Anda di halaman 1dari 31

MATA KULIAH

BAHASA INDONESIA
SEMESTER 1
Alvi Masruri, M.Pd. (08172853053)

AKADEMI PETERNAKAN KARANGANYAR (APEKA)


MATERI KE 2 :

BAHASA INDONESIA DARI ASPEK


FONOLOGI, MORFOLOGIS, DAN
SINTAKSIS
A. FONOLOGI
PERTEMUAN KE 3
A. FONOLOGI
• Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan
bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang
menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya.
Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi
dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa
fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
• Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni:
• 1. Fonetik
• Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang
dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
• Macam –macam fonetik :
• a. fonetik artikulatoris yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan
organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa
• b. fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka
didengarkan oleh telinga manusia
• c. fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otak
mengolah data yang masuk sebagai suara
• 2. Fonemik
• Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi
bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna.
• Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang
dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap
bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari
dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-ujaran yang
manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.
• Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya
satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri
sendiri karena belum mengandung arti.
• Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi
dalam rangka pembedaan makna tersebut.
• Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah
bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk
bunyi.Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua
fonem yang berbeda, misalkan dalam kata "cagar" dan "cakar". Tetapi Bahasa
Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.
• Sebaliknya dalam Bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya
bukanlah tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai
[propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap sama saja.
• Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting
karena fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r].
Jika kedua fonem tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap
makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita gabungkan
dengan fonem lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa
membentuk makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan
malah mungkin mereka anggap sama karena dalam bahasa mereka tidak ada
fonem [l].
• Terjadinya perbedaan makna hanya karena pemakaian
fonem /b/ dan /p/ pada kata tersebut. Contoh lain:
mari, lari, dari, tari, sari, jika satu unsur diganti
dengan unsur lain maka akan membawa akibat yang
besar yakni perubahan arti.
BUNYI BAHASA DAN TATA BUNYI
• Getaran udara yang yang masuk ke telinga berupa bunyi atau suara, yang dapat terjadi karena dua
benda atau lebih yang bergeseran atau berbenturan. Bunyi bahasa dibuat oleh manusia untuk
mengungkapkan sesuatu, dan dapat terwujud dalam nyanyian atau dalam tuturan.
• Dalam pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor yang terlibat, yaitu sumber tenaga (pernapasan),
alat ucap yang menimbulkan getaran, dan rongga pengubah getaran, dimana bunyi bahasa yang
dihasilkan berbeda-beda. Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui mulut disebut bunyi
oral (contohnya [p], [g], [f]), bunyi bahasa yang arus udaranya keluar dari hidung disebut bunyi
sengau / nasal (contohnya [m], [n], [ñ], [ŋ]). Sedangkan bunyi bahasa yang arus udaranya sebagian
keluar melalui mulut dan sebagian keluar dari hidung disebut bunyi yang disengaukan /
dinasalisasi.
GAMBAR ALAT UCAP MANUSIA
PENGUCAPAN HURUF VOKAL

• Posisi
• Lidah dapat berada dalam posis depan, hampir depan, madya (tengah), hampir belakang, dan belakang.
Dalam bahasa Indonesia, vokal yang terjadi karena lidah berada diposisi depan adalah (i), (e), ( Ꜫ), (a).
Semuanya merupakan vokal dengan bibir tak bulat. Sedangkan vokal dalam bahasa Indonesia yang terjadi
karena lidah berada diposisi belakang adalah (u), dan (o). Semuanya merupakan vokal dengan bibir bulat.
• Ketinggian
• Ketinggian lidah menentukan perbedaan bunyi vokal. Semakin tinggi lidah, maka semakin menyempit
pula udara yang dikeluarkan untuk menciptakan vokal (contoh huruf [i] dan [u]), dan demikian sebaliknya
jika lidah merendah, maka semakin meluas pula udara yang dikeluarkan untuk menciptakan vokal (contoh
huruf [a]).
PENGUCAPAN HURUF KONSONAN (1)
PENGUCAPAN HURUF KONSONAN (2)
PENGUCAPAN HURUF DIFTONG
• Diftong adalah gabungan dua huruf vokal. •          Diftong /oi/ dalam kata:
Contoh: • Amboi dilafalkan /amboy/
•          Diftong /ai/ dalam kata: • boikot dilafalkan /boykot/
• Bantai dilafalkan /bantay/ • Jika vokal beruntun /ai/, /au/ dan /oi/ terdapat dalam
• Ngarai dilafalkan /ngaray/ kata yang pelafalan sama persis dengan huruf
• Pandai dilafalkan /panday/ aslinya, vokal tersebut bukan diftong. Berikut
contohnya.
• Santai dilafalkan /santay/
Kata Dilafalkan Bukan
•          Diftong /au/ dalam kata: dilafalkan
• Kacau dilafalkan /kacaw/ Mulai /mulai/ /mulay/
Namai /namai/ /namay/
• kerbau dilafalkan /kerbaw/
Bau /bau/ /baw/
• limau dilafalkan /limau/
mau /mau/ /maw/
B. MORFOLOGI
PERTEMUAN KE 4
B. MORFOLOGI
• Morfologi (Morphology) = morph+o+logy.
• Morph = bentuk; o = pembentuk stem; logy = logos = ilmu.
• Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun
fungsi semantik (Ramlan, 1985:19); atau suatu studi tentang morfem-morfem dan
penyusunannya dalam rangka pembentukan kata (Nada dalam Prawirasumantri, 1985:108).
• Contoh.
• Di samping kata jalan kita temukan berjalan, menjalankan, dijalankan, dijalani, perjalanan dsb.
Arti dan fungsi masing-masing berbeda. Perbedaan itu disebabkan oleh adanya perubahan
bentuk kata.
• Peristiwa-peristiwa semacam itulah yang dibicarakan dalam bidang morfologi.
ISTILAH-ISTILAH TEKNIS DALAM
MORFOLOGI
Satuan gramatik
• Satuan gramatik adalah satuan yang mengandung arti, baik arti leksikal • Jika diurutkan dari atas,
maupun arti gramatikal. Satuan gramatikal sering disingkat satuan (Ramlan, satuan gramatikal itu
1985: 24). dapat berupa.
• Makna leksikal adalah makna yang tetap tidak berubah-ubah sesuai dengan Wacana
makna yang ada di kamus. Kalimat
Contoh: sepeda, rumah, emas, mandi, dll. Klausa
• Makna gramatikal adalah makna yang dapat berubah sesuai dengan Frasa
konteks pemakaian. Kata tersebut mengalami proses gramatikalisasi pada Kata
pemajemukan, imbuhan dan pengulangan. Morfem
Contoh: berdekatan, berduaan, berduka cita.
• Satuan Gramatik Bebas dan Terikat
• Satuan atau bentuk linguistik yang dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa , seperti buku,
jalan, rumah, disebut BENTUK BEBAS.
• Bentuk linguistik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, seperti ber-, ter-,
meN-, -kan, -i, -an, ke-an, per-an, disebut BENTUK TERIKAT. Dalam situasi
khusus/tertentu bentuk-bentuk tersebut mungkin bisa muncul sebagai bentuk bebas,
misalnya ber- sebagai jawaban atas pertanyaan “Afiks apakah yang terdapat pada kata
berjalan? Walaupun demikian, tetap kita golongkan dalam bentuk terikat. Bentuk yang
demikian itu kita sebut BENTUK NUKILAN.
• Ada bentuk terikat yang secara gramatik mempunyai sifat bebas, seperti -ku, -mu, -nya.
Contoh:
sepedamu sepeda barumu
sepedanya sepeda jengkinya
• Bentuk Tunggal dan Bentuk Kompleks
• Satuan gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi disebut
BENTUK TUNGGAL sedangkan satuan yang terdiri dari satuan yang lebih kecil
lagi disebut BENTUK KOMPLEKS.
• Contoh:
– Kuda
– berkuda
– berkuda ke luar kota
– Ia berkuda ke luar kota
Satuan-satuan ber-, kuda, ia, ke, luar, dan kota, masing-masing merupakan bertuk
tunggal, sedangkan satuan-satuan berkuda, berkuda ke luar kota, dan Ia berkuda ke
luar kota, merupakan bentuk kompleks.
• Bentuk Asal

• Ramlan (1985: 44) menyatakan bahwa bentuk asal ialah satuan yang paling kecil yang
menjadi asal suatu kata kompleks.
• Berpakaian è pakai + an = pakaian + ber- = berpakaian
• Kata berpakaian terbentuk dari bentuk asal pakai mendapat bubuhan afiks –an menjadi
pakaian, kemudian mendapat bubuhan afiks ber- menjadi berpakaian.
MORF DAN ALOMORF, SERTA KATA (1)
• Morf dan alomorf
• Morf merupakan fonem atau untaian fonem yang berasosiasi dengan suatu makna.
Sementara itu, alomorf merupakan anggota morfem yang sama, yang variasi
bentuknya disebabkan pengaruh lingkungan yang dimasukinya.
• Wujud dari meN- adalah me-, mem-, men-, meny-, meng-, seperti pada meludah,
membuang, mendengar, mencari, menggali, merawat. Bentuk-bentuk me-, mem-,
men-, meny-, meng- itu masing-masing disebut MORF, dan kesemuanya itu
merpakan ALOMORF dari morfem meN-. Contoh lain yaitu morfem ber- terdiri dari
morf ber-, be-, dan bel-, dan ketiganya merupakan alomorf morfem ber-
MORF DAN ALOMORF, SERTA KATA (2)

• Kata
• Kata adalah satuan bebas yang terkecil yang mengandung arti. Dengan kata lain
setiap satuan bebas merupakan kata. Satuan-satuan rumah, perumahan, duduk
kedudukan, mencampuradukkan dan sebagainya , masing-masing merupakan
kata karena masing-masing merupakan satu satuan bebas. Kata merupakan dua
macam satuan, yaitu satuan fonologik dan satuan gramatik.
JENIS-JENIS IMBUHAN
• A. Imbuhan Sederhana : hanya terdiri dari salah • B. Imbuhan Gabungan : gabungan dari
satu awalan atau akhiran. lebih satu awalan atau akhiran.
• 1. awalan : me-, ber-, di-, ter-, ke-, per-, dan • ber-an dan ber-i
se-. • Di-kan dan di-i
• 2. akhiran : -kan, -an, -i, -lah, dan –nya. • Diper-kan dan diper-i
• Ke-an dan ke-i

• C. Imbuhan Spesifik : digunakan untuk kata-kata • Me-kan dan me-i


tertentu (serapan asing) • Memper-kan dan memper-i
• 1. akhian : -man, - wan, -wati, dan –ita • Pe-an dan pe-i
• 2. sisipan ; -in, -em, -el, dan -er • Per-an dan per-i
• Se-nya
• Ter-kan dan ter-i
C. SINTAKSIS
PERTEMUAN KE 4
C. SINTAKSIS
• Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein
yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama
kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
• STRUKTUR SINTAKSIS
• Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan
keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba, ajektifa, dan
numeralia berkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkan pelaku, penderita, dan
penerima berkenaan dengan peran sintaksis.
• Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata, dan intonasi;
bisa juga ditambah dengan konektor yang biasanya disebut konjungsi. Peran ketiga alat
sintaksis itu tidak sama antara bahasa yang satu dengan yang lain.
• KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

• Kata sebagai pengisi satuan sintaksis, harus dibedakan adanya dua macam kata yaitu
kata penuh dan kata tugas.
• Kata penuh adalah kata yang secara leksikal mempunyai makna, mempunyai
kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat
berdiri sendiri sebagai sebuah satuan. Yang termasuk kata penuh adalah kata-kata
kategori nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan numeralia.
• Kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami
proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam peraturan dia tidak dapat
berdiri sendiri. Yang termasuk kata tugas adalah kata-kata kategori preposisi dan
konjungsi
• FRASE
• Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak
berstruktur subjek - predikat atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan kata
yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
• Contoh : tadi pagi, sangat lembut, di kantor
• KLAUSA
• Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.
Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berungsi
sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan.
• Contoh : Wida bernyanyi, burung berkicau, ibu memasak
• KALIMAT
• Dengan mengaitkan peran kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan
disampaikan, kalimat didefinisikan sebagai “ Susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang
lengkap ”. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase,
dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya
berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
• Contoh :
• Paman membaca koran.
• Bibi mencuci piring di dapur.
• Sari sedang makan buah apel malang.
TUGAS

• Buatlah rangkuman materi yang berkaitan dengan Bahasa


Indonesia dari aspek Fonologi, Morfologis, dan Sintaksis.
Selanjutnya ketik/tulis hasil pekerjaanmu pada MS Word/buku
catatan. Kirimkan hasil pekerjaanmu melalui WA saya
(08172853053). Maksimal pengumpulan tanggal 14 Oktober
2020.
• Selamat mengerjakan!
• Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai