Anda di halaman 1dari 15

UAS

PENGANTAR LINGUISTIK UMUM

DOSEN PENGAMPU : Drs. H. Dayudin, M. Ag

Nama : Moch Rizny Dickarnia

Kelas : III B

NIM : 1195020077

3. Apa yang anda tahu mengenai istilah fon, fonem, dan alofon?

19. Apa yang menyebabkan perbedaan antara sebuah konsonan dengan konsonan lainnya?

23. Sebutkan tempat – tempat artikulasi konsonan arab beserta bunyi yang dihasilkannya

24. Apa yang anda tahu mengenai bunyi bersuara dan tidak bersuara? Bagaimana cara untuk
membuktikan/mengetahui bunyi bersuara

29. Apa perbedaan antara ashwat al- muthbaqoh dan al – ashwat al – thabiqiyah?

Jawaban

3. Pemahaman mengenai istilah fon, fonem, dan alofon

FON

Fon adalah bunyi bahasa yang terdiri atas bunyi vokal dan bunyi konsonan. Simbol atau
lambang bunyi bahasa adalah huruf. Dalam Bahasa Indonesia terdapat 26 huruf dimulai dengan
huruf a s.d. huruf z. Fon dapat dikatakan pula bunyi bahasa (bahasa Inggris: speech sound) atau
fon adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap. Dalam fonologi, bunyi bahasa diamati
sebagai fonem.

Fon merupakan satuan bahasa yang bersifat konkret. Fon itu dapat didengar dan dapat
diucapkan. Karena itu, di samping fon, digunakan juga istilah bunyi. Kata kain dalam bahasa
Indonesia misalnya, merupakan kata yang mengandung empat fon, yakni (k), (a), (i), dan (n),
jika fon-fon itu diidentifikasi secara analitis.

Perlu diperhatikan bahwa fon berbeda dengan huruf. Fon adalah bunyi, sedangkan huruf
adalah symbol grafis bunyi. Jumlah fon dan jumlah huruf tidak selalu paralel. Kata senyampang
dalam bahasa Indonesia mengandung tujuh fon, yakni (s), ( ), (n), (a), (m), (p), dan (n). Akan
tetapi, kata tersebut bahwa fon tidak identik dengan bunyi. Memang ada kata yang jumlah
fonnya sama dengan huruf yang terdapat pada kata itu, seperti yang tampak pada kata itu. Akan
tetapi, secara prinsip fon adalah maujud yang berbeda dengan huruf.
FONEM

Fonem merupakan satuan bahasa terkecil yang bersifat abstrak dan mampu menunjukkan
kontras makna atau abstraksi dari satu atau sejumlah fon, entah vokal maupun konsonan. Karena
bersifat abstrak, fonem bukanlah satuan bahasa yang tidak nyata, bukan maujud yang dapat
diindera. Dalam kata rokok, misalnya, terdapat empat fon, tetapi empat fon itu sebenarnya
merupakan realisasi tiga fonem, yakni /r/, /o/, dan /k/. Dalam kata itu pula terdapat bunyi ( ) yang
sebenarnya merupakan realisasi fonem /o/. Hanya karena lingkungan berdistribusinya, fonem /o/
itu direalisasikan menjadi ( ).

Memang banyak versi mengenai definisi atau konsep fonem. Namun, intinya adalah satu
kesatuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata. Bagaimana kita tahu sebuah bunyi
adalah fonem atau bukan fonem. Banyak cara dan prosedur telah dikemukakan oleh berbagai
pakar. Namun, intinya adalah kalau kita ingin mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau
bukan, kita harus mencari yang disebutpasangan minimal atau minimal pair, yaitu dua buah
bentuk yang bunyinya mirip dan hanya sedikit berbeda. Umpamanya kita inginmengetahui bunyi
[p] fonem atau bukan, maka kita cari, misalnya pasangan kata paku dan baku. Kedua kata ini
mirip sekali. Masing-masing terdiri dari empat bunyi. Kata paku terdiri dari bunyi [p], [a], [k],
dan [u]; sedangkan kata baku terdiri dari bunyi [b], [a], [k], dan [u]. jadi, pada pasangan paku
dan baku terdapat tiga buah bunyi yang sama, yaitu bunyi kedua, ketiga dan keempat. Yang
berbeda hanya bunyi pertama, yaitu bunyi [p] pada kata paku dan bunyi [b] pada kata baku.

Dengan demikian, kita sudah dapat membuktikan bahwa bunyi [p] dalam bahasa
Indonesia adalah sebuah fonem. Mengapa? Karena kalau posisinya diganti oleh bunyi [b], maka
maknanya akan berbeda. Sebagai sebuah fonem, bunyi [p] itu ditulis di antara dua garis miring
menjadi /p/.

Apakah bunyi [b] pada pada pasangan kata paku dan baku itu juga sebuah fonem?
Dengan sendirinya, bunyi [b] itu juga adalah sebuah fonem, karena kalau posisinya diganti oleh
bunyi [p] atau bunyi [I] menjadi laku, maknanya juga akan berbeda.

Untuk membuktikan sebuah bunyi adalah fonem atau bukan dapat juga digunakan
pasangan minimal yang salah satu angotanya “rumpang”. Artinya, jumlah bunyi pada anggota
pasangan yang rumpang itu kekurangan satu bunyi dari anggota yang utuh. Misalnya, untuk
membuktikan bunyi [h] adalah fonem atu bukan kita dapat mengambil pasangan [tuah] dan [tua].
Bentuk [tuah] memiliki empat buah bunyi, sedangkan bentuk [tua] hanya memiliki tiga buah
bunyi. Maka, kalau bunyi [h] itu ditanggalkan, makna kata itu akan berbeda. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bunyi [h] adalah sebuah fonem [h].

Susunan Fonem Jumlah Fonem Susunan Huruf Jumlah Huruf Kata yang terbentuk

/adik/ 4 adik 4 adik


/inat/ 4 ingat 5 ingat

/nani/ 4 nyanyi 6 nyanyi

/pantay/ 6 pantai 6 pantai

Bahasa Indonesia secara umum menggunakan system Grafem Latin. Grafem Latin
memiliki 26 Alpabeta lepas. Jumlah Alpabeta latin yang dianut bahasa Indonesia dan fonem
yang dimiliki bahasa Indonesia tidak sama. Bahasa Indonesai menganut system Grafem Latin
dengan 26 Alpabeta, tetapi dari hasil penelitian ditumukan 32 buah fonem sebagai unit terkecil
bunyi yang berfungsi membedakan arti.

32 Fonem resmi bahasa Indonesia :

 6 buah fonem vokal : /a/, /i/, /u/, /e/,/o/, /?/.


 3 buah fonem diftong : /oy/, /ay/, dan /ou/.
 23 buah fonem konsonan : /p/, /b/, /m/, /t/, /d/, /n/, /c/, /j/, /n/, /k/, /g/, /n/, /y/, /r/, /l/, /w/,
/s/, /s/, /t/, /f/, /h/, /x/, dan /?/.

Selanjutnya, fonem-fonem ini akan membentuk satuan, yaitu saku kata. Suku kata dapat
diidentifikasi dengan jalan mengidentifikasi vokalnya karena fonem vokal merupakan puncak
sonoritas (kenyaringan).

 Bentuk Fonem

Struktur Suku Kata

1. KVKKK Korps
2. KKVKK Pleks , pada kata kompleks
3. KKKVK Struk, pada kata struktur
4. KKKV Stra, pada kata strategi
5. KVKK Teks, pada kata tekstil
6. KKVK Spon, p`da kata spontan
7. KKV Gra, pada kata granat
8. KV Ku, Di, Ti, dll
9. VK il, in pada kata ilmu-indah
10. V I, a, o, u, e

 Fonem-fonem resmi bahasa Indonesia

a. Fonem Vokal
Nama-nama fonem vokal yang ada dalam bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut:

1. /i/ vokal depan, tinggi, tak bundar


2. /e/ vokal depan, sedang, atas, tak bundar
3. /a/ vokal depan, rendah, tak bundar
4. /∂/ vokal tengah, sedang tak bundar
5. /u/ vokal belakang, atas, bundar
6. /o/ vokal belakang, sedang, bundar

b. Fonem Diftong

Fonem diftong yang ada dalam bahasa Indonesia adalah fonem diftong /ay/, diftong /aw/ dan
diftong /oy/. Ketiganya dapat dibuktikan dengan pasangan minimal

/ay/ gulai x gula (gulay x gula)

/aw/ pulau x pula (pulaw x pul )

/oi/ sekoi x seka (skoy x seka)

c. Fonem Konsonan

Nama-nama fonem konsonan bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

1. /b/ konsonan bilabial, hambat, bersuara


2. /p/ konsonan bilabial, hambat, tak bersuara
3. /m/ konsonan bilabial, nasal
4. /w/ konsonan bilabial, semi vokal
5. /f/ konsonan labiodentals, geseran, tak bersuara
6. /d/ konaonan apikoalveolar, hambat, bersuara
7. /t/ konsonan apikoaveolar, hambat, tak bersuara
8. /n/ konsonan apikoaveolar, nasal
9. /t/ konsonan apikoaveolar, sampingan
10. /r/ konsonan apikoaveolar, getar
11. /z/ konsonan laminoalveolar, geseran, bersuara
12. /s/ konsonan laminoalveolar, geseran, tak bersuara
13. /∫/ konsonan laminopalatal, geseran, bersuara
14. /ñ/ konsonan laminopalatal, nasal
15. /j/ konsonan laminopalatal, paduan, bersuara
16. /c/ konsonan laminopalatal, paduan, tak bersuara
17. /y/ konsonan laminopalatal, semivokal
18. /g/ konsonan dorsevelar, hambat, bersuara
19. /k/ konsonan dorsevelar, hambat, tak bersuara
20. /ŋ/ konsonan dorsevelar, nasal
21. /x/ konsonan dorsevelar, geseran, bersuara
22. /h/ konsonan laringal, geseran, bersuara
23. /?/ konsonan glottal, hambat

 Realisasi Fonem bahasa Indonesia

Realisasi fonem sebenarnya sama dengan bagaimana fonem itu dilafalkan. Hanya
masalahnya kalau orang Indonesia melafalkan fonem-fonem bahasa Indonesia sangat banyak
sekali variasinya. Hal ini berkenaan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai etnis dan
berbagai bahasa daerah, sehinggga melafalkan fonem-fonem bahasa Indonesia pasti dipengaruhi
oleh fistem fonologi bahasa darehanya

a. Realisasi Fonem Vokal

Secara umum realisasi fonem vokal bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Fonem /i/

Fonem ini mempunyai dua macam realisasi, yaitu:

Pertama, direalisasikan sebagai bunyi [i] apabila berada pada silabel terbuka atau silabel tak
berkoda seperti pada kata [kini], [lidi] dan [sapi]

Kedua, direalisasikan sebagai bunyi [I] apa biala berada pada silabel tertutup atau silabel
berkoda seperti pada kata [batIk], [ambIl] dan [lirIk].

2. Fonem /e/

Fonem /e/ mempunyai dua macam realisasi, yaitu:

Pertama, direalisasikan seperti bunyi [e] apa bila berada pada silabel terbuka, seperti pada
kata [sate], [p∂te] dan [b∂rabe].

Kedua, direalisasikan seperti bunyi [ε] apa bila berada pada silabel tertutup, seperti pada kata
[m ‫ כ‬ñεt], [karεt] dan [εmbεr].

3. Fonem /a/

Secara umum fonem /a/ direalisasikan sebagai bunyi [a], baik pada posisi awal kata, tengah
kata, maupun akhir kata seperti pada kata dan .

4. Fonem /ә/

Secara umum direalisasikan sebagai bunyi [∂] seperti pada kata [k∂ra], [∂rat] dan [mar∂t].
5. Fonem /u/

Fonem /u/ ini mempunyai dua macam realisasi, yaitu:

Pertama, dilafalkan sebagai bunyi [u] apa bila berada pada silabel terbuka

Kedua, drealisasikan sebagai bunyi [U] apa bila berada pada silabel tertutup.

6. Fonem /o/

Fonem ini juga mempunyai dua macam realisasi, yaitu:

Pertama, direalisasikan sebagai bunyi [o] apa bila berada pada silabel terbuka.

Kedua, direalisasikan sebagai bunyi [‫ ]נ‬apa bila berada pada silabel tertutup.

b. Lafal Fonem Konsonan

1. Fonem /b/

Fonem ini memiliki dua realisasi, yaitu:

Pertama, direalisasikan sebagai bunyi /b/ apa bila berada pada awal silabel, baik silabel
terbuka maupun silabel tertutup yang buka ditutup oleh fonem konsonan /b/.

2. Fonem /p/

Fonem ini secara umum direalisasikan sebagai bunyi [p] baik sebagai onset pada sebuah
silabel maupun sebagai koda.

3. Fonem /n/

Fonem ini secara umum direalisasikan sebagai bunyi [n], seperti pada kata [nanas],

4. Fonem /w/

5. Fonem /f/

6. Fonem /d/

Fonem ini mempunya dua macam realisasi yaitu sebagai berikut:

Pertama, direalisasikan sebagai bunyi [d] apabila berposisi sebagai onset pada sebuah silabel.

Kedua, direalisasikan sebagai bunyi [t] dan [d] bila berposisi sebgai koda pada sebuah silabel.
7. Fonem /t/

Fonem ini secara umum direalisasikan sebagai bunyi [t], namun perlu dicatat fonem /t/
pada posisi awal bila diberi prefiks me- atau prefiks pe- akan luluh dan bersenyawa dengan
bunyi nasal yang homorgan dengan fonem /t/ itu.

8. Fonem /n/

Fonem ini direalisasikan sebagai bunyi [n], baik sebagai onset maupun sebagai sebagai
koda dalam sebuah silabel.

9. Fonem /l/

Fonem ini direalisasikan sebagai bunyi baik sebagai onset maupun sebagai koda pada
sebuah silabel.

10. Fonem /r/

11. Fonem /z/

12. Fonem /s/

13. Fonem /∫/

14. Fonem /ñ/

15. Fonem /j/

16. Fonem /c/

17. Fonem /y/

18. Fonem /g/

Fonem ini mempunyai dua macam realisasi yaitu sebagai berikut:

Pertama, direalisasikan sebagai bunyi [g] apa bila berposisi sbegai onset.

Kedua, direalisasikan sebagai bunyi [g] atau [k] apabila berposisi sebagai koda

19. Fonem /k/

Fonem ini memiliki tiga macam realisasi yaitu sebagai berikut:

Pertama, direalisasikan sebagai bunyi [k] apa bila berposisi sebagai onset pada sebuah silabel.

Kedua, direalisasikan sebagai bunyi [?] apabila berposisi sebagai koda pada sebuah silabel.

Ketiga, direalisasikan sebagai bunyi [g] bila berposisi sebagai koda.


20. Fonem /ŋ/

fonem ini direalisasikan sebagai bunyi bunyi [ŋ] baik berposisi sebagai onset maupun sebagai
koda pada sebuah silabel.

21. Fonem /x/

22. Fonem /h/

23. Fonem /?/

Fonem ini direalisasikan sebagai bunyi [?] yang muncul pada:

Pertama, silabel pertama dari sebuah kata yang berupa fonem vokal.

Kedua, diantara dua buah silabel, dimana nuklus silabel pertama dan nuklus silabel kedua berupa
fonem vokal yang sama

ALOFON

Alofon adalah pembedaan realisasi pelafazan fonem karena posisi yang berbeda dalam
kata. Misalkan fonem /b/ dalam bahasa Indonesia dilafalzkan pada posisi awal ("besar") dan
tengah ("kabel") berbeda dengan fonem ini pada posisi akhir ("jawab").

Kalau kita melihat kembali pembicaraan mengenai vokal maka kita melihat bahwa bunyi
vokal depan tinggi ada dua, yaitu: vokal depan tinggi atas [i] dan vokal depan tinggi bawah [I].
begitu juga vokal belakang tinggi ada dua, yaitu: vokal belakang tinggi atas [u]dan vokal
belakang tinggi bawah [U]. demikianjuga vokal belakang sedang ada dua, yaitu vokal belakang
sedang atas [o] dan vokal belakang sedang bawah [‫]כ‬.

Persoalan kita sekarangapakah bunyi vokal [i] dan vokal [I] dua buah fonem atau sebuah
fonem. Alau kita menggunakan cara dengan mencari pasangan minimal untuk kedua bunyi vokal
itu dalam bahasa Indonesisa ternyata sampai saat ini tidak ada. Yang menjadi kenyataan adalah
bahwa kedua vokal itu, [i] dan [I] memiliki distribusi yang berbeda. Vokal [i] menempati posisi
pada silabels (suku kata) terbuka, silabel yang tidak memiliki koda, sedangkan vokal [I]
menempati silabel yang mempunyai koda. Simak:

Vokal [i] pada kata [ini]; [titi]; dan [isi]

Vokal [I] pada kata [b∂nIh]; [batik]; dan [tasIk]

Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa:

 Vokal [i] dan [I] bukanlah merupakan dua fonem, melainkan cuma anggota dari sebuah
fonem yang sama yaitu fonem /i/
 Vokal [i] dan vokal [I] distri businya tidak sama: vokal [i] berdistribusi pada silabel
terbuka atau silabel tidak berkoda; sedangkan vokal [I] berdistribusi pada silabel tertutup
atau silabel berkoda.
 Vokal [i] dan vokal [I] memiliki distribusi komplementer, berdistribusi yang saling
melengkapi.

Analog dengan kasus vokal [i] dan vokal [I], maka dapat dikatakan vokal [u] dan vokal [U]
juga merupakan anggota dari satu fonem yang sama, yaitu fonem /u/, yang juga berdistribusi
secara komplementer. Vokal [u] untuk silabel terbuka (tak berkoda), dan vokal [U] untuk silabel
tertutup (berkoda). Seperti yang tertera dibawah ini, yaitu sebagai berikut:

 Vokal [u] pada kata [buku]; [ibu]; dan [itu]


 Vokal [U] pada kata [akUr]; [libUr]; dan [atUr]

Hal yang sama terjadi juga pada kasus vokal [o] dan vokal [‫]כ‬. Dimana vokal [o] untuk
silabel terbuka, seperti pada kata [took] dan [bodo], sedangkan vokal [‫ ]כ‬untuk silabel tertutup
seperti [t ‫כ‬k ‫כ‬h] dan [b ‫כ‬d ‫כ‬h].

Vokal-vokal yang menjadi anggota dari sebuah fonem, seperti [u] dan [U] untuk fonem
/u/ disebut dengan istilah alofon. Dengan demikian kalau dibalik, bisa dikatakan alofon adalah
anggota dari sebuah fonem atau varian dari sebuah fonem.

Dari pembicaraan tentang fonem dan alofon diatas, dapat dikatakan bahwa fonem
merupakan konsep abstrak karena kehadirannya dalam ujaran dia diwakili oleh alofon yang
sifatnya konkrit, dapat diamati (didengar) secara empiris. Jadi, misalnya fonem /i/ pada kata
diwakili oleh alofon [i], karena lafal kata itu adalah [tani], sedangkan pada kata diwakili oleh
alofon [I], karena lafalnya adalah [tarIk]. Contoh fonem /k/ pada kata diwakili oleh alofon [k]
karena lafalnya adalah [baku], sedangkan pada kata diwakili oleh alofon [?] karena lafalnya
[bapa?]

Dengan perkataan lain, fonem /i/ direalisasikan oleh alofon [i] dan alofon [I], fonem /u/
direalisasikan oleh alofon [u] dan alofon [U], sedangakan fonem /o/ direalisasikan oleh alofon
[o] dan alofon [‫]כ‬

19. Perbedaan antara sebuah konsonan dengan konsonan lainnya

Secara fisiologis, konsonan dapat dideskripsikan berdasarkan tempat artikulasinya dan


cara artikulasinya. Tempat artikulasi konsonan adalah tempat hambatan tertentu pada rongga
resonansi yang melahirkan bunyi konsonan tertentu. Tempat-tempat tersebut telah dibahas pada
bab sebelumnya.
Adapun cara artikulasinya dapat dibedakan atas (1) aktivitas pita suara dan keadaan
glotis dan (2) aktivitas dan keadaan dalam rongga resonansi.

Berdasarkan aktivitas pita suara atau keadaan glotis saat pelafalan bunyi konsonan, bunyi
konsonan dapat dibedakan menjadi konsonan bunyi keras dan konsonan bunyi lunak. Konsonan
bunyi keras atau bersuara (voiced) konsonan adalah yang pelafalannya terjadi karena vibrasi pita
suara. Adapun konsonan bunyi lunak tak bersuara (voiceless)/(‫ اِ ٍه رضج‬،‫( اِ ٍهّى سح غشي‬yang
pelafalannya tidak diikuti vibrasi pita suara.

Bunyi konsonan lunak ada 10 menurut Ibn Jinniy, terdiri dari : ،ٖ ،‫ ح‬،‫ خ‬،‫ ن‬،‫ ش‬،‫ ظ‬،‫ خ‬،‫ط‬
،‫ف ز‬

Adapun bunyi konsonan keras adalah bunyi yang mendapat hambatan sempurna (pada
pangkal tenggorokan) sehingga menghalangi jalannya arus udara yang keluar sampai selesai
proses hambatannya dan keluar arus udara diiringi bunyi tertentu, yaitu bunyi selain konsonan
lunak : ،‫ ء‬،‫ ا‬،‫ ع‬،‫ غ‬،‫ ق‬،‫ي ج‬

Berdasarkan aktivitas dan keadaan dalam rongga resonansi saat produksi bunyi bahasa,
bunyi konsonan dapat dikelompokkan menjadi bunyi konsonan hambat atau letupan (stop,
plosive ), geseran (fricative) , resonan (resonant), dan paduan ( affricate, fricative stops ).

1) Bunyi Hambat

Bunyi konsonan hambat adalah bunyi yang dihasilkan dari rongga resonansi dengan
dihambat seluruhnya oleh artikulator aktif sehingga tertutup rapat menghalangi keluarnya arus
bunyi dari pangkal tenggorokan atau mengakibatkan arus tersebut terhenti kemudian dilepaskan
dengan seketika yang mengakibatkan letupan ringan. Oleh karena proses tersebut bunyi ini
disebut juga bunyi tertutup (‫ اٌ غ ٍك‬,(bunyi henti atau hambat (stoped consonant)/ (‫) اٌ ىل فاخ‬,(dan
bunyi letupan (plosive)/(‫ )ااٌ ٕ فجاس‬.

2) Bunyi Geseran

Bunyi konsonan geseran adalah bunyi yang dihasilkan dari rongga resonansi dengan
dihambatnya sebagian rongga tersebut atau dipersempit jalan keluarnya arus bunyi dari pangkal
tenggorokan oleh artikulator aktif kemudian dilepaskan seketika yang mengakibatkan terjadinya
pergeseran udara pada rongga resonansi. Oleh karena proses tersebut bunyi ini disebut juga
bunyi disebut bunyi geseran (fricative)/(‫ )ااٌ ح ر ىاو يح‬, dan bunyi lanjut (‫ )ااٌ س رّشاسي ح‬. Artikulasi
ini memunculkan bunyi yang lemah sehingga disebut dengan bunyi konsonan lemah (‫)اٌ شخىج‬,
Selain rikhwah (‫)اٌ شخىج‬

3) Bunyi Resonan

Bunyi resonan (resonant) atau sonoran (sonorant) adalah bunyi yang dihasilkan dari tekanan
arus udara yang relatif bebas tidak terdengar sebagai bunyi geseran. Bunyi ini merupakan lawan
dari bunyi non-sonoran (obstruent), yaitu bunyi yang dihasilkan dari hambatan penuh atau
hambatan sebagian arus udara yang keluar dari pangkal tenggorokan, seperti bunyi hambat dan
geseran.

Bunyi resonan meliputi bunyi vokal, likwida (liqiuds), nasal, dan lateral (Crystal, 2008: 414,
422). Semua bunyi resonan tergolong sebagai bunyi keras (voiced) (Baalbaki, 1990: 461). Bunyi
konsonan yang tergolong sebagai bunyi resonan dapat digolongkan sebagai bunyi malaran tak
bergeser (frictionless continuant, aproximant), yaitu bunyi konsonan yang dihasilkan dengan
alat-alat artikulasi saling mendekati, tetapi tanpa penutupan atau geseran yang nyata

4) Bunyi Paduan

Salah satu jenis bunyi yang juga dimikili oleh bahasa Arab adalah bunyi paduan. Bunyi
paduan adalah bunyi yang dihasilkan dari keadaan hambatan penuh rongga resonansi yang
kemudian dilepas secara perlahan-lahan (Marsono, 2013: 79). Menurut Ali al Khuliy (1990: 38),
bunyi paduan (affricates, fricative stops)/(‫ )اِ ٍشو ثح اأٌ صىاخ‬adalah bunyi yang terdiri dari dua
sifat yaitu bunyi hambat pada awalnya kemudian disusul bunyi geseran pada akhirnya. Hanya
satu dari semua konsonan Arab yang tergolong sebagai bunyi paduan, yaitu bunyi konsonan /‫ج‬
./Sebagian ilmuan Arab menyebutnya dengan bunyi shibh waqfiy (‫ ض ثٗ ول في‬,(syibh infija:riy
(‫ ض ثٗ أ فجاسي‬,( dan al waqfa:t al ihtika:kiyyah (‫(اٌ ىل فاخ ااٌ ح ر ىاو يح‬

5) Bunyi Khas Bahasa Arab

Selain keempat sifat bunyi tersebut, terdapat beberapa klasifikasi lainnya dalam tradisi Arab
pada huruf-huruf Arab, seperti sifat bunyi berpasangan atau berlawanan meliputi: ithba:q-infitah
(‫ااٌ ٕ ف راح‬-‫ )اإٌ ط ثاق‬, isti’la-istifal (‫ااٌ س ر فاي‬-‫ )ااٌ س ر عايء‬, tafkhim-tarqiq (‫اٌ شذ م يك‬-ُ‫)اٌ ر فخ ي‬
,idzlaq-ishmat (‫اإٌ صاِد‬-‫ )اإٌ زاٌ ك‬, shihhah-i’tilal (ً ٌ‫ااٌ ع را‬-‫)اٌ صحح‬

Adapun sifat bunyi yang tidak berpasangan meliputi: musyrabah-qalqalah (‫اٌ م ٍ م ٍح‬-
‫)اِ ٍش ض ثح‬, tafsyiy-istitha:lah (‫ااٌ س رطاٌ ح‬-‫ )اٌ ر ف يص‬, shafir (‫)اٌ ص فشي‬, ghunnah (‫ )اٌ غ ٕح‬,
shala:bah (‫ )اٌ صاٌ ثح‬, kazaazah (‫ )اٌ ىضاصج‬, i’tiyash (‫)ااٌ ع ر ياظ‬, nasha’ah (‫)اٌ ٕ صاعح‬, ijtiha:d
(‫ )ااٌ ج رهاد‬hasyasyah, (‫)اٌ ه طا ضح‬, khufut (‫)اٌ خ فىخ‬, hatt-mahtut (‫اٌ هد‬-‫)اِ ٍه رىخ‬, tarfiyah
(‫)اٌ شذ ف يح‬, khawwar (‫)ٌ خىاس‬,) luthf (‫)اٌ ٍطف‬, hahhah (ٗ‫)اٌ هه‬, nhafw (‫ )اٌ ه فى‬,(futur (‫ )اٌ ف رىس‬,
ladnah dan na’mah-nu’umah

 Bisa pula dibedakan darimana bunyi, udara, ataupun getaran itu keluar :

a) Oral : Ketika bunyi, udara, ataupun getaran keluar dari mulut


b) Nasal : Ketika bunyi, udara, ataupun getaran keluar dari hidung

24. Tempat – tempat artikulasi konsonan Arab beserta bunyi yang dihasilkannya

Tempat artikulasi konsonan Arab


a) Langit-langit (palate) / (‫ )اٌ ح ٕه‬:

1. Ceruk gigi (alveolum)/(‫)اٌ ٍ ثح‬


2. Langit-langit keras (hard palate, palatum)/(،‫)اٌ ح ٕه اٌ ص ٍة اٌ غاس‬
3. Langit-langit lunak (velum)/(،‫اٌ ح ٕه اٌ ٍ ٕي اٌ ط ثك‬
4. Anak tekak (uvula) / (‫)اٌ ٍهاج‬

b) Lidah (tongue)/(ْ‫ )اٌ ٍ سا‬:

1. Akar lidah (root of the tongue, the extreme back)/(،‫)جزس اٌ ٍ ساْ أ صً ٔا س ٍلا‬
2. Pangkal lidah (dorsum, back)/(ْ‫)ِؤخشج اٌ ٍ سا‬
3. Punggung lidah (lingual septum, mid-tounge)/(‫)اٌ حاجض اأٌ ى سظ‬
4. Tengah lidah (front of tongue)/(ْ‫)ِ مذِح اٌ ٍ سا‬
5. Daun lidah (blade)/(ْ‫) فطش اٌ ٍ سا‬
6. Ujung lidah (tip of the tongue, apex, point)/ (ْ‫حذ اٌ ٍ سا‬, ْ‫رٌ ك اٌ ٍ سا‬, ْ‫)ٔ صً اٌ ٍ سا‬
7. Akar lidah (root, the extreme back, base)/(،‫ ٔا س ٍلا‬،‫) ل اعذج أ ص لاٌ ٍ ساْ اٌ ٍ ساْ جزس‬

c) Gigi (teeth)/(ْ‫ )اأٌ س ٕا‬:

1. Gigi seri (incisors)/(‫ )اٌ مىاطع‬dan gigi taring (canines)/(ٓ ٌ‫)ي اباأ‬
2. Gigi geraham kecil (premolar)/(‫ )اٌ ضىاحه‬dan gigi geraham (molar)/(‫)اأٌ ش ضاط‬

d) Bibir (lips)/(ْ‫ )اٌ ط ف را‬:

1. Bibir bawah (‫)اٌ س فى ً اٌ ط فح‬


2. Bibir atas (‫) اٌ ط فح اٌ ع ٍ يا‬

Bunyi yang dihasilkan

1. Bunyi bilabial (‫)اٌ ط فىي ح‬

Adalah bunyi yang terbentuk pada pertemuan kedua belah bibir. Bunyi bilabial dalam bahasa
Arab terdapat pada huruf /،‫ و‬،َ ‫ ب‬./ huruf /َ /juga tergolong bunyi nasal bilabial, yaitu bunyi
terbentuk pada pertemuan kedua belah bibir diiringi keluarnya bunyi dari rongga hidung.

2. Bunyi labio-dental (ٓ‫)اٌ ط فىي ح أ يحاأٌ س‬

Adalah bunyi yang terjadi pada pertemuan tengah bibir bawah dan ujung gigi seri atas. Bunyi
labio-dental dalam bahasa Arab terdapat pada huruf /‫)ف‬/

3. Bunyi apiko-dental atau interdental (‫)اأٌ س ٕأ يح‬


Adalah bunyi yang tercipta di antara ujung gigi depan atas dengan ujung lidah. Bunyi apiko-
dental atau interdental dalam bahasa Arab terdapat pada huruf /،‫ ز‬،‫ ظ ر‬./Sebagian ilmuan klasik
mengelompokkan hurufhuruf tersebut dalam huruf latswiyyah (‫( )اأٌ صىاخ اٌ ٍ ثىي ح‬al Fakhraniy,
2005: 137). Adapun Ibn Jinny mengelompokkan huruf-huruf tersebut sebagai huruf ujung lidah
dan bibir (‫)ِاَ ت ٕي طشف اٌ ٍ ساْ وأطشاف اٌ ط ف ر ٕي‬

4. Bunyi denti-alveolar (‫)اأٌ س ٕأ يح اٌ ٍ ثىي ح‬

Adalah bunyi yang dihasilkan pada pertemuan ujung seri atas dengan daun lidah serta ceruk
gigi dengan lidah tengah. Bunyi denti-alveolar dalam bahasa Arab : / (،‫ ض‬،‫ د‬،‫ ط‬،‫ خ‬،‫ ص‬،‫ط ظ‬/

Ilmuan klasik mengelompokkan huruf-huruf tersebut menjadi dua, yaitu huruf asaliyyah
(‫ )اٌ حشوف اأٌ س ٍ يح‬meliputi /،‫ ص‬،‫ ظ ط‬/dan huruf nithaiyyah meliputi /،‫ خ‬،‫)ط د‬/

5. Bunyi asaliyyah (‫)اٌ حشوف اأٌ س ٍ يح‬

Dapat disebut bunyi lamino prealveoar, yaitu bunyi yang tercipta pada pertemuan daun lidah
dan ujung lidah dengan gusi atas. Adapun bunyi nithaiyyah disebut juga bunyi apiko-
postalveolar atau apiko-prepalatal, yaitu bunyi yang dihasilkan pada pertemuan ujung lidah dan
langit-langit keras. Huruf /‫ ض‬,/menurut Ibn Jiniy tergolong sebagai bunyi medio-molar, yaitu
bunyi yang tercipta dari pertemuan awal daun lidah dengan gigi geraham atas sebelah kanan atau
kiri

6. Bunyi alveolar (‫)جاٌ ٍ ثىي‬

Adalah bunyi yang tercipta pada pertemuan antara ujung lidah dengan ceruk gigi. Dalam
bahasa Arab bunyi alveolar terdapat pada bunyi huruf /،ْ ،‫ )ي س‬/ Selain tergolong sebagai bunyi
alveolar, huruf /ْ / juga tergolong bunyi nasal-apikoalveolar, yaitu bunyi terbentuk pada
pertemuan antara ujung lidah dengan ceruk gigi diiringi keluarnya bunyi dari rongga hidung

7. Bunyi palatal (‫)اٌ غاسي ح‬

Adalah bunyi yang tebentuk pada pertemuan antara ujung lidah atau tengah lidah dengan
langit-langit keras bagian depan yang memunculkan meliputi apiko-prepalatal (ujung lidah dan
langit-langit keras depan) dan medio-palatal (tengah lidah dan langit-langit keras). Bunyi apiko-
prepalatal sama atau serupa dengan bunyi apiko-postalveolar, yaitu bunyi huruf nithaiyyah
(meliputi /،‫ خ‬،‫ط د‬/sebagaimana telah disebut sebelumnya. Adapun bunyi medio-palatal terdapat
pada huruf /،‫ ي‬،‫)ش ج‬

8. Bunyi velar (‫ )اٌ ط ث م يح‬atau dorso-velar

Adalah bunyi yang dihasilkan dari pertemuan antara pangkal lidah dengan langit-langit
lunak. Bunyi velar pada bahasa Arab terdapat pada huruf /،‫ ن‬,،‫غ خ‬/

9. Bunyi uvular
Adalah bunyi yang tercipta dari pertemuan pangkal lidah dengan uvula atau anak tekak.
Dalam bahasa Arab bunyi uvular adalah bunyi huruf /‫ق‬/ Bunyi pharyngal adalah bunyi yang
dihasilkan pada rongga tenggorokan antara larynx atau pangkal tenggorokan dan akar lidah.
Daerah ini dinamakan baccal area. Dalam bahasa Arab bunyi pharyngal adalah bunyi huruf /،‫ع ح‬/

10. Bunyi glottal

Adalah bunyi yang dihasilkan dari glotis, yaitu keadaan glotis tertutup rapat atau menyempit.
Dalam bahasa Arab bunyi glottal adalah bunyi huruf /‫ ء‬/saat glotis tertutup rapat dan bunyi /ٖ
/saat glotis menyempit (geseran) Huruf musta’liyah adalah kelompok huruf yang cara
pelafalannya ketika disertai vokal /a/ pangkal lidah dinaikkan sedikit ke arah langit-langit lunak
sehingga menimbulkan bunyi tebal. Huruf-huruf musta’liyah adalah /،‫ ق‬،‫ غ‬،‫ خ‬،‫ ظ‬،‫ ظ‬،‫)ض ط‬/.

23. Pemahaman mengenai bunyi bersuara dan tidak bersuara dan bagaimana cara untuk
membuktikan / mengetahui bunyi bersuara

Suara adalah istilah yang digunakan dalam ilmu fonetik dan fonologi untuk mencirikan
bunyi bahasa, apakah bunyi tersebut dapat dikatakan nirsuara (tak bersuara) atau bersuara. Istilah
itu digunakan untuk mengacu kepada dua konsep yang berbeda. Bersuara dapat berarti proses
artikulatoris di mana pita suara bergetar. Dalam tingkat artikulastoris, suatu bunyi yang bersuara
adalah bunyi yang terjadi karena getaran pita suara, sedangkan bunyi nirsuara tidak demikian.
Contohnya, pada bunyi b dan p dalam bahasa Indonesia, posisi mulut saat mengucapkannya
sama, beda dari kedua bunyi itu hanyalah bahwa pada b, pita suara digetarkan sedangkan pada p
tidak. Dengan demikian, dikatakan bahwa b adalah bunyi bersuara dan p nirsuara. Contoh
pasangan lainnya adalah z (bersuara) dan s (nirsuara), atau g (bersuara) dan k (nirsuara)

 Bunyi berusara(jahr/majhur) : disertai getaran pita suara


 Bunyi tak bersuara (hams/mahmus/) : tidak disertai getaran pita fuara

Semua bunyi disebabkan oleh getaran benda tertentu, mungkin akibat benturan atau gesekan
dengan benda lainnya. Energi benturan dan gesekan tersebut menimbulkan pergeseran partikel-
partikel udara di sekelilingnya. Partikel-partikel udara yang menerima getaran mengalami
tekanan karena terjadi pemadatan partikel udara dan kemudian secara alami partikel-partikel itu
saling menjauh atau merenggang untuk melepaskan tekanan.

Pada manusia atau makhluk hidup umumnya, sumber energi utama adalah udara yang keluar
dari paru-paru. Udara dihirup ke dalam paru-paru dan dihembuskan keluar bersama-sama saat
sedang bernafas dan bersuara. Arus udara yang keluar dari paru-paru yang menjadi energi utama
bunyi dinamakan arus udara agresif sedangkan arus udara yang masuk ke dalam paru-paru
dinamakan arus ingresif. Udara yang dihembuskan kemudian mendapat hambatan dari berbagai
tempat organ wicara atau alat ucap dengan berbagai cara sehingga terjadilah bunyi-bunyi bahasa.
Organ wicara yang dilalui arus udara adalah batang tenggorokan, pangkal tenggorokan, rongga
mulut dan rongga hidung. Arus udara mengalir melalui batang tenggorokan menuju pangkal
tenggorokan.

Pangkal tenggorokan adalah sebuah rongga pada ujung saluran pernafasan yang ujungnya
ada sepasang pita suara. Pita suara ini dapat terbuka lebar, terbuka agak lebar, terbuka sedikit,
dan tertutup rapat sesuai dengan arus udara yang dihembuskan keluar. Celah di antara pita suara
ini disebut glotis. Pada glotis inilah awal terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi.
Pita suara mengatur lebar sempitnya glotis dan menjadi salah satu sumber bunyi yang bergetar
akibat aliran udara dari paru-paru menuju ke tenggorokan. Bila glotis berada dalam keadaan
terbuka lebar atau tidak mengalami hambatan, tidak ada bunyi bahasa yang dihasilkan melainkan
desah nafas.

Cara mengetahui bunyi bersuara

Cara mengetahui bunyi bersuara adalah dengan memegang leher kita tepat pada daerah
tenggorokan kita tepat dimana pita suara itu berada. Kemudian coba bandingkan ketika kalian
mengucapkan beberapa konsonan dari bunyi bersuara ( seperti : z dan g ) dan bunyi tidak
bersuara ( seperti s dan k ). Maka akan terlihat perbedaannya dimana ketika kita mengucapkan
/z/ ataupun /g/ maka akan terasa getarannya dibandingkan ketika kita mengucapkan /s/ ataupun
/k/

29. Perbedaan antara ashwat al- muthbaqoh dan al – ashwat al – thabiqiyah

 Al-muthbaqah adalah bunyi yang tercipta karena naiknya lidah (bagian belakang) ke
langit keras, yaitu huruf /،‫ظ‬, ،‫ ظ‬،‫ ض ط‬/ Bila tidak ada ithbaq maka tidak ada perbedaan
pelafalan antara /‫ط‬-‫د‬/, /‫ظ‬-‫ط‬/ dan /‫ظ‬-‫ر‬/. Serta tidak adanya huruf /‫ض‬/ dalam Bahasa Arab
(Sibawayh, 2009 J.4: 434-435).

Sementara

 Al Ashwat al Thabaqiyah atau disebut velar, yaitu huruf : (ro dan nun).
Konsonan langit-langit belakang atau konsonan velar adalah konsonan yang bersumber
dari bagian belakang lidah (dorsum) menyentuh langit-langit lembut, yaitu bagian
belakang langit-langit mulut, juga dikenal sebagai velum.

Maka perbedaan antara kedua bunyi tersebut adalah tempat artikulasi dimana bunyi akan keluar
yang otomatis huruf-huruf yang dikeluarkan pun pasti akan berbeda.

Anda mungkin juga menyukai