Anda di halaman 1dari 40

FONEM, MORFEM,FRASA, KLAUSA, KALIMAT

DAN PARAGRAPH)
DISUSUN OLEH :
RIZKI IRAWAN (1845107)
TEKNIK INFORMATIKA
PAGI
DAFTAR ISI
1 FONEM

2 MORFEM

3 FRASA

4 KLAUSA

5 KALIMAT

6 PARAGRAPH
1. FONEM
PENGERTIAN FONEM

Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau


dapat membedakan makna kata. Untuk menetapkan apakah suatu bunyi
berstatus sebagai fonem atau bukan harus dicari pasangan minimalnya.
Fonem merupakan bunyi bahasa yang berbeda atau mirip kedengarannya.
Fonem dalam bahasa dapat mempunyai beberapa macam lafal yang
bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. Fonem /p/
dalam bahasa Indonesia, misalnya, dapat mempunyai dua macam lafal.
Bila berada pada awal suku kata, fonem itu dilafalkan secara lepas. Pada
kata /pola/, misalnya, fonem /p/ itu diucapkan secara lepas untuk
kemudian diikuti oleh fonem /o/. Bila berada pada akhir kata, fonem /p/
tidak diucapkan secara lepas; bibir kita masih tetap rapat tertutup waktu
mengucapkan bunyi ini. Dengan demikian, fonem /p/ dalam bahasa
Indonia mempunyai dua variasi.
CIRI – CIRI FONEM

Dalam ilmu bahasa fonem itu ditulis di antara dua garis


miring: /.../ /p/ dan /b/ adalah dua fonem karena kedua bunyi
itu membedakan arti. Contoh:
• Pola -  /pola/        : bola - /bola/
• Parang - /paraŋ/     : barang - /baraŋ/
• Peras - /pɘras/          : beras - /bɘras/
MACAM – MACAM FONEM
Berdasarkan kenyataan, ternyata di dalam bahasa Indonesia hanya ditemukan fonem
segmental saja, dan bunyi suprasegmental tidak terbukti dapat membedakan arti. Oleh karena
itu, dalam bahasa Indonesia tidak ditemukannya fonem suprasegmental. Itulah sebabnya dalam
kajian berikut ini hanya dibicarakan fonem segmental bahasa Indonesia yang meliputi fonem
vocal, fonem diftong, dan fonem konsonan.

 Fonem Vokal
Bunyi vocal dihasilkan oleh udara yang keluar dari paru-paru dengan tidak mendapatkan
hambatan. Jenis vocal ditentukan oleh posisi bibir, tinggi- rendahnya lisah, dan maju mundurnya
lidah.
            Posisi bibir bundar menghasilkan vocal bundar (o, u, a). posisi bibir berbentuk
rata-rata menghasilkan vocal tak bundar (i, e). ujung dan belakang lidah dalam posisi naik
menghasilkan vocal depan (I, e). jka hanya lidah belakang yang diangkat, maka menghasilkan
vocal belakang (u, o, a). jika posisi lidah rata, maka menghasilkan vocal tengah atau pusat (e-
pepet). Apabila lidah dekat dengan alveolum menghasilkan vocal atas (I, u). jika lidah dalam
posisi mundur, maka menghasilkan vocal tengah (e-pepet). Posisi lidah mundur jauh di
belakang menghasilkan vocal bawah (a).
LANJUTAN
 Fonem Diftong
Bunyi diftong adalah dua vocal yang berurutan yang diucapkan dalam satu
kesatuan waktu. Perhatikan kata-kata: ramai, pantai, dan pulau. Ucapan dua
vocal berurutan ini berbeda dengan vocal berurutan pada kata: dinamai, laut, dan
egois, sebab ketiga vocal berurutan ini tidak diucapkan dalam satu kesatuan
waktu. Perbedaan ini menyebabkan pengucapan vocal berurutan ini menjadi
salah. Inilah sebabnya kemudian muncul monoftongisasi, misalnya pelafalan:
• Ramai, dilafalkan: rame
• Pantai, dilafalkan: pante
• Pulau, dilafalkan: pulo
Pelafalan ini terjadi karena diftong menjadi satu bunyi (monoftong).
Sebaliknya, ada proses pelafalan diftongisasi, artinya, semestinya vocal tungal
diucapkan sebagai vocal rangkap.
Contoh:
• Sentosa, diucapkan: sentausa
• Anggota: di ucapkan: anggauta
LANJUTAN
 Fonem Konsonan
Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mengeluarkan udara dari paru-paru mendapatkan
hambatan.
1) Berdasarkan articulator dan titik artikulasi, konsonan di bedakan menjadi delapan:
• Konsonan bilabial adalah konsonan yang dilafalkan dengan mempertemukan kedua belah bibir serta
keduanya menjadi satu titik sentuh, menghasilkan konsonan: p, b, m, dan w.
• Konsonan labiodentals adalah konsonan yang dilafalkan dengan mempertemukan gigi atas sebagai
titik artikulasi dengan bibir bawah sebagai articulator, menghasilkan konsonan: f dan v.
• Konsonan apikodental adalah konsonan yang dilafalkan dengan lidah dengan articulator dan gigi
sebagai titik artikulasi, menghasilkan konsonan: t dan n.
• Konsonan apikoalveolar adalah konsonan yang dilafalkan dengan ujung lidah sebagai articulator,
sedang lengkung kaki gigi sebagai titik artikulasi, menghasilkan konsonan: t, d, dan n.
• Konsonan palatal adalah konsonan yang dilafalkan dengan bagian tengah lidah sebagai articulator,
sedangkan langit keras sebagai titik artikulasi, menghasilkan konsonan: c, j, dan ny.
• Konsonan velar adalah konsonan yang dilafalkan dengan bagian belakang lidah sebagai articulator
dan langit-langit lembut sebagai titik artilukasi, menghasilkan konsonan: k, g, ng, dan kh.
• Konsonan hamzah adalah konsonan yang dilafalkan dengan posisi pita suara tertutup, menghasilkan
konsonan glottal stop (? atau ‘)
• Konsonan laringal adalah konsonan yang dilafalkan dengan pita suara terbuka lebar, menghasilkan
konsonan: h.
FUNGSI FONEM

1. Fonem berfungsi sebagai satuan bunyi terkecil yang  dapat


membedakan arti
2. Untuk mempelajari bunyi bahasa
3. Berfungsi membedakan arti kata harus dan arus
4. Bunyi fonem bahasa bisa di hasilkan melalui bunyi ujaran
yang di hasilkan dari paru paru dan mengalami rintangan
saat keluarnya
2. MORFEM
PENGERTIAN MORFEM
PENGERTIAN MORFEM

Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang
mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).
 
Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu
bahasa (Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan
gramatik, maka unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong ke dalam satuan gramatik
yang paling kecil.
 
Morfem, dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan
dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan.
Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan
kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.
CIRI – CIRI MORFEM
CIRI – CIRI MORFEM

Ciri-ciri morfem :
• Memiliki kesamaan arti
• Memiliki kesamaan bentuk
 
Ciri-ciri morfem bebas :
• Dapat menjadi jawaban tunggal dari suatu pertanyaan
• Memiliki makna secara leksikal
 
Ciri-ciri morfem terikat :
• Tidak dapat berdiri sendiri dan selalu melekat pada morfem lain. Contoh: (me-) +
(minum) = meminum, (drink) + (ing) = drinking, (ng) + (ombe) = ngombe.
• Tidak memiliki makna leksikal. Contoh: semua afiks dalam bahasa Indonesia (pe-, -an,
pe-an, ter-, ber-, me-, dll).
MACAM – MACAM MORFEM
MACAM - ,MACMORFEM
 Morfem Bebas dan Morfem Terikat
 
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan.
Dalam bahasa Indonesia, misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus adalah termasuk morfem
bebas.

 Morfem Utuh dan Morfem Terbagi


 
Perbedaan morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk formal yang dimiliki morfem tersebut,
apakah merupakan satu kesatuan yang utuh atau merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi,
karena disisipi morfem lain.

 Morfem Segmental dan Suprasegmental


 
Perbedaan morfem segmental dan morfem suprasegmental berdasarkan jenis fonem yang
membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti
morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber}.
LANJUTAN
 Morfem Beralomorf Zero
 
Dalam linguistik deskriptif ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau
nol (lambangnya berupa Ø), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak
berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental),
melainkan berupa “kekosongan”.

 Morfem Bemakna Leksikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal


 
Morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yang secara inheren telah
memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses terlebih dulu dengan
morfem lain. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, morfem-morfem seperti {kuda}
adalah morfem bermakna leksikal
FUNGSI MORFEM
Fungsi Morfem Imbuhan FUNGSI MORFEM

 Morfem ulang sebagai pembentuk kata benda


Bentuk yang akan dibedakan bisa disebut mengalami proses
  nominalisasi lazimnya berkelas kata kerja, terutama kata kerja yang
•      Pembentuk kelas kata benda: sudah berafiks. Tetapi, tidak sembarang kata kerja berafiks yang
diulang mampu mengubah kelas kata kerja ke kata benda
{peN-}→{peN-}+{besar}(KS) = pembesar (KB)
{per-}→{per-}+{tapa}(KK) = pertapa (KB)  Fungsi Morfem Konstruksi Majemuk
              Kata tanah adalah suatu kata benda, air juga termasuk kata
benda juga. Bentuk majemuknya, tanah air juga berkelas kata benda.
•      Pembentuk Kata Kerja : Contoh serupa dengannya adalah darah daging, kutu buku, doa
{ter-} → {ter-} +{pahat}(KB) = terpahat restu, dan sebagainya.
{meN-kan} →{meN-kan} +{tinggi}(KS)= meninggikan
 Morfem bermakna leksikal
  Yaitu morfem-morfem yang secara inher telah memiliki makna pada
•      Pembentuk Kata Sifat : dirinya sendiri, tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Misalnya,
{meN-}→ {meN-}+{kantuk}(KK)          = mengantuk morfem-morfem seperti (kuda), (pergi), (lari), dan sebagainya adalah
morfem bermakna leksikal.
{ber-} → {ber-} +{satu}(KB)                = bersatu
 Morfem tak bermakna leksikal
Yaitu morfem-morfem yang tidak mempunyai makna apa-apa pada
dirinya sendiri sebelum bergabung dengan morfem lainnya dalam
proses morfologis
3. FRASA
PENGERTIAN FRASA
Frasa adalah kelompok kata yang tidak mempunyai unsur subjek
predikat. Konstruksinya yang berupa kelompok kata menunjukkan frasa lebih
tinggi dari kata. Proses pembentukan frasa sama dengan pembentukan kata
majemuk, tetapi jumlah kata pembentuk frasa bisa jauh lebih banyak dari kata
majemuk.
Kelompok kata langit batik biru baju dan yang berbahaya sangat
penyakit bukanlah frasa karena rangkaian kata itu tidak mempunyai kesatuan
makna. Jika rangkaian kata itu diubah susunannya sehingga mempunyai makna
yang jelas, misalnya baju batik biru langit dan penyakit yang sangat
berbahaya barulah kelompok kata itu dinamakan frasa. Sama halnya dengan
kata, frasa juga akan berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan
di dalam kalimat.
Ada tiga kriteria yang harus dimiliki oleh frasa:
1)      Konstruksinya tidak mempunyai predikat (nonpredikatif)
2)      Proses pemaknaannya berbeda dengan idiom
3)      Susunan katanya berpola tetap
Frasa tidak boleh berstruktur subjek predikat karena kelompok kata yang
mempunyai subjek predikat dapat membentuk klausa, bahkan kalimat. Predikat
adalah kata atau kelompok kata yang menyatakan perbuatan/tindakan. 
CIRI - CIRI FRASA

 Frasa harus mempunyai satu makna gramatikal.


 Frasa bersifat nonpredikatif.
 Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.
 Frasa harus terdiri minimal dua kata atau lebih.
 Menduduki atau mempunyai fungsi gramatikal
dalam kalimat.
MACAM – MACAM FRASA

1. Frasa Nomina atau Frasa Benda


Frasa nomina merupakan sebuah frasa yang mempunyai unsur pusat berupa kata nomina atau benda.
Contohnya:
• Rahma menerima hadiah ulang tahun
• Rahma menerima hadiah
• Alasannya, karena frasa “hadiah ulang tahun” di kalimat distribusi sama dengan kata benda “hadiah“.
2. Frasa Verba atau Frasa Kerja
Frasa verba merupakan frasa yang mempunyai unsur pusat berupa kata verba dan ditandai dengan adanya
afiks verba.
Frasa verba atau kerja bisa juga ditambahkan dengan imbuhan kata “sedang” buat verba aktif dan kata “sudah”
buat verba yang menyatakan keadaan.
Frasa kerja atau verba gak bisa diberikan dengan imbuhan kata “sangat” dan biasanya menduduki fungsi seba-
gai predikat pada sebuah kalimat.
Contohnya: Arsyila sejak tadi, akan menulis dengan pulpen baru.
• Frasa “akan menulis” merupakan kata kerja dan distribusinya sama dengan kata kerja “menulis“.
3. Frasa Adjektiva atau Frasa Sifat
Frasa adjektiva merupakan frasa yang mempunyai sebuah unsur pusat berupa kata adjektiva atau sifat.
Unsur pada frasa adjektiva ini bisa diberikan imbuhan “ter-” (buat mewakili suatu kata paling). Biasanya men-
duduki fungsi dalam predikat suatu kalimat.
Contohnya: 
• Lukisan yang dipamerkan itu emang keren-keren.
• Lukisan yang dipamerkan itu-keren-keren.
LANJUTAN
4. Frasa Adverbia atau Frasa Keterangan
Frasa adverbia merupakan frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan.
Biasanya, inti frasa keterangan berupa kata keterangan dan dalam kalimat yang sering men-
duduki fungsi sebagai keterangan.
a. Frasa keterangan sebagai keterangan
Frasa keterangan mempunyai keleluasan berpindah, karena fungsinya jadi keterangan.
Karena fungsi itulah, frasa keterangan bisa ada di depan atau di belakang subjek.
Contohnya:
• Tidak biasanya Amel pulang larut malam
• Amel tidak biasanya pulang larut malam
• Amel pulang larut malam tidak biasanya.
b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja
Contohnya: Saya tidak sekedar bertanya, tapi juga memberikan solusi.

5. Frasa Numeralia atau Frasa Bilangan


Frasa numeralia yaitu sebuah frasa yang punya unsur pusat berupa kata numeralia atau sebuah
kata yang menyatakan bilangan atau bisa dibilang jumlah tertentu.
Frasa numeralia ini bisa ditambahkan kata bantu bilangan seperti buah, satuan mata uang, ekor
dan lain sebagainya.
Contohnya: Tiga orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.
LANJUTAN

6. Frasa Preposisional atau Frasa Depan


Frasa preposisi yaitu salah satu frasa yang ditandai dengan adanya preposisi atau kata depan, yang
dijadikan penunjuk atau indikator.
Frasa preposisi juga bisa diikuti dengan kata atau kelompok kata, yang bukan klausa, yang berdiri
berdasarkan dengan penanda.
Contohnya: Perempuan di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.
Frasa Yang Bersifat Ambigu
Ambiguitas kadang ditemukan dalam susunan frasa dan ambiguitas itu berarti kegandaan makna.
Contohnya: Kambing hitam dan mobil tetangga baru.
Frasa kambing hitam bisa mempunyai 2 makna yaitu kambing yang berbulu hitam dan suatu ungka-
pan yang berarti orang yang dipersalahkan.
Frasa mobil tetangga baru juga bisa mempunyai 2 makna, yaitu yang baru adalah “mobil” dan yang
baru adalah “tetangganya” (bukan mobilnya).
Frasa ambigu akan menjadi jelas saat dipakai dalam sebuah kalimat.

7. Frasa Konjungsi
Frasa konjungsi merupakan salah satu frasa yang ditandai dengan adanya sebuah konjungsi atau
kata penghubung.
Frasa konjungsi ini juga bisa dikatakan sebagai frasa verbal atau frasa keterangan.
Contohnya: Tadi pagi, tengah malam, kemarin malam, besok pagi, terus berlari.
4. KLAUSA
PENGERTIAN KLAUSA
Pengertian Klausa ialah satuan didalam sebuah bahasa yang terdiri
dari beberapa kata, sekurang-kurangnya itu terdiri dari subjek, predikat
serta berpotensi menjadi sebuah kalimat. Klausa dapat dikatakan
berpotensi menjadi sebuah kalimat disebabkan secara sekilas dia terlihat
sama dengan kalimat, perbedaan itu ialah hanya terdapat pada ketiadaan
intonasi serta juga tanda baca pada klausa. Secara teori unsur atau juga
inti klausa ini ialah Subjek (S) serta juga Predikat (P), tetapi didalam prak-
teknya, unsur subjek tersebut sering dihilangkan sehingga membuatnya
tidak tertulis, tetapi tetap biaa/dapat ditemukan secara eksplisit.

Contohnya :
• Bersama dengan saya, Rian datang membawa seluruh bukti.
• Pada kalimat itu terdapat tiga klausa yaitu :
• Besama dengan Saya (Tidak terdapat subjek)
• Rian Datang
Membawa semua bukti (tidak terdapat subjek, namun kita mengerti
bahwa yang membawa seluruh bukti itu ialah Rian)
CIRI – CIRI KLAUSA
Adapun Ciri-ciri klausa diantaranya sebagai berikut :
• Mempunyai subjek baik itu secara tertulis atau juga tidak ter-
tulis
• Mempunyai predikat
• Tidak mempunyai intonasi akhir serta juga tanda baca
(jika ditambahkan unsur ini, maka klausa akan menjadi kalimat)
 
MACAM – MACAM KLAUSA
1. Jenis Klausa Berdasarkan Strukturnya
a. Klausa Bebas
Klausa bebas ini merupakan suatu klausa yang berpotensi menjadi sebuah kalimat, artinya apabila di dalam penulisan-
nya itu diawali dengan huruf kapital serta juga diakhiri dengan adanya tanda baca, maka klausa tersebut dapat menjadi
kalimat. Biasa didalam sebuah kalimat, inti dari kalimat tersebut berupa klausa bebas.
Contohnya
• kamu harus pergi
• dia menangis
• ayah sangat marah
b. Klausa Terikat
Klausa terikat ini merupakan klausa yang tidak berpotensi menjadi kalimat meskipun dalam penulisannya itu diawali oleh
huruf kapital kemudian diakhiri oleh tanda baca. Biasanya ia menjadi pelengkap didalam sebuah kalimat.
Contohnya :
• supaya kita sadar
• ketika ibu tidur
• dekat kantor kelurahan

2. Jenis Klausa Berdasarkan Fungsinya


a. Klausa Subjek
• Klausa subjek merupakan klausa yang berkedudukan ialah sebagai Subjek didalam sebuah kalimat. Contohnya,
Ternyata ayah sedang membaca buku itu.
b. Klausa Objek
• Klausa Objek ini merupakan klausa yang berkedudukan ialah sebagai objek dalam sebuah kalimat. Contohnya
seperti, Ibu sedang menyusun daftar belanjaan.
c. Klausa Keterangan
• Klausa keterang ini merupakan suatu klausa yang berkedudukan sebagai Keterangan didalam sebuah kalimat.
Contohnya seperti: Karena sakit, budi tidak pergi sekolah.
d. Klausa Pelengkap
• Klausa pelengkap ini merupakan klausa yang berkedudukan sebagai pelengkap didalam sebuah kalimat. Con-
tohnya : Aku dianggap sudah mati.
MACAM – MACAM KLAUSA
3. Jenis Klausa Berdasarkan Kelengkapan
Unsurnya 4. Jenis Klausa dengan Berdasarkan Kata
Negatifnyaa. Klausa Negatif
a. Klausa Lengkap
• Klausa negatif ini merupakan klausa yang
Klausa yang mempunyai unsur Subjek (S)
serta Predikat (P). Apabila subjeknya di awal dise-
mempunyai kata negatif seperti
but Klausa Lengkap Susun biasa, Apabila Sub- “tidak”,”bukan”,”jangan”,dll, sehingga
jeknya berada di belakang Predikat maka disebut predikatnya itu bersifat negatif.
dengan Klausa Lengkap Susun Balik (Inversi).
Contohnya seperti :
Contohnya • Ibu belum pergi
• Kami sedang bekerja • Bukan saya yang melakukannya
• Ibu memasak
• Rian sekolah hari ini b. Klausa Positif
Klausa positif ini merupakan klausa yang tidak
b. Klausa Tak Lengkap mempunyai kata negatif sehingga predikatnya
Klausa tak lengkap ini ialah jenis klausa yang itu bersifat positif.
hanya mempunyai unsur Predikat (P) tanpa Sub- • saya berhasil melakukannya
jek. • kami sudah menjadi anggota
Contohnya :
• terpaksa berhenti dari pekerjaannya
sudah pergi dari tadi siang
sedang membuat kue
5. KALIMAT
PENGERTIAN KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa yang
secara relatif berdiri sendiri memiliki pola
intonasi final dan secara aktual ataupun
potensial terdiri atas klausa yang digunakan
sebagai sarana untuk menuangkan dan
menyusun gagasan secara terbuka agar
dapat dikomunikasikan kepada orang lain, atau
bagian ujaran yang mempunyai struktur
minimal subjek dan predikat,
mempunyai intonasi dan bermakna.
CIRI – CIRI KALIMAT
Ciri-ciri sebuah kalimat yang baik dan benar, harus sesuai dengan unsur-unsur
pembentukan kalimat. Kalimat yang baik harus sesuai dengan kaidah tata bahasa
Indonesia, salah satunya ada subjek, predikat, objek, dan keterangan.

1. Subjek (pokok atau inti pikiran)


Ciri-ciri dari subjek antara lain:
• Jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
      Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban pertanyaan apa
atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang
berupa manusia, biasanya digunakan kat atanya siapa.
 
• Tidak didahului preposisi
     Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada. Orang
sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga
menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
 
• Menjadi inti dari sebuag pokok pikiran
Berupa kata benda atau frase kata benda
       Subjek kebanyakan berupa kata benda atau frase kata benda. Disamping
kata benda, subjek dapat berupa kata kerja atau kata sifat, biasanya disertai kata
penunjuk itu.
LANJUTAN
2. Predikat
      Predikat adalah unsur kalimat yang memerikan atau memberitahukan apa,
mengapa, bagaimana atau berapa tentang subjek kalimat. Predikat memiliki ciri-ciri
sebagai
berikut :
Merupakan jawaban atas pertanyaan apa, bagaimana, mengapa, atau berapa
       Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas
pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. untuk menentukan
predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
 
• Dapat didahului kata ialah, adalah, merupakan
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah.
•  Dapat disertai kata pengingkaran tidak, atau bukan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan
oleh kata tidak.
•  Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek
seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan.
•  Dapat berupa kata atau kelompok kata kerja, kata atau kelompok kata sifat, kata
atau kelompok kata benda, kata atau kelompok kata bilangan.
LANJUTAN
3. Objek
Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau menderita akibat perbuatan
subjek. Objek memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
 Langsung mengikuti predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat. 
 Tidak didahului kata depan atau preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi.
Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
Dapat didahului kata bahwa
 Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat
menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
 4. Pelengkap
       Pelengkap adalah unsur kalimat yang melengkapi predikat dan tidak dikenai
perbuatan subjek. Pelengkap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
 
Melengkapi makna kata kerja (predikat)
 5. Keterangan
          Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut
tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang
tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau
anak kalimat.
MACAM – MACAM KALIMAT
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya
memiliki satu subjek dan predikat.
 
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat
majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak
kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak
memuat konjungsi didalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis
kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang
digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:
– Kalimat Majemuk Setara
– Kalimat Majemuk Rapatan
– Kalimat Majemuk Bertingkat
– Kalimat Majemuk Campuran
 
3. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal
yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
LANJUTAN
4. Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena
subjek, predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan
sekali.
Contoh:
Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)
Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3)
Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)
  
5. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat
unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang
terdapat pada induk kalimat.

6. Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh:
Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke
rumahnya. (kalimat majemuk campuran)
LANJUTAN
7. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya terdiri dari gabungan minimal satu buah subyek dan satu
buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :
Cepot  (S) membeli (P) pulpen(O)
Si Kancil (S) melompat (P)

 8. Kalimat Tidak Lengkap


Kalimat tidak lengkap adalah kslimst yang tidak sempurna karena hanya memiliki sabyek saja, predikat
saja, objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap dapat berupa semboyan, salam, perintah,
pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh :
Silahkan dinikmati!
Selamat tidur.
Jangan nakal!

9. Kalimat Aktif
Kalimat Aktif adalah kalimat di mana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau aktifitas. Kalimat aktif
biasanya diawali oleh awalan me- atau ber- dibagi menjadi dua macam :
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang memiliki obyek penderita
o   Ibu membeli sayur.
o   Dodo menyukai teman sekelasnya.
  Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita
o   Adik menangis
o   Bondan berkelahi

10.Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya dikenai suatu perbuatan atau aktifitas. Kalimat pasif biasanya
diawali oleh awalan ter- atau di- .
Contoh :
Kue bolu dipotong oleh ibu
Menteri kehutanan dimintai pertanggung jawaban oleh presiden
6. PARAGRAPH
PENGERTIAN PARAGRAPH
Paragraf (Alenia) merupakan kumpulan suatu kesatuan pikiran
yang lebih tinggi dan lebih luas dari pada kalimat. Alenia merupakan
kumpulan kalimat, tetapi kalimat yang bukan sekedar berkumpul,
melainkan berhubungan antara yang satu dengan yang lain dalam suatu
rangkaian yang membentuk suatu kalimat, dan juga bisa disebut dengan
penuangan ide penulis melalui kalimat atau kumpulan alimat yang satu
dengan yang lain yang berkaitan dan hanya memiliki suatu topic atau
tema. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat.
Dalam paragraph terkandung satu unit pikiran yang didukung oleh
semua kalimat dalam kalimat tersebut, mulai dari kalimat pengenal,
kalimat utama atau kalimat topic, dan kalimat penjelas sampai kalimat
penutup. Himpunan kalimat ini saling berkaitan dalam satu rangkaian
untuk membentuk suatu gagasan.
Panjang pendeknya suatu paragraph akan ditentukan oleh banyak
sedikitnya gagasan pokok yang diungkapkan. Bila segi-seginya banyak,
memang layak kalau alenianya sedikit lebih panjang, tetapi seandainya
sedikit tentu cukup dengan beberapa kalimat saja.
JENIS PARAGRAFH
Deduktif
Struktur paragraph yang bersifat deduktif ini dimulai oleh kalimat inti, kemudian diikuti
uraian, penjelasan argumentasi, dan sebagainya. Dimulai dengan pernyataan (yang
tentunya brsifat umum), kemudian kalimat-kalimat berikutnya berusaha membuktikan
pernyataan tadi dengan menyebutkan hal-hal khusus, atau detail-detail seperlunya.

Induktif
Struktur paragraph yang bersifat induktif adalah kebalikan dari pola yang bersifat deduktif.
Pola ini tidak dimulai dengan kalimat inti, dimulai dengan menyebutkan hal-hal khusus
atau uraian yang merupakan anak tangga untuk mengantarkan pembaca kepada
gagasan pokok yang terdapat pada kalimat inti di akhir alenia. Jadi anak-anak tangga itu
disusuk untuk mencapai klimaks.

Deduktif dan Induktif


Pola paragraph yang ketiga ini adalah gabungan dari dua pola diatas (1, dan 2). Di sini,
pada kalimat pertama (sebagai kalimat inti) gagasan pokok telah dinyatakan; tetapi pada
kalimat terakhir, kembali diulang sekali gagasan pokok tersebut.

Deskriptif atau Naratif


Dalam pola ini, gagasan pokok tidak terbatas hanya dalam satu kalimat saja. Inti
persoalannya akan didapati pada hampir semua kalimat pada paragraf tersebut. Kita
harus membaca seluruh kalimat dalam paragraf itu, baru dapat memahami gagasan yang
hendak disampaikan oleh pengarangnya.

Jenis alinea dapat pula ditentukan berdasarkan cara kita mengembangkan ide dan alat
bantu yang digunakan untuk menjaga kesinambungan pengungkapan ide atau
keruntunan ide. Jenis alinea tersebut adalah :
CIRI – CIRI PARAGRAFH
 Kalimat pertama bertakuk (block style) ke dalam lima ketukan spasi
untuk jenis karangan biasa, misalnya surat, dan delapan ketukan
untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya: makalah, skripsi,
desertasi, dll. Karangan berbentuk lurus dan tidak bertakuk  ditandai
dengan jarak spasi merenggang, satu spasi lebih banyak daripada
antar baris lainnya
 Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang
dinyatakan dalam kalimat topik
 Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya
merupakan kalimat pengembang yang berfungsi menjelaskan,
menguraikan, atau menerangkan pikiran utama yang ada dalam
kalimat topik
 Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang
dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat ini berisi detail - detail
kalimat topik. Paragraf bukan kumpulan kalimat - kalimat topik.
Paragraf hanya besiri satu kalimat topik dan beberapa kalimat
penjelas. Setiap kalimat penjelas berisi detail yang sangat spesifik,
dan tidak mengulang pikiran penjelas lainnya.
TERIMA KASIH
BIODATA PENULIS

NAMA : RIZKI IRAWAN


NPM : 18451077
PRODI : TEKNIK INFORMATIKA
KELAS : PAGI

STMIK KAPUTAMA BINJAI

Anda mungkin juga menyukai