Makalah
Disusun oleh :
Muhammad Ibnu Faisal (20.11.00175)
M. Sidik Irfanudin ( 20.11.00090)
Muhammad Ali Musoffa (20.11.00221)
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam linguistik ada sebuah kajian ilmu bahasa yang kita kenal
dengan nama fonologi. Fonologi meneliti bunyi-bunyi ujaran suatu bahasa
termasuk pula bunyi suprasegmentalnya. Fonologi adalah bidang linguistik
1
yang mempelajari dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1997), fonologi adalah bidang dalam linguistik yang
menyelidiki bunyi-bunyi bahasa.
“Objek kajian fonetik adalah fon, yaitu bunyi pada umumnya tanpa
memperhatikan apakah bunyi tersebut membedakan makna atau tidak.
Sebaliknya, objek kajian fonemik adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang
membedakan makna kata. Namun, kedua bidang tersebut mempunyai kaitan
yang erat. Misalnya, dalam penentuan sebuah fonem dapat ditempuh dengan
jalan mencari bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip atau terdapat
pertentangan di dalam lingkungan yang sama”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Fonem, Fon dan Alofon Arab?
2. Apa jenis-jenis fonetik Arab?
3. Bagaimana perdebatan konsep fon dalam fonologi Arab?
4. Bagaimana cara membedakan suara alam dan suara buatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Fonem, Fon, dan Alofon Arab
2. Untuk mengetahui jenis-jenis fonetik Arab
3. Untuk mengetahui perdebatan konsep fon dalam fonologi Arab
4. Untuk mengetahui cara membedakan suara alam dan suara buatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Fonem adalah bagian atau kesatuan terkecil dari sistem bunyi bahasa
yang mempunyai fungsi tersendiri sebagai pembeda makna. Untuk
mengidentifikasi suatu fonem dapat dilakukan dengan cara membandingkan
dua satuan bahasa yang memiliki kemiripan bunyi yang tentunya makna yang
terkandung tidak sama. Apabila diganti dengan huruf yang lain maka makna
yang terkandung akan menjadi berubah. Misalnya dalam bahasa Arab
ditemukaan adanya fonem pada kata كس==وف – خس==وف. Kedua kata tersebut
memiliki kemiripan bunyi dan jumlah bunyinya sama (empat bunyi).
Perbedaan huruf terletak pada dua huruf yang tentunya mempengaruhi
terhadap makna yang berbeda. Huruf n dan b, keduanya adalam merupakan
fonem. Jika n dalam kata nasi dan kemudian diganti dengan b maka akan 5
menjadi basi, sehingga hal ini akan mempengaruhi terhadap perubahan
makna.1
3
a. Fonem Vokal Fathah
4
Pembagian tersebut yaitu atas dasar tebal tipisnya vokal. Khususnya pada
aspek vokal tipis. Misanya سرحdan شرحyang keduanya tedapat vokal tipis.
Kata yang pertama memiliki arti berjalan, sedangkan kata yang kedua berarti
menjelaskan.
Fonem konsonan dalam bahasa Arab dapat dijumpai pada dua kata
yang memiliki kemiripan atau kesamaan dalam bahasa Arab, namun secara
konsonan yang digunakan tidak sama. Tentunya makna pada masing-masing
dua kata tersebut pastilah tidak sama.
Fon adalah bunyi bahasa yang terdiri atas bunyi vokal dan bunyi
konsonan. Simbol atau lambang bunyi bahasa adalah huruf. Dalam Bahasa
Indonesia terdapat 26 huruf dimulai dengan huruf a s.d. huruf z. Fon dapat
dikatakan pula bunyi bahasa (bahasa Inggris: speech sound) atau fon adalah
satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap. Dalam fonologi, bunyi bahasa
diamati sebagai fonem.
Fon merupakan satuan bahasa yang bersifat konkret. Fon itu dapat
didengar dan dapat diucapkan. Karena itu, di samping fon, digunakan juga
istilah bunyi. Kata kain dalam bahasa Indonesia misalnya, merupakan kata
yang mengandung empat fon, yakni (k), (a), (i), dan (n), jika fon-fon itu
diidentifikasi secara analitis.
Perlu diperhatikan bahwa fon berbeda dengan huruf. Fon adalah bunyi,
sedangkan huruf adalah symbol grafis bunyi. Jumlah fon dan jumlah huruf
tidak selalu paralel. Kata senyampang dalam bahasa Indonesia mengandung
tujuh fon, yakni (s), ( ), (n), (a), (m), (p), dan (n). Akan tetapi, kata tersebut
bahwa fon tidak identik dengan bunyi. Memang ada kata yang jumlah fonnya
sama dengan huruf yang terdapat pada kata itu, seperti yang tampak pada kata
itu. Akan tetapi, secara prinsip fon adalah maujud yang berbeda dengan huruf.
5
Alofon, yaitu bagian terkecil dari bahasa yang tidak memiliki fungsi
pembeda, jika diganti maka tidak akan berpengaruh terhadap perubahan
makna. Misalnya nun izhar dengan nun ikhfa, lam mufakham dengan lam
muraqqaq. Sehingga lam mufakham dalam وهلالjika diganti dengan lam
muraqqaq, maka hal ini tidak akan memunculkan perubahan makna.2
Fonetik Artikulatoris
2
Ahmad Sayuti Anshari Nasution,Bunyi Bahasa;Ilm Al-Ashwat Al-‘Arabiyyah,(Jakarta:Amzah,
2010),hlm.2
3
Abdul Chaer,Linguistik Umum,(Jakarta:Rineka Cipta,2007),hlm.43.
6
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis.
Pembahasan dalam fonetik ini antara lain meliputi:
(2) Mekanisme arus udara yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa,
(4) Klasifikasi bunyi bahasa yang Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik
organisatau fonetik fisiologis. Pembahasan dalam fonetik ini antara lain meliputi
dihasilkan serta kriteria yang digunakannya;
(5) Silabel,
(6) Unsur-unsur atau ciri-ciri suprasegmental, seperti tekanan, jeda, durasi, dan
nada
Dalam hal deskripsi alat ucap dan fungsinya dalam memproduksi bunyi bahasa,
fonetik artikulatoris banyak bersinggungan dengan bidang ilmu anatomi.
Fonetik Akustik
• Fonetik Auditori
4
Kamal Muhammad Bisyr,al-Aswat al-‘Arabiyah,(Kairo:Maktabah al-Syabab,1991),hlm.148
7
Fonetik auditori meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa diterima oleh
telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat dipahami. Fokus
pembahasannya adalah stuktur dan fungsi alat dengar. Kajian fonetik auditori
lebih berkenaan dengan kajian ilmu kedokteran termasuk di dalamnya bidang
neurologi (Chaer, 2009: 11).Di antara pembahasan pada fonetik auditori adalah
penerimaan dan persepsi tuturan (Crystal,: 125-131). Penerimaan tutur-an
melibatkan bidang ilmu anatomi yang membahas struktur dan fungsi organ
pendengaran dan klasifikasinya. Selain itu fonetik auditoris juga membahas
persepsi tuturan yang melibatkan bidang ilmu psikolinguistik dan neurologi.
Persepsi tuturan menjadi bagian pembahasan proses berbahasa reseptif yang
menjadi fokus pemba-hasan bidang psikolinguistik (Sastra, 2011: 64). Di antara
pembahasan pada persepsi tuturan adalah (1) proses menyimak dan (2)
permasalahan/gangguan menyimak (gangguan persepsi auditif) (Musfiroh, 2017:
146-166), (Sastra, 2011: 93). Selain itu persepsi tuturan juga membahas (1)
pemerolehan bahasa dan (2) pemahaman ujaran (Djardjowidjojo, 2005).
Suara buatan adalah suara (bunyi) yang dihasilkan bukan dari sumber
asli sebuah bunyi melainkan dari sumber lain, termasuk dari bunyi yang
ditimbulkan dari pengguna anggota tubuhb manusia. Contoh : bunyi tepuk
tangan, bunyi gitar, bunyi tembakan pistol, bunyi bel dan lain sebagainya.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fonem adalah bagian atau kesatuan terkecil dari sistem bunyi bahasa
yang mempunyai fungsi tersendiri sebagai pembeda makna. Untuk
mengidentifikasi suatu fonem dapat dilakukan dengan cara membandingkan
dua satuan bahasa yang memiliki kemiripan bunyi yang tentunya makna yang
terkandung tidak sama. Apabila diganti dengan huruf yang lain maka makna
yang terkandung akan menjadi berubah. Misalnya dalam bahasa Arab
ditemukaan adanya fonem pada kata كسوف – خسوف.
Fon adalah bunyi bahasa yang terdiri atas bunyi vokal dan bunyi
konsonan. Simbol atau lambang bunyi bahasa adalah huruf. Dalam Bahasa
Indonesia terdapat 26 huruf dimulai dengan huruf a s.d. huruf z. Fon dapat
dikatakan pula bunyi bahasa (bahasa Inggris: speech sound) atau fon adalah
satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap. Dalam fonologi, bunyi bahasa
diamati sebagai fonem.
Alofon, yaitu bagian terkecil dari bahasa yang tidak memiliki fungsi
pembeda, jika diganti maka tidak akan berpengaruh terhadap perubahan
makna. Misalnya nun izhar dengan nun ikhfa, lam mufakham dengan lam
muraqqaq. Sehingga lam mufakham dalam وهلالjika diganti dengan lam
muraqqaq, maka hal ini tidak akan memunculkan perubahan makna.
9
DAFTAR PUSTAKA
10