DISUSUN OLEH:
OBI ASMIZUL
(11930311008)
JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
SEMESTER 5
KELAS A
UNIVERSITAS SULTAN SYARIF KASIM RIAU
1
TP 2021/2022
menurut ketentuan adat dan hukum yang berlaku pada suatu masyarakat.
Pernikahan hanya berarti persatuan hukum antara satu orang dan satu
wanita sebagai suami dan istri, dan kata “pasangan” hanya mengacu pada
adat arti perkawinan ialah suatu peristiwa yang sangat penting sebab
Dalam hal ini penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi
1
John D. Fletcher, J.D, “Validity of Marriage”, Jurnal Westlaw, menggunakan google
translet, diakses pada tanggal 09 Januari 2019.
2
Suwardi, dkk, Hukum Adat Melayu Riau, Alaf Riau, Pekanbaru, 2011, hlm.44.
2
B. Rumusan Masalah1`
Kampar dilarang ?
Kampar ?
C. Tujuan
Tujuan Penelitian
dilarang.
a) Pengertian Perkawinan
3
yang berlaku pada suatu masyarakat. Arti perkawinan ialah
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi Penelitian
3
Suwardi, dkk, Op.cit, hlm.15 hlm.44.
4
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakrta:2002,hlm.16.
5
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers,
Jakarta,2010,hlm.25
4
tertarik memilih jenis penelitian ini dikarenakan di desa kepau jaya
adat setempat yang terdiri dari beberapa pihak suku yang terkait
a. Ninik Mamak Adat Desa Kepau Jaya yang terdiri dari empat
suku utama yaitu Suku Domo, Suku Sialang, Suku Dayun dan
Kabupaten Kampar.
Kabupaten Kampar.
a. Wawancara
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian , Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 198.
5
kepala adat yang ada di Desa Kepau Jaya Kecamatan Siak Hulu
b. Kajian Kepustakaan
yang diteliti.
c. Analisis Data
6
BAB II
Kampar
suami isteri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat serta
kaedah agama.7
perkawinan itu boleh atau mubah, namun dengan melihat kepada sifatnya
sebagai sunnah Allah dan Sunnah Rasul, tentu tidak mungkin dikatakan
7
Boedi Abdullah, Perkawinan dan perceraian keluarga muslim, Pustaka Setia,
Bandung:2013, hlm. 20.
7
berlangsungnya akad perkawinan itu, maka pergaulan laki-laki menjadi
mubah.8
agama akan tetapi dalam hal perkawinan tidak semua perkawinan dapat
satu hal, yaitu perkawinan itu telah terlepas dari segala hal yang
menghalang.9
seorang laki-laki, ataupun sebaliknya laki-laki mana saja yang tidak boleh
pertalian antara seorang laki-laki dan perempuan atau keadaan pada diri
8
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqh Munakahat Dan
Undang-Undang Perkawinan, Kencana Pranada Media Group, Jakarta: 2006, hlm.43.
9
Wahyuni Malina Harahap, Perkawinan Semarga Dalam Adat Mandailing Di Desa Simanosor
Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam Perspektif Hukum Adat Batak Mandailing, Skripsi, Program
S1 Universitas Riau, Pekanbaru, 2017, hlm.68
10
Ibid. hlm 69
11
Zahry Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan
Indonesia, Binacipta, Yogyakarta;1978, hlm. 5.
8
Di dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
yang :12
keatas;
kemenakan dari isteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih dari
seorang;
berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari
12
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
9
isteri, dan mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain
perkawinan adat yang berbeda antar kelompok satu dengan yang lainnya..
Domo, Sialang, Dayun dan Suku Melayu Bonca duyan. Yang mana suku
tersebut harus menikah dengan suku yang berbeda jika tidak ada hal-hal
Desa Kepau Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar yang memiliki
10
1. Perkawinan sesuku merupakan perkawinan yang dilarang menurut adat
sanak keluarga yang memiki hubungan darah dari keturan ibu karena
karena hubungan ayah antara kedua belah pihak sedarah atau kakak
beradik.
14
Ibid
11
Larangan perkawinan pegiton ialah larangan perkawinan berbeda suku
akibat sumpah larangan yang dilakukan oleh leluhur dua suku bahwa
Suku yang dimaksud ialah suku Dayun dan Suku Melayu Bonca
pelaksanaan perkawinan.16
Mamak Suku Melayu Bonca Duyan di Desa Kepau Jaya Kecamatan Siak
12
kelompok orang tersebut terdapat beberapa suku yaitu suku melayu
bonca duyan dan suku dayun. Suatu ketika di peladangan tersubut ada
sanak saudara. Yang meninggal adalah salah seorang dari suku melayu
bonca duyan, karena tidak banyak keluarga dari suku yang meninggal,
orang yang mukhrim dengan mayat tersebut yaitu orang yang memiliki
ladang itu kemudian suku lain (tidak keluarga ) yaitu suku dayun lah
saat itu suku melayu bonca duyan tadi langsung menggangkat sumpah
Digiik Kumpang”
Istilah dari sumpah tersubut menurut hukum adat desa Kepau Jaya
13
namun tidak mati juga ibaratnYa hidup susah. “ Iduik onggak mati tak
omo “ artinya hidup ibarat mati tapi tidak mati juga (sengsara).
sumpah larangan yang dilakukan oleh leluhur dua suku bahwa antara
melanggar sumpah.
Menurut hukum adat di desa Kepau jaya pegiton itu lebih para dari
14
BAB III
KESIMPULAN
larangan pegiton yaitu suku Dayun dengan suku Melayu Bonca Duyan,
dalam hal perkawinan sesuku. Contoh suku dayun dengan domo, suku
sialang dengan melayu bonca duyan, suku domo dengan melayu bonca
duyan, suku sialang dengan domo, suku sialang dengan dayun, dan lainnya
yang tidak bertentangan dengan hukum adat namun suku dayun dan
15
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Suwardi, dkk, 2011, Hukum Adat Melayu Riau,, Alaf Riau, Pekanbaru.
16