47
48
1. Abdullah, lahir pada tahun 724 H dan meninggal dunia tahun 756
H, ia adalah anak yang sangat cerdas dan memiliki daya ingat
yang cukup kuat. Konon pada usia kurang lebih sembilan tahun,
ia sudah sanggup hafal surat al-A’raf hanya dalam tempo dua
hari. Ia juga mengajar di Madrasah Shadriyah sesudah ayahnya.
Banyak orang termasuk gurunya dibuat kagum oleh
kecerdasannya. Keberaniannya sungguh luar biasa dalam
memerangi perbuatan-perbuatan yang dianggap bid’ah.
2. Ibrahim. Lahir pada tahun 726 H dan meninggal dunia tahun 767
H, seperti kakaknya, Ibrahim juga sangat cerdas. Ia menguasai
berbagai bidang ilmu, terutama ilmu nahwu dan ilmu fiqh. Ia
berguru pada ayahnya dan ulama-ulama besar lain yang banyak
terdapat di Damaskus. Ia juga mengajar di Madrasah Shadritah
dalam mata pelajaran ilmu nahwu. Bahkan ia sanggup mengulas
kitab Alfiyah Ibnu Malik dengan sempurna. (Hidayatullah dan
Latif. 2005: 124)
b. Perjuangannya Dalam Menuntut Ilmu
Dia memiliki keinginan yang sungguh-sungguh dalam menuntut
ilmu. Tekad luar biasa dalam mengkaji dan menelaah sejak masih muda
belia. Dia memulai perjalanan ilmiahnya pada usia tujuh tahun. Allah
mengkaruniainya bakat melimpah yang ditopang dengan daya akal luas,
pikiran cemerlang, daya hapal mengagumkan, dan energi yang luar
biasa. Karena itu, tidak mengherankan jika dia ikut berpartisipasi aktif
dalam berbagai lingkaran ilmiah para guru (syaikh) dengan semangat
keras dan jiwa energis untuk menyembuhkan rasa haus dan memuaskan
obsesinya terhadap ilmu pengetahuan. Sebab itu, dia menimba ilmu dari
setiap ulama spesialis sehingga dia menjadi ahli dalam ilmu-ilmu Islam
dan mempunyai andil besar dalam berbagai disiplin ilmu.(Al-Katani.
2004: 3)
49
c. Guru-Gurunya
Ibnu Qayyim telah berguru pada sejumlah ulama terkenal.
Mereka inilah yang memiliki pengaruh dalam pembentukan pemikiran
dan kematangan ilmiahnya. Inilah nama guru-guru Ibnu Qayyim.
1. Ayahnya Abu Bakr bin Ayyub (Qayyim al-Jauziyah) di mana Ibnu
Qayyim mempelajari ilmu faraid. Ayahnya memiliki ilmu
mendalam tentang faraid.
2. Imam al-Harran, Ismail bin Muhammad al-Farra', guru mazhab
Hanbali di Dimasyq. Ibnu Qayyim belajar padanya ilmu faraid
sebagai kelanjutan dari apa yang diperoleh dari ayahnya dan ilmu
fikih.
3. Syarafuddin bin Taimiyyah, saudara Syaikh al-Islam Ibnu
Taimiyyah. Dia menguasai berbagai disiplin ilmu.
4. Badruddin bin Jama'ah. Dia seorang imam masyhur yang
bermazhab Syafi'i, memiliki beberapa karangan.
5. Ibnu Muflih, seorang imam masyhur yang bermazhab Hanbali. Ibnu
Qayyim berkata tentang dia, "Tak seorang pun di bawah kolong
langit ini yang mengetahui mazhab imam Ahmad selain Ibnu
Muflih."
6. Imam al-Mazi, seorang imam yang bermazhab Syafi'i. Di samping
itu, dia termasuk imam ahli hadits dan penghafal hadits generasi
terakhir.
7. Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyyah Ahmad bin al-Halim bin
Abdussalam an-Numairi. Dia memiliki pengaruh sangat besar
dalam kematangan ilmu Ibnu Qayyim. Ibnu Qayyim menyertainya
selama tujuh belas tahun, sejak dia menginjakkan kakinya di
Dimasyq hingga wafat. Ibnu Qayyim mengikuti dan membela
pendapat Ibnu Taimiyyah dalam beberapa masalah. Hal inilah yang
menyebabkan timbulnya penyiksaan yang menyakitkan dari orang-
orang fanatik dan taklid kepada keduanya, sampai-sampai dia dan
50
ahli dalam bidang tasawuf." Dia berkata juga, "Saya tidak melihat ada
orang yang lebih luas ilmunya dan yang lebih mengetahui makna Al-
Qur'an, Sunnah dan hakekat iman daripada Ibnu Qayyim. Dia tidak
makshum tapi memang saya tidak melihat ada orang yang
menyamainya."
Ibnu Katsir berkata, "Dia mempelajari hadits dan sibuk dengan
ilmu. Dia menguasai berbagai cabang ilmu, utamanya ilmu tafsir, ilmu
Ibnu Hajar berkata, "Dia berhati teguh dan berilmu luas. Dia
menguasai perbedaan pendapat para ulama dan mazhab-mazhab salaf."
As-Suyuthi berkata, "Dia telah mengarang, berdebat, berijtihad
dan menjadi salah satu ulama besar dalam bidang tafsir, hadits, fikih,
ushuluddin, ushul fikih, dan bahasa Arab.
Ibnu Tughri Burdi berkata, "Dia menguasai beberapa cabang
ilmu, di antaranya tafsir, fikih, sastra dan tatabahasa Arab, hadits, ilmu-
51
ilmu ushul dan furu'. Dia telah mendampingi Syaikh Ibnu Taimiyyah
sekembalinya dari Kairo tahun 712 H dan menyerap darinya banyak
ilmu. Karena itu, dia menjadi salah satu tokoh zamannya dan
memberikan manfaat kepada umat manusia. (Al-Katani. 2004: 4)
e. Murid-murid Ibnu Qayyim al-Jauziyah
Manusia mengambil manfaat dari ilmu Ibnu Qayyim. Karena itu, dia
memiliki beberapa murid yang menjadi ulama terkenal. Di antaranya
adalah sebagai berikut.
1. Al-Burhan Ibnu Qayyim. Dia adalah putra Burhanuddin Ibrahim,
seorang ulama nahwu dan fikih yang mempuni. Dia belajar dari
ayahnya. Dia telah berfatwa, mengajar, dan namanya dikenal.
Metodenya sama dengan sang ayah. Dia memiliki keahlian dalam
bidang tatabahasa Arab. Karena itu, dia menulis komentar atas kitab
Alfiyah IbniMalik. Kitab komentar (syarh) itu dia namakan Irsyad
al-Salik ila Halli Alfiyah Ibni Malik.
2. Ibnu Katsir. Dia adalah Ismail 'Imaduddin Abu al-Fida' bin 'Umar
bin Katsir ad- Dimasyqi asy-Syafi'i, seorang imam hafizh yang
terkenal.
3. Ibnu Rajab. Dia adalah Abdurrahman Zainuddin Abu al-Faraj bin
Ahmad bin Abdurrahman yang biasa digelar dengan Rajab al-
Hanbali. Dia memiliki beberapa karangan yang bermanfaat.
4. Syarafuddin Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Dia adalah putra Abdullah
bin Muhammad. Dia sangat brilian. Dia mengambil alih pengajaran
setelah ayahnya wafat di ash- Shadriyah.
5. As-Subki. Dia adalah Ali Abdulkafi bin Ali bin Tammam as-Subki
Taqiyuddin Abu al-Hasan.
6. Adz-Dzahabi. Dia adalah Muhammad bin Ahmad bin 'Usman bin
Qayimaz adz- Dzahabi at-Turkmani asy-Syafi'i. Dia adalah seorang
imam, hafizh yang memiliki banyak karangan dalam hadits dan
Iain-lain.
52
33. Al-Hawi. Ahmad 'Ubaid dalam kata pengantar kitab Rawudah al-
Muhibbin berkata, "Ibnu Hajar al-Asqallani telah menyebutkannnya
dalam kitab Fath al- Bari, juz XI
34. Hukm Tafdhil Ba'd al-Awulad 'ala Ba'd fi al-'Athiyah. Ibnu Qayyim
menyebutkannya dalam kitab Tahdzib as-Sunan.
35. Ad-Da' wa ad-Dawa'. Telah dicetak berkali-kali dan dinamakan
juga dengan al- Jawab al-Kafi liman Sa'ala 'an ad-Dawa'asy-Syafi.
36. Dawa' al-Qalb. 'Abdullah al-Jabburi menyebutkannya dalam Fihris
Maktabat Awuqaf Baghdad (11/369). Ada juga naskah dengan
tulisan tangan oleh al-Jabburi dengan nomor 4732. Kemungkinan
besar naskah ini adalah naskah kitab ad- Da ' wa ad-Dawa'.
Meskipun demikian, lebih baik kita menahan diri dalam mengambil
kesimpulan sebelum membaca transkrip naskah tersebut. Wallahu
a'lam.
37. Rabi'ul-Abrar fi-ashshalah 'ala an-Nabi al-Mukhtar. Al-Baghdadi
menye butkannya dalam kitab Hadiyah al-'Arifin (11/272) setelah
menyebutkan kitab Jala'u al-Afham.
38. Ar-Risalah al-Halabiyahfi ath-Thariqah al-Muhammadiyah. Ini
adalah kumpulan bait-bait syair. Muridnya ash-Shufdi dalam al-
Wafi bi al-Wafiyat (11/272), Ibnu Tughri Burdi dalam al-Manhal
ash-Shafi yang masih dalam bentuk manuskrip (111/62), ad-Dawudi
dalam ath-Thabaqat (IV93) dan Haji Khalifah dalam Kasyf azh-
Zhunun (1/861) menyebutkannya.
39. Ar-Risalah asy-Syafi'iyah fi Ahkam al-Mu'awwidzatain. Muridnya
ash-Shufdi dalam al-Wafi bi al-Wafiyat (11/272) dan Ibnu Tughri
Burdi dalam al-Manhal as- Shafi (111/62) menyebutkannya.
40. Risalah Ibni Qayyim ila Ahad Ikhwanihi. Ditemukan satu
naskahnya dalam kumpulan manuskrip perpustakaan al-
Mahmudiyah di Madinah al-Munawwarah nomor 8/221 majami'
yang terdiri dari beberapa halaman dalam ukuran kecil.
56
SWT untuk dirinya dan apa yang ditetapkan oleh Rosul-Nya tanpa
melakukan penyimpangan, tasybih, dan ta’thil.
anak usia sejak lahir sampai 6 tahun merupakan suatu keharusan. Hal ini
dikatakan oleh Ali RA dalam kitabnya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah:
مروهم طاعة اللة و علموهم الخير: وقال الحسن, علموهم و أدبوهم:قال على رضي اللة عنه
“Imam Ali RA berkata: “ajari dan didiklah anak-anakmu, sedangkan
Hasan berkata: ajaklah mereka untuk taat pada Allah dan ajarilah
mereka tentang kebaikan.” (Al-Jauziyah. 1994 : 188)
فإنه ينشأ عما عوده،ومما حيتاج اليه الطفل غاية اإلحتجاج االعتناء بأمر خلقه
وهلذا جتد، ول ه خترز منه ا غاي ة التخ رز فص حته وال ب د يوم ا،وهيئ ات راس خة
اكثر الناس منحرفة أخالقهم وذلك من قبل الرتبية الىت نشأ عليها
“Hal lain yang sangat dibutuhkan anak adalah akhlak. Karena ia
akan tumbuh dengan perilaku yang sesuai dengan didikan
pengasuhnya sejak kecil. Jika akhlak mulia tidak ditanamkan
pada anak sejak ini, maka akan sulit mendapatkannya ketika
dewasa. Akhlak tersebut akan menjadi sifat dan karakter yang
kuat tertanam didalam dirinya. Oleh karena itu, kita dapati
kebanyakan manusia akhlaknya menyimpang atau berubah karena
pendidikan yang ia dapatkan”. (Al-Jauziyah. 1994:200)
62
، عس ر علي ه مفارقت ه ىف الك رب، فإن ه إذا عل ق بس معه،والب دع ومنلط ق الس وء
حيتاج صاحبه، فتغري العوائد من اصعب األمور،وعز على وليه استنقاذه منه
“seorang anak juga wajib dijauhkan dari hal-hal tak berguna atau
sia-sia, baik nyanyian, perminan-permainan, berbagai bid’ah, dan
ucapan atau pikiran yang buruk dan batil. Karena kalau semuanya
itu sudah melekat, sulit untuk diubah dan dihilangkan ketika
besar.” (Al-Jauziyah. 1994: 210)
ح دثنا نص ر بن علي اجلهض مي ح دثنا ع امر بن ايب ع امر اخلزاز ح دثنا أي وب بن
موس عن أبيه جده أن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم قال ما حنل والد ولدا من
حنل أفضل من أدب حسن
64
“Tidak ada suatu pemberian yang lebih utama yang diberikan oleh
seorang ayah kepada anaknya, kecuali budi pekerti yang baik.” (HR. At-
Tirmizi, hadist nomor 1875)
- Ibnu Majh meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah
Saw. Bersabda:
حدثن العباس بن الوليد الذمشقي حدثنا علي بن عياش حدثنا سعيد بن عمارة
اخربين احلارث بن النعمان مسعت أنس بن مالك حيدث عن رسول اهلل صلى اهلل
عليه وسلم قال أكرموا أوالدكم وأحسنوا أدهبم
“ Didalam Musnad sunan Ibnu Daud tentang hadits Amr bin Syuaib
dari ayahnya dari kakeknya. Rasulullah bersabda: perintahlah anak-
anakmu untuk melaksanakan shalat pada usia 10 tahun dan pisahlah
tempat tidur mereka. Didalam hadits ini terdapat 3 (adab)tatakrama
dalam memerintah anak : 1. Memerintah mereka untuk shalat, 2. Memukul
mereka bila membangkang, dan 3.nmemisah tempat tidur mereka”(HR.
Abu Daud)
Berdasarkan hadist-hadist diatas, dapat disimpulkan bahwa para pendidik,
terutama ayah, ibu, mempunyai tanggungjawab sangat besar dalam
mendidik anak-anak dengan kebaikan dan dasar-dasar moral.
C. Penyebab Terbentuknya Akhlak Terpuji dan Tercela
65
Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa adab dan akhlak bagi anak didik
begitu penting, karena dengan adab dan akhlak yang baiklah sebuah
hubungan orang tua dengan anak dapat terjalin dengan baik dan kondusif,
yang pada gilirannya dapat menciptakan kelancaran komunikasi dan
interaksi yang harmonis bagi keduanya.
Jika pendidikan anak jauh dari pada akidah Islam, lepas dari ajaran
religius atau tidak berhubungan dengan Allah, maka tidak diragukan lagi,
bahwa anak akan tumbuh dewasa diatas dasar kefasikan, penyimpangan,
kesesatan, dan kekafiran. Bahkan ia akan mengikuti nafsu dan bisikan-
68
bisikan setan, sesuai dengan tabiat, fisik, keinginan, dan tuntutan yang
rendah.
Dan jika sifat-sifat kebinatangan dapat mengalahkan dirinya, dengan
sendirinya ia akan mengejar segala kesenangan dan kenikmatan dengan
segala cara dengan jalan haram sekalipun. Ia tidak akan merasa malu
melakukannya, meski hati dan akalnya akan menghalanginya.
Dan jika tabiat anak itu bertipe aktif dan progresif, ia akan sombong
dan takabur dihadapan sesama manusia, menonjolkan kekuasaan dan
kesewenang-wenangannya terhadap orang kecil, dan akan bangga dengan
ucapan dan perbuatannya. Tidak heran jika didalam mencapai semua itu
akan membuat istana diatas tengkorak-tengkorak manusia dan aliran-aliran
daran yang tidak berdosa.
Selanjutnya jika sifat-sifat setan telah menguasai dirinya, ia akan
memecah belah hubungan kasih sayang sesama manusia. Ia akan membuat
dengan meracuni sumur-sumur dan mencemari air, ia akan membuat dosa
dan kejahatan dengan keindahan dan akan menanamkan benih-benih
permusuhan dan kebencian di tengah-tengah umat manusia.
Dengan demikianlah orang-orang tersebut berperilaku menurut
kehenda hawa nafsunya yang buruk, dan bertolak menurut tabiatnya yang
menyimpang. Ia tunduk kepada perintah hawa nafsunya yang membabi
buta dan mempertaruhkan dirinya.
Allah Swt berfirman dalam surat Al-Qashshas:50:
Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada yang lebih sesat selain orang-
orang yang mengikuti hawa nafsunya saja. Orang yang seperti ini
termasuk orang yang paling sesat, ketika disodorkan petunjuk dan jalan
69
seorang muslim, meminta maaf dari orang yang meminta apabila dia tidak
memiliki apa yang dia minta, dan sebagainya dari perkataan yang baik.
Tingkatan ketiga. Kebajikan dengan memberi maaf dan ampunan
kepada orang yang telah berlaku buruk kepada anda, baik dengan
perkataan maupun dengan perbuatan. Dua yang terakhir ini lebih utama
dan lebih baik dari tingkatan berikut.
Tingkatan keempat, pemberi infak itu mengiringi infaknya dengan
perlakuan menyakitkan kepada penerimanya karena dia telah mengotori
kebaikannya tersebut dan dia telah berbuat baik dan jahat (sekaligus).
Kebajikan yang murni walaupun sangat sedikit adalah lebih baik daripada
kebajikan yang dicampuri oleh keburukan walaupun kebajikan itu banya.
Ini merupakan ancaman yang keras terhadap orang yang berinfak yang
menyakiti orang yang diberikan nafkahnya tersebut. Sebagaimana yang
dilakukan oleh orang-orang yang suka mencela, dan bodoh.
Selanjutnya mengenai pendidikan jiwa, yang berimplikasi pada
akhlak islam dan nantinya akan menjadi potensi bagi jiwa manusia, Ibnu
Qayim berpendapat bahwa potensi yang ada pada diri manusia harus
dilatih dan dibiasakan sehingga akan menjadi kebiasaan yang sulit
dihapuskan. Jiwa merupakan sesuatu yag menduduki tempat tertingi
apabila dihubungkan dengan sifat-sifat seorang hamba. Akan tetapi,
dianggap rendah apabila dkaitkan dengan akhlak dan perbutan baik dengan
perbuatan itu karena usahanya maupun karena sudah menjadi tabiatnya,
dan sesungguhnya harga diri itu tergantung bagaimana dia berusaha untuk
menempatkan atas apa yang dia anggap baik, begitu pula sebaliknya.
Pada hakikatnya, jiwa berada pada posisi yang lemah, yang
digambarkan dengan sifat-sifat bodoh dan kegelapan dan cenderung
membawa kepada kejahatan. Agar manusia dapat memperoleh
keberuntungan, jiwa harus diluruskan dengan mendidiknya sesuai akhlak
islam. Salah satu faktor penting yang dapat meluruskan jiwa seseorang
adalah bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu agar terhindar dari
73