NIM : 1195020077
Kelas : III B
OBJEK SINTAKSIS
A. Struktur Sintaksis
1. Fungsi Sintaksis
2. Kategori Sintaksis
3. Peran Sintaksis
4. Alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur
B. Satuan Sintaksis
1. Kata
2. Frasa
3. Klausa
4. Kalimat
5. Wacana
C. Hal-hal lain yang berkenaan dengan sintaksis, seperti masalah modus, aspek,
kala, diatesis, dll
1. Fungsi : S P O pel Ket
2. Kategori : Kelas kata (verba, nomina, ajektiva, adverbia, kata tugas)
3. Peran : Pelaku, penderita, penerima, pengalam, dll
4. Alat : Urutan kata, kelekatan unsur, intonasi, fungtor.
FUNGSI SINTAKSIS
Hubungan antara unsur bahasa dilihat dari sudut pandang penyajiannya dalam ujaran
(Jabatan, Krdudukan, I'rob, Relasi Arg-Pred)
Contoh : Kakak (S/Mub) membelikan (P/khabar) adik (O/Maf1) bubur ayam (Pel/Maf2) di
pasar (Ket/Jar majrur)
KATEGORI SINTAKSIS
TTBI : (1) verba (2) nomina (3) adjektiva (4) adverbial (5) kata tugas
B. Inggris : (1) noun (2) pronoun (3) verb (4) adjective (5) adverb (6) conjunction (7)
preposision (8) interjection
PERAN SINTAKSIS/SEMANTIS
Peran Subjek : Pelaku, penerima, pengalam, alat, sebab, penderita, tempat, dll
Peran Ket : Tempat, waktu, cara, penerima, peserta, alat, sebab, dll
1. Urutan Kata
2. Kelekatan Unsur
3. Intonasi
Tau! Pukul(!/!!/!!!)
B. SATUAN SINTAKSIS
Ramlan : Cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat,
klausa dan frasa
1. Kata
Merupakan satuan terbesar dari kajian morfologi tetapi satuan terkecil dalam kajian
sintaksis. Karena kata bisa jadi sebuah kalimat dan kalimat yang terdiri atas sebuah kata.
2. Frasa
Satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif. Gabungan
kata (2+) yang menduduki satu fungsi sintaksis Contoh : Adik mandi (s dan p) Sabun mandi
(frasa) , Adik laki-laki saya sedang mandi di sungai (spk liat ssan ya)
3. Klausa
Satuan bahasa berbentuk kata-kata yang terdiri dari subjek dan predikat yang
berpeluang menjadi kalimat
Gabungan kata yang terdiri dari (minimal) SP yang belum memenuhi syarat kalimat.
Contoh :
4. Kalimat
Kumpulan kata yang setidaknya terdiri atas subjek dan predikat serta memiliki
intonasi final (. ! ?)
Contoh :
Saya sudah.
Sudah makan.
● Saya!
Saya sudah!
Sudah makan!
● Saya?
Saya sudah?
Sudah makan!
5. Wacana
"Wacana" (sansekerta) wac, wak, vak 'berkata'/berucap'
Alwi, dkk : Rentetan kalimat yang berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi
diantara kalimat-kalimat itu.
Tarigan : Satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau
klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mampu
mempunyai awal dan akhir yang nyata
Wujud wawacana
Pentingnya fonologi yaitu untuk menjaga keotentikan Al-Quran dari distorsi bunyi
(bacaan) dan makna.
1. Dua jenis:
a. Vokal
b. Konsonan
2. Tiga jenis:
a. Vokal
b. Konsonan
c. Semi vokal
VOKAL
Adalah bunyi tanpa hambatan
Vokal : aswat majhuroh. Majhur (bersuara) = dibarengi getaran pita suara Tanpa hambatan,
dimulai dari getaran pita suara mulut keluar.
1. 3 buah : a, i, u
2. 6 buah : a, i, u, ā, ī, ū (Anis/Qaduur)
a. Bunyi panjang dan pendek sama dslam hal cara pengucapan, beda dalam hal
kualitas dan kuantitas (durasi)
الصامت او الساكن
Konsonan yaitu bunyi yang tatkala keluar mengalami hambatan atau penyempitan.
رفZZارج الحZZ مخ: huruf yang dimaksud yaitu bunyi titik terakhirnya sebuah bunyi, tempat
terjadinya hambatan
Jumlah Makhroj Bunyi Ba. Setiap bunyi itu memiliki makhroj tersendiri jumlah dan nama
makhroj bunyi ba banyak pendapat.
● 17 ( )ابن الجزري والجليل بن احمد
● 16 ()الشاطبي و سيبويه
● 14 ()الفراء و يحيى و قطرب
● 11 ()ناسوتيون ادريس جوهر
● 10 ()قدور و عبد التواب
a) Bilabial : ب م
b) Labio-dental : ف
c) Interdental : ث ذ ظ
d) Apiko dento alveolar : ت د ط ض ل ن
e) Apiko alveolar : ر ز س ص
f) Lamino palatal : ج ش
g) Medio palatal : ي
h) Dorso velar : خ غ ك و
i) Dorso uvular : ق
j) Root faringal : ح ع
k) Glotal : ء ه
2. Sifat 'Ardhiyah : sifat bukan asli yang tidak selalu ada (melekat) pada huruf, kadang-
kadang ada dan kadang-kadang tidak ada. Sifat ini ada 11 bentuknya : idzhar, idgham, iqlab,
ikhfa, tafkhim, tarqiq, mad, qashr, tahrik, sukun, dan saktah.
AL-HAROKAT
الحركات
Harokat yang inti dalam bahasa Arab ada tiga yaitu fathah, kasroh, dlammah.
Dimulai oleh Abdul Aswat sebagai pelopor. Yang mana beliau meletakan standarisasi
berdasarkan posisi bibir. Digunakan titik di atas untuk fathah, di bawah untuk kasroh dan di
atas agak ke samping untuk dlammah.
Al-Khalil : harokat kosiroh (ba, bi, bu, a, i, u dll) secara hakikat adalah separuh huruf
mad. Perbedaannya terletak pada durasi. Secara nutqi, fathah separuh alif, dlammah separuh
wau.
● fathah,
● kasrah,
● dlammah,
● fathah thowiylah,
● kasrah thowiylah,
● dlammah thowiylah
Macam-macam harokat :
Vokal rangkap
Monoftong (basithoh) atau diftong. Di dalam bahasa Arab ahli fonologi sepakat
bahwa ada harokat basithoh seperti جلس. Akan tetapi ahli fonologi berbeda pendapat dalam
harokat diftong, ada yang berpendapat ada dan tidak ada. Yang lebih kuat yaitu yang tidak
ada vokal rangkap.
Bunyi adalah kesan pada pusat syaraf sebagai akibat getaran gendang telinga yang
bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara (Ali, 1994: 157).
Proses terjadinya bunyi pada manusia atau makhluk hidup umumnya melalui empat
tahapan. Tahap pertama adalah proses mengalirnya arus udara keluar dari paru-paru atau
dinamakan tahap egresif. Tahap egresif disebut juga tahap inisiasi (initiation) atau proses
arus udara (Nasution, 2010: 56). Tahap kedua adalah proses hambatan pada pita suara atau
dinamakan tahap fonasi. Tahap ketiga adalah tahap hambatan pada rongga mulut oleh lidah
atau dinamakan tahap artikulasi. Tahap keempat adalah tahap hambatan pada rongga
hidung oleh uvula (anak tekak) yang disebut tahap oronasal (Marsono, 2013: 4).
Gelombang bunyi yang dapat terdengar manusia memenuhi empat hal, yaitu (1)
tersedianya media perambat bunyi, (2) frekuensi gelombang yang harus dalam jangkauan
pendengar, (3) amplitudo getaran yang cukup keras, dan (4) jarak yang terjangkau oleh
pendengaran. Media perambatan bunyi umumnya berupa udara. Perambatan gelombang
bunyi adalah penyaluran energi kompresi dan perenggangan partikel-partikel udara ke
sekelilingnya. Dalam kondisi temperatur dan tekanan udara normal, gelombang bunyi dapat
merambat dengan kecepatan 345 meter per detik.
Resonansi bunyi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena
bahwa sebuah obyek akan bergetar ketika mendapat energi getaran dari sumber lainnya.
Resonansi lebih kuat apabila terjadi atau terdapat di dalam sebuah tempat tertutup dan
sempit. Tempat tertutup ini disebut dengan kotak resonansi. Di dalam organ bicara manusia
terdapat kotak resonansi, yaitu rongga tenggorokan, rongga mulut, dan rongga hidung
(Nasution, 2010: 32).
Proses resepsi bunyi meliputi proses yang disebut proses transmisi dan proses
transduksi. Proses transmisi diawali saat getaran gelombang bunyi menimbulkan
gelombang cairan perilimfe di dalam saluran vestibular dan saluran timpani dan berakhir saat
tekanan gelombang (traveling wave) menggetarkan membran basilaris ke atas dan ke bawah
yang mengakibatkan ujung organ Korti bersentuhan dengan membran tektorial. Adapun
proses transduksi adalah proses yang terjadi saat organ Korti meresponnya dalam bentuk
pembebasan neurotransmiter ke ujung dendrit saraf pendengaran (syaraf koklear) yang
berada di pangkal organ Korti. Proses transduksi adalah proses saat energi mekanis (getaran)
diubah menjadi energi elektrokimia, yaitu terjadinya loncatan potensial listrik pada ujung
organ Korti yang diteruskan ke impuls saraf.
Dalam linguistik, bunyi-bunyi vokal dan konsonan yang kita dengar disebut bunyi
segmental. Bunyi bahasa yang berupa cepat-lambat, kelantangan, tekanan, dan nada disebut
bunyi suprasegmental atau prosodi.
Bunyi bahasa adalah gelombang yang muncul beriringan dengan arus udara
hembusan nafas. Gelombang tersebut mendapat hambatan di berbagai tempat seperti dalam
tenggorokan, rongga mulut, maupun bibir. Setiap hambatan tersebut pada dasarnya huruf-
huruf suatu bahasa. Bahasa mempunyai dua belah sisi, pertama sisi bentuk atau struktur dan
kedua sisi makna atau fungsi. Sisi bentuk berupa bunyi yang dihasilkan dari organ wicara
manusia dilepas ke udara dalam bentuk gelombang getaran dan ditangkap atau diterima
melalui indera pendengaran manusia. Adapun sisi fungsi adalah bunyi tersebut mengandung
makna yang diungkap simbol dan maknanya oleh pendengar. Dua belah sisi tersebut
menyatu dalam proses kejiwaan yang dinamakan proses asosiasi (Mashluh, 2005: 11). Sisi
bentuk atau struktur dikaji dalam bidang ilmu fonetik. Adapun sisi fungsi dikaji dalam
bidang ilmu fonologi (Basyar, 2009: 9), (Mahmud, 1979: 9).
Kajian bunyi atau ilmu bunyi bahasa dalam bahasa Arab disebut ‘ilm al ashwa:t (
األصوات علم. Istilah ‘ilm al ashwa:t yang diciptakan oleh Ibn Jinniy ini memuat konsep ilmu
yang mengkaji tentang produksi bunyi bahasa serta pengaruhnya pada penyusunan satuan
bahasa secara morfologis, sintaksis, dan prosodi ( اإليقاع.(Istilah ini dianggap menjadi istilah
asal dari fonologi yang muncul di Eropa. Selanjutnya berkembang upaya mengungkap
bunyi-bunyi bahasa manusia yang beraneka ragam yang tidak dikenal kemudian lahirlah
bidang ilmu yang dinamakan fonetik (al Shaghir, 2000: 17).
Fonologi pada dasarnya mengkaji bunyi bahasa terkait secara fungsional, yaitu
membahas pengaruh bunyi bahasa pada struktur bahasa dan maknanya. Adapun fonetik pada
dasarnya mengkaji bunyi bahasa secara struktural, yaitu membahas struktur bunyi bahasa
beserta bagaimana proses produksinya, proses antara produksi dan penerimaan, serta proses
penerimaannya
Bila dilihat dari metode atau arah tujuan pembahasannya, ilmu bunyi bahasa dapat
dikelompokkan menjadi ilmu bunyi deskriptif, ilmu bunyi historis, dan ilmu bunyi
komparatif. Ilmu bunyi deskriptif (( الوصفي األصوات علمatau disebut ( التزامني األصوات علم,(yaitu
ilmu bunyi bahasa yang mengkaji bunyi bahasa yang dipergunakan pada waktu yang terbatas
atau tanpa membahas perkembangan sejarahnya. Sehingga ilmu ini dapat dikelompokkan
sebagai ilmu sinkronis. Ilmu ini berlawanan dengan ilmu bunyi standar dan ilmu bunyi
historis atau ilmu bunyi diakronis (al Khuli, 1998: 113)
Dalam bahasa Arab koartikulasi terjadi pada fenomena bunyi alif al ima:lah, alif al
tafkhi:m, isyma:m, dan rawm. Asimilasi adalah perubahan bunyi secara fonetis akibat
pengaruh bunyi yang berada sebelum atau sesudahnya. Dalam bahasa Arab asimilasi disebut
dengan idgha:m ( ( إدغامatau tama:tsul (( متاثلatau taqa:rub () تقارب. Kalau arah pengaruh ke
depan disebut asimilasi progresif. Kalau arah pengaruh ke belakang disebut asimilasi
regresif. Perubahan bunyi dalam asimilasi berupa perubahan bunyi yang berbeda menjadi
bunyi yang sama atau serupa sifatnya. Adapun disimilasi merupakan proses kebalikan dari
asimilasi, yaitu perubahan bunyi yang sama menjadi bunyi yang berbeda.
Kajian bunyi bahasa dalam tradisi Arab dimulai bersamaan dengan kebangktian
keilmuan pada abad ke-2 hijriyah, yaitu pada masa lahirnya ilmu-ilmu pengetahuan Arab
Islam. Kemunculan kajian bunyi bahasa yang menjadi bagian keilmuan bahasa
dilatarbelakangi kekhawatiran Arab terhadap penyimpangan dan percampuran bunyi dalam
pelafalan al Quran (Qaddur, 2014: 22).
Di antara tokoh dan ilmuan terdahulu yang berperan penting dalam kajian bunyi bahasa Arab
adalah
Istilah organ wicara atau alat ucap pada dasarnya berkaitan erat dengan fungsi sosial
manusia, yaitu komunikasi verbal. Organ wicara bukanlah organ-organ tubuh yang secara
khusus tercipta hanya untuk memproduksi bahasa. Fungsi utama organ-organ yang tergolong
sebagai organ wicara adalah fungsi fisiologis atau fungsi hayati untuk hidup manusia, yaitu
bernafas (paru-paru, tenggorokan, rongga hidung) dan makan (rongga mulut, lidah, gigi,
bibir).
Organ wicara dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsinya dalam produksi bunyi bahasa
menjadi:
1. Artikulator aktif, Organ wicara yang tergolong sebagai artikulator aktif () ناطق متحرك
adalah organ wicara yang dapat bergerak dalam proses produksi bunyi bahasa. Organ
tersebut adalah lidah dan bibir bawah. Organ wicara ini disebut juga organ wicara
bawah ( ) السفيل الناطقkarena tempatnya di bagian bawah berlawanan dengan pasif
yang tempatnya di atas.
2. Artikulator pasif, Organ wicara yang tergolong sebagai artikulator pasif (مكان النطق
(adalah organ wicara yang memiliki peran sebagai tempat artikulator aktif
menghambat arus bunyi dalam proses produksi bunyi bahasa. Organ tersebut adalah
langit-langit mulut, anak tekak, gigi, dan bibir atas. Organ wicara ini disebut juga
organ wicara atas (( العلوي الناطقkarena sebagian besar berada di atas artikulator aktif.
3. Jalur arus udara dan bunyi, Organ wicara yang tergolong sebagai jalur arus udara dan
bunyi (( ممرadalah organ wicara yang berfungsi sebagai jalur yang dilalui oleh arus
udara dan arus bunyi dalam proses produksi bunyi bahasa. Organ yang dilalui arus
udara adalah batang tenggorokan, sedangkan organ yang dilalui arus bunyi adalah
rongga tenggorokan, rongga mulut, dan rongga hidung.
4. Rongga resonansi, Organ wicara yang tergolong sebagai rongga resonansi (انZZمرن
(adalah organ wicara yang berfungsi sebagai rongga resonansi bunyi dalam proses
produksi bunyi bahasa. Organ tersebut adalah rongga tenggorokan, rongga mulut,
dan rongga hidung.
5. Sumber arus udara (inisiasi), Organ wicara yang tergolong sebagai sumber arus
udara (( التيار مصدرadalah organ wicara yang berfungsi sebagai satu-satunya sumber
yang menghasilkan arus udara dalam proses inisiasi produksi bunyi bahasa. Organ
tersebut adalah paru-paru
6. Sumber bunyi (fonasi), Organ wicara yang tergolong sebagai sumber bunyi (جاهر
( adalah organ wicara yang berfungsi sebagai satu-satunya sumber yang
menghasilkan bunyi utama dalam proses fonasi produksi bunyi bahasa. Organ
tersebut adalah pita suara.
7. Organ pembantu, Organ wicara yang tergolong sebagai organ pembantu (عضو مساعد
(adalah organ wicara yang berfungsi secara tidak langsung dalam proses produksi
bunyi bahasa. Organ tersebut adalah otot perut, diafagrma, otot rusuk (al Khuliy,
1990: 27-28).
2. kotak suara,
3. kelompok organ wicara di atas kotak suara
Titik artikulasi (point of articulation, place of articulation)/ (( الحروف مجارجadalah titik
tempat terjadinya hambatan pada jalur keluarnya udara saat proses produksi bunyi bahasa (al
Shiyagh, 2007: 50). Titik artikulasi berada sepanjang organ wicara yang memungkinkannya
mendapatkan hambatan yang beragam (Umar, 1997: 133).
Titik atikulasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu titik artikulasi hakiki (ققَّح َامل َج ُ َج
َُقَّدرZَ )امُلnisbi artikulasi titik danَ) )(ام َل ْخر َ ُج امل َحَّقق. امل ْخرhakiki artikulasi Titik َ( خر ْاملadalah
tempat-tempat artikulasi tertentu yang jelas memunculkan bunyi-bunyi tertentu pada rongga
tenggorokan, rongga mulut, dan rongga hidung. Titik artikulasi hakiki merupakan titik
artikulasi bunyi konsonan. Adapun titik َ ُ )ج املَقَّدرnisbi artikulasi َ( خر ْاملmerupakan titik
artikulasi yang tidak jelas tempatnya karena berada di sepanjang rongga mulut. Titik
artikulasi nisbi merupakan titik artikulasi bunyi vokal (al Hilw, 2009: 11-12).
Huruf (letter, script, alpabhet)/( ُ الحر- ) َ وفُ ْ الحر ْفmerupakan bunyi yang keluar dari
titik artikulasi tertentu pada organ wicara manusia (al Hilw, 2009: 110).
/ ي، و، ه، ن، م، ل، ك، ق، ف، غ، ع، ظ، ط، ض، ص، ش، س، ز، ر، ذ، د، خ، ح، ج، ث، ت، ب،ء/
Pada umumnya titik artikulasi huruf konsonan meliputi bagian yang disebut
a) bilabial, Bunyi bilabial (( الشفويةadalah bunyi yang terbentuk pada pertemuan kedua
belah bibir. Bunyi bilabial dalam 86 | Singgih Kuswardono, M.A., Ph.D bahasa Arab
terdapat pada huruf / ب، م،و. bunyi nasal bilabial, yaitu bunyi terbentuk pada
pertemuan kedua belah bibir diiringi keluarnya bunyi dari rongga hidung.
b) labio-dental, Bunyi labio-dental (فويةZZنانية الشZZ( األسadalah bunyi yang terjadi pada
pertemuan tengah bibir bawah dan ujung gigi seri atas. Bunyi labio-dental dalam
bahasa Arab terdapat pada huruf /)ف/Hassan, 2014: 105)
c) apiko-dental, Bunyi apiko-dental atau interdental (( األسنانيةadalah bunyi yang tercipta
di antara ujung gigi depan atas dengan ujung lidah. Bunyi apiko-dental atau
interdental dalam bahasa Arab terdapat pada huruf / ظ، ذ، ث.
d) denti-alveolar, Bunyi denti-alveolar (( اللثوية األسنانيةadalah bunyi yang dihasilkan pada
pertemuan ujung seri atas dengan daun lidah serta ceruk gigi dengan lidah tengah.
Bunyi denti-alveolar dalam bahasa -105: 2014, Hassan/ ( س، ص، ز، ت، ط، د،ض/ huruf
bunyi adalah Arab 106). . Ilmuan klasik mengelompokkan huruf-huruf tersebut
menjadi dua, yaitu huruf asaliyyah (روفZ( األسلية الحmeliputi / ص، س، ز/dan huruf َ َّّ)ة
nithaiyyah َِروفZZZط الحZZZ ِ ( عي النmeliputi / ط، د،)ت/al Najjar, 2014: 41-42). Bunyi
asaliyyah (( األسلية الحروفdapat disebut bunyi lamino prealveo- ar, yaitu bunyi yang
tercipta pada pertemuan daun lidah dan ujung lidah dengan gusi atas.
e) apiko-alveolar, Adapun bunyi nithaiyyah (( ةَّ َِعي النط ِ الحروفdisebut juga bunyi apiko-
postalveolar atau apiko-prepalatal, yaitu bunyi yang dihasilkan pada pertemuan ujung
lidah dan langit-langit keras.
f) lamino alveolar,
g) apiko-prepalatal, Bunyi apiko-prepalatal sama atau serupa dengan bunyi apiko-
postalveolar, yaitu bunyi huruf nithaiyyah ََّّ( ة) َِعي النط ِ الحروفmeliputi / ط، د،ت
h) medio-palatal, Adapun bunyi medio-palatal terdapat pada huruf / ش، ج، )ي/Hassan,
2014: 105-106). Terdapat perbedaan pandangan antara ilmuan klasik dengan ilmuan
kontemporer pada klasifikasi huruf medio-palatal. Menurut al Khalil bin Ahmad,
huruf medio-palatal yang ia sebut dengan huruf syajariyyah (( الشجرية الحروفmeliputi
huruf / ج، ش، )ض/al Farahidiy, 2003 J.1: 41). Namun pandangan Sibawayh dan Ibn
Jinniy mengenai huruf medio-palatal tidak berbeda dengan pandangan ilmiah
kontemporer. Ibn Jinniy demikian juga Sibawayh menyebut titik artikulasi huruf
medio-palatal adalah tengah lidah dan tengah ,Jinniy Ibn) (من وسط اللسان بينه وبني وسط
)الحنك األعىلkeras langit-langit 2012 J.1: 60), (Sibawayh, 2009 J.4: 433).
i) ulvular, Bunyi uvular (( ةَّ َّ ْ ِهوي اللadalah bunyi yang tercipta dari pertemuan pangkal
lidah dengan uvula atau anak tekak. Dalam bahasa Arab bunyi uvular adalah bunyi
huruf / )ق/Hassan, 2014: 106).
j) pharyngal, Bunyi pharyngal ( ) َ ةّ َِقي الحلadalah bunyi yang dihasilkan pada rongga
tenggorokan antara larynx atau pangkal tenggorokan dan akar lidah. Daerah ini
dinamakan baccal area. Dalam bahasa Arab bunyi pharyngal adalah bunyi huruf /،ح
)ع/Hassan, 2014: 106).
k) glottal, Bunyi glottal ( ) َ ةَّ الحْ ن َِجريadalah bunyi yang dihasilkan dari glotis, yaitu
keadaan glotis tertutup rapat atau menyempit. Dalam bahasa Arab bunyi glottal
adalah bunyi huruf / ء/saat glotis tertutup rapat dan bunyi / ه/saat glotis menyempit
(geseran) (Hassan, 2014: 106)
Secara fisiologis, terdapat tiga jenis bunyi vokal dalam bahasa Arab, yaitu /a,i,u/. Bunyi
vokal /a/memiliki alofon /α/ bila dilafalkan mengikuti konsonan yang disebut huruf
musta’liyah () الحروف املستعلية. Huruf-huruf musta’liyah adalah / ض، ط، ص، ظ، خ، غ،ق
Ilmuan kontemporer mengelompokkan bunyi vokal dari beberapa posisi lidah sebagai
berikut:
a) Berdasarkan posisi lidah atas-bawah atau vertical position (ورZZودي املحZZ العم,
(bunyi vokal /a/ dan /α/ tergolong bunyi vokal bawah, sedangkan vokal
/i/dan /u/tergolong vokal atas.
b) Berdasarkan posisi lidah depan-belakang atau horisontal position ( األفقي املحور,
(bunyi vokal /a/dan /i/ tergolong bunyi vokal depan, sedangkan bunyi vokal
/α/ dan /u/ termasuk bunyi vokal belakang.
c) Berdasarkan jarak posisi lidah terhadap langit-langit mulut, bunyi vokal /a/
dan /α/ tergolong bunyi vokal luas atau terbuka (opened)/(عةZ الواس،ةZ املفتوح,
(sedangkan bunyi vokal /i/ dan /u/ tergolong sebagai bunyi vokal sempit atau
tertutup (closed)/(( َ الضي. َّZ ق َِِّة،املغلقة
Konsonan kelompok huruf yang dihasilkan dari hambatan rongga resonansi manusia
ِ ّ يِب,aktif artikulator oleh) تَ ِْوسيyaitu lidah pada titik-titik
(closure or narrowing)/ (س ْ ْع ن
tertentu yang menyebabkan saluran udara tertutup (completly blocked)/(( لُِّك غلقatau
ّ ( ُ sehingga udara tidak dapat keluar leluasa (Umar, 1997:
menyempit (restricted)/(ئ ِز ْج غلق
322), (al Fakhraniy, 2005: 125)
Berdasarkan aktivitas pita suara atau keadaan glotis saat pelafalan bunyi konsonan,
bunyi konsonan dapat dibedakan menjadi konsonan bunyi keras dan konsonan bunyi lunak.
Konsonan bunyi keras atau bersuara (voiced)/(َ زةkonsonan adalah) ام ُل ْهت، ام َل ْجُه َورةyang
pelafalannya terjadi karena vibrasi pita suara. Adapun konsonan bunyi lunak tak bersuara
(voiceless)/( املهموسة،( املهتزة غريyang pelafalannya tidak diikuti vibrasi pita suara.
Berdasarkan aktivitas dan keadaan dalam rongga resonansi saat produksi bunyi
bahasa, bunyi konsonan dapat dikelompokkan menjadi bunyi konsonan hambat atau letupan
(stop, plosive)/ resonan), االحتكاك،)الرخوة/(fricative (geseran), االنفجار، الغلق، الوقف، )الشدةbunyi
sifat Keempat). الوقفات االحتكاكية، )األصوات املركبة/(stops fricative, cateaffri (paduan dan), بني
الرنينات- الرنانةZ، البينة، التوسط،)الشدة والرخوة/(resonant(
Konsonan dalam sistem bahasa Arab berperan sebagai input utama dalam
pembentukan kata Arab. Satuan konsonan yang umumnya terdiri dari tiga konsonan
(triliteral) atau empat konsonan (kuardiliteral) berperan sebagai akar kata. Akar kata memuat
suatu makna yang darinya diturunkan berbagai kata yang terkait dengan makna tersebut.
Satuan konsonan yang berperan sebagai akar kata disatukan dengan vokal berpola untuk
membentuk berbagai kata tersebut.
Artikulasi bunyi vokal adalah dengan melonggarkan jalur arus bunyi yang keluar
sehingga tercipta rongga resonansi yang luas. Hal ini berbeda dengan bunyi konsonan yang
artikulasinya pada umumnya dengan menghambat arus bunyi sehingga menciptakan rongga
resonansi yang tertutup atau sempit (Umar, 1997: 322).
Dalam tradisi Arab terdapat beberapa istilah yang digunakan sebagai padanan vokal, yaitu
2. Al-harakah ()الحركة
3. Al Mad
4. al Layyn ()اللني
5. al ‘Illah
Berdasarkan aktivitas pita suara atau keadaan glotis saat produksi bunyi bahasa,
vokal digolongkan sebagai bunyi bersuara atau keras. Bunyi bersuara atau keras (voiced)/ (َزة
adalah) ام ُل ْهت،امل ْجُه َورة
َ bunyi yang pelafalannya terjadi karena vibrasi pita suara (Istitiyah,
2003: 207).
lmuan kontemporer mengelompokkan bunyi vokal dari beberapa posisi lidah dalam rongga
mulut sebagai berikut:
1. Berdasarkan posisi lidah atas-bawah atau vertical position ( العمودي املحور,(bunyi
vokal /a/ dan /α/ tergolong bunyi vokal bawah atau lidah bergerak ke arah bawah
bersamaan dengan membukanya rongga mulut, sedangkan vokal /i/dan /u/tergolong
vokal atas atau lidah bergerak naik ke atas ke arah langit-langit rongga mulut.
2. Berdasarkan posisi lidah depan-belakang atau horisontal position (ورZZ األفقي املح,
(bunyi vokal /a/dan /i/ tergolong bunyi vokal depan atau lidah bergerak menuju ke
arah langit-langit mulut bagian depan, sedangkan bunyi vokal /α/ dan /u/ termasuk
bunyi vokal belakang atau lidah bergerak ke arah langit-langit mulut bagian
belakang.
3. Berdasarkan jarak posisi lidah terhadap langit-langit mulut, bunyi vokal /a/ dan /α/
tergolong bunyi vokal luas atau terbuka (opened)/( الواسعة، املفتوحة,(yaitu lidah dalam
keadaan menjauh dari langit-langit sehingga rongga mulut dalam keadaan terbuka
lebar; sedangkan bunyi vokal /i/ dan /u/ tergolong sebagai bunyi vokal sempit atau
tertutup (closed)/(َّ الضيZ َِِّةZZ ق،ةZZ املغلق,( َ yaitu lidah dalam keadaan mendekat ke arah
langit-langit sehingga rongga mulut tertutup atau sempit. Adapun dari bentuk bibir,
ilmua
Ortografi adalah bagian dari grafologi, yaitu kajian mengenai sistem simbol yang
digunakan untuk menyampaikan pesan bahasa dalam bentuk tertulis (Lauder, 2009: 226).
Ortografi adalah sistem ejaan suatu bahasa (Kridalaksana, 2008: 169). Ejaan adalah
penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandarisasikan. Ejaan
umumnya mempunyai 3 aspek yakni (1) aspek fonologis yang menyangkut penggambaran
fonem dengan huruf dan penyusunan abjad; (2) aspek morfologis yang menyangkut
penggambaran satuan-satuan morfemis; dan (3) aspek sintaksis yang menyangkut penanda
ujaran berupa tanda baca (Kridalaksana, 2008: 54).
Bentuk awal aksara Arab bermula dari sistem tulisan bangsa Fenesia (Cahyono,
1995: 33), (Habash, 2010: 10). Namun menurut teori lain, tulisan Arab berasal dari tulisan
Aramea. Tulisan Aramea berasal dari Hieroglif Mesir (Kridalaksana, 2009: 72). Selain itu
ada yang berpendapat bahwa tulisan Arab berasal dari tulisan Nabatea (Sa’ad, 2008: 10).
Bahasa Arab ditulis dari arah kanan ke kiri, kecuali angka Arab ditulis dengan arah
sebaliknya, yaitu dari arah kiri ke kanan (Habash, 2010: 5, 13). Menurut Janazarliy (1985:
60-65),
Pada semua alpabet Arab yang berjumlah 28 abjad terdapat alograf, yaitu anggota
grafem yang berbeda-beda menurut posisinya (Kridalaksana, 2008: 11) misalnya pada huruf
ع,bila diawal kata ditulis () عـ, bila di tengah ditulis () ـعـ, dan bila diakhir kata ditulis () ـع