Anda di halaman 1dari 3

TRADISI ULUR ANTAR DALAM PERKAWINAN ADAT JAMBI MENURUT HUKUM

ISLAM

A. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana proses Ulur antar dilakukan di Desa Tl. Kecimbung?


b. Bagaimana pandangan hukum adat terhadap tradisi Ulur Antar di Desa
Tl.Kecimbung?
c. Bagaimana padndangan hukum islam terhadap dilarangnya melakukan hubungan
suami istri sebelum Ulur Antar di Desa Tl.Kecimbung?

B. METODE PENELITIAN

1. Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang terkait dengan tema penelitian ini, maka
penyusun menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi diadakan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat


fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam
fenomena tersebut. Observasi berate pengamatan yang bertujuan untuk
mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau
sebagai re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya.

b. Wawancara

Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan bertanya


jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dengan berlandaskan kepada
tujuan penyelidikan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang
diperlukan penyusunyang berupa data yang tidak tertulis. Yang menjadi
informan dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat, tokoh agama, pejaat
desa, dan Ketua lembaga adat Desa Tl. Kecimbung. Dengan teknik wawancara
yang dilakukan ini, diharapkan dapat memperoleh data-data yang berkaitan
dengan “ larangan hubungan suami istri sebelim Ulur Antar”.

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah pengumpulan data dengan mencari konsep-konsep,


teori-teori, pendapat atau penemuan yang relevan terkait yang hendak diangkat
oleh penyusun terhadap pokok masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.
Kepustakaan tersebut berupa buku-buku, karya ilmiah para sarjana, laporan
lembaga dan sumber-sumber lainnya.

2. Analisis Data

Untuk menganalisa yang telah terkumpul, maka analisa data yang digunakan
adalah metode kualitatif yang terdiri atas induktif dan deduktif. Metode induktif
yaitu pengambilan kesimpulan yang dimulai dari kesimpulan atau fakta khusus
menuju pada kesimpulan yang bersifat umum. Artinya menganalisa data yang
bersifat khusus kemudian diolah dan menjadi kesimpulan umum, dalam hal ini
melihat praktik larangan hubungan suami istri sebelum Ulur Antar di masyarakat
Desa Tl. Kecimbung yang dikaitkan dengan Hukum Islam. Sedangkan metode
deduktif yaitu metode yang dipakai dengan menarik fakta atau kesimpulan yang
bersifat umum, untuk dijadikan fakta atau kesimpulan yang bersifat khusus.
Artinya menganalisa data yang bersifat umum untuk diambil kesimpulan yang
bersifat khusus terhadap praktik larangan hubungan suami istri sebelum Ulur
Antar di Desa Tl. Kecimbung, Kecamatan Bathin VIII, Kabupaten Sarolangun,
Jambi.

C. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pembahasan tentang larangan hubungan suami istri


sebelum Ulur Antar walaupun akad nikah telah sah menurut Syariat islam yang
terlaksa di Desa Tl. Kecimbung serta menganalisanya, dengan dukungan data-data
yang ada, maka penyusun dapat mengambil kesimpulan terkait pokok permasalahan
yang ada sebagai berikut:

Di dalam hukum Islam setelah akad nikah maka halal baginya untuk melakukan
hubungan suami istri antar keduanya. Akan tetapi dalam Islam juga ada ketentuan
diperbolehkannya mengutamakan pencegahan suatu perkara yang buruk dari pada
mengambil suatu perkara yang baik.
Dalam adat Desa Tl. Kecimbung, bagi setiap perkawinan, sebelum dilakukan Ulur
Antar jawat terimo, dilarang bagi kedua mempelai untuk melakukan hubungan suami
istri walaupun akad nikah sudah terlaksana. Alasan adat melarang hubungan semacam
tersebut, karena ada adat yang diadatkan, yang mana bertujuan tak lain
mengutamakan suatu kemaslahatan demi mencegah keburukan yang akan terjadi di
kemudian hari.
Dalam adat perkawinan Desa Tl. Kecimbung, ulur antar jawat terimo itu sangat
penting dilakukan, karena dipandang memiliki banyak kebaikan dan kemaslahatan,
salah satunya yaitu adanya tunjuk aja tegu sapo atau nasehat perkawinan dari
lembaga adat tuo tengganai nenek mamak atau sesepuh agar keduanya dapat
membina rumah tangga yang baik, tentram, dan sejahtera. Karena setiap orang yang
mendirikan rumah tangga tentu mereka menginginkan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah dan warrahmah.

Berdasarkan pertimbangan diatas, dapat disimpulkan bahwasanya adat larangan


hubungan suami istri sebelum Ulur Antar awat terimo di Desa Tl. Kecimbung tidak
bertentanga dengan hukum Islam dengan pertimbangan nilai-nilai adat dalam
rangka menuju keluarga harmonis dilingkungan adat dimaksud, serta didasarkan
pada qaidah fiqh diatas. Akan tetapi, larangan secara adat ini tidaklah berimplikasi
padaa larangan secara syar’i, karena kedudukannya yang tidak dapat
mengecualikan (mentakhsis) dalil-dalil syar’i yang membolehkan. Disamping itu,
larangan adat ini hanyalah bersifat terbatas berdasarkan kearifan lokal daerah
setempat.

Anda mungkin juga menyukai