DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7A
IX G
TERAKREDITASI”A”
Alamat : jalan raya tinggarjaya no. 1051 Jatilawang-jawa tengah kode pos 53174
Website : www.mtsmaarifjatilawang.freiz.com Email : mtsmanu jtl@yahoo.co.id
Teip. (0281) 6848577-7617565
DAFTAR ISI
PENGESAHAN ..............................................................................................................
MOTTO ...........................................................................................................................
PERSEMBAHAN ...........................................................................................................
BAB I Pendahuluan
BAB II penutup
A. Kesimpulan .........................................................................................................
B. Saran ....................................................................................................................
C. 1. Untuk Mts Ma’arif Nu 1 Jatilawang ...............................................................
2. Untuk siswa siswi Mts Ma’arif Nu 1 Jatilawang ..........................................
3. Untuk masyarakat sekitar ...............................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................................
Dalam rangka memenuhi tugas dan syarat Ujian Nasional (UN) di MTS Ma’arif NU 1
jatilawang melalui program ziarah wali sanga yang dilaksanakan pada tanggal 18 Desember
2017 - 21 Desember 2017 ,yang diwujudkan dalam bentuk ziarah dan ujian takhasus
1. Yang terhomat Bapak Hanif Fauzi, S.Ag.MPd.I. selaku kepada MTs Ma’arif NU
1 jatilawang.
2. Ibu Dra. Sri Suharyatiningsih, selaku guru Bahasa Indonesia sekaligus sebagai
guru pembimbing.
3. Ibu Nuariyah FJ,SAg. Selaku wali kelas IX G.
4. Bapak / Ibu guru dan staf Karyawan yang telah mendukung kami.
5. Wali murid yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan tugas ini .
6. Teman – teman yang telah membantu dalam membuat karya tulis ini dan adik-
adik kelas .
Karya tulis ini disusun dangan maksud dan tujuan memberitahukan kepada pembaca
tentang sejarah Sunan Bonang di TUBAN, JAWA TIMUR.
Demikian semoga karya tulis ini dapat diterima oleh para pembaca baik dari teman-
teman ataupun guru pengajar, semoga bisa bermanfaat bagi semuanya serta dapat menambah
pengetahuan
Jatilawang, 9 januari
2017
Penyusun
PENGESAHAN
Hari :..........................................................................................................................
Tanggal :...........................................................................................................................
Kelas : IX (Sembilan)
Nama :Giharto
Nama :Gunawan
Pesan :Janganlah durhaka kepada ibu karena surga di telapak kaki ibu
Nama :Joko ihtiarso
Pesan :Berakit rakit ke hulu, berrenang renang ketepian bersakit sakit dahulu bersenang
senang kemusian
Pesan :mengiapkan generasi saat ini untuk generasi yang akan akan datang
Nama :Tegar AN
Alamat :Karanglewas
Nama :Zaenurrohman
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
1. Tujuan penulisan laporan
Untuk menyampaikan kepada pembaca tentang sejarah sunan bonang serta
melatih kita dalam membuat sebuah karya tulis.
2. Tujuan ziarah
Untuk mengetahui letak maqom para waliyullah dan kita bisa berdoa kepada
Allah SWT, agar arwah para walliyulah senantiasa diterima oleh Allah SWT.dan
kita semua berkar dari para walliyulah, semoga atas berkah ziarah ke maqomnya,
kita di berikan kemudahan dalam mengerjakan soal-soal Ujian Nasional (UN)
nantinya. Amin.
D. Tempat
Karya tulis ini tentang “ sunan bonang “ tuban, jawa timur
E. Sumber dana
Karena kami anak sekolah ,dana yang kami gunakan untuk membuat karya
tulis ini di peroleh dari iuran kelompok kami
B. Sejarah sununa bonang, Tuban, jawa timur
Pengertian walisongo
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada
abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-
Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di
Jawa Barat.
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan,
yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat
lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata
tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata
sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah
yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404
Masehi (808 Hijriah). Para Walisongo adalah pembaharu masyarakat pada masanya.
Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat
Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian,
kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.
Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang
dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:
Sunan Bonang itu nama aslinya adalah Syekh Maulana Makdum Ibrahim. Putera
Sunan Ampel dan Dewi Condrowati yang sering disebut Nyai Ageng Manila.
Ada yang mengatakan Dewi Condrowati itu adalah puteri Prabu Kertabumi. Dengan
demikian Raden Makdum adalah seorang Pangeran Majapahit karena ibunya adalah puteri
Raja Majapahit dan ayahnya menantu Raja Majapahit.
Sebagai seorang wali yang disegani dan dianggap Mufti atau pemimpin agama se
tanah jawa, tentu saja Sunan Ampel mempunyai ilmu yang sangat tinggi. Sejak kecil Raden
Makdum Ibrahim sudah diberi pelajaran agama Islam secara tekun dan disiplin.
Sunan Bonang
Sumber: https://www.google.com/
Sudah bukan rahasia bahwa latihan atau riadha para wali itu lebih berat daripada
orang awam. Raden Makdum Ibrahim adalah calon wali yang besar, maka Sunan Ampel
sejak dini juga mempersiapkan sebaik mungkin.
Disebutkan dari berbagai literatur bahwa Raden Makdum Ibrahim dan Raden Paku
sewaktu masih remaja meneruskan pelajaran agama Islam ke tanah seberang yaitu negeri
Pasai. Keduanya menambah pengetahuan kepada Syekh Awwalul Islam atau ayah kandung
dari Sunan Giri, juga belajar kepada para ulama besar yang banyak menetap di Negeri Pasai.
Seperti ulama tasawuf yang berasal dari bagdad, Mesir, Arab dan Parsi atau Iran.
Sesudah belajar di negeri Pasai Raden Makdum Ibrahim dan Raden Paku pulang ke
jawa. Raden paku kembali ke Gresik, mendirikan pesantren di Giri sehingga terkenal sebagai
Sunan Giri.
Lebih-lebih bila Raden Makdum Ibrahim sendiri yang membunyikan alat musik itu,
beliau adalah seorang wali yang mempunyai cita rasa seni yang tinggi, sehingga apabila
beliau bunyikan pengaruhnya sangat hebat bagi pendengarnya.
Setiap Raden Makdum Ibrahim membunyikan Bonang pasti banyak penduduk yang
datang ingin mendengarnya. Dan tidak sedikit dari mereka yang ingin belajar membunyikan
Bonang sekaligus melagukan tembang-tembang ciptaan Raden Makdum Ibrahim. Begitulah
siasat Raden Makdum Ibrahim yang dijalankan penuh kesabaran. Setelah rakyat berhasil
direbut simpatinya tinggal mengisikan saja ajaran agama Islam kepada mereka.
Beliau juga menciptakan karya sastra yang disebut Suluk. Hingga sekarang karya
sastra Sunan Bonang itu dianggap sebagai karya sastra yang sangat hebat, penuh keindahan
dan makna kehidupan beragama. Suluk Sunan Bonang disimpan rapi di perpustakaan
Universitas Leiden, Belanda.
Suluk berasal dari bahasa Arab "Salakattariiqa" artinya menempuh jalan (tasawuf)
atau tarikat. Ilmunya sering disebut Ilmu Suluk. Ajaran yang biasanya disampaikan dengan
sekar atau tembang disebut Suluk, sedangkan bila diungkapkan secara biasa dalam bentuk
prosa disebut wirid.
Sunan Bonang sering berdakwah keliling hingga usia lanjut. Beliau meninggal dunia
pada saat berdakwah di Pulau Bawean.
Berita segera disebarkan ke seluruh tanah jawa. Para murid berdatangan dari segala
penjuru untuk berduka cita dan memberikan penghormatan yang terakhir.
Pada malam harinya, orang-orang Madura dan Surabaya menggunakan ilmu sirep
untuk membikin ngantuk orang-orang Bawean dan Tuban. Lalu mengangkut jenasah Sunan
Bonang kedalam kapal dan hendak dibawa ke Surabaya. Karena tindakannya tergesa-gesa
kain kafan jenasah tertinggal satu.
Kapal layar segera bergerak ke arah Surabaya, tetapi ketika berada diperairan Tuban
tiba-tiba kapal yang dipergunakan tidak bisa bergerak akhirnya jenasah Sunan Bonang
dimakamkan di Tuban yaitu sebelah barat Mesjid Jami’ Tuban.
Sementara kain kafannya yang ditinggal di Bawean ternyata juga ada jenasahnya.
Orang-orang Bawean pun menguburkannya dengan penuh khidmat.
Dengan demikian ada dua jenasah Sunan Bonang, inilah karomah atau kelebihan yang
diberikan Allah kepada beliau. Dengan demikian tak ada permusuhan diantara murid-
muridnya.
Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M. Makam yang dianggap asli adalah yang
berada dikota Tuban sehingga sampai sekarang makam itu banyak yang diziarahi orang dari
segala penjuru tanah air.
Demikianlah Asal Usul Sunan Bonang yang perlu anda ketahui, semoga bermanfaat
MISTERI WAFATNYA SUNAN BONANG
Kisahnya.
Sunan Bonang sering berdakwah keliling hingga usia lanjut. Beliau meninggal dunia
pada saat berdakwah di Pulau Bawean.
Berita meninggalnya Sunan Bonang ini segera tersebar ke seluruh tanah jawa. Para murid
berdatangan dari segala penjuru untuk berduka cita dan memberikan penghormatan terakhir.
Dalam hal memberikan kain kafanpun mereka tak mau kalah begitu saja. Jenazah
yang sudah dibungkus kain kafan milik orang Bawean masih ditambah lagi dengan kain
kafan dari Surabaya.
Pada malam harinya, orang-orang Madura dan Surabaya menggunakan ilmu sirep
untuk membuat ngantuk orang-orang Bawean dan Tuban. Lalu mengangkat jenazah Sunan
Bonang ke dalam kapal dan hendak dibawa ke Surabaya. Karena tindakan mereka tergesa-
gesa, kain kafan jenazah itu tertinggal satu.
Kapal layarpun segera bergerak ke arah Surabaya. Akan tetapi ketika berada di perairan
Tuban, tiba-tiba saja kapal yang digunakan untuk mengangkut jenazah Sunan Bonang tidak
bisa bergerak, sehingga terpaksa jenazah Sunan Bonang dimakamkam di Tuban yaitu di
sebelah barat Masjid Jami Tuban.
Sementara itu, kain kafan yang tertinggal di Pulau Bawean ternyata juga ada jenazahnya.
Orang-orang Bawean pun menguburkannya dengan penuh khidmat.
Makam yang dianggap asli adalah yang berada di kota Tuban sehingga sampai sekarang pun
makam itu banyak diziarahi orang dari segala penjuru tanah air.
Sungguh karomah yang sangat luar biasa. Jenazah diperebutkan orang banyak, makam pun
banyak peziarahnya.
Meski sudah meninggal, namun jasa beliau tetap akan terkenang insya Alloh sepanjang
zaman
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa walisong
banyak berperan dalam proses islamisasi di nusantara, khususnya di pulau jawa.
Gerakan yang kultural serta serta sikapnya yang mampu membaur dengan masyarakat
dan mengakulturasiakan antara budaya pribumi dengan ajaran dan syariat islam
membuat kiprah dakwah mereka berhasil . Metode dakwah walisongo secara umum
bersifat kultural di pandang sangat cocok dengan kondidi masyarakat saat itu.
Sebagian besar masyarakat pribumi pada saat itumasih menganut ajaran hindu buda
yang juga sebagai ajaran resmi dianut kerajaan majapahit.
Dari ospek politas, banyak sekali peran wali songo,dalam pembentukan kerajaan
kerajaan islam di nusantara, Khususnya di pulau jawa. Diantaranya, pada masa
kekuasaan Demak, wali songo berperan sebagai ulama yang menyebarkan agama
islam, pembina masyarakat dalam bidang sosial dan agama, serta sebagai penasehat
raja. Runtuhnya kerajaan majapahit, serta berdirinya kerajaan Demak, pajang, dan
Mataram, wali songo memiliki hubungan yang mendalam dengan keempatnya.
Meskiput mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain
mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru
murid. Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan
abad 16 daerah penyebaran utamanya yaitu surabaya, gresik, lamongan Jawa Timur,
Demak – Kudus-Muria- di Jawa Tengah, serta Banten, Sunda Kelapa dan Cirebon
Jawa Barat.
B. Saran-saran
2. Untuk siswa
Kepada seluruh siswa kelas IX patuhi peraturan yang berlaku sehingga
kegiatan berjalan lancar dan para guru pendamping maupun penguji tidak
kewalahan.
3. Untuk masyarakat
Pentingnya pelestarian maka para wali khususnya umumnya ditempuh oleh
para ulama zaman dahulu dalam menyebarkan syiar islam.
Daftar pustaka
1. Meinsma, J .J., 1903. Serat Badat tanah jawi, Wiwit Saking nabi Adam Dumugi ing
Tahun 1647. S’Gravenhage.
2. Mahomedans adalah istilah sebutan Raflles untuk penganut agama Islam. Lihat artikel
Muhammad untuk keterangan lebih lanjut.
3. Raffles, Sir Thomas Stamford, F.R.S., 1830. The history of java, from the earliest
Traditional till the establisment of Mehomedanism. Publised by John Murray,
Albemarle Steet. Vol II, 2nd Ed, Chap X, page 122.
4. Moqutte, J.P., 1912. “De oudste Mohammedansche incriptie op Java And Madukara
De Graafsteen Te Leran”.
5. Hasyim, Umar, 1981. Riwayat Maulana Malik Ibrahim. Menara Kudus.
6. Al- Murtadho, H. Sayid Husein, dan KH Abdullah Zaky Al-Kaaf, Drs. Maman Abd.
Djaliel 1999. Keteladanan Dan Perjuangan Wali Songo Dalam Menyiarkan Islam
Ditanah Jawa. CV Pustaka Setia, Bandung.
7. http://kisahislamiah.blogspot.co.id/2011/11/misteri-2-jenazah-sunan-bonang.html
8. http://www.afdhalilahi.com/2015/12/sejarah-dan-arti-nama-walisongo.html
9. https://id.wikipedia.org/wiki/Walisongo