Lahir Wafat
1309 M 1360 M
1) Qatr al-Nada wa Ballu al-Sada 12) Mughni al-Labib ‘An Kutub al-A’arib
2) Syarh Qatr al-nada wa Ballu al-Sada 13) al-Raudat al-Adabiyyah Fi Syawahidi Ulum al-Arabiyyah
3) Syuzur al-Zahab Ila Ma’rifati Kalam al-Arab 14) Sebuah risalah tentang beberapa masalah Nahwu
4) Syarh Syuzur al-Zahab Ila Ma’rifati Kalam al-Arab 15) Risalah tentang penggunaan al-Munada Fi Tis’i Ayat Min al-
Qur’an
5) al-I’rab ‘An Qawaid al-I’rab
16) Mas’alatu I’tirad al-Syart Ala al-Syart
6) Muqid al-Azhan wa Muqiz al-Wizan
17) Fawj al-Syaza Fi Mas’alat Kaza
7) al-Alghar
18) Syarh Qasidati al-Lagziyah Fi Masa’il al-Nahwiyah
8) Awdah al-Masalik Ila Alfiyat Ibn Malik
19) Syarh Banat Su’ad
9) Syarh al-Tashil Li Ibn Malik
20) Syawarid al-Milan wa Mawarid al-Minah
10) al-Jami’ al-Kabir
21) Mukhtasar al-Intisaf Min al-Kasysyaf
11) al-Jami’ al-Saghir
Sikap dominan yang paling tampak dari beliau dalam hal Kendati demikian, bukan berarti Ibn Hisyam mengabaikan
ini yaitu lebih mengutamakan mengambil pola penggunaan qiyas (analogi). Ia menjadikan qiyas sebagai
perubahan kata berdasarkan sima’ (pendengaran); yang patokan utama dalam menentukan benar salahnya suatu
menurut Imam as-Suyuti merupakan ungkapan yang nash atau teks. Sedangkan sima’ lebih sering digunakan
dipercayai kefasihannya, yakni mencakup firman Allah, dalam memberikan penilaian terhadap kebenaran suatu
sabda Nabi, dan ungkapan-ungkapan orang Arab, ungkapan.
daripada berdasarkan qiyas (analogi) dalam menetapkan
Adapun yang dijadikannya sebagai patokan sima’ yaitu al-
kaidah Nahwu dan Sharraf.
Qur’an, hadits Nabi, dan ungkapan orang-orang Arab
Sikap Ibn Hisyam tersebut dapat dilihat dengan tingginya yang fasih, baik berupa syair maupun prosa. Dari ketiga
frekuensi istisyhad (pembuktian) perihal apa yang sumber sima’ tersebut, Ibn Hisyam menjadikan al-Qur’an
dikatakannya dengan ayat-ayat al-Qur’an, hadits-hadits sebagai sumber utama pengambilan contoh-contoh
Nabi, serta syair dan prosa orang-orang Arab. ungkapan, di antaranya menjadikan qira’at-qira’at sebagai
hujjah.
Ibn Hisyam tidak condong pada mazhab tertentu. Selain menggabungkan dan memilah milih berbagai
Terkadang ia menyebutkan pendapat semua mazhab lalu pendapat jumhûr ulama, Ibn Hisyam sangatlah lihai dan
diambil yang paling râjih menurut mayoritas ulama, cermat dalam membuat pembagian (taqsîmât), yang tidak
namun terkadang ia juga menggabungkan dua pendapat banyak dilakukan oleh ulama-ulama sebelum ataupun
sekaligus (talfîq) dalam satu permasalahan. Terkadang ia sesudahnya. Selain itu, dalam kitab-kitabnya, Ibn Hisyam
condong ke Bashrah, dan terkadang ia berpaling ke memberikan sebuah permasalahan yang mungkin tidak
Kufah. Dan ada kalanya pula ia meruntuhkan suatu ditemukan selain dalam kitabnya, dan inilah yang
pendapat dengan dalil yang dibuatnya. menjadikan karyanya selalu dipakai oleh umat muslim
sampai saat ini.
Di samping dukungan dan penolakannya terhadap
sejumlah pandangan aliran Bashrah dan Kufah seperti
dalam permasalahan I’rab, Ibn Hisyam juga memilih
pandangan-pandangan aliran Baghdad dan Andalus,
serta sering menolak pandangan-pandangan yang dianut
oleh az-Zamakhsyari.
Ini bukan berarti Ibn Hisyam tidak konsisten. Sebab bahwasanya perbedaan dalam
mazhab Nahwu tidak begitu krusial dibanding Fikih. Dan ulama mutaakhirin biasanya
menggunakan metode seperti ini dalam berbagai karyanya. Namun di antara
deretan ulama, Ibn Hisyam lah yang paling menonjol dalam hal demikian.