Anda di halaman 1dari 23

1

NAMA : TOYIBAH
NIM : UA 160273
SEMESTER : VII (Tujuh)
JURUSAN : AKIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
JUDUL : MAKNA FILOSOFI TRADISI MANDI BALIMAU SEBELUM
AKAD PERNIKAHAN (Studi di Desa Muara Siau, Kecamatan
Muara Siau, Kabupaten Merangin Provinsi jambi).

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan yang beraneka ragam yang
tersebar mulai dari Sabang sampai Merauke. Kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat
Indonesia tersebut bukan hanya berupa kekayaan sumber alam saja, tetapi masyarakat
Indonesia juga memiliki kekayaan lain seperti kekayaan akan kebudayaan suku
bangsa Indonesia yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia.1
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah pernikahan dimaknai sebagai
peristiwa maupun hasil dari suatu peristiwa. Peristiwa dimana dua orang mengikat
janji untuk hidup bersama. Dalam perspektif sosiologis, pernikahan yang
merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dengan seorang
perempuan dalam suatu hubungan suami isteri ini diberikan kekuatan sanksi sosial.2
Dalam kehidupan manusia, pernikahan merupakan peristiwa
yang sangat penting dan memiliki nilai yang sangat sakral. Melalui pernikahan,
seseorang akan melepaskan dirinya dari lingkungan keluarganya untuk mulai
membentuk keluarga yang baru. Begitu pentingnya momen sebuah pernikahan,
sehingga setiap orang umumnya menginginkan merayakan momen itu dalam sebuah

1
Fakhtur Rahman “Makna filosofi tradisi upacara perkawinan adat jawa Kraton Surakarta
Dan Yogyakarta (Studi Komparasi) Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo Semarang
2
Indriyani, Sri Sutanti, Sosiologi Suatu Kajian Hidup Bermasyarakat (Sukoharjo: Ghalia
Indonesia, 2007), 44
2

upacara yang sakral dan meriah, dengan melibatkan para kerabat dan unsur
masyarakat lainnya.3
Sebelum melakukan proses pernikahan kita harus mempersiapkan segala
sesuatunya agar pernikahan menjadi langgeng. Baik itu persiapan dari diri sendiri
maupun persiapan dari pihak keluarga.
Salah satu kekayaan tradisi yang ada di Indonesia yaitu berada di Desa Muara
Siau, yaitu tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan. Di Desa Muara Siau
sebelum orang melakukan pernikahan mereka harus melakukan hal-hal yang telah
ditentukan. Salah satunya adalah Balimau, balimau ini hanya dilakukan oleh calon
pengantin wanita. Tujuan dilakukannya tradisi balimau ini adalah untuk mencegah
hal-hal yang tidak diinginkan selama proses pernikahan berlangsung.
Desa Muara Siau merupakan suatu daerah yang masih kental akan adat
istiadat mereka, meski banyak adat luar yang masuk ke indonesia dan mereka juga
mengadopsinya namun adat asli mereka tidak mereka tinggalkan. Mandi balimau
merupakan salah satu adat turun temurun dari nenek moyang masyarakat Desa Muara
Siau yang mana tradisi ini masih bertahan sampai sekarang.
Sebelum melakukan pernikahan. Tradisi balimau di Desa Muara Siau ini telah
berlagsung berabad-abad lamanya. Balimau adalah sebuah upacara tradisional
yang istimewa bagi masyarakat Desa Muara Siau sebelum melakukan pernikahan.
Acara ini biasanya dilakukan tiga hari sebelum acara pernikahan dilaksanakan.
Balimau ini dilakukan agar calon pengantin tidak diganggu oleh Mahluk halus, atau
diserang oleh penyakit, dan lain sebagainya. Balimau sendiri memiliki makna yaitu
mandi dengan menggunakan air yang dicampur jeruk nipis (limau). Yang kemudian
diusapkan ke wajah, tangan, kaki, atau seperti luluran.
Masyarakat Desa Muara Siau sangat menjunjung tinggi tradisi yang
diwariskan oleh nenek moyang mereka hingga saat ini tradisi-tradisi yang diwariskan

3
Artatie Agoes, Kiat Sukses Menyelengarakan Pesta Perkawinan Adat Jawa (Gaya
Surakarta & Yogyakarta), (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001),h. 1.
3

dari generasi kegenerasi masih tetap dilestarikan seperti tradisi Balimau. Tradisi ini
masih tetap dilaksanakan di Desa Muara Siau. Meskipun tetap dilaksanakan namun
tidak semua masyarakat di sana masih melaksanakannya. Ada pula sebagian
masyarakat yang telah meninggalkan tradisi ini yang disebabkan pergeseran budaya
yang sudah sedikit berbeda dari daerah asalnya.
Saat ini, Masyarakat hanya menjalankan tradisi-tradisi lama, yang turun
temurun dari nenek moyang mereka, tanpa mengetahui apa makna yang terkandung
didalam setiap prosesi-prosesi yang dilakukan tersebut. Padahal disetiap prosesi-
prosesi yang dilakukan terdapat makna yang sangat penting untuk difahami. Oleh
sebab itu, masyarakat harus mengetahui dan memahami apa makna yang terkandung
dalam setiap prosesi tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik untuk dapat
melakukan penelitian lebih lanjut tentang Makna Filosofi Tradisi Mandi Balimau
Sebelum Akad Pernikahan (Studi Di Desa Muara Siau, Kec Muara Siau, Kab
Merangin, Provinsi Jambi).
B. Permasalahan
Dengan melihat latar belakang masalah sebagaimana yang telah
diterangkan sebelumnya, maka yang menjadi pokok masalah adalah: Bagaimana
Makna Filosofi Tradisi Mandi Balimau Sebelum Akad Pernikahan di Desa Muara
Siau. Pokok masalah ini lebih jauh dapat dirumuskan dalam beberapa butir
pertanyaan penelitian yaitu:
1. Bagaimana deskripsi prosesi tradisi balimau sebelum akad pernikahan di Desa
Muara Siau?
2. Apa fungsi dan tujuan pelaksanaan tradisi Mandi balimau?
3. Bagaimana makna filosofi yang terkandung dalam prosesi mandi balimau
sebelum akad pernikahan di Desa Muara Siau?
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini secara umum diusahakan untuk mengetahui makna filosofi
tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan di Desa Muara Siau, Kecamatan
4

Muara Siau, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Lebih khusus penelitian ini
diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai, dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui deskripsi prosesi tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan
di Desa Muara Siau.
2. Mengetahui apa fungsi dan tujuan dari tradisi mandi balimau sebelum akad
pernikahan di Desa Muara Siau.
3. Mengetahui makna filosofi yang terkandung dalam tradisi mandi balimau
sebelum pernikahan di Desa Muara Siau.
2. Kegunaan Penelitian
Lebih jauh, penelitian ini juga diharapkan dapat mencapai kegunaan yang
bersifat teoritis dan praktis:
a. Secara teoritis, adalah menjadi bahan sumbangan pengetahuan dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahun khususnya ilmu-ilmu social dan budaya
mengenai kebudayaan Jambi terutama makna filosofi tradisi mandi balimau
sebelelum akad pernikahan khususnya di Desa Muara siau Kabupaten
Merangin.
b. Sacara praktis, dapat dijadikan bahan informasi kepada peminat kebudayaan
yang ingin mengetahui pelaksanaa tradisi tradisi mandi balimau sebelelum
akad pernikahan khususnya di Desa Muarasiau Kabupaten Merangin.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah
sistematis dan logis tentang pencarian data yan berkenaan dengan masalah tertentu
untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara
5

pemecahannya.4 Versi lain merumuskan, metode penelitian adalah cara yang dipakai
dalam mengumpulkan data, sedangkan instrumen adalah alat bantu yang digunakan
dalam mengumpulkan data itu,5
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field Research) yang bersifat kualitatif. Dalam mengadakan
penelitian dan pengamatan penulis menggunakan pendekatan penelitian ilmu
pengetahuan social yang bergantung pada pengamatan manusia, dengan alasan
memiliki latar alami, bersifat deskriftif, lebih memperhatikan proses dari pada hasil,
menganalisa dan secara induktif.
Penulis mengarahkan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mengadakan pemeriksaan dan pengukuran
terhadap gejala tertentu untuk memecahkan masalah secaara sistematis dan factual
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi dengan menguraikan masalah dan fakta-
fakta tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
fenomenologi yang merupakan salah satu jenis metode penelitian kualitatif yang
diaplikasikan untuk mengungkap kesamaan makna yang menjadi esensi dari suatu
konsep atau fenomena yang secara sadar dan individual dialami oleh sekelompok
individu dalam hidupnya.6
2. Setting dan Subjek Penelitian
Setting penelitian adalah Desa Muara Siau, Kecematan Muara Siau,
Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Pemilihan setting didasarkan atas

4
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997)
h.1
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002). h. 194
6
Hasbiansyah, O. “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik penelitian dalam Ilmu
Sosial dan komunikasi” dalam Mediator Vol. 9 No. 1 Juni 2008.
6

pertimbangan rasional bahwa di Desa Mauara Siau mempunyai ciri khas tradisi
mandi balimau sebelum akad pernikahan.
Subjek dalam penelitian ini berpusat pada pemerintahan desa, pemuka adat,
dan masyarakat yang bersangkutan yang akan menggunakan mandi balimau.
Mengingat subjek yang baik adalah subjek yang terlibat aktif, cukup mengetahui,
memahami, atau berkepentingan dengan aktivitas yang akan diteliti, serta memiliki
waktu untuk memberikan informasi secara benar.
3. Sumber dan jenis data
Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari
manusia, situasi atau peristiwa, dan dokumentasi yang terdapat di Desa Muara Siau
Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin. Sumber data yang merespon atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis ataupun lisan.
Suasana atau peristiwa sebagai sumber data yang menyajikan tampilan berupa
suasana yang bergerak ataupun diam, meliputi ruangan, suasana, dan proses,
dokumentasi, sebagai sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka,
gambar, atau simbol-simbol lain.
Jika dilihat dari sumber datanya. Maka pengumpulan datanya, data dapat
dilakukan dengan menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data
sekunder.

a. Sumber data primer adalah sumber data yang secara lansung memberikan
data kepada pengumpul data melaui observasi dan wawancara. Dalam hal
ini, data yang diinginkan adalah data-data yang berkaitan lansung dengan
masalah tradisi mandi Balimau di Desa muara Siau kecamatan muara siau
kabupaten merangin
b. sumber data sekunder merupakan sumber data yang secara tidak lansung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumentasi serta peristiwa yang bersifat lisan dan tertulis terkaiti
7

dengan tradisi perkawinan adat melayu jambi didesa muara siau


kecamatan muara siau kabupaten merangin.
4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber dan berbagai cara.7 Untuk mendapatkan data yang optimal yang relevan perlu
memperhatikan sumber data yang akan diperoleh dan metode pengumpulan data yang
tepat. Metode prngumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi
Metode observasi menurut Sutrisno Hadi adalah pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik atas fenomena fenomena yang diselidiki. Dalam arti luas, observasi
merupakan pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Metode ini digunakan sebagai metode bantu untuk melengkapi data-data yang
diperoleh dari hasil wawancara
b. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
langsung informasi informasi atau keterangan-keterangan. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh data dan informasi yang diperlakukan berkaitan dengan penelitian.
Dengan kata lain merupakan alat pengumpulan informasi dengan cara mengajukan
pernyataan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula antara pencari informasi dan
sumber informasi.8
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis.
Dalam pelaksanaan metode dokumentasi. Peneliti menyelidiki benda-benda tertulis

7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 233
8
Hadari Azwar, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998).
8

seperti buku-buku, transkip, majalah, dokumen, notulen rapat, catatan harian, agenda,
ataupun jurnal yang dapat memberikan informasi tentang objek yang diteliti.9
5. Metode/Teknik Analilis Data
Hal pertama yang akan peneliti lakukan adalah membaca, mempelajari, dan
menelaah data yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dan hasil observasi yang
terkumpul serta data-data lainnya. Langkah kedua, mereduksi data secara keseluruhan
dari data yang telah dibaca , dipelajari, dan ditelaah agar dapat dikategorikan sesuai
tipe masing-masing data. Dan selanjutnya akan ditulis dalam bentuk laporan dari
hasil yang diperoleh secara deskriptif analisa, yaitu penyajian dalam bentuk tulisan
yang menerangkan apa adanya sesuai dengan yang diperoleh dari peneliti.
6. Pemeriksaan Kabsahan Data
Untuk memperoleh data yang terpercaya (trusthworthiness) dan dapat
dipercaya (reliable), maka peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang didasarkan atas sejumlah kriteria. Dalam penelitian kualitatif, upaya
pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan lewat empat cara yaitu:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan
peneliti dilokasi secara lansung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan
memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data, karena
kesalahan penilaian data (data distortion) oleh peneliti atau responden, disengaja atau
tidak sengaja. Distorsi data dari peneliti dapat muncul karena adanya nilai-nilai
bawaan dari peniliti atau adanya keterasingan peneliti dari lapangan yang diteliti
sedangkan distorsi data dari responden, dapat timbul secara tidak sengaja, akibat
adanya kesalahpahaman terhadap pertanyaan, atau muncul dengan sengaja, karena
responden berupaya memberikan informasi fiktif yang dapat menyenangkan penelit,
ataupun untuk menutupi fakta yang sebenarnya.

9
Arikunto Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:PT Rineka
Cipta) h. 102
9

Distorsi data tersebut, dapat dihindari melalui perpanjangan keikutsertaan


peneliti dilapangan yang dapat diharapkan dapat menjadi data yang diperoleh
memiliki derajat realibilitas dan validitas yang tinggi. Perpanjangan keikutsertaan
peneliti pada akhirnya akan juga menjadi semacam motivasi untuk menjalin
hubungan baik yang saling mempercayai antara responden sebagai objek penelitian
dengan peneliti.
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap factor-faktor yang menonjol dalam
penelitian, faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti dapat
mengalami faktor-faktor tersebut. Ketekunan pengamatan dilakukan dalam upaya
mendapatkan karakteristik data yang benar-benar relevan dan terfokus pada objek
penelitian, permasalahan dan fokus penelitian, atau distorsi data yang timbul dari
kesalahan responden yang memberikan data secara tidak benar, misalnya berdusta,
menipu, dan berpura-pura.
c. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu diluar data pokok, untuk keprluan pengecekan reabilitas data
melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data yang diperoleh
dari berbagai informan. Terdapat empat macam teknik trianggulasi yang akan
digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik pemeriksaan menggunakan sumber,
metode, penyidik dan teori.
Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat reabilitas suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kulitatif, yaitu dengan cara-cara sebagai sebagai berikut:
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;
membandingkan apa yang dikatakan informan diruang umum (public) dengan apa
yang dikatakan diruang pribadi (privat); membandingkan apa yang dikatakan
sepanjang waktu penelitian; membandingkan keadaan dan perspektif seorang
10

informan dengan berbagai pendapat atau pandangan informan lainnya, seperti dosen,
mahasiswa atau pimpinan Prodi; membandingkan hasil wawancara dengan
hasildokumen terkait.
Trianggulasi dengan metode, merupakan teknik pengecekan keabsahan data
dengan meneliti hasil konsistensi, reabilitas, dan validitas data yang diperoleh melalui
metode pengumpulan data tertentu. Terdapat dua cara yang dapat dilakukan dalam
trianggulasi dengan metode, yaitu: pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data; pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Triaanggulasi dalam penyidik, yaitu teknik pengecekan data melalui
perbandingan hasil data yang diperoleh dari satu pegamat dengan hasil penyidikan
pengamat lainnya. Triaanggulasi dalam teori, yaitu pengecekan keabsahan data
melalui perbandingan dua atau lebih teori yang berbicara tentang hal yang sama,
dimaksudkan untuk mendapatkan penjelasan banding tentang satu hal yang diteliti.
Penerapan teknik tersebut, dapat dilakukan dengan memasukan teri pembanding
untuk memprkaya dan membandingkan penjelasan pada teori utama yang digunakan
dalam penelitian.

d. Diskusi dengan teman sejawat


Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti melakukan diskusi
dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa data yang diterima benar-benar real
dan bukan semata persepsi sepihak dari peneliti atau informan. Melalui cara tersebut
peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan, masukan, daan saran yang berharga
daan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.
E. Kerangka Teori
Penelitian ini mengupas dari sisi filosofi dari tradisi mandi balimau tersebut,
dan teori yang digunakan dalam menganalisis yaitu dengan teori Geertz. Dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
11

Geertz melihat kebudayaan sebagai system pemaknaan yang harus difahami


secara semiotic, yakni sebagai jejaring makna (webs of significance) atau pola-pola
makna yang terwujud sebagai simbol-simbol sehingga analisis terhadapnya haruslah
bersifat interpretif, yakni untuk menelusuri makna, dan menemukan maksud dibalik
apa yang dilakukan orang, signifikansi ritual, struktur, dan kepercayaannya bagi
semua kehidupan dan pemikiran.
Clifford Geertz mendefinisikan konsep kebudayaan berawal dari definisi yang
dinyatakan oleh Kluckholn dimana Kluckhlon mendefinisikan kebudayaan menjadi
suatu konsep yang dianggap Greetz sedikit terbatas dan tidak mempunyai standar
yang baku dalam penentuannya. Kebudayaan menurut Greetz bukan hanya sebuah
pola perilaku yang menjadi suatu kebiasaan di masyarakat melainkan pola prilaku
kebudayaan tersebut. Pada dasarnya Greetz mencoba menggali setiap makna didalam
sebuah pola prilaku yang disebut kebudayaan.
Dihubungkan dengan penelitian ini, bahwa tradisi mandi balimau sebelum
akad pernikahan di Desa Muara Siau bukan hanya dilihat dari pola prilaku
masyarakat dalam proses mandi balimau melainkan menggali makna yang terdapat di
setiap proses tersebut.
Kerangka teori merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan dalam
menjawab pertanyaan penelitian.10 Agar penelitian ini lebih terarah dan tepat, maka
penulis menganggap perlu kerangka teori sebagai landasan berfikir guna
mendapatkan konsep yang benar dan tepat.
1. Tradisi
Tradisi (adat istiadat) adalah suatu peraturan atau tatacara hidup dalam
bermasyarakat yang dibuat atau diatur oleh manusia sendiri, dimana tradisi itu pada
umumnya mengandung unsur kepercayaan yang diwarisi oleh nenek moyang suatu

10
Sugiyono, methode penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung
Alfabeta, 2010) 308
12

bangsa lalu dipercayai dan diamalkan oleh sebagian umat manusia sampai turun
temurun11
Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan,
dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk
sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya
dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling
mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke
generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi
dapat punah.
Dengan mengartikan tradisi sebagai „sesuatu yang diciptakan‟ sekaligus
„sesuatu yang diwariskan dari masa lalu‟, kita bisa mendekatkannya dengan
modernisasi, sehingga keduanya bisa dilihat sebagai fenomena-fenomena yang berada
dalam satu tatanan yang sama. Hal ini memungkinkan kita untuk mengakui, dalam
pola-pola tradisional, adat istiadat, kepercayaan, praktik kita bisa menemukan sesuatu
yang berfaedah yang bisa diterapkan pada masa sekarang. Selain itu, ketika
masyarakat menganggap aspek-aspek tertentu dari kehidupan sosial dan budaya yang
mereka layak diwariskan kegenerasi yang akan datang, kita bisa memastikan aspek-
aspek itu akan dihadirkan, diwariskan atau bahkan direkayasa sebagai, tradisi yang
diciptakan.12
2. Filosofi
Upaya memahami makna merupakan salah satu masalah filsafat yang tertua
dalam umur manusia. Penafsiran suatu makna pada dasarnya dinilai bersifat pribadi
setiap orang.13 Pada dasarnya, makna sebenarnya ada pada kepala kita, bukan terletak
pada suatu lambang. Jika ada orang yang mengatakan bahwa kata-kata itu mendorong
orang untuk memberi makna. Makna pun timbul dikarenakan pengalaman hidup yang
berbeda.

11
Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam Di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2001), 139-140
12
M. Bambang Pranowo, Memahami Islam Jawa, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2011), 23-24
13
Muhammad Alfan, Filsafat kebudayaan, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2013), 125
13

Ilmu filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji seluruh fenomena yang
dihadapi manusia secara kritis refleksif integral, radikal, logis, sistematis, dan
universal. Fenomena yang dapat diarahkan dengan melihat tema besar pada ilmu
filsafat yaitu, ontologi (mengkaji tentang keberadaan sesuatu, yang dapat dipahami
secara konkrit, faktual, transcendental, atau metafisis).
Dari serangkaian definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat
adalah proses berfikir secara radikal, sistematik, dan universal terhadap segala yang
ada dan mungkin ada.
3. Pernikahan
Pernikahan yang dalam bahasa Arabnya disebut “nikah” adalah: Aqod antara
calon suami isteri untuk memenuhi hajat (kebutuhan nafsu seksnya) yang diatur
menurut tatanan syari’at (agama), sehingga keduanya diperbolehkan bergaul sebagai
suami isteri.14
4. Balimau
Balimau adalah tradisi mandi mrnggunakan jeruk nipis yang biasa dilakukan
oleh masyarakat Desa Muara Siau sebelum melakukan akad pernikahan. Yang
biasanya hanya dilakukan oleh calon pengantin wanita. Diwariskan secara turun
temurun, tradisi ini dipercaya telah berlansung selama berabad-abad. Latar belakang
dari balimau adalah untuk membersihkan diri secara lahir dan batin.
F. Studi Relevan
Berdasarkan penelusuran penulis, terdapat karya yang membahas tentang
tradisi balimau, diantaranya yaitu:
Dona kahfi, Jurnal Living Hadtsh Vol I, Nomor 2, Oktober 2016; ISSN: 2528-756
‘’Tradisi mandi balimau di masyarakat kuntu: Living Hadis Sebagai Bukti Sejarah’’.
Jurnal ini menjelaskan tentang tradisi mandi balimau di masyarakat kuntu, yang

14
Idhom Anas, Risalah Nikah ala Rifa’iyyah, (Pekalongan: Al-Asri,2008) h.6.
14

dilakukan sebelum ramadhan sebagai salah satu bentuk penyucian diri dari rasa
dengki iri hati, dan lain sebagainya.15
Gina Novia Utami, (2018) Skripsi dengan judul “tradisi balimau pada
masyarakat minang di kecamatan rajabasa kota Bandar lampung” skripsi ini berisi
tentang pelaksanaan tradisi balimau yang dilakukan masyarakat sebelum puasa
ramadhan.
Dalam jurnal Jom FISIP Volume 2 No 2-Oktober 2015 yang berjudul
“Persepsi Masyrakat terhadap tradisi balimau kasai di desa kuapan kecamatan
tambang kabupaten Kampar. 16 jurnal ini menjelaskan tentang prosesi dan
keistimewaan dari tradisi balimau kasai, yang dilakukan oleh masyarakat sekitar,
dalam rangka untuk penyambutan bulan suci ramadhan. Akan tetapi seiring berjalan
nya waktu tradisi mandi balimau kasai berubah menjadi ajang pencarian jodoh dan
mandi bersama pasangan yang bukan muhrim. Balimau kasai dijadikan sebagai hari
terakhir sebelum hari semuanya dilarang pada keesokan harinya.
Dari hasil penelitian diatas, dapat dilihat bahwa penelitian yang dilakukan
oleh penyusun memiliki ciri khas perbedaan sendiri, meski memiliki objek penelitian
yang sama yaitu tradisi mandi balimau. Namun penelitian yang penulis lakukan
berbeda pada lokasi dan pokok kajian yang berbeda. Penelitian sebelumnya
menjelaskan tentang tradisi mandi balimau yang dilakukan oleh masyarakat dalam
rangka menyambut bulan suci ramadhan. Sedangkan penelitian ini, penulis berusaha
menjelaskan tentang tradisi balimau yang dilakukan calon pengantin sebelum
pernikahahn di Desa Muara Siau.

15
Dona kahfi. TRADISI MANDI BALIMAU DI MASYARAKAT KUNTU: Living Hadis
Sebagai Bukti Sejarah dalam Jurnal Living Hadtsh Vol I, Nomor 2, Oktober 2016; ISSN: 2528-756
16
Fajri Arman “Persepsi Masyrakat terhadap tradisi balimau kasai di desa kuapan
kecamatan tambang kabupaten Kampar” dalam jurnal Jom FISIP Volume 2 No 2-Oktober 2015
15
16

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA


Proposal
“ MAKNA FILOSOFI TRADISI MANDI BALIMAU (Studi di desa muara siau
kec, muara siau kab, merangin prov jambi)”

No Jenis Data Metode Sumber Data


1 -Sejarah Dan Perkembangan -Observasi -Setting
Desa Muara Siau Kecamatan -Wawancara -Wawancara kepala desa,
Muara Siau tokoh adat, dan tokoh
-Dokumentasi Masyarakat.
-Data-data dan Dokumen
Desa Muara Siau.
2 -Lokasi dan Letak Geografis -Dokumentasi -Dokumen dan File Desa
Desa Muara Siau, Kecamatan Muara Siau
Muara Siau -Wawancara -Kepala Desa, Dan Aparat
Desa
3. -Kondisi Sosial Budaya Desa -Wawancara -Wawancara Kepala Desa,
Muara Siau Tokoh Agama, Aparat Desa
-Dokumentasi -Dokumen Desa Muara
Siau,
4. -Pengertian dan Sejarah -Wawancara -Tokoh Adat dan
Tradisi Mandi Balimau Masyarakat
5. Prosesi, Perlengkapan dan -Wawancara -Tokoh Adat Dan
Tujuan Tradisi Mandi Balimau -Observasi Masyarakat
-Dokumentasi -Setting, Dokumentasi
Tradisi Mandi Balimau
6. -Makna Filosofi Tradisi Mandi -Wawancara -Tokoh Adat, Dan
Balimau Masyarakat.
17

A. Panduan Observasi
No Jenis Data Objek Observasi
1 - Sejarah Dan Perkembangan Desa -Visi dan misi Desa Muara Siau
Muara Siau Kecamatan Muara Siau -Sejarah Desa Muara Siau
-Perkembangan Desa Muara Siau
2. Prosesi, Perlengkapan dan Tujuan -Bagaimana prosesi dari tradisi
Tradisi Mandi Balimau Mandi Balimau

A. Panduan Dokumentasi
No Jenis Data Data Dokumen
1 -Sejarah Dan Perkembangan Desa -Profil Desa Muara Siau Kecamatan
Muara Siau Kecamatan Muara Siau Muara Siau
-Visi dan misi Desa Muara Siau
2 -Lokasi dan Letak Geografis Desa -Data Dokumentasi Letak Geografis
Muara Siau, Kecamatan Muara Siau Tradisi Mandi Balimau
-Keadaan Tofografi Desa Muara Siau
3 -Kondisi Sosial Budaya Desa Muara -Data dokumentasi tentang kondisi
Siau social budaya Desa Muara Siau
-Potensi sumber daya manusia Desa
Muara Siau
-Kependudukan Desa Muara Siau
4. Prosesi, Perlengkapan dan Tujuan -Data dokumentasi, tentang prosesi,
Tradisi Mandi Balimau dan perlengkapan tradisi mandi
balimau

B. Butir-Butir Wawancara
No Jenis Data Sumber Data dan Subtansi
18

Wawancara
1 -Sejarah Dan Perkembangan Desa -Bagaimana sejarah munculnya
Muara Siau Kecamatan Muara Siau Desa Muara Siau Kecamatan
Muara Siau?
-Bagaimana Perkembangan Desa
Muara Siau Dari awal sampai
sekarang?
2 -Lokasi dan Letak Geografis Desa -bisa dijelaskan letak geografis
Muara Siau, Kecamatan Muara Siau desa Muara Siau.
3 -Kondisi Sosial Budaya Desa Muara -Bagaimana Kondisi sosial budaya
Siau Desa Muara Siau ?
4 --Pengertian dan Sejarah Tradisi Mandi -Apa yang dimaksud dengan tradisi
Balimau Mandi Balimau?
-Bagaimana Sejarah tradisi Mandi
Balimau?
5 Prosesi, Perlengkapan dan Tujuan -Bagaimana Prosesi pelaksanaan
Tradisi Mandi Balimau tradisi Mandi Balimau?
-Apa saja perlengkapan yang harus
di penuhi ketika akan
melaksanakan tradisi Mandi
Balimau?
-Siapa Saja yang melaksanakan
tradisi Mandi Balimau?
-Apa tujuan dilaksanakannya
tradisi mandi balimau?
6 -Makna Filosofi Tradisi Mandi -Apa makna filosofi dari setiap
Balimau proses pelaksanaan tradisi mandi
Balimau.?
19

-Apa yang Menyebabkan tradisi


mandi balimau harus dilakukan?
20

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakan Masalah……………………………………………………. 1


B. Permasalahan……………………………………………………………… 3
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………………….…. 3
D. Metodologi Penelitian……………………………………………………… 4
1. Pendekatan Penelitian……………………………………………….… 5
2. Setting dan Subjek Penelitian…………………………………………. 5
3. Sumber dan Jenis Data………………………………………………… 6
4. Metode Pengumpulan Data……………………………………………. 7
5. Metode Analisis Data………………………………………………….. 8
6. Pemeriksaan Keabsahan Data……………………………………….. .. 8
E. Kerangka Teori…………………………………………………………….. 10
1. Tradisis………………………………………………………………… 11
2. Filosofi……………………………………………………………….... 12
3. Pernikahan…………………………………………………………...... 13
4. Balimau ……………………………………………………………….. 13
F. Studi Relevan……………………………………………………………… 13

Jadwal Penelitian………………………………………………………….. 19
Instrumen Pengumpulan Data……………………………………………. 20
Daftar Isi………………………………………………………………….. 20
Daftar Isi Sementara……………………………………………………… 21
Daftar Pustaka……………………………………………………………. 23
21

DAFTAR ISI SEMENTARA


HALAMAN JUDUL
NOTA DINAS
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
PENGESAHAN
MOTTO
ABSTRAK
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR……………………………………………………….
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Metode Penelitian
E. Kerangka teori…...........................................................................
F. Pemekrisaan Keabsahan Data
G. Study Relevan
H. Jadwal Penelitian

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA SIAU KECEMATAN


MUARASIAU
A. Sejarah Berdirinya Desa Muara Siau
B. Lokasi dan Letak Geografis Desa Muara Siau
C. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Muara Siau

BAB III DESKRIPSI PROSESI MANDI BALIMAU SEBELUM AKAD


PERNIKAHAN
A. Pengertian dan sejarah tradisi balimau………………………………
B. Prosesi pelaksanaan mandi balimau sebelum akad pernikahan……
C. Perlengkapan dan bahan yang digunakan…………………………..
D. Fungsi dan tujuan pelaksanaan mandi balimau…………………….

BAB IV MAKNA FILOSOFI TRADISI MANDI BALIMAU SEBELUM AKAD


PERNIKAHAN.
A. Makna proses rangkaian…………………………………………………
B. Makna perlengkapan ……………………………………………………
C. Makna mandi balimau sebagai tolak balak…………………………….

BAB V PENUTUP
22

A. Kesimpulan
B. Saran
C. Kata Penutup

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
23

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Agoes Artatie , Kiat Sukses Menyelengarakan Pesta Perkawinan Adat Jawa
Gaya Surakarta & Yogyakarta, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2001.
Alfan Muhammad , Filsafat kebudayaan. Bandung:CV Pustaka Setia, 2013.
Anas Idhom , Risalah Nikah ala Rifa’iyyah. Pekalongan: Al-Asri,2008.
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002.
Bachtiar Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1997.
Hamidin, Buku Pintar Perkawinan Nusantara. Yogyakarta: DIVA Press, 2002.
Munsirin Yusuf makna & Fungsi Gunungan pada Upacara Garebeg di Kraton
Ngayogyakarta Hadiningra. Yogyakarta: CV. Amanah, 2009.
Nawawi Hadari , Metodologi Penelitian Sosial. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 1995.
Sugiyono, methode penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung
Alfabeta, 2010.
Suryabrata Sumadi, Metodologi Penelitian. Jakarta:Raja GrafindovPersada, 1998.
Yana, Falsafah dan Pandangan Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Bintang
Cemerlang, 2012.
Jurnal:

Dona kahfi. MAKNA TRADISI MANDI BALIMAU DI MASYARAKAT KUNTU:


Living Hadis Sebagai Bukti Sejarah dalam Jurnal Living Hadtsh Vol I,
Nomor 2, Oktober 2016; ISSN: 2528-756
Fajri Arman “Persepsi Masyrakat terhadap tradisi balimau kasai di desa kuapan
kecamatan tambang kabupaten Kampar” dalam jurnal Jom FISIP Volume
2 No 2-Oktober 2015
Hasbiansyah, O. “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik penelitian
dalam Ilmu Sosial dan komunikasi” dalam Mediator Vol. 9 No. 1 Juni
2008.

Skripsi:
Fakhtur Rahman “Makna filosofi tradisi upacara perkawinan adat jawa Surakarta
Dan Yogyakarta (Studi Komparasi) Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN
Walisongo Semarang
Mufti, “Upacara perkawinan dalam masyarakat melayu deli medan” Skripsi
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, 2018

Anda mungkin juga menyukai