pada suku kata dasar,
seperti:
Kemarau
Himbau
Sampai
Pulau

4, distirbusi gugus konsonan dalam Bahasa Indonesia


gugus konsonan adalah kombinasi dua atau lebih konsonan. Dalam buku Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa gugus konsonan atau lebih dalam
suku kata yang sama (1988:42).
Bagan gugus konsonan
Tata Kata
Pembicaraan tentang tata kata tidak bisa dilepaskan dari morfologi.
Morfologi mneyangkut kajian tentang pembentukan kata-kata melalui proses
penggabungan morfem yang satu dengan yang lainya. Hal demikian juga
dituturkan oleh Ramlan (1978:2), morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan atau mempelajari ssluk beluk struktur kata terhadap golongan dan
arti kata.

1
1. Morfem

Morfem adalah bentuk yang paling kecil yang mempunyai arti


yang terdapat dalam pembentukan kata dari setiap bahasa.
Sebuah morfem dapat terbentuk dari suatu bunyi atau dua
bunyi atau beberapa bunyi yang merupakan sebuah unit yang
bermakna.
Berdasarkan sudut padandang
a. Tipe morfem
kategorinya

(2) Morfem
(1) Morfem terikat adalah
bebas, adalah morfem yang
morfem yang tidak dapat
scara leksikal berdiri sendiri me- + tulis = menulis
dapat berdiri sebagai kata me- + tangkap =
sendiri dasar. Morfem menangkap
sebagai kata ini secra ter- + baca + terbaca
dasar, missal leksikal di- + makan = dimakan
: buku, berfungsi bila
rumah, baca, digabungkan
makan saou dengan
morfem lain
2.
Realisasi
Morfem

a. Beberapa c. kadang-
morfem dapat kadang kita
diperikan menemui dua
sebagai bentuk yng
bentuk b. Sebuah mempunyai
terkecil yang morfem dapat ucapan yang
bermakna lebih dari sama tetapi
dalam sebuah fonem, memiliki
gramatial seperti dalam makna yang
bahasa. bahasa inggris berbeda.
Bentuk kita mengenal Bentuk
terkecil ini /z/ dalam semacam ini
adalah suatu /gouz/goes. berbentuk
bentuk suatu homofon,
bentuk yng misalnya :
tidak mungkin -bank
dipecah lagi. -bang
3. Distribusi
morfem
berbentuk kata

a. prefiks
Sebuah morfem yang keberadaan atau distribusinya mendahului morfem bebas
sering disebut prefiks.
b. Infiks
sebuah morfem terikat yang kehadiranya atau distribusinya berada di tengah
atau di dalam morfem bebas dan menyatu sering disebut infiks.
Contohnya:
- -el- + gegar = gelagar
+ getar = geletar
-em- + getar =gemetar
+ gantung = gemantung
c. Sufiks
sebuah morfem terikat kehadiranya mengikuti mongikuti morfem bebas
sehingga gabungan morfem bermakna itu dinamakn sufiks.
Contoh : -I + pukul = pikuli
- + tangis = tangisi
-an + baca = bacaan
- kan + tulis = tuliska
d. Konfiks
gabungan morfem terikat yang kehadiranya secara nyata menyerta morfem
bebas sering disebut konfiks.
Contoh :
- ke-an + berat = keberatan
4. Fungsi
morfem

a. Fungsi darivasi
Darivasi merupakan konstruksi morfologi yang distribusinya
berbeda dengan morfem dasar atau akar katanya.
Konstruksi yang demikian lazim disebut darivasi

b. Fungsi infleksi
Infleksi adalah pembentukan konstruksi yang distribusinya
sama dengan morfem dasar atau morfem asalnya. Cth:
Bermain ….. Main
Berlari ….. Lari
Memakan …. makan
2. kata

Suatu morfem bebas sudah merupakan kata. Kata adalah satu kesatuan yang utuh
yang mengandung arti atau makna

A. konstruksi kata
1. Konstruksi kata dilihat dari jumlah morfemnya
Kata yang paling sederhana hanya terdiri dari satu morfem bebas. Karena
terdiri dari satu morfem bebas, maka konstruksi semacam ini disebut
morfofonemis. Coth:
- Baju
- Buku
- Rumah
- Sawah
Konstruksi kata dilihat dari jumlah morfemnya

Sedangkan kata yang konsturksinya kompleks terdiri dari dua atau lebih morfem.
Hal demikian dalam sebuah bahasa dinamakan polimorfemis. Contoh :
- Buku-buku
- Rumah-rumah
- Sawah-sawah
- Meja hijau

2. Konstruksi kata dilihat dari pola kanonik kata


Otto Van Dempwolf, dalam penyelidikanya tentang bahasa Indonesia telah
menetapkan dua macam pola susunan kata dasar dalam bahasa Indonesia. Pola ini
disebut pola kanonik atau pola wajib, yaitu:
a. Pola kanonik 1: K-V-K-V, artinya tata susunan bunyi yang membentuk suatu kata
dasar terdiri konsonan –kal- konsonan vokal. Conth:
- Buku
- Saku
- Baju
2. Konstruksi kata dilihat dari pola kanonik kata

b. Pola kanonik II: K-V-K-V-K, artinya kata tersebut tersusun bunyi konsonan-
vokal-konsonan-vokal-konsonan
Contoh :
- Bapak
- Rumah
- Bekas

B. Kelas kata dan ciri morfologis


-1. kata benda
- Kata benda menurut Gorys Keraf adalah segala kata yang dapat diterangkan
atau diperluas dengan yang + kata sifat, misalnya “ibu yang rajin” , “angin yang
kencang” atau “durian yang jatuh”. Disamping itu segala kata yang mengandung
morfem terikat ke-an, pe-an, pe-, -en, ke- dimasukan kekelompok kata benda.
2. Kata Kerja
Segala macam kata yang dapat diperluas dengan + kata sifat dimasukkan ke dalam
kelompok kata kerja.
Mlsalnya:
-Budi berlari dengan cepat
-Anak itu tidur dengan nyenyak
Kata dasar yang mendapat afiks me- dan -kan juga dapat dimasukkan dalam
kelompok kata kerja
Contoh:
-la mendengarkan radio
-Budi membuat layang-layang

3. Kata sifat
Kata sifat adalah segala bentuk yang dapat mengambil bentuk re +
reduplikasi+nya,serta dapat diperluas dengan kata paling, lebih, atau sekali.
Conth: setinggi-tingginya
·paling putih
-paling rendah
-lebih merah
-lebih rendah
4. Kata tugas
Kata tugas adalah kata yang tidak mempunyai arti leksikal,tetapi mempunyai
fungsi yang menunjukkan hubungan gramatikal.Menurut Gorys Keraf,kata tugas
adalah segala kata yang mempunyai fungsi mengubah kalimat rninim menjadi
kalimat transformasi.Ciri umum kata tugas dalam Bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut.
a) Sukar sekali mengalami perubahan bentuk,meskipun ada beberapa yang dapat
mengalami perubahan seperti kata tidak dan sudah.
b)Hanya memiliki tugas untuk memperluas atau mengadakan transformasi
kalimat dan tidak bisa menduduki fungsi-fungsi pokok (subjek,predikat,objek)
dalam kalimat.
c) umnumnya taak dapat membentuk kalimat dengan satu patah kata saja
meskipun di antaranya ada yang dapat membentuk kalimat dengan satu kata
saja.
C. Proses Pembentukan Kata
Pembentukan Kata Proses mortologis atau pembentukan kata menyangkut pengajian cara
pembentukan kata-kata dalam bahasa melalui proses penggabungan, penambahan atau
perubahan bentuk kata.
1. Afiksasi
Afiksasi merupakan proses pembentukan kata yang terjadi melalui proses pengabungan
kata dengan afiks. Afiks terdiri dari prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Prefiks merupakan
morfem terikat yang ditambahkan pada awal morfem dasar, misalnya ber- , me- se- , per- ,
yang terdapat pada kata berbaju, menangis, serumah, dan perasa. Infiks merupakan morfem
yang disisipikan ke dalam kata, misalya –el- , -er- , -er, -em- , dalam bahasa Indonesia. Contoh
:
- Getar + el ………… geletar
- Getar + em …….. Gemetar
- Gigi + er ……… gerigi
Sufiks merupakan morfem yang ditambahkan pada akhir atau mengikuti bentuk dasar.
Misalnya –an , -kan, -I pada kata tanam menjadi tanaman, tanamkan, tanami.
konfiks sering pula disebut dengan simulfiks- yaitu dua buah afiks yang secara bersama-
sama (simulta) bergabung dengan bentuk dasar.
Contoh: per-an …… perbedaan
….. perjuangan
2.Reduplikasi
adalah proses pembentukan kaa dengan cara pengulangan bentuk, baik
seluruhnya maupun sebagian. Kata bentukan disebut ulang. Misalnya:
- main-main
- Berjalan-jalan
- Sayur-mayor
reduplikasi serempak dengan pengimbuhan adalah proses pengulangan
morfem bersamaan dengan pengimbuhan morfem lainnya.
Contoh :
Hitam ……. Kehitam-hitaman
Batu ……… kebatu-batuan
Anak- …….. Anak-anakan
3. Komposisi
komposisi adalah proses yang berupa perangkaian dua buah bentuk dasar
atau lebih yang menghasilkan satu kata yang memiliki kesatuan arti. Hasil proses
ini disebut kata majemuk
Contoh:
- Rumah makan
- Meja makan
- Panjang tangan
- Matahari
berdasarkan sifatnya, kata majemuk dapat dibagi atas kata majemuk
eksosentris dan kata majemuk endosentris.
(a) Mata majemuk eksosentris, yaitu kata majemuk yang tidak mengandung satu
unsur inti dari gabungan itu. Misalnya : laki bini, tua muda, hancur lebur, kaki
tangan
(b) Kata majemuk endosentris, yaitu kata majemuk yang megandung satu unsur
inti dari gabungan itu. Misalnya : saputangan, orang tua, matahari.
2. Tata Kalimat
 Tata kalimat masuk ke dalam pembahasan tentang sintaksis. Sintaksis adalah
bagian atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,
kalimat, kalusa, dan frase. Sintaksis merupakan kajian tentang bagaimana
kata-kata disusun untuk mendapat kaitan-kaitan maknanya dalam kalimat.

Tata
kalimat

Klausa Frase Kata


Frase

 Ramlan menjelaskan bahwa frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua
kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Sedangkan Gorys Keraf
berpendapat vahwa frase adalah suatu konstruksi yang terdiri satu atau lebih
yang membentuk suatu kesatuan.
Contoh:
 Rumah megah itu
 Memiliki
 Taman yang luas
(1) Jenis Frase
Berdasarkan
Kontsruksinya

Frase Frase
endosentris eksosentris
Frase endosentris dibedakan
menjadi 3 golongan:
Frase endosentrik koordinatif

Frase endosentrik atributif

Frase endosentrik apositif


Frase endosentrik koordinatif

 Terdiri dari unsur-unsurnya yang setara. Kesetaraan dibuktikan oleh unsur-


unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung “dan” atau “atau”.
 Misalnya:
- Suami isteri
- Ayah ibu
- Pembinaan dan pengembangan
- Belajar atau bekerja
Frase endosentrik atributif

 Terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu unsur-unsurnya tidak
mungkin dihubungkan dengan kata penghubung “dan” atau “atau” . Misalnya:
- Buku tulis
- Sedang menanam
- Dua orang anak
Frase endosentrik apositif

 Adalah Frase endosentrik yang unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan


dengan kata penghubung “dan” atau “atau” dan secara semantik unsur yang
satu sama dengan yang lainnya. Misalnya:

- Badul , anak Sukandam, sedang membaca buku.


- Badul, , sedang membaca buku.
- anak Sukandam, sedang membaca buku.
(2) Kategori Frase

Frase
Frase Frase Frase
Frase sifat depan
nominal verbal bilangan
(preposisi)
(2) Kategori Frase

a. Frase nominal (benda)


Frase nominal atau frasa benda adalah frase yang memiliki distribusi yang
sama dengan kata bedan atau nomina.
Contoh
Ibu membeli baju baru.
Distribusinya sama dengan
Ibu membeli baju.
(2) Kategori frase

B. frase verbal (kerja)


adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata kerja
Contoh:
Dua orang anak sedang menanam bibit jeruk di pekarangan
Dua orang abak sedang menanam bibit jeruk di pekarangan.

Frase sedang menanam pada susunan gramatik di atas mempunyai distribusi yang
sama dengan kata menanam. Kata menanam termasuk golongan frase verbal.
(2) Kategori frase

C. Frase sifat
Ialah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata sifat.
Contoh:
Sangat pandai
Rajin sekali
Pembohong besar
D. Frase bilangan
Ialah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Contoh
Dua orang anak
Dua anak
(2) Kategori frase

E. Frase depan
Frase depan (proposisi) adalah frase yang diawali oleh kata depab sebagai
penanda utamanya, diikuti oleh kata atau frase golongan nominal, verbal,
bilangan, atau sebagai penanda aksi.
Contoh:
Di sebuah sekolah
Dari empat
Sejak kemarin
Dengan senang hati
Ke perantauan
Klausa

Adalah suatu kontruksi bahasa yang di dalam nya terdapat beberapa kata yang
mengandung hubungan fungsional yang dalam tata bahasa lama dikenal dengan
SPOK.
 Menurut Ramlan (1986) menyatakan bahwa klausa dijelaskan sebagai satuan
gramatik yang terdiri dari Predikat, baik disertai Subjek, objek, pelengkap
dan keterangan atau tidak.
(1) Pola Struktur

 Berdasarkan pola strukturny, klausa dapat digolongkan menjadi tiga kelompok


yaitu :
1. Klausa S-P. Contohnya:
Ibu sedang memasak
S P
2. Klausa S P O. Contohnya:
Ibu sedang memasak sayur
S P O
3. Klausa S P O Keterangan
Ibu sedang memasak sayur di dapur
S P O K
(2) Klausa sebagai Pengisi Fungsi dalam
Kalimat
 Coba kita perhatikan kalimat di bawah ini:
 “ Ketika saya ke kantor polisi, orang yang mencuri mobil sedang menjalani pemeriksaan, yang
dilakukan oleh para penyidik.”

 Kalimat di atas dapat dipisahkan menjadi unsur bawahan atau klausa. Unsur-unsur ini adalah:
1. Ketika saya pergi ke kantor polisi
2. Orang yang mencuri mobil
3. Sedang menjalani pemeriksaan
4. Yang dilakukan oleh para penyidik

Unsur 1. kalimat diatas merupakan klausa dan berfungsi sebagai keterangan kalimat itu. Unsur 2
merupakan klausa yang berfungsi sebagai subjek dalam kalimat. Unsur 3 merupakan klausa yang
berfungsi sebagai predikat, sedangkan unsr 4 klusa yang berfungsi sebagai pengisi fungsi objek atau
pelengkap. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kllausa sebagai pengisi fungsi dalam kalimat
dapat meduduki posisi sebgai pengisi fungsi subjek, pengisi predikat,pengisi fungsi objek, dan
sebagai pengisi fungsi keterangan.
(3) Kontruksi Klausa dalam kalimat
 Konstruksi klausa ada dalam dua jenis kalimat, yaitu kalimat
tunggal dan kalimat kompleks.
a) Dalam kalimat tunggal
Klausa seperti dijelaskan sebelumnya adalah sebuah kesatuan
ujaran yang minimal terdiri unsur Predikat. Konstruksi ini
mungkin menjadi sebuah kalimat yang berdiri sendiri. Kalimat
inilah yang disebut kalimat tunggal.

Contoh:
klausa: ibu pergi, dapat menjadi
Kalimat: ibu pergi.
(3) Kontruksi Klausa dalam kalimat
b) Dalam kalimat komplek

Sebuah kalimat kompleks akan dibentuk oleh dua atau lebih klausa. Oleh karena
kalimat kompleks merupakan gabungan dua atau lebih klausa maka perlu hubungan
antar klausa. Terdapat dua cara untuk menggabungkan klausa dalam sebuah kalimat
majemuk (kompleks), yaitu koordinasi dan subordinasi. Melalui koordinasi digabungkan
dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang sama dalam
struktur konstituen kalimat. Koordinasi menghasilkan satuan yang sama juga
kedudukannya, sedangkan subordinasi menghubungkan dua klausa atau lebih yang tidak
mempunyai kedudukan yang sama dalam struktur konstituennya.

Contoh:
Koordinasi: Pengurus Pramuka mengunjungi panti asuhan dan mereka memberi
penghuninya hadiah.

Subordinasi:
Orang tua itu menyatakan bahwa anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati.
Kalimat

Gorys Keraf memberikan batasan kalimat adalah


suatu bagian ujaran yang didahului dan diikuti
oleh kesenyapan sedangkan intonasinya
menunjukan bahwa bagian ujaran itu sudah
lengkap. Sejalan dengan pendapat ini, Ramlan
mengemukakkan bahwa kalimat ialah satuan
gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda
panjang yang disertai nad akhir turun atau naik.
1. Pola Kalimat

Setiap kalimat sebenarnya terdiri dari dua unsur saja, yaitu intonasi
dan kedua berupa klausa. Namun kadang-kadang dapat dijumpai kalimat
yang tida mengandung klausa, namun telah cukup dengan intonasi.
Contoh:
Presiden akan mersmikan gedung pertemuan ini.
Amran sedang memperbaiki tellevisi yang rusak.
Lembaga itu menerbitkan majalah sastra.
2 Kalimat Berdasarkan Pola Urutan Fungtornya
Berdasarkan pola urutan fungtornya koma kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat
berpola S-P S-P-O dan S-P-O-K. Secara sederhana sebuah kalimat hanya terdiri dari S-P.
Misalnya :
 Pak Halim pergi.
 Anak-anak bermain-main
 Tuti cantik.
Agar sebuah kalimat menjadi lengkap perlu dikembangkan dengan perluasan objek dan
predikat.

 Sasongko bermain layang-layang


 Ibu menanak nasi.
 Yudi membaca buku

 Dengan demikian urutan fungtor sebuah kalimat dapat berupa :


S-P, S-P-O dan S-P-O-K.
3 Tipe Kalimat

Kita sering mendengar sebuah informasi dari orang lain atau kita
ditanya sesuatu oleh orang lain titik penjelasan dan pernyataan itu
misalnya diungkapkan dengan kalimat:
 Rumah itu mahal.
 Mengapa rumah itu mahal?
Tipe kalimat dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe:
a. Kalimat yang bertipe deklaratif ( informasi, berita)
b. Kalimat yang bertipe interogatif (pertanyaan)
c. Kalimat yang bertipe imperatif ( perintah, ajakan, larangan dll)
4. Ciri Intonasi
Gejala intonasi atau gejala prosodi mempunyai hubungan yang erat dengan struktur kalimat dan interelasi
kalimat dalam sebuah wacana. Dngan kata lain, intonasi memiliki peran penting dalam kalimat.

Bila kita memperhatikan dengan cermat tutur bicara seseorang koma maka arus ujaran bentuk bahasa yang
sampai ke telinga kita terdengar seperti berombak-ombak. Hal ini terjadi karena bagian-bagian dari arus ujaran
itu tidak sama nyarinya. Ada bagian yang diucapkan Lebih lembut koma ada bagian yang diucapkan lebih tinggi
dan ada yang diucapkan lebih rendah, ada bagian yang diucapkan lebih cepat, ada yang diucapkan sedang dan
ada yang diucapkan lambat. Di samping itu , arus ujar itu masih dapat diputuskan untuk suatu waktu yang
singkat atau secara relatif lebih lama dengan seorang naik, merata dan turun. Keluruhan dari gejala-gejala ini
yang terdapat dalam suatu struktur disebut intonasi. Menurut Gorys Keraf intonasi ialah kerjasama antara nada
tekanan,durasi,perhatian-perhatian yang menyertai suatu tutur dari awal sampai akhir (1984:42 ).

Dalam uraian ini , intonasi yang dimaksud berkisar pada pola kontur, perhentian (penjedahan), tekanan,
dan pola intonasi setiap kalimat.
a. Pola Kontur
Dalam setiap ujaran yang membentuk sebuah kalimat tidak akan melepas keberadaan
sebuah kontur. Kontur yang dimaksud adalah sebagai sebuah bagian dari arus ujaran yang diapit
oleh dua kesenyapan. Marilah kita perhatikan kalimat-kalimat berikut ini:

 Pulang!

 Ia membuka jendela.
Kalimat di atas terdiri dari satu kontur karena didahului oleh satu kesenyapan yang disebut
kesenyapan awal dan kesenyapan akhir atau final . Kesenyapan awal adalah kesiapan yang
mendahului bagian suatu arus ujaran, sedangkan kesiapan akhir atau final adalah kesenyapan
yang mengakhiri suatu. Adapun kesenyapan antara atau kesenyapan non-final misalnya:

 Suatu saat / saya pasti ke sana.

 Namun sekarang / ia lebih memperhatikan Anton daripada saya / karena saya tidak bisa
memenuhi permintaannya / yang menurutku sulit untuk saya kabulkan.
a. Pola Kontur
Kontur dapat digolongkan menjadi 4 golongan :
1. Kontur yang diapit oleh kesenyapan awal dan kesenyapan akhir
(final).
2. Kontur yang diapit oleh kesenyapan awal dan kesenyapan non-final.
3. Kontur yang diapit oleh kesenyapan non-final dan kesenyaoan non-
final.
4. Kontur yang diapit oleh kesenyapan non-final dan kesenyapan akhir
(final).
b. Penjedahan (Perhentian)
Penjedaan adalah sebuah proses yang terjadi selama berlangsung suatu
tutur atau ujaran koma yang memutuskan suatu arus ujaran yang tengah
berlangsung. Sebab itu penjajahan selalu berada dalam bidang tutur,paling
kurang pada bidang kalimat. Pencegahan sering juga disebut perhentian. Ada
perhentian yang bersifat sementara atau yang berlangsung sesaat saja koma
yang menunjukkan bahwa telur itu masih akan dilanjutkan. Ada pula perhatian
yang sifatnya lebih lama yang biasanya diikuti oleh suara yang menurun yang
menyatakan bahwa tutur atau bagian dari tutur itu sudah mencapai kebulatan.
Perhentian yang pertama disebut perhentian antara atau non final dan
perhentian yang kedua disebut perhentian final. Misalnya :
 /Saya pulang dari kampus / (hanya ada satu perhentian akhir).
 /Menurut laporan Bapak Bupati, kerusakan akibat banjir menelan kerugian
lebih dari 10 juta rupiah/ (ada satu perhentian antara dan satu perhentian
akhir ).
 / Manusia memiliki potensi, baik potensi fisik maupun potensi mental , yang
perlu dikembangkan, dan diabadikan untuk kepentingan bersama/ (ada lebih
dari satu perhentian antara dan satu perhentian akhir).
c. Tekanan (Stress)
Yang dimaksud dengan tekanan atau stress adalah suatu jenis unsur
suprasegmental yang ditandai dengan keras lembutnya arus ujaran (Keraf
1984:40 ). tekanan ini dalam bahasa Inggris dan bahasa Belanda dapat
dibedakan arti . Misalnya:

Inggris: refuse ----- sampah

refuse ----- menolak

Belanda doorlopen ----- berjalan terus

doorlopen ----- menjalani


c. Tekanan (Stress)
Tetapi kebanyakan bahasa di dunia koma tekanan ini tidak berfungsi membedakan arti
misalnya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.

Dalam bahasa Indonesia walaupun tekanan tidak bersifat distingtif atau tidak membedakan
arti koma tidak berarti bahwa kata-kata dalam bahasa Indonesia tidak mengandung tekanan.
Hanya sekarang yang menjadi persoalan di mana letak penekanannya. Hal ini dapat dijawab
berdasarkan latar belakang dialek penutur bahasa Indonesia. Namun dengan demikian dalam
bidang kalimat tekanan yang distingtif itu ada. Tekanan ini menurut gorys keraf disebut
“Empaisis”. Tekanan itu dibuat antara lain kalau ada kata atau bagian tertentu yang
dipentingkan atau dipertentangkan dengan bagian yang lain. Misalnya:

 Siswa itu belajar rajin.

 Siswa itu belajar rajin.

 Siswa itu belajar rajin.

 Siswa itu belajar rajin.


d. Pola Intonasi Setiap Kalimat
Pola intonasi dalam setiap kalimat tergantung dalam tujuan yang
dimaksud oleh penutur. Kalau penutur bermaksud memberitahukan sebuah
informasi koma maka pola intonasi mendatar. Jika penutur bermaksud
untuk menanyakan suatu maka pola intonasinya bersifat menurun. Sikap
penutur ingin mengajak atau menyuruh pendengar maka pola intonasinya
bersifat naik. pola-pola itu dapat digambarkan seperti contoh di bawah ini:

1) Mereka sudah pergi ----- mendatar

2) Mereka sudah pergi ----- menurun

3) Mereka sudah pergi ----- menaik


Tata Makna
Setiap apa yang diujarkan seseorang dengan
menggunakan bahasa tidak terlepas dari arti ujaran itu
(makna). Makana sebuah ujaran memiliki aturan-aturan
yang disebut kaidah makna atau tata makna. Bidang
yang mempelajari makna disebut semantik. Semantik
berasal dari kata bahasa Yunani semanein yang artinya
berarti atau bermaksud.
Tata Makna
Fungsi (tak ada
semantik)

Sintaksis

Kategori
Peran
(semantik gramatikal)

Tata Bahasa
Morfologi
Semantik

Leksikal (Leksikon)
Fonologi (tak ada
(Semantik leksikal)
Fonetik semantik, tetapi tiap
fonem berfungsi
sebagai pembeda)

Fonetik (tak ada


semantiknya)
Tata Makna
Beberapa ciri relasi makna dalam semantik leksikal diterangkan seperti berikut:

(1) Hiponim
Istilah hiponim berarti nama dibawah nama lain. Verhar (1988:137) menyatakan bahwa
“hiponim (Inggris hyponym) ialah ungkapan (kata, dapat juga frase atau kalimat) yang
maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain”. Istilah dalam
bahasa Indonesia boleh dipakai sebagai kata benda, boleh juga sebagai kata sifat.

Kita mengetahui bahwa kucing, anjing, sapi, domba semuanya disebut hewan. Leksem-
leksem itu dapat diganti dengan leksem umum hewan. Hubungan seperti ini oleh Lyons
(19977:291) disebut hyponymy (hiponimi). Hiponimi mengandung hubungan logis, yaitu
jika kita sudah menyatakan hiponimnya, maka kita dapat membayangkan nama
kelompoknya.

Contohnya:
Kucing adalah hiponim dari hewan bertulang belakang; hewan bertulang belakang
hiponim dari hewaan, maka kucing termasuk hiponim dari hewan.
Tata Makna
(2) Homonim
Istilah homonim arti dasarnya adalah nama sama untuk benda lain. Verhar (1988:135)
menyatakan homonim ialah ungkapan (kata, atau frase atau kalimat) yang bentuknya
sama dengan suatu ungkapan lain, tetapi dengan perbedaan makna di antara kedua
ungkapan tersebut. Verhar memberikan contoh homonim dalam bahasa Indonesia,
misalnya /mengukur/dari kukur dan/mengukur/dari ukur. Bila A homonim dengan B,
maka B homonim dengan A pula. Dengan kata lain, hubungan homonim itu bersifat
saling dan berlaku kedua arah.

Berikut Verhar membagi homonim atas beberapa golongan, yaitu:


(a) Homonim yang terjadi antar kalimat, misalnya:
Isteri kolonel yang nakal itu cantik (dengan parafrase yang menjelaskan bahwa yang
nakal itu kolonel) dan isteri kolonel yang nakal itu cantik (dengan parafrase yang
menjelaskan yang nakal itu isteri kolonel).
Tata Makna
(b) Homonim yang terjadi antar frase, misalnya:
Orang tua dan orang tua yang bermakna orang yang sudah tua dan ayah ibu kita.
(c) Homonim yang terdapat pada antarkata misalnya:
Mengukur (kukur)
Mengukur (ukur)
(d) Homonim yang terdapat pada antar morfem terikat misalnya:
Bukunya (buku orang itu)
Bukunya (buku tertentu itu)

Disamping istilah homonim, ada pula istilah homograf dan homofon. Simpson (1979:179) menyatakan,
“homograph are written identically but sound differently. Homophones, sound identically but are
written differently”. Dengan kata lain, homograf berhubungan dengan ejaan (ejaan sama tetapi
maknanya berbeda) sedangkan homofon berhubungan dengan bunyi bahasa (lafalnya sama tetapi
maknanya berbeda).

Contoh:
Homograf : teras (emperan)
teras (inti)
Homofon : bisa (racun)
bisa (dapat)
Tata Makna
(3) Antonim
Istilah antonim makna harafiahnya adalah nama lain untuk benda yang lain. Verhar (1981:133)
menyatakan bahwa antonim ialah ungkapan (biasanya kata, tetapi dapat juga frase atau kalimat) yang
dianggap bermakna kebaikan dari ungkapan lain. Dengan kata lain dapat dikatakan antonim adalah
leksem-leksem yang berlawanan maknanya.
Contohnya:
Besar x kecil
Lebar x sempit
Panjang x pendek
Mudah x sulit

Selanjutnya Verhar membedakan antonim berdasarkan sistemnya, yaitu:


(a) Antonim antar kalimat
Misalnya: dia x dia tidak sakit
(b) Antonim antar frase
Misalnya: secara teratur x secara tidak teratur
(c) Antonim antar kata
Misalnya: mudah x sukar
(d) Antonim antar morfem
Misalnya : dalam bahasa Inggris thankful x thankless
Tata Makna
(4) Sinonim
Istilah sinonim makna harafiahnya adalah nama lain untuk benda yang sama. Verhar
(1981:132) menyatakan sinonim ialah ungkapan (biasanya sebuah kata, tetapi dapat pula
beberapa frase atau bahkan kalimat) yang kurang lebih sama maknanya dengan suatu
ungkapan yang lain. Dari defenisi ini ada kata kurang lebih sama maknanya. Hal itu memang
beralasan, karena kesamaan maknanya tidak berlaku sempurna. Artinya, meskipun makna
sama tetapi tetap memperlihatkan perbedaan-perbedaan, apalagi jika dihubungkan dengan
pemakaian leksem-leksem itu.

Dalam kaitan ini, Verhar (1981:132) membedakan sinonim menurut taraf bentuk, yaitu:
(a) Sinonim pada antar kalimat, misalnya:
Ahmad melihat Ali dan Ali melihat Ahmad
(b) Sinonim antar frase, misalnya:
Rumah bagus itu dan rumah yang bagus itu.
(c) Sinonim pada antar kata, misalnya:
Nasib dan takdir, memuaskan dan menyenangkan
(d) Sinonim pada antar morfem (terikat dan bebas), misalnya:
Buku-bukunya dan buku-buku mereka kulihat dan saya lihat
Kosa Kata
Tujuan dari pengajaran kosa kata adalah menambah jumlah kosakata yang dimiliki
pembelajar. Dalam bahasa Indonesia kita dapat memilah kosa kata menjadi
bermacam-macam bidang, misalnya ekonomi, hukum, pertanian, biologi, matematika,
bahasa (linguistik).

Beberapa bentuk cara melatihkan atau mengajarkan akan diuraikan pada bagian
berikut ini.
(a) Tes Kloze
Tes Kloze adalah salah satu jenis tes yang diberikan kepada pembelajar bahasa dengan
jalan menutup kosa kata tertentu dalam sebuah wacana. Istilah menutup sama dengan
menghilangkan atau mengosongkan kosa kata tertentu yang harus diuji oleh siswa.

Contoh:
Raja paduka adalah Sri Baginda Kemuning. Beliau (1)… kerajaan ini sejak tahun 1802
hingga sekarang. (2)… nya bernama Dyah Ayu Sulastri menemani dan (3) … Sang Paduka
dalam menjalankan (4) … pemerintahan, dan seterusnya.

Jawabannya: (1) memerintah, (2) permaisurinya, (3) mendampingi, (4) roda, dan
seterusnya.
Kosa Kata
(b) Anagram
Anagram pengajaran kosa kata yang dilakukan dengan cara pembelajar diminta untuk
mengubah urutan huruf-huruf suatu kata sehingga membentuk suatu kata yang lain.
Contoh:
Kain ------ kina, kian, ikan, naik.
Ukar ----- alur, laru,luar

Anagram dapat dipakai oleh guru bahasa untuk membangkitkan minat para siswa
terhadap kata-kata dan memberi kesempatan mereka untuk memusatkan perhatian
pada pemanipulasian huruf-huruf untuk membentuk kata-kata.
Kosa Kata
(c) Teka Teki
Teka teki adalah salah satu bentuk cara pengajaran kosakata. Teka teki yang
mengandung permainan kata-kata did alam masalhnya maupun di dalam jawaban atau
penyelesaiannya, biasanya disebut comundrum atau teka teki permainan kata.

Contoh teka teki adalah:


- Bilakah keledai dapat berubah ?
Dapat, bila tempatnya diubah menjadi kedelai.
- Dapatkah rambut menjadi buah?
Dapat, bila ditambahi –an, sehingga menjadi rambutan.
(d) Teka Teki Silang
Disamping teka teki, dapat pula kita terapkan pengajaran kosa kata melalui teka teki
silang. Permainan kata ini amat populer. Teka teki teki silang dapat memperkaya kosa
kata para siswa. Teka teki silang ini sangat mengasyikkan.
Grafem

Grafem adalah pelambang fonem yang berbentuk huruf. Untuk lebih jelas, grafem
harus dibedakan dengan fonem. Fonem lebih menunjuk ke bunyi bahasa.

Kata pintu misalnya, terdiri atas lima grafem, yaitu p-i-n-t-u dan kebetulan terdiri dari
lima fonem, yakni; /p/, /i/, /n/, /t/, /u/.

Tetapi berbeda dengan kata pulang yang terdiri dari enam grafem, tetapi terdiri dari
lima fonem. Grafemnya yaitu p-u-l-a-n-g, sedangkan fonemnya adalah /p/, /u/,
/l/,/a/, /ng/.
Konvensi-konvensi Ejaan

1. Pemakaian huruf
2. Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
3. Penulisan kata
4. Penulisan unsur serapan
5. Pemakaian tanda baca
Kompotensi sosiolinguistik

Kompetensi linguistik mengarahkan pemahaman pucapan-ucapan yang dihasilkan dan


dipahami secara tepat dan memuaskan dalam berbagai konteks sosiolinguistik yang
ergantung pada faktor-faktor kontekstual. Dengan begitu dapat dirinci bahwa
kemampuan ini mengacu kepada kemampuan berbahasa seseorang berdasarkan
konteks sosial masyarakat. Keseluruhan pemahaman kaidah social tersebut
dimaksudkan untuk menghasilkan ketepatan ucapan.
secara singkat dapat dikatakan bahwa kompetensi sosiolinguistik ini merupakan
a. Ekspresi dan pemahaman maka-makna social yang tepat serta memuaskan (yaitu
fungsi-fungsi, sikap-sikap dan topic-topic komunikasi) dalam konteks sosiolingusitik
yang beraneka ragam
b. Ekspresi dan pemahaman bentuk-bentuk gramatikal yang tepat beraneka ragam
serta memuaskan bagi fungsi-fungsi komunikatif yang beraneka ragam dalam konteks
sosiolinguistik yang berbeda-beda
Kompetensi Kewacanaan

Kompetensi kewacanaan berkenaan dengan tidak


saja pada penafsiran kalimat-kalimat yang terpisah,
tetapi pada penafsiran kalimat-kalimat yang
berhubungan yang membentuk satu kesatuan.
Usaha untuk memahami tema dan topik dalam
paragraf, bab atau dalam buku perlu penguasaan
akan kompetensi wacana.
Tipe kompetensi ini berkenaan dengan penguasaan
cara menggabungkan bentuk-bentuk dan makna
gramatikal untuk mencapai teks lisan atau tertulis
yang terpadu dalam berbagai jenis wacana.
Kompetensi Kewacanaan
Kesatuan atau kepaduan suatu teks diperoleh atau dicapai melalui pemakaian
tanda-tanda kohesi dan koherensi.
Tanda kohesi adalah tanda yang dipakai untuk menyatukan bentuk, sedangkan
koherensi untuk mencapai kesatuan makna. Pada umumnya wacana yang baik
memiliki kedua-duanya.

Contoh:
(1) Pak Ali ke kota. Pak Kurdi naik bus DAMRI. Bu Nita membeli sepatu baru. Ada
pajak impor. Harga mobil rakitan dalam negeri naik. Mobil yang dibeli Anton
harganya dua puluh juta rupiah.
(2) Pak Ali pergi ke kota naik bus DAMRI. Ia pergi membeli sepatu baru. Karena
ada pajak impor, maka harga sepatu buatan dalam negeri juga ikut naik.
Sepatu yang dibeli Pak Ali harganya dua puluh juta rupiah.

Kalau diperhatikan contoh (1) tidak ditemukan kohesi karena kalimat yang satu
dengan yang lainnya terpisah dan tak ada pertautan bentuk serta tidak ada
hubungan makna. Sedangkan pada contoh wacana (2) sudah memenuhi tipe kohesi
dan koherensi.
Kompetensi Strategik
Kompetensi strategik merupakan usaha kompensasi untuk menutupi kekurangan
penutur dalam berkomunikasi. Strategi yang dapat digunakan untuk menopang
kelangsungan komunikasi adalah parafrase, penggunaan kata-kata yang terlampau
banyak dan tak perlu, pengulangan, penghindaran, dan teka teki.

Berbagai alasan untuk menggunakan strategi yang demikian adalah:


(a) Untuk mengimbangi kemacetan-kemacetan dalam komunikasi keterbatasan
kondisi-kondisi dalam komunikasi aktual (misalnya ketidakmampuan dalam
waktu singkat atau secara momenter mengingat gagasan atau bentuk
gramatikal) atau ketidakcukupan kompetensi-kompetensi dalam satu atau lebih
bidang-bidang kompetensi komunikatif yang lainnya.
(b) Untuk mempertinggi atau meningkatkan efektivitas komunikasi (misalnya
tuturan yang dengan sengaja diperlambat dan diperlunak demi efek retoris)
Kompetensi Strategik
Contohnya seseorang yang tidak mengetahui istilah “terminal bus” maka dia mencoba
membuat suatu parafrase seperti “tempat berkumpulnya bus” atau tempat
pemberhentian dan pemberangkatan bus”.

Beberapa manfaat dari kompetensi strategi dalam hubungannya dengan pengajaran


bahasa:
(1) Bagi kesukaran gramatikal:
(a) Penggunaan sumber-sumber acuan (misalnya kamuss, buku tata bahasa atau yang
berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis)
(b) Parafrase gramatikal dan leksikal (berkaitan dengan kegiatan berbicara dan menulis)
(c) Suruhan atau permintaan untuk membuat penjelasan ulasan (yang berkaitan dengan
kegiatan berbicara dan menyimak)
(d) Penggunaan lambang-lambang non verbal, misalnya gerak isyarat dan gambar-gambar
(yang berkaitan dengan kegiatan menulis)

(2) Bagi Bagi kesukaran-kesukaran sosiolinguistik, berkaitan dengan penggunaan bentuk-


bentuk gramatikal pada fungsi-fungsi komunikasi yang berbeda-beda.
(3) Bagi kesukaran wacana, berkaitan dengan tekanan empatil dan intonasinya untuk
menyatakan kohesi dan koherensi.
KETERAMPILAN BERBAHASA

Dalam tahap awal pengajaran bahasa diarahkan pada kemampuan pembelajar


untuk memahami dan menghasilkan bentuk bentuk gramatikal tanpa
memfokuskan pada salah satu aspek ke terampilan berbahasa. Ini tidak berarti
bahwa pembentukan kemampuan gramatikal bisa terlepas sama sekali dari aspek
keterampilan berbahasa karena bagaimanapun juga kemampuan gramatika
tersebut diwadahi olah keempat keterampilan berbahasa. Perbedaannya hanya
pada titik tekan saja. Pembelajar anak-anak fokus perhatian harus pada praktek
komunikasi, sedangkan pada pembelajar dewasa, alat bantu gramatika atau tata
bahasa pendidikan amat diperlukan.
KETERAMPILAN BERBAHASA

Keterampilan berbahasa itu meliputi mendengarkan, berbicara atau bercakap-cakap, membaca,


dan latihan menulis. Titik tekan pada penguasaan gramatika akan menghasilkan bentuk tata bahasa
pendidikan yang biasanya bertema pengajaran struktur kata dan kalimat, pengajran kosa kata, dan
pengajaran sistem bunyi.
Jika dalam penyajian tata bahasa pendidikan titik tolaknya pada aspek keterampilan berbahasa,
maka secara serentak dalam buku itu sudah mengintegrasikan unsur-unsur kompetensi komunikatif
yang diperlukan sebagaimana yang diuralkan dalam bagian sebelumnya. Lain halnya dengan titik
tolak pada kemampuan gramatika dalam realisasi penyajiannya penulis tata bahasa pendidikan
hanya berhubungan dengan kompetensi gramatikal. Berikut ini ruang lingkup keempat keterampilan
berbahasa itu, masing-masing mencakup materi-materi keterampilan mendengarkan, keteramplan
berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Keterampilan Mendengarkan

Menyimak atau mendengarkan dalam arti sempit mengacu pada proses mental
pendengar yang menerima bunyi yang dirangsangkan oleh pembicara dan
kemudian menyusun penafsiran apa yang disimaknya. Menyimak dalam
pengertian luas mengacu pada proses bahwa si penyimak tidak hanya mengerti
dan membuat penafsiran tentang apa yang disimaknya, tetapi lebih dari itu ia
berusaha melakukan apa yang dinformasikan oleh materi yang disimaknya
Keterampilan Mendengarkan
Menyimak banyak jenisnya, tetapi yang lebih utama dikembangkan di sekolah adalah jenis menyimak yang
bersifat:
a. menyimak hati-hati atau careful listening, yaitu kemampuan memperhatikan ide-ide utama yang
disampaikan oleh pembicara;
b. menyimak kritis atau critical iistening, yaitu mempertanyakan menguji kebenaran apa yang disimak,
untuk kemudian pendengar menolak atau menerima ide yang didengarmya;
c. menyimak perseptif atau perseptive listening, yaitu menyadari dan memahami apa yang dikatakan
pembicara, meskipun tidak jelas apa deyang disampaikannya;
d. menyimak kreatif atau creative listening, yaitu menggunakan pemikiran, menilai apa yang disimak, dan
membuat kreasi terhadap hasil simakan Misalnya memberikan kritik dan saran, mengulas, atau
mengomentari melalui media massa.
Keterampilan Mendengarkan

Agar proses menyimak berhasil baik, maka dalam penyajian materi menyimak
perlu diperhatikan faktor-faktor yang turut mempengaruhi proses menyimak,
yaitu:
1. kejelasan pesan yang bertasal dari pembicara
2. bahasa yang digunakan
3. alat dengar penyimak
4. suasana kejiwaan pembicara dan penyimak
5. gangguan dari luar misalnya kebisingan dan keributan
Keterampilan Mendengarkan

Beberapa saran untuk keberhasilan menyimak dalam proses belajar mengajar bahasa, yaitu:
a) tujuan menyimak
b) kecepatan menyajikannya
c) tingkat kesulitan bahasa sesuai dengan tingkat kemampuan berbahasa pembelajar
d) topik harus sesuai dengan minat pembelajar
e) topik menyimak harus berubah-ubah.
Keterampilan Membaca

Secara umum orang menyatakan bahwa membaca adalah suatu interpretasi simbol-simbol tertulis
atau membaca adalah menangkap makna dari rangkaian huruf tertentu. Dengan demikian membaca
adalah mengidentifikasi simbol-simbol dan mengasosiasikannya dengan makna. Membaca juga dapat
diterjemahkan sebagai proses mengidentifikasi dan komprehensi yang menelusuri pesan yang
disampaikan melalui sistem bahasa tulis.
Materi yang diajarkan didasarkan pada tujuan keterampilan membaca, yaitu (a) menambah
kecepatan membaca-siswa, (b) memperbaiki kemampuan memahami bacaan, (c) memperkaya atau
menambah kompetensi kebahasaan, dan (d) menambah kekayaan kosa kata, serta (e) memperluas
skemata pengetahuan siswa.
Keterampilan Membaca
TUJUAN PENGAJARAN MEMBACA
A. melatih menghilangkan faktor penghambat kecepatan membaca, misalnya:
a) vokalisasi, yaitu kebiasaan menyuarakan teks yang dibaca;
b) subvokalisasi, yaitu menyuarakan sesuatu dengan menggumam (bibir tidak terbuka tetapi
bersuara);
c) gerakan bibir, yaitu bibir yang sesuai dengan bunyi-bunyi bahasa;
d) regresi, yaitu kebiasaan mengulang kembali setiap baris atau kata yang sudah dibaca;
Keterampilan Membaca
TUJUAN PENGAJARAN MEMBACA
B. melatih jangkauan mata, yaitu dari membaca kata demi kata ditingkatkan menjadi mambaca frase demi
frase, sehingga jangkauan mata semakin lebar dan semakin cepat;
C. mengembangkan cara membaca untuk kepentingan studi di perguruan tinggi atau sekolah menengah, yaitu
dengan sistem SQ3R.
S- Survey, yaitu mengamati sekilas anatomi buku untuk menentukan buku itu baik atau jelek, perlu atau tidak
perlu membacanya, atau ada atau tidak adanya informasi yang dibutuhkan pembaca.
Q-Question, yaitu mengajukan pertanyaan tentang isi buku yang akan memandu pembaca pada apa yang
dibutuhkannya atau apa yang pàling penting dalam buku itu.
R-Read, yaitu membaca sambil menjawab pertanyaan dan memperhatikan hal-hal yang penting untuk diingat.
R-Recall (recite), yaitu menceritakan dengan kata-kata sendiri sambil mengingat kembali apa yang sudah
dibaca, kemudian membuat catatan-catatan singkat dalam buku
R-Review, yaitu tahap terakhir dalam membaca untuk studi, yakni mencermati kembali bacaan dengan
membaca ulang secara sekilas tentang apa-apa yang sudah dlingat dan apa-apa yang terlupakan, serta
mencocokkan dengan catatan yang telah dibuat.
Keterampilan Membaca
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN, yaitu dengan cara berlatih:
A. menceritakan kembali isi bacaan:
(a) mencari kata kunci
(b) menetukan kalimat topik
(c) menjawab pertanyaan
B. merangkum isi bacaan
Keterampilan Membaca

MENGEMBANGKAN KOMPETENSI KEBAHASAAN


A. melatih mengenali penanda kontekstual bahasa, misalnya:
a) fonem
b) sintaksis
B. untuk melatih pengenalan persamaan dan lawan bentuk, vaitu
a) homonim
b) homofon
c) homograf
d) sinonim
e) antonim
Keterampilan Membaca

MENGEMBANGKAN KOMPETENSI KEBAHASAAN


A. melatih mengenali penanda kontekstual bahasa, misalnya:
a) fonem
b) sintaksis
B. untuk melatih pengenalan persamaan dan lawan bentuk, vaitu
a) homonim
b) homofon
c) homograf
d) sinonim
e) antonim
Keterampilan Berbicara

Berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif. Kemampuan berkomunikasi secara
lisan ini menjadi fokus kemampuan berbahasa, terutama siswa asing. Dalam pengajaran berbicara yang
paling penting adalah mengajarkan keterampilan berkomunikasi lisan dengan orang lain. Hal-hal yang
perlu dilatihkan adalah:
1) menghilangkan kesalahan melafalkan bunyi-bunyi bahasa misalnya bunyi [e] [E] dianggap sama.
Kesalahan melafalkan bunyi sering terjadi karena pembicara lupa melafalkan salah satu bunyi yang
seharusnya dilafalkan. Misalnya kata instruksi dilafalkan [lintruksi], interupsi [intrupsi] sebaliknya
kata identik dilafalkan [identil].
Keterampilan Berbicara
2) menghilangkan kesalahan memilih kata-kata atau istilah yang tepat. Hal ini berhubungan dengan diksi.
Diksi berkaitan dengan makna. Dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata yang mempunyai daerah makna
yang sama.
Contoh: melihat, menengok, melayat, menjenguk, menonton, memperhatikan, mengintip, dan meninjau.
Dalam kalimat seperti:
 Ia menonton pertandingan sepak bola
 la menjenguk temannya yang sakit.
Kalimat ini tentu janggal bila diucapkan dengan diksi yang berbeda,

misalnya dengan kalimat:


 la mengintip pertandingan sepak bola
 la menonton temannya yang sakit
Keterampilan Berbicara

3) menghilangkan penggunaan kalimat yang samar-samar atau yang menimbulkan penafsiran yang
berbeda.
4) menghilangkan pengungkapan pikiran yang tidak logis atau kacau
Misalnya
Dalam rapat itu membicarakan kasus pencurian mobil.
(Seharusnya, Rapat itu membicarakan kasus pencurian mobil)
5) menghilangkan kesalahan struktur kalimat
6) menghilangkan penggunaan kata mubazir.
Contoh
la adalah seorang anggota polisi
Ia polisi
Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling tinggi tingkatannya.
Menulis adalah suatu proses penuangan ide atau gagasan dalam bentuk paparan bahasa tulis berupa
rangkaian simbol-simbol bahasa (huruf). Baradja (1975 42) menyebutkan lima tahap latihan menulis, yakni:
(a) mencontoh, yaitu pembelajar menulis sesuai contoh
(b) reproduksi, yaitu pembelajar menulis tanpa ada model,
(c) rekombinasi atau transformasi, yaitu pembelajar mulai berlatih menggabungkan kalimat-kalimat yang
pada mulanya berdiri sendiri menjadi gabungan beberapa kalimat,
(d) menulis terpimpin, yaitu pembelajar mulai berkenalan dengan penulisan alinea, dan terakhir
(e) menulis, yaitu pembelajar mulai menulis bebas untuk mengungkapkan ide dalam, bentuk tulisan yang
sebenamya. Misalnya menulis laporan, menulis makalah, menulis berita,dan sebagainya.
Keterampilan Menulis
Billow dalam Pateda (1987) menyebutkan tipe-tipe tulisan sebagai berikut
(1) Laporan, yakni biasanya tulisan yang berisi fakta yang berhasil dikumpulkan di lapangan.
(2) Timbangan, yaitu menulls isi buku berkaitan dengan ide yang dikemukakan penulis, hal-hal yang disetujui
dan yang ditolak.
(3) Iklan atau publikasi, yaitu tulisan yang berupa penawaran promosi.
(4) Artikel, yaitu tulisan ilmiah yang membicarakan masalah yang aktual
(5) Surat, yaitu tulisan yang merupakan proyeksi personal seseorang untuk orang lain.
(6) Tulisan kreatif, yaitu tulisan bebas sekehendak penulis, yang biasanya dalam bentuk karangan imajinatif,
seperti puisl, cerpen, dan novel

Anda mungkin juga menyukai