Anda di halaman 1dari 11

ULUMUL QUR’AN DAN

SEJARAH
PERKEMBANGANNYA
Disusun oleh :
Maldini Faqih (1902056101)
Rizal Aji Arrasid (1902056103)
Pluralisa Fitria Damayanti (1902056110)
M. Firdaus Ulil Albab (1902056122)
 
Pengertian dan Definisi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an
Istilah ulum al-Qur’an , secara etimologi, merupakan gabungan dari dua kata
bahasa Arab: Ulum dan al-Qur’an . kata ulum adalah bentuk jamak dari kata ilmu
yang merupakan bentuk masdar dari kata alima, ya’lamu yang berarti : mengetahui
(Mahmud Yunus: 1990). Dalam kamus al-Muhit kata alima disinonimkan dengan
kata arafa (mengetahui, mengenal). Dengan demikian, kata ilm semakna dengan
ma’rifah yang berarti “pengetahuan”. Sedangkan ulum berarti: sejumlah
pengetahuan.
Adapun kata Qur’an, dari segi isytiqaqnya, terdapat beberapa perbedaan
pandangan dari para ulama. Antara lain, sebagaimana yang diungkapkan oleh
muhammad bin Muhammad Abu Syaibah (1992) dalam kitab Al-Madkhal li Dirasah
al-Qur’an al-Karim, sebagai berikut:
. Qur’an adalah bentuk masdar dari qara’a , dengan demikian, kata Qur’an berarti
“bacaan”. Kemudian kata ini selanjutnya, sebagaimana bagi kitab suci yang
diturunkan oleh Allh swt.
Qur’an adalah kata sifat dari al-qar’u yang bermakna al-jam’u (kumpulan).
Selanjutnya digunakan sebagai nama bagi kitab suci yang diturunkan kepada
nabi Muhammad saw, alasan yang dikemukakan adalah karena Al-
Qur’an terdiri dari sekumpulan surah dan ayat, memuat kisah-kisah perintah
dalam larangan, dan juga karena Al-Qur’an mengumpulkan inti sari dari
kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Pendapat ini, antara lain dikemukakan
oleh imam Syafi’i (W.204.H).
Sementara itu, secara terminology ulum al-Quran didefinisikan oleh para
pakar dibidang ini, dengan sangat beragam. Namun demikian, semua
pengertian yang dimaksud tidak akan dikemukakan dalam tulisan ini. Berikut ini
dikemukakan dua pengertian ulum al- Qur’an.
Ulum al- Qur’an , menurut Manna’ al-Qattan (1973) adalah: “Ilmu yang
mencakup pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an, dari
segi
sebab turunnya, pengumpulan dan urutan-urutannya, pengetahuan tentang ayat-
ayat
makkiyyah dan madaniyyah, nasikh dan mansukh, mahkam dan mutasyabih,
dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan Al-Qur’an.
Selanjutnya, al-Zarqaniy (tanpa tahun) memberikan definisi yang tidak jauh
berbeda dengan al-Qattan, bahwa ulum al- Qur’an adalah: “Beberapa
pembahasan
yang berhubungan dengan Al-Qur’an dari segi turunnya, susunannya,
pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, tafsirnya, kemukjizatan, naskh
dan
mansukhnya, penolakan dari hal-hal yang bisa menimbulkan keraguan
terhadapnya,
dan sebagainya.
. Sejarah Ilmu Al-Qur’an
Sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, ulum al-
Qur’an tidak lahir
sekaligus, melainkan melalui proses pertumbuhan dan
perkembangan. Istilah ulum
al-Qur’an itu sendiri tidak dikenal pada masa awal
pertumbuhan Islam. Istilah ini
baru muncul pada abad ke-3, tapi sebagian ulama
berpandangan bahwa istilah-
istilah ini lahir sebagai ilmu yang berdiri sendiri. .
Ditinjau dari sejarahnya, perhatian terhadap bahasan –bahasan al-Qur’an mulai
tercatat secara rapi sejak era utsman bin Affan ra, yaitu pada beliau menegaskan
peletakan kaidah-kaidah penulisan (rasm) al-Qur’an yang dikenal kan kemudian
dengan istilah Rasm “usmany” gagasan Utsman inilah yeng kemudian
dikembangkan oleh Ali bin Abu Thalib dengan memerintahkan Abu al-Aswad as-
Du’aly (w.69.H)untuk meletakan rambu-rambu gramatik (ilmu nahwu),untuk
digunakan sebagai standar pembacaan atas draft-draft al-Qur’an yang masih polos
(tanpa tanda baca / harokat).Dalam perkembangan selanjutnya, usaha Ali dan Abu
al-Aswad ini secara khusus menjadi disiplin ilmu yang bersifat mandiri bernama
ilmu “ i’rab al-Qur ‘an”
Kemudian,habislah masa khulafa`urrasyidin dan sampailah pada masa Bani
Umayyah.Perhatian pemuka-pemuka sahabat,dan tabiin mereka arahkan kepada
penyebaran ilmu-ilmu Al-Qur`an dengan periwayatan dan penerimaan,bukan
dengan penulisan dan kodifikasi.
Pengkodifikasian Ulumul Qur`an
Kemudian sampailah pada masa pengkodifikasian. Disusunlah kitab-kitab
dalam berbagai jenis ilmu-ilmu Al-Qur`an. Sebelum segala sesuatunya,seluruh
perhatian diarahkan pada bidang tafsir,yang merupakan induk ilmu-ilmu Al-
Qur`an,karena memaparkannya dalam berbagai kesempatan ketika melakukan
penguraian terhadap al Kitab al-Aziz itu. Penulis-penulis awal dalam bidang tafsir
antara lain Syu`bah al-Hajjaj, Sufyan ibnu Uyaimah,dan Waki` ibnu al-Jarrah.
Tafsir mereka mencakup pendapat-pendapat sahabat,dan tabiin. Mereka termasuk
ulama abad ke-2. Setelah mereka,ada Ibn Jarir ath-Thabariy (wafat pada tahun
310 H), yang kitabnya merupakan kitab terbaik dan teragung.
Adapun untuk ilmu – ilmu al Qur’an yang lain, maka termasuk tokohnya
adalah Ali ibn al-Madaniy, guru Imam Bukhori yang menyusun Asbab Nuzul,
Abu Ubaid al-Qasam yang menyusun Nasikh dan Mansukh, dan keduanya
termasuk tokoh abad ketiga hijriah.
Demikian, minat – minat semakin kuat dan perhatian telah sedemikian
merebak, sehingga muncul ilmu – ilmu yang baru untuk al Quran al –
karim. Muncul karya – karya mengenai masing- masing jenisnya., baik
mengenai aqsam, Amtsal al-Quran, Hujaj al-Quran, Badi’ – badi’ al- Quran,
Rasam al- Quran, dan yang sejenisnya.
Oleh karena itu, ulama terdorong untuk menciptakan ilmu baru yang
merupakan sari dari ilmu- ilmu tersebut, yang bagi ilmu – ilmu itu, ia
ibaratnya merupakan indeks ataupun katalognya. Ilmu baru inilah yang kita
sebut “ Ulumul Quran “ dengan makna “ mudawam” (sesuatu yang
terkodifikasi).
Awal munculnya istilah ulumul Quran didasar oleh tokoh Ali ibn
Ibrahim ibn Sai’d yang lebih populer dengan al-Huffy ( wafat tahun
330) yang berjudul Al-Burhan Fi Ulum al-Quran.Buku ini terdiri dari
30 jilid.Namun yang masih ada hingga sekarang hanya 15 jilid, dan
tidak urut,berbentuk manuskrip. Bila demikian, kita dapat mengajukan
awal kemunculan istilah itu sekitar awal abad V H. Abad VII H.
Mendapatkan pengakuan yang tegas dari penulisnya kapan bila beliau
menyusun karya itu yakni tentang kemunculan ilmu baru. Akan tetapi
apaboleh buat juz yang pertama telah hilang. Ternyata sistematika yang
beliau gunakan adalah menyebut ayat al Qur’an menurut urutan
mushaf, kemudian membahas ilmu- ilmu al Qur’an yang terkait dengan
ayat itu, dan masing – masing ilmu diberi judul tersendiri. Setelah itu,
beliau meletakan judul – judul, yaitu Al – Qoul Fi al- I’rab (pendapat
tenatng i’robnya) dan membicarakan ayat itu dari aspek gramatikal dan
etimologisnya.
KESIMPULAN
Dari penjelasaan di atas , dapatlah kita simpulkan, bahwa Ulumul Qur’an
sebagai disiplin yang telah terkodifikasi munculnya pertama kali di tengah al-
Hufiy pada akhir abad IV H dan akhir-akhir abad V H, kemudian berkembang
di pangkuan Ibn al- Jauziy dan as-Sakhawiy serta Abu Syamah pada abad VI
dan VII H. Kemudian ia bertambah luas atas perhatian dari az-Zarkasyi, dan
mencapai puncaknya pada abad IX H. Di bawah ini upaya dari al-Kafiji dan
Jalaluddin al-Bulqiniy. Kemudian ia menajdi matang pada akhir abad IX H,
dan awal abad X H, berkat perhatian pakar bidang ini,penulis kitab at-Tahbir
dan al-Itqan yaitu Imam as-Suyuthiy, semoga Allah SWT. Memberikan
rahmat dan ridho kepadanya , kemudian pada tahun-tahun ini, ia mulai
tumbuh lagi, semoga akan kembali sebagaimana kemunculannya “ ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al –Baqoroh:214)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai