Anda di halaman 1dari 11

OBJEK KAJIAN FONOLOGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah `Ilm Al-Aswat Al-`Arobi


Dosen Pengampu : Dr. Ali Subhan, MA

Makalah

Disusun oleh :
Muhammad Ibnu Faisal (20.11.00175)
M. Sidik Irfanudin ( 20.11.00090)
Muhammad Ali Musoffa (20.11.00221)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PESANTREN MATHALI’UL FALAH
PATI
2020

0
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan


maksud dan tujuan. Dengan berkomunikasi kita dapat menyampaikan apa
yang kita rasakan, pikirkan, kehendaki, dan kita ketahui kepada orang lain.
Bahasa sebagai objek kajian linguistik pasti memiliki sistem, yaitu
seperangkat kaidah yang bersifat mengatur. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007:43), bahasa kerap dijadikan penelitian linguistik karena pada
kenyataannya bahasa itu tidak seragam atau homogen. Dalam kenyataannya
bahasa sangat bervariasi atau heterogen.

Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek


kajiannya (Chaer, 1994:1). Chaer menjelaskan bahwa linguistik sebagai ilmu
murni ternyata juga bermacam-macam, bergantung pada bahasa yang diteliti,
tujuan, dan cara kerjanya. Linguistik dibedakan atas linguistik deskriptif dan
linguistik normatif atau preskriptif. Linguistik deskriptif mencatat secara teliti
semua fenomena kebahasaan yang ada, meneliti dan memerikan sistem bahasa
berdasarkan data yang sebenarnya. Berbeda dengan linguistik deskriptif,
linguistik normatif meneliti bahasa berdasarkan norma atau ketentuan yang
telah ada. Jenis linguistik lain, yaitu linguistik komparatif dan linguistik
historis. Sebagaimana terlihat dari namanya, cara kerja dari linguistik
komparatif adalah membandingkan. Secara sinkronis, kita sering
membandingkan dua satuan lingual atau dua konstruksi untuk mengetahui
persamaan dan perbedaannya. Linguistik historis memperbandingkan
beberapa bahasa yang serumpun dari waktu ke waktu dengan tujuan pokok
membuat rekonstruksi bentuk proto bahasa induknya.

Dalam linguistik ada sebuah kajian ilmu bahasa yang kita kenal
dengan nama fonologi. Fonologi meneliti bunyi-bunyi ujaran suatu bahasa
termasuk pula bunyi suprasegmentalnya. Fonologi adalah bidang linguistik

1
yang mempelajari dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1997), fonologi adalah bidang dalam linguistik yang
menyelidiki bunyi-bunyi bahasa.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang


bunyi bahasa. Verhaar (1984:36) menyatakan, fonologi memiliki pengertian
yang cukup komprehensif, yakni sebuah ilmu yang mempelajari bidang
khusus pada linguistik yang meneliti bunyi suatu bahasa tertentu yang sesuai
dengan fungsinya, dan bertujuan menjadi pembeda makna dalam suatu bahasa.
Di dalam kajian linguistik, konsep fonetik berbeda dari fonemik. Namun,
keduanya sama-sama membahas bunyi bahasa. 

“Objek kajian fonetik adalah fon, yaitu bunyi pada umumnya tanpa
memperhatikan apakah bunyi tersebut membedakan makna atau tidak.
Sebaliknya, objek kajian fonemik adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang
membedakan makna kata. Namun, kedua bidang tersebut mempunyai kaitan
yang erat. Misalnya, dalam penentuan sebuah fonem dapat ditempuh dengan
jalan mencari bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip atau terdapat
pertentangan di dalam lingkungan yang sama”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Fonem, Fon dan Alofon Arab?
2. Apa jenis-jenis fonetik Arab?
3. Bagaimana perdebatan konsep fon dalam fonologi Arab?
4. Bagaimana cara membedakan suara alam dan suara buatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Fonem, Fon, dan Alofon Arab
2. Untuk mengetahui jenis-jenis fonetik Arab
3. Untuk mengetahui perdebatan konsep fon dalam fonologi Arab
4. Untuk mengetahui cara membedakan suara alam dan suara buatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fonem, Fon dan Alofon bahasa Arab

Fonem adalah bagian atau kesatuan terkecil dari sistem bunyi bahasa
yang mempunyai fungsi tersendiri sebagai pembeda makna. Untuk
mengidentifikasi suatu fonem dapat dilakukan dengan cara membandingkan
dua satuan bahasa yang memiliki kemiripan bunyi yang tentunya makna yang
terkandung tidak sama. Apabila diganti dengan huruf yang lain maka makna
yang terkandung akan menjadi berubah. Misalnya dalam bahasa Arab
ditemukaan adanya fonem pada kata ‫ كس==وف – خس==وف‬. Kedua kata tersebut
memiliki kemiripan bunyi dan jumlah bunyinya sama (empat bunyi).
Perbedaan huruf terletak pada dua huruf yang tentunya mempengaruhi
terhadap makna yang berbeda. Huruf n dan b, keduanya adalam merupakan
fonem. Jika n dalam kata nasi dan kemudian diganti dengan b maka akan 5
menjadi basi, sehingga hal ini akan mempengaruhi terhadap perubahan
makna.1

1. Fonem Vokal Bahasa Arab

Meskipun fonem sebagai satuan terkecil dalam bunyi bahasa, akan


tetapi memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan suatu makna bunyi
bahasa dalam bahasa Arab. Tidak hanya dari aspek perbedaan huruf yang
membuat makna menjadi tidak sama, namun juga dipengaruhi pula oleh
panjang pendeknya bunyi bahasa. Fonem yang bunyinya pendek tidak sama
maknanya denan fonem yang bunyinya panjang dalam bahasa Arab. Vokal
dalam bahasa Arab mencakup bunyi fathah, kasrah dan dhammah. Berikut
beberapa contoh fonem vokal dalam bahasa Arab ditinjau dari panjang
pendeknya bunyi bahasa, atau dalam bahasa Arab dikenal dengan nama mad.
1
Muhammad Ali Al-Khouli,Mu’jam Ilmu Al-Aswat,(Riyadh:Universitas Riyadh. Cet 1,
1982),hlm.112.

3
a. Fonem Vokal Fathah

Kata ‫ الريب‬la> royba dengan ‫ ل==ريب‬la royba. Kedua kata tersebut


memiliki kemiripan bunyi dan jumlah bunyinya sama (empat bunyi).
Perbedaan kedua kata tersebut terletak pada aspek panjang pendeknya bunyi
yang tentunya mempengaruhi terhadap makna yang berbeda. Bunyi la dan la>,
keduanya adalah merupakan fonem. Jika la dalam kata la royba yang berarti
benar-benar ada keraguan, kemudian diganti dengan la> dalam kata la> royba
maka akan menjadi tidak ada keraguan, sehingga hal ini mempengaruhi
terhadap perubahan makna.

b. Fonem Vokal Kashrah

Kata ‫ مس==لم‬muslimin dengan ‫ مس==لمين‬muslimi>n. Kedua kata tersebut


memiliki kemiripan bunyi. Perbedaan kedua kata tersebut terletak pada aspek
panjang pendeknya bunyi yang tentunya mempengaruhi terhadap makna yang
berbeda. Bunyi mi dan mi>, keduanya adalah merupakan fonem. Jika mi
dalam kata muslimin yang berarti seorang muslim, kemudian diganti dengan
mi> dalam kata muslimi>n maka akan menjadi bentuk jamak orang-orang
muslim, sehingga hal ini mempengaruhi terhadap perubahan makna.

c. Fonem Vokal Dhammah

Kata ‫ محب‬muhibun dengan ‫ محب==ون‬muhibu>n. Kedua kata tersebut


memiliki kemiripan bunyi. Perbedaan kedua kata tersebut terletak pada aspek
panjang pendeknya bunyi yang tentunya mempengaruhi terhadap makna yang
berbeda. Bunyi bu dan bu>, keduanya adalah merupakan fonem. Jika bu
dalam kata muhibun yang berarti seorang yang disukai, kemudian diganti
dengan bu> dalam kata muhibu>n maka akan menjadi bentuk jamak
orangorang yang disukai, sehingga hal ini mempengaruhi terhadap perubahan
makna.

Selain beberapa pembagian macam fonem vokal tersebut di atas, ada


pula macam vokal yang dapat berpengaruh terhadap bentuk dan makna kata.

4
Pembagian tersebut yaitu atas dasar tebal tipisnya vokal. Khususnya pada
aspek vokal tipis. Misanya ‫ سرح‬dan ‫ شرح‬yang keduanya tedapat vokal tipis.
Kata yang pertama memiliki arti berjalan, sedangkan kata yang kedua berarti
menjelaskan.

2. Fonem Konsonan Bahasa Arab

Fonem konsonan dalam bahasa Arab dapat dijumpai pada dua kata
yang memiliki kemiripan atau kesamaan dalam bahasa Arab, namun secara
konsonan yang digunakan tidak sama. Tentunya makna pada masing-masing
dua kata tersebut pastilah tidak sama.

Fon adalah bunyi bahasa yang terdiri atas bunyi vokal dan bunyi
konsonan. Simbol atau lambang bunyi bahasa adalah huruf. Dalam Bahasa
Indonesia terdapat 26 huruf dimulai dengan huruf a s.d. huruf z. Fon dapat
dikatakan pula bunyi bahasa (bahasa Inggris: speech sound) atau fon adalah
satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap. Dalam fonologi, bunyi bahasa
diamati sebagai fonem.

Fon merupakan satuan bahasa yang bersifat konkret. Fon itu dapat
didengar dan dapat diucapkan. Karena itu, di samping fon, digunakan juga
istilah bunyi. Kata kain dalam bahasa Indonesia misalnya, merupakan kata
yang mengandung empat fon, yakni (k), (a), (i), dan (n), jika fon-fon itu
diidentifikasi secara analitis.

Perlu diperhatikan bahwa fon berbeda dengan huruf. Fon adalah bunyi,
sedangkan huruf adalah symbol grafis bunyi. Jumlah fon dan jumlah huruf
tidak selalu paralel. Kata senyampang dalam bahasa Indonesia mengandung
tujuh fon, yakni (s), ( ), (n), (a), (m), (p), dan (n). Akan tetapi, kata tersebut
bahwa fon tidak identik dengan bunyi. Memang ada kata yang jumlah fonnya
sama dengan huruf yang terdapat pada kata itu, seperti yang tampak pada kata
itu. Akan tetapi, secara prinsip fon adalah maujud yang berbeda dengan huruf.

5
Alofon, yaitu bagian terkecil dari bahasa yang tidak memiliki fungsi
pembeda, jika diganti maka tidak akan berpengaruh terhadap perubahan
makna. Misalnya nun izhar dengan nun ikhfa, lam mufakham dengan lam
muraqqaq. Sehingga lam mufakham dalam ‫ وهلال‬jika diganti dengan lam
muraqqaq, maka hal ini tidak akan memunculkan perubahan makna.2

B. Jenis-jenis Fonetik Arab

Terdapat tiga jenis pembahasan utama dalam fonetik yang umumnya


dikenal dengan (1) fonetik artikulatoris, (2) fonetik akuistik, dan (3) fonetik
auditoris. Fonetik artikulatoris/ articulatory phonetics atau dalam bahasa Arab
disebut (‫( النطقي األص===وات علم‬adalah studi tentang bagaimana bunyi bahasa
diproduksi oleh alat ucap atau organ wicara manusia. Fonetik akuistik/
acouistic phonetic atau dalam bahasa Arab disebut (‫( الفزيايئ األصوات علم‬adalah
studi tentang sifat fisik bunyi bahasa yang ditransmisikan antara organ wicara
dan organ pendengaran. Adapun fonetik auditoris/ auditory phonetic atau
dalam bahasa Arab disebut dengan (‫( السمعي األص==وات علم‬adalah studi tentang
respon perseptual (perceptual response) atau persepsi bunyi bahasa yang
ditangkap atau diterima oleh indera pendengaran yang diteruskan pada syaraf
dan otak manusia.

Di antara ketiga cabang fonetiktersebut yang paling banyak berkaitan


dengan pembahasan bidang bahasa adalah fonetik artikulatoris dibandingkan
cabang fonetik yang lainnya. Bidang ilmu yang mendukung ketiga kajian
fonetik tersebut berkaitan dengan pemanfaatan uji laboratorium atau tes-tes
tertentu adalah fonetik eksperimen atau fonetik instrumental, yaitu salah satu
cabang ilmu bunyi bahasa yang mengupas kekhususan bunyi bahasa dengan
menggunakan alat-alat atau tes-tes tertentu.3

 Fonetik Artikulatoris
2
Ahmad Sayuti Anshari Nasution,Bunyi Bahasa;Ilm Al-Ashwat Al-‘Arabiyyah,(Jakarta:Amzah,
2010),hlm.2
3
Abdul Chaer,Linguistik Umum,(Jakarta:Rineka Cipta,2007),hlm.43.

6
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis.
Pembahasan dalam fonetik ini antara lain meliputi:

(1) Alat-alat ucap yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa,

(2) Mekanisme arus udara yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa,

(3) Bagaimana bunyi bahasa diproduksi;

(4) Klasifikasi bunyi bahasa yang Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik
organisatau fonetik fisiologis. Pembahasan dalam fonetik ini antara lain meliputi
dihasilkan serta kriteria yang digunakannya;

(5) Silabel,

(6) Unsur-unsur atau ciri-ciri suprasegmental, seperti tekanan, jeda, durasi, dan
nada

(7) Transkripsi dan transliterasi.

Dalam hal deskripsi alat ucap dan fungsinya dalam memproduksi bunyi bahasa,
fonetik artikulatoris banyak bersinggungan dengan bidang ilmu anatomi.

 Fonetik Akustik

Fonetik akustik, yang obyeknya adalah bunyi bahasa ketika merambat di


udara, antara lain membicarakan: (1) gelombang bunyi beserta frekuensi dan
kecepatannya ketika merambat di Sistem Bunyi dan Tulisan Arab udara, (2)
spektrum, (3) tekanan (frekuensi fundamental), dan (4) (amplitudo) intensitas
bunyi, (5) skala desibel, (6) resonansi, dan (7) akustik produksi bunyi, serta
pengukuran akustik tersebut. Kajian fonetik akustik lebih mengarah kepada kajian
fisika daripada kajian linguistik, meskipun linguistik memiliki kepentingan di
dalamnya.4

• Fonetik Auditori

4
Kamal Muhammad Bisyr,al-Aswat al-‘Arabiyah,(Kairo:Maktabah al-Syabab,1991),hlm.148

7
Fonetik auditori meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa diterima oleh
telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat dipahami. Fokus
pembahasannya adalah stuktur dan fungsi alat dengar. Kajian fonetik auditori
lebih berkenaan dengan kajian ilmu kedokteran termasuk di dalamnya bidang
neurologi (Chaer, 2009: 11).Di antara pembahasan pada fonetik auditori adalah
penerimaan dan persepsi tuturan (Crystal,: 125-131). Penerimaan tutur-an
melibatkan bidang ilmu anatomi yang membahas struktur dan fungsi organ
pendengaran dan klasifikasinya. Selain itu fonetik auditoris juga membahas
persepsi tuturan yang melibatkan bidang ilmu psikolinguistik dan neurologi.
Persepsi tuturan menjadi bagian pembahasan proses berbahasa reseptif yang
menjadi fokus pemba-hasan bidang psikolinguistik (Sastra, 2011: 64). Di antara
pembahasan pada persepsi tuturan adalah (1) proses menyimak dan (2)
permasalahan/gangguan menyimak (gangguan persepsi auditif) (Musfiroh, 2017:
146-166), (Sastra, 2011: 93). Selain itu persepsi tuturan juga membahas (1)
pemerolehan bahasa dan (2) pemahaman ujaran (Djardjowidjojo, 2005).

C. Membedakan suara alam dan suara buatan

Suara alam adalah sumber bunyi yang dihasilkan oleh suara-suara


yang ada dialam, baik dikarenakan oleh makhluk hidup seperti tumbuhan dan
hewan, maupun dari langit dan dari dalam bumi. Contoh : bunyi letusan
gunung berapi, bunyi angin gemuruh, bumyi bambu yang bergesekan dan lain-
lain.

Suara buatan adalah suara (bunyi) yang dihasilkan bukan dari sumber
asli sebuah bunyi melainkan dari sumber lain, termasuk dari bunyi yang
ditimbulkan dari pengguna anggota tubuhb manusia. Contoh : bunyi tepuk
tangan, bunyi gitar, bunyi tembakan pistol, bunyi bel dan lain sebagainya.

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Fonem adalah bagian atau kesatuan terkecil dari sistem bunyi bahasa
yang mempunyai fungsi tersendiri sebagai pembeda makna. Untuk
mengidentifikasi suatu fonem dapat dilakukan dengan cara membandingkan
dua satuan bahasa yang memiliki kemiripan bunyi yang tentunya makna yang
terkandung tidak sama. Apabila diganti dengan huruf yang lain maka makna
yang terkandung akan menjadi berubah. Misalnya dalam bahasa Arab
ditemukaan adanya fonem pada kata ‫ كسوف – خسوف‬.

Fon adalah bunyi bahasa yang terdiri atas bunyi vokal dan bunyi
konsonan. Simbol atau lambang bunyi bahasa adalah huruf. Dalam Bahasa
Indonesia terdapat 26 huruf dimulai dengan huruf a s.d. huruf z. Fon dapat
dikatakan pula bunyi bahasa (bahasa Inggris: speech sound) atau fon adalah
satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap. Dalam fonologi, bunyi bahasa
diamati sebagai fonem.

Alofon, yaitu bagian terkecil dari bahasa yang tidak memiliki fungsi
pembeda, jika diganti maka tidak akan berpengaruh terhadap perubahan
makna. Misalnya nun izhar dengan nun ikhfa, lam mufakham dengan lam
muraqqaq. Sehingga lam mufakham dalam ‫ وهلال‬jika diganti dengan lam
muraqqaq, maka hal ini tidak akan memunculkan perubahan makna.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sayuti Anshari Nasution,Bunyi Bahasa;Ilm Al-Ashwat Al-‘Arabiyyah,


Jakarta:Amzah,2010
Abdul Chaer,Linguistik Umum, Jakarta:Rineka Cipta,2007

Kamal Muhammad Bisyr,al-Aswat al-‘Arabiyah, Kairo:Maktabah al-


Syabab,1991,

Muhammad Ali Al-Khouli,Mu’jam Ilmu Al-Aswat,Riyadh:Universitas Riyadh.


Cet 1, 1982

10

Anda mungkin juga menyukai