Anda di halaman 1dari 7

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penetapan

Mahar dalam Perkawinan Tunggu Tubang


(Studi Kasus Desa Bukit Kemuning Kecamatan Bukit
Kemuning Lampung Utara)

Primustica Sari (1802016036)


Hukum Keluarga Islam
Latar Belakang
Mahar merupakan suatu yang disyari’atkan sekaligus sebagai hak bagi wanita yang dapat ia
manfaatkan. Ilmu, hafalan al-Qur’an dan keislaman calon suami merupakan mahar yang paling
berharga dan bermanfaat. Di dalam islam disebutkan bahwa dalam memberi mahar tidak harus
besar nominal nya atau tidak menyulitkan calon suami. Para ulama fikih sepakat bahwa
besarnya mahar tidak ada batas maksimalnya.

Akan tetapi dalam tradisi pernikahan suku Semende di Desa Bukit Kemuning, jika
mengawinkan anak Tunggu Tubang (anak perempuan tertua) wajib memberikan mahar yang
telah ditentukan. Karena secara otomatis anak Tunggu Tubang mendapatkan sebuah rumah dan
sebidang sawah atau harta pusaka dari orang tuannya. Oleh karena itu, calon suami juga harus
sanggup menikah secara meriah dan memenuhi mahar nikah yang tidak kecil yaitu sebanyak 20-
30 juta dan seekor kerbau atau sapi. Pemberian mahar yang cukup besar dikarenakan anak
Tunggu Tubang nantinya akan menjaga warisan orang tuanya dan harus bertanggung jawab atas
amanah orangtuanya. Berangkat dari permasalahan tersebut, penulis mengkaji ke dalam hukum
Islam yaitu ‘urf .
Rumusan Masalah

Bagaimana praktik mahar dalam perkawinan tunggu tubang di


01 Desa Bukit Kemuning Kecamatan Bukit Kemuning Lampung
Utara ?

02 Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penetapan mahar


dalam perkawinan tunggu tubang di Desa Bukit Kemuning
Kecamatan Bukit Kemuning Lampung Utara ?
Metode Penelitian

Jenis & Jenis data &


Pendekatan sumber data
• Jenis Penelitian kualitatif
atau penelitian lapangan.
01 02 • Jenis data: Kualitatif.
• Sumber data: bahan
• Pendekatan bersifat
hukum primer sekunder
yuridis-empiris.
dan tersier.

Teknik Teknik
pengumpulan analisis data
data 03 04 Pengumpulan data,
Teknik wawancara, analisis data, interprestasi
observasi, dokumentasi. data, penarikan
kesimpulan.
Ibu Sri

Hasil Penelitian
Praktik mahar dalam perkawinan tunggu tubang di Desa Bukit
Kemuning Kecamatan Bukit Kemuning Lampung Utara

Tradisi suku Semende di Desa Bukit Kemuning ketika menikahkan anak Tunggu Tubang, maka
wajib memberikan mahar yang telah ditentukan oleh kedua pihak. Tunggu Tubang merupakan anak
perempuan tertua yang ada di dalam suatu keluarga. Oleh karena itu, calon suami juga harus sanggup
menikah secara meriah dan memenuhi mahar nikah yang tidak kecil yaitu sebanyak 20-30 juta dan seekor
kerbau atau sapi.
Pemberian mahar dengan nominal yang cukup besar dikhususkan untuk anak Tunggu Tubang saja
dikarenakan anak Tunggu Tubang mempunyai tahta tertinggi di dalam suatu keluarga yang secara
otomatis akan mendapatkan/menjaga harta pusaka dari orang tuanya seperti rumah dan sebidang sawah,
yang demikian memiliki makna tersendiri yakni, rumah dijadikan sebagai tempat berkumpul keluarga
besar, dan sawah dijadikan bahan untuk menjamu keluarga besar yang sedang pulang. Selain itu, anak
Tunggu Tubang berkewajiban seperti menjaga dan mengurus orang tua, menghormati meraje, mematuhi
perintahnya, serta mematahui peraturan adat seperti terus mendiami dusun/desa tempatnya berada.
Praktik Tradisi Mahar Anak Tunggu Tubang di Desa Bukit Kemuning
Perspektif Hukum Islam

Mahar terhadap anak Tunggu Tubang dalam pernikahan adat


Semende di Desa Bukit Kemuning Kecamatan Bukit Kemuning
termasuk kedalam urf, dikarenakan tradisi tersebut sudah ada sejak
Definisi ‘urf dahulu dan terus menerus dilakukan oleh masyarakat Suku
Semende pada umumnya. Dan akhirnya menjadi sebuah kebiasaan
yang tidak dapat ditinggalkan dalam tradisi tersebut. Dan tidak
bertentangan dengan syari’at.
• ‘Urf tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan sunnah
• ‘Urf itu berlaku umum dan merata di kalangan orang-orang yang
Syarat ‘urf berada dalam lingkungan tertentu.
• ‘Urf bernilai maslahat dan dapat diterima oleh akal sehat
• ‘Urf yang dijadikan dasar suatu hukum telah berlaku pada saat
itu, bukan ‘urf yang muncul kemudian
Kesimpulan
Mahar di dalam tradisi suku Semende suku Semende di Desa Bukit Kemuning ketika
menikahkan anak Tunggu Tubang atau anak tertua dalam keluarga, maka wajib memberikan
mahar yang telah ditentukan oleh kedua pihak. Pemberian mahar dengan nominal yang cukup
besar dikhususkan untuk anak Tunggu Tubang saja dikarenakan anak Tunggu Tubang mempunyai
kewajiban yang besar diantaranya menjaga harta pusaka, kewajiban lainya seperti menjaga dan
mengurus orang tua, menghormati meraje. mematuhi perintahnya, dan mematahui peraturan adat
seperti terus mendiami dusun/desa tempatnya berada.

Dilihat dari Perspektif Hukum Islam yakni ‘urf, tradisi yang dilakukan oleh suku semende jika
dikaitkan dengan pembagian ‘urf, termasuk ‘urf amali dikarenakan tradisi ini merupakan
perbuatan yang sudah dilakukan berulang-ulang dan menjadi kebiasaan sejak zaman dahulu
hingga saat ini. Dan juga termasuk ‘urf shahih, walaupun tradisi ini tidak tercatat dalam Al-
Qur’an maupun Hadits, namun dalam pelaksanaannya tidak bertentangan dengan syariat.

Anda mungkin juga menyukai