al-Amidi dilahirkan dan tumbuh di Bashrah. Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim al-Hasan bin Basyar bin
Yahya al-Amidi. Ia merupakan salah satu tokoh kritik sastra Arab, seorang alim dan faqih dalam bahasa Arab,
ahli sastra, banyak menyusun kitab-kitab kritik syi’ir (puisi) pada khususnya dan memiliki kecenderungan rasa
(dzauq) yang baik terhadap puisi. Di Bashrah, al-Amidi pernah menjadi juru tulis para hakim dari Bani Abd al-
Wahid, mendampingi para masyayikh dan pemuka wilayah; seperti Abu Ishaq al-Zajjaj dan jajarannya.
al-Amidi dikenal sebagai sosok yang memiliki semangat belajar yang tinggi. Sejak usia mudanya, ia memilih
untuk berangkat ke Baghdad demi mendapatkan kesempatan belajar dari para ulama tentang bahasa, nahwu, dan
sastra. Dalam ilmu keagamaan, al-Amidi banyak mengkaji tafsir al-Qur’an dan al-Hadits dari para muffassirin,
sahabat, dan fuqaha’. Ia juga mendalami ilmu-ilmu yang bersifat filsafat (ideologi), seperti ilmu kalam (teologi)
dan ushul al-Fiqh. Keahliannya di bidang bahasa dan puisi juga tidak perlu diragukan lagi, ia memiliki rasa
linguistik dan ketajaman pikiran yang baik sebagai seorang penyair. Adapun pemikirannya di bidang kritik
sastra, terkhusus yang dituangkannya ke dalam kitab al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi
banyak terinspirasi dari pemikiran kritikus sebelumnya, yakni Ibn Salam al-Jumahi, al-Jahizh, Ibn Qutaibah, Ibn
al-Mu’taz, dan Qudamah bin Ja’far.
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
3
Biografi al-Amidi
Kitab-kitab yang disusunnya
معاين شعر البحرتي
املوازنة بني شعر أيب متام والبحرتي يف أن الشاعرين ال تنفق خواطرمها
فعلت وأفعلت اخلاص واملشتك يف معاين الشعر
تفصيل شعر امرئ القيس على اجلاهلني
نثر املنظوم
احلروف يف األصول يف األضداد
الرد على ابن عمر فيما خطاء فيه أيب متام
ديوان شعر
املؤتلف واملختلف يف أمساء الشعراء وكناهم وألقاهبم وأنساهبم
يف شدة حاجة اإلنسان أن يعرف نفسه تبيني غلط قدامة بن جعفر يف كتاب نقد الشعر
Guru-guru al-Amidi
1) al-Hamidz (Abu Musa Muhammad Sulaiman); 2) al-Zajjaj (Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad al-Sirri al-Zajjaj); 3) al-Akhfasy
(Abu al-Hasan Ali bin Sulaiman); 4) Ibn al-Sarraj (Abu Bakar Muhammad bin al-Sirri bin Sahl al-Baghdadi); 5) Ibn Duraid (Abu
Bakar Muhammad bin al-Hasan bin Duraid); dan 6) Niftawayh (Abu Abdillah Ibrahim bin Muhammad bin ‘Urfah bin Sulaiman bin
al-Mughira bin Habib bin al-Muhallab bin Abi Sufra al-Azdi).
Murid-murid al-Amidi
1) Abu al-Hasan Ali bin Dinar;
2) Abd al-Shamad bin Hanisy;
3) Abu Ali (Abd al-Karim bin al-Hasan bin al-Husein bin Hakim al-Sukri).
Wafatnya al-Amidi
al-Amidi wafat di Bashrah. Perihal tahun wafatnya ada beberapa pendapat yang berbeda, al-
Qifthi menyebutkan wafatnya al-Amidi pada tahun 370 Hijriyah; sedangkan al-Suyuthi
menyebut pada tahun 371 Hijriyah.
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
Sekilas pembuka
perihal kitabnya
al-Muwazanah Baina Syi’ri
Abi Tammam wa al-Buhturi
Kitab ini merupakan salah satu kitab kritik terapan paling unggul dan berpengaruh dalam kajian kritik sastra
Arab modern. Kitab ini memiliki peran penting dalam mendeskripsikan kehidupan puitis, arus sastra, dan selera
para kritikus pada paruh pertama abad keempat Hijriyah dan sebelumnya.
Adapun pengantar utama kitab ini adalah perihal perbandingan makna dan metode penyusunan puisi antara Abu
Tammam dan al-Buhturi. Metode yang tampak dalam kitabnya yakni akurasi dan harmonisasi logis dan artistik.
Hal yang menjadi alasan utama penyusunan kitab ini adalah tersebab orang-orang pada masanya terpecah
menjadi dua kelompok, dan mereka berselisih tentang Abu Tammam dan al-Buhturi. Satu kelompok yang begitu
mengunggulkan puisi al-Buhturi, dan kelompok lain yang mengagungkan puisi Abu Tammam. Maka hadirlah
kitab ini sebagai pandangan sekaligus pendekatan ilmiah untuk meredakan perselisihan pendapat kedua
kelompok tersebut.
Langkah kritis yang ia ambil membuatnya lebih konsisten dan terikat pada teks lalu menganalisis dan menilai
perbandingan penyair, meskipun banyak yang mengatakan bahwa al-Amidi memiliki kecenderungan terhadap
puisi-puisi al-Buhturi daripada Abu Tammam. Namun pada hakikatnya telah ia tuturkan dalam pengantar
kitabnya bahwa ia mendasarkan analisisnya pada metode perbandingan yang adil dan seimbang, sebagaimana ia
mengatakan:
ولكنين[ أوازن بني[ قص[يدة وقص[يدة م[ن شعرمه[ا إذا اتفقت[ا يف[ الوزن وإعراب القافي[ة وبني[ معىن،أم[ا أن[ا فلس[ت أفص[ح بتفضي[ل أحدمه[ا عل[ى األخ[ر
إذا أحط[ت علما، مث[ احك[م أن[ت حينئ[ذ إ[ن شئ[ت عل[ى مجل[ة م[ا لك[ل واح[د منهم[ا،[ مث[ أقول أيهم[ا أشع[ر يف[ تل[ك القص[يدة ويف[ ذل[ك املعىن،[ومعىن
.باجليد والرديء
Sekilas tentang
7
Abu Tammam
Nama lengkapnya yaitu Habib bin Aus al-Tha’i. Lahir di Jasim, Syiria pada tahun 190 Hijriyah dari
keluarga yang miskin. Ia adalah seorang penyair Arab suku Tayy dan hidup di masa Abbasiyyah. Ia
melewatkan masa mudanya di Homs, meskipun, menurut satu cerita, Abu Tammam dipekerjakan
selama masa kanak-kanaknya sebagai penjual air di masjid di Kairo. Abu Tammam dikenal karena
keahliannya dalam kesusasteraan sehingga pada abad ke-9 himpunan puisi awalnya dikenal sebagai
Hamasah. Hamasah (bahasa Arab, "desakan") adalah salah satu antologi puisi bahasa Arab yang
paling baik di bidang kesusasteraan yang pernah ditulis. Sebagian besar puisinya berisi tentang
pujian, tercatat ada 157 puisi pujian yang dihimpun ke dalam dua jilid puisi miliknya.
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
Sekilas tentang
8
al-Buhturi
Nama lengkapnya yaitu Abu ‘Ubadah al-Walid bin ‘Ubaidillah al-Buhturi. Ia adalah seorang penyair yang
lahir di Manbij; tepatnya antara Aleppo dan Eufrat, Syiria pada tahun 206 H dan wafat pada 248 H di Manbij.
Saat masih muda, al-Buhturi mengunjungi Abu Tammam di Homs, atas rekomendasinya pihak berwenang di
Ma'arrat an-Nu'man memberikan al-Buhturi pensiun tahunan sebesar 4000 dirham. Kemudian ia pergi ke
Baghdad, di mana ia menulis ayat-ayat yang memuji khalifah al-Mutawakkil dan anggota istananya.
Meskipun sudah lama tinggal di Baghdad, ia mencurahkan sebagian besar puisinya untuk memuji Aleppo,
dan puisi cintanya didedikasikan untuk seorang gadis, Aiwa, dari kota itu. Dengan imajinasinya yang kuat
dalam merepresentasikan sesuatu dan penggunaan kata yang jauh dari kerumitan, ia telah mencapai posisi
tinggi di antara penyair Arab lainnya. Puisi-puisinya merupakan bukti sejarah yang menggambarkan
manifestasi peradaban Abbasiyyah dengan peristiwa politik, sosial, agama, dan kesusastraan.
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
Pemikiran Kritis al-Amidi
Berdasarkan Kitab “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
10
4 pembahasan
Dalam kitab “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
Elaborasi
Kesalahan al- Komparasi Terperinci
Buhturi antara Dua Penyair
Analisis kesalahan makna dalam
puisi al-Buhturi; Hal yang
menjadi kelemahan dalam puisi الوقوف على الديار؛ التسليم على
al-Buhturi yang sepenuhnya الديار؛ تعفية الدهور واألزمان للديار؛
bukanlah suatu kelemahan.
سؤال الديار واستعجامها عن اجلواب؛
الدعاء للديار بالسقيا.
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
11
Plagiarisme puisi
Menurut al-Amidi
al-Amidi memandang sebuah plagiarisme puisi hanya dikhususkan bagi penyair, tanpa melibatkan
masyarakat pada umumnya dalam kebiasaan dan kesehariannya. Seperti yang telah dituturkannya dalam kitab
al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tamam wa al-Buhturi sebagai berikut:
"إ[ن الس[رقة إمن[ا ه[ي يف[ البدي[ع املخرتع الذي خيت[ص ب[ه الشاع[ر ال يف[ املعاين[ املشرتك[ة بني[ الناس اليت[ جاري[ة يف[ عاداهت[م ومس[تعملة يف[ أمثاهلم
“. إنه أخذ من غريه:وحماوراهتم مما ترتفع به الظنة فيه عن الذي يورده أن يقال
Kendatipun dalam suatu bait puisi seorang penyair ada satu lafadz yang dianggap merupakan hasil plagiasi
dari puisi milik penyair lain, bila makna yang dimaksud oleh penyair tersebut tidak sama dengan maksud dari
penyair lainnya, maka hal itu tidak masuk dalam kategori plagiarisme menurut al-Amidi.
Adapun hal-hal yang tidak termasuk dalam ruang lingkup plagiarisme adalah: 1) makna general, kata/lafadz
yang populer, peribahasa umum di kalangan masyarakat; 2) perbedaan maksud dalam dua arti lafadz yang
sama; 3) konvergensi lingkungan dua penyair; 4) adanya persetujuan/konvensi; 5) tradisi puitis; dan 6)
perkataan yang universal.
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
12
Plagiarisme
Dalam puisi Abu Tammam
al-Amidi menuturkan bahwa Abu Tamam banyak menyadur dari beberapa puisi dan interpretasi pemaknaan
penyair lain. Salah satu contohnya adalah syair Abu Tamam sebagai berikut:
al-Amidi melihat bahwa syair Abu Tamam di atas disadur dari perkataan Murar al-Faqasi sebagai berikut:
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
13
Plagiarisme
Dalam puisi al-Buhturi
al-Amidi menuturkan bahwa al-Buhturi melakukan plagiarisme terhadap pemaknaan syair Abu Tammam secara
khusus berdasarkan kutipan dari Abu Dliya’ Basyar bin Yahya al-Katib.
:قال أبو متام
طويت أتاح هلا لسان حقود#وإذا أراد اهلل نشر فضيلة
:فقال البحرتي
إذا أنت مل تدلل عليها حباسد# ولن تستبني الدهر موضع نعمة
:قال أبو متام
مكرمة عن املعىن املعاد#منزهة عن السرق املورى
:وأخذ البحرتي قوله
إذا أنت مل تدلل عليها حباسد# ولن تستبني الدهر موضع نعمة
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
14
Eksplanasi kesalahan Abu Tamam
Analisis kesalahan dalam lafadz dan makna
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
15
Eksplanasi kesalahan Abu Tamam
Metafora (isti’arah) yang tidak indah dalam puisi Abu Tammam
Di antara metafora (isti’arah) tidak indah dalam syair/puisi Abu Tammam yakni sebagai berikut:
Dalam hal ini al-Amidi melihat bahwa Abu Tammam menjadikan masa (waktu) sebagai akal; pikiran dan
menjadikan masa itu berpikir tentang beban mana yang lebih berat. Dan isti’arah ini bisa dikatakan jauh dari
ketepatan dan kebenaran. Adapun yang lebih tepat untuk pemaknaan ini, setelah kalimat حت [ [ [ [ [ [ [[مل[[تم[[ا ل [ [[و مح[ [[لا[ [ [[لدهر
[ ش[ [[طر[ه yaitu menggunakan kalimat ل [ [[تضعضع (untuk melemahkan), atau( أل [ [هن [ ّ[دuntuk mencondongkan pilihan),
atau [ [ن[ [ [ [لناس ص[ [ [ر[وف[ه [ و[[نو[ازل[ه
( أل [ [م اuntuk mengamankan manusia dari masalah dan bencana). Adapun pendapat ini al-
Amidi sandarkan pada pemikiran para pakar ilmu Balaghah.
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
16
Elaborasi kesalahan al-Buhturi
Analisis kesalahan makna dalam puisi al-Buhturi
Salah satu contoh kesalahan makna dalam puisi al-Buhturi, yaitu pada syairnya berikut ini:
وسل دار سعدي إن شفاك سؤاهلا #قف العيس قد أدىن خطاها كالهلا
Menurut al-Amidi, lafadz dalam bait ini sudah baik, namun tidak baik/bagus dalam maknanya. Tersebab al-
Buhturi mengatakan ;أد[[ىن خطاه[[ا ك [ [ال[ [هل[اyang diartikan ‘yang mendekati kesalahannya (kuda) adalah kelelahan’,
dan ini seolah-olah dia tidak berhenti untuk menanyakan rumah agar mengobati lelahnya, melainkan sebagai
beban perjalanan.
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
17
Elaborasi kesalahan al-Buhturi
Hal yang menjadi kelemahan dalam puisi al-Buhturi yang sepenuhnya bukanlah suatu kelemahan
Contoh kelemahan/aib dalam puisi al-Buhturi yang sebenarnya hal itu bukanlah aib, yaitu dalam salah satu
syairnya yang disangkal oleh orang Arab. Adapun syairnya adalah sebagai berikut:
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
18
Komparasi terperinci dua penyair
الوقوف على الديار
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
19
Komparasi terperinci dua penyair
التسليم على الديار
al-Amidi berpendapat bahwa permulaan pada syair ini al-Amidi berpendapat bahwa bait dalam syair ini buruk
kurang bagus, karena Abu Tamam meletakkan tajnis pada karena adanya lafadz ن [ [[عمyang tidak mengandung makna
tiga lafadz, dan akan lebih baik bila tajnis diletakkan pada
yang dibutuhkan, ia hanya berperan sebagai pelengkap.
dua lafadz saja.
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
20
Komparasi terperinci dua penyair
تعفية الدهور واألزمان للديار
Menurut al-Amidi, Isti’arah dalam bait syair ini bagus. Di al-Amidi melihat bahwa bait syair al-Buhturi ini lebih indah
mana dalam syair ini Abu Tamam mendeskripsikan bahwa dia dan puitis dibanding bait syair Abu Tamam sebelumnya. Hal
ingin masa (waktu) merenggut seperempat usia neneknya dan ini ditunjukkan pada pembukaan bait syair yang unik dan
pergi bersamanya. jarang dipakai oleh penyair lain.
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
21
Komparasi terperinci dua penyair
سؤال الديار واستعجامها عن اجلواب
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
22
Komparasi terperinci dua penyair
الدعاء للديار بالسقيا
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
23
Kesimpulan
Berdasarkan pembacaan terhadap kitab “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
al-Amidi melakukan analisis perbandingan terhadap puisi Abu Tamam dan al-
1
Buhturi secara objektif tanpa mempertimbangkan subjektivitas dua penyair tersebut.
2 Dalam term ا[ [ [[لوقوفع[لىا[ [ [[لديار, Abu Tamam dan al-Buhturi sepadan.
"أل [[يب ا[ [ [[لقاس[م ا [ [ [آلمديت[ [ [ [ [[صانيفك[ [[ثري[ة
ك[ [[تاب: م[[نه[ا،مرغوب[ [ [ [ [[يه[ا
ف جيدة 3 Dalam term ا[ [ [ [لتسليم ع[لىا[ [ [[لديار, Abu Tamam lebih puitis daripada al-Buhturi.
ا [ [ [مل[و[ازنة ب[ [ [ [ [[نيش[ [ [ع[[ر أ[يب مت[ [ [ [ [[ام
Dalam term ت[ [ [ [[عفية ا [ [[لده[ور و[ا[ [ [ألزمانل [ [[لديار, al-Buhturi lebih puitis dibanding Abu
و[ا [ [ [لبحرتي." 4
Tamam.
6 Dalam term ل [ [[لديار ب[ [ [ [ا[ [ [[لسقيا ا[ [ [[لدعاء, keduanya pun sebanding dan seimbang.
al-Amidi dan Pemikiran Kritisnya ;dalam Kitabnya “al-Muwazanah Baina Syi’ri Abi Tammam wa al-Buhturi”
That’s all! Thank you!