Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia,
dengan banyaknya pulau menjadikan Indonesia kaya akan ras, suku, agama,
Bahasa, serta tradisi dan budaya. Menurut KBBI V tradisi adalah adat
kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam
masyarakat. Dilihat dari pengertiannya saja tradisi harusnya dijalankan secara
turun-temurun dan masih dilaksanakan dalam masyarakat. Namun, pada
faktanya lambat laun masyarakat justu meninggalkan tradisi bahkan enggan
untuk melesarikannya. Hal ini menyebabkan banyak generasi muda tidak tahu
tentang tradisi yang ada di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh efek negatif dari
globalisasi. Globalisasi memiliki beberapa efek negatif untuk perkembangan
tradisi dan budaya yang ada di Indonesia yaitu, timbulnya akulturasi di
tengah-tengah masyarakat yang mengalami globalisasi, masyarakat menjadi
individualis, kecintaan akan budaya-budaya lokal akan terkikis, sebagian
masyarakat akan meniru budaya dan gaya hidup negara lain, meskipun tidak
sesuai dengan norma yang ada di masyarakat, nilai-nilai keagamaan akan
semakin terkikis, moral sebagian masyarakat akan rusak karena telah
mengikuti budaya dan gaya hidup masyarakat di negara lain yang tidak sesuai
dengan norma yang ada di Indonesia
(https://www.maxmanroe.com/vid/umum/dampak-positif-negatif-
globalisasi.html). Tidak hanya efek negatif globalisasi saja yang berpengaruh
tetapi dampak positif juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan tradisi
dan budaya salah satu dampak positif globalisasi yang paling berpengaruh
adalah perkembangan teknologi. Dengan semakin berkembangnya teknologi,
budaya dari luar cepat masuk ke Indonesia begitu juga dengan budaya
Indonesia dapat masuk ke budaya luar. Sehingga masyarakat beranggapan
bahwa budaya dan tradisi Indonesia sudah kuno. Hal tersebut berimbas kepada
masyarakat yang lebih memilih budaya asing yang dianggapnya lebih modern
daripada harus melestarikan budaya dan tradisi yang ada di Indonesia. Jika

Keunikan Tradisi Nyadar 1


masyarakat tidak melestarikan tradisi dan budaya Indonesia, kemungkinan
besar hal ini dapat membuat negara lain mengakui tradisi dan budaya dari
Indonesia. Contohnya seperti tari Reog Ponorogo yang sempat di tampilkan di
Malaysia dengan mengubah nama tarian tersebut bahkan mengakui bahwa
tarian tersebut milik Malaysia. Tentu saja hal ini merugikan bagi bangsa
Indonesia. Tidak itu saja tetapi ada tradisi dan budaya yang hampir punah di
Indonesia. Contohnya seperti tradisi dan budaya yang ada di Probolinggo,
Jawa Timur. Beberapa kesenian tradisional di Probolinggo, Jawa Timur, saat
ini terancam punah. Selain karena tidak ada penerus, minat terhadap kesenian
tradisional ini juga semakin sedikit. Beberapa kesenian tradisional
Probolinggo yang terancam punah adalah ludruk probolinggo, tari topeng
tengger, dan kemplang bergending. Beberapa kesenian tradisional itu terancam
punah karena tidak ada generasi penerusnya serta minat orang untuk
menonton kesenian tersebut semakin menurun
(https://regional.kompas.com/read/2012/05/28/22162976/Kesenian.Tradisi.Ter
ancam.Punah).
Tetapi tidak dengan tradisi dan budaya yang ada di Sumenep. Khususnya
yang ada di desa Kebundadap Barat Kec. Saronggi dan Pinggirpapas Kec.
Kalianget. Di desa tersebut ada tradisi yang tetap rutin dilaksanakan setiap
tahun. Tradisi tersebut biasa dikenal dengan sebutan Nyadhar. Nyadhar adalah
ritual yang dilakukan untuk menghormati salah satu tokoh penemu cara
pembuatan garam di Sumenep (https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-
3587593/nyadhar-ritual-penghormatan-petambak-garam-sumenep). Nyadhar
biasa dilakukan 3 kali dalam setahun. Nyadhar pertama dan kedua biasa
dilaksanakan di Desa Kebundadap Barat, Saronggi dan Nyadhar ketiga yang
biasa disebut dengan Nyadhar Rumah (Nyadhar Bengko) yang biasa
dilaksanakan di Desa Pinggir Papas, Kalianget. Dalam Menyambut tradisi
Nyadhar, masyarakat sangat antusias. Banyak masyarakat yang ada di luar
Desa Kebundadap Barat dan Pinggir Papas sengaja datang untuk menyaksikan
langsung proses tradisi Nyadhar. Selain menyaksikan, masyarakat banyak
berbelanja makanan khas Nyadhar. Tradisi Nyadhar ini memiliki banyak
keunikan. Itulah mengapa kami memilih judul “Keunikan Tradisi Nyadhar”.

Keunikan Tradisi Nyadar 2


1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah munculnya tradisi Nyadhar?
2. Berapa kali tradisi Nyadhar dilakukan dalam setahun dan kapan saja
tradisi Nyadhar dilakukan?
3. Apa saja keunikan tradisi Nyadhar?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui sejarah munculnya tradisi Nyadhar.
2. Untuk mengetahui berapa kali dan kapan tradisi Nyadhar dilakukan.
3. Untuk mengetahui apa saja keunikan Nyadhar.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah wawasan tentang
tradisi yang ada di tanah kelahiran kita khususnya Sumenep.

1.5 Batasan Masalah


Kami hanya mengambil narasumber dari masyarakat Desa
Kebundadap Barat, Saronggi dan dari masyarakat Desa Pinggirpapas,
Kalianget sebagai narasumber penelitian kami.

1.6 Definisi Operasional


- Tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang)
yang masih dijalankan dalam masyarakat (KBBI V).
- Nyadhar adalah adalah ritual yang dilakukan untuk menghormati
salah satu tokoh penemu cara pembuatan garam di Sumenep
(https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3587593/nyadhar-ritual-
penghormatan-petambak-garam-sumenep).

Keunikan Tradisi Nyadar 3


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini pernah diteliti oleh Hosnor Cotimah dengan judul
“Ritual Tradisi Nyadar dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan Sosial
Warga Desa Pinggirpapas di Madura” .Sedangkan kami meneliti
tradisi nyadar dengan tema “Keunikan Tradisi Nyadar”.
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace
/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR%20CHOTIMAH-FUF.pdf).
2.2 Teori yang Digunakan
Indonesia memiliki corak budayanya sendiri yang berbeda
dengan negara-negara lain. Hal ini bisa dilihat dari tradisi yang
berkembang dalam masyarakat. Tradisi yang diwariskan secara
turun temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia. Tradisi
terbentuk dari banyak hal yang berkembang di masyarakat, mulai
dari tatanan sosial kehidupan, kebiasaan, pekerjaan, kepercayaan,
hingga letak geografis suatu daerah. Adat dan tradisi yang ada
merupakan bentuk manifestasi humanitas manusia yang terus
berkembang.

Masyarakat yang tinggal di pesisir laut akan memiliki adat dan


tradisi yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di
pegunungan. Letak geografis yang berbeda akan mempengaruhi
banyak hal, diantaranya pekerjaan masyarakat, tatanan sosial dan
juga kebiasaan yang ada (http://ensiklo.com/2014/05/08/adat-dan-
tradisi-dalam-masyarakat/). Hal ini terlihat dengan masyarakat yang
tinggal di pesisir laut yang biasanya membuat tambak dan digunakan
sebagai mata pencaharian.

Keunikan Tradisi Nyadar 4


Begitu pun dengan tradisi yang bersangkut paut dengan tambak
tersebut. Contohnya tradisi Nyadhar yang berhubungan dengan
tambak yaitu tambak garam. Maka dari itu, kami menggunakan teori
kebudayaan dalam meneliti keunikan tradisi nyadar.

Keunikan Tradisi Nyadar 5


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan (KBBI V). Dalam penelitian ini kami menggunakan dua
metode penelitian, yaitu :
1. Metode penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang
sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-
hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah
mengembangkan dan menggunakan model-model matematis,
teori-teori dan / atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena
alam.
Dalam metode penelitian secara kuantitatif kelompok kami
mewawancarai salah satu warga desa Karangayar sebagai
narasumber untuk mendapat beberapa informasi tentang nyadar.
2. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis.
Penelitian kualitataif menekan pada data yang didapatkan oleh
peneliti. Semakin dalam dan detail data yang yang didapatkan,
maka semakin baik kualitas dari penunelitian tersebut.
Maka dari itu kami menggunakan metode penelitian
kuantitatif sebagai sarana mendapatkan informasi tentang nyadar agar
informasi yang kami dapatkan lebih rinci.

3.2 Objek Penelitian


Yang dimaksud objek penelitian, adalah hal yang menjadi
sasaran penelitian (Kamus Bahasa Indonesia; 1989: 622). Menurut
(Supranto 2000: 21) Objek penelitian adalah himpunan elemen yang
dapat berupa orang, organisasi atau barang yang akan diteliti.

Keunikan Tradisi Nyadar 6


Kemudian dipertegas (Anto Dayan 1986: 21), objek penelitian,
adalah pokok persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan data
secara lebih terarah. Adapun objek penelitian dalam Karya Tulis
Ilmiah ini adalah tradisi nyadar.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah sebuah tes yang memiliki
karakteristik mengukur informan dengan sejumlah pertanyaan dan
pernyataan dalam penelitian, yang bisa dilakukian dengan membuat
garis besar tujuan penelitian dilakukan (Sukmadinata 2010). Serta
menurut (Sugiono 2009) definisi instrument penelitian ialah alat
bantu yang dipergunakan oleh peneliti dalam mengukur fenomena
alam serta sosial yang sesuai dengan variabel penelitain. Adapun
instrumen penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah kami adalah :
1. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab dengan sesorang (pejabat dan
sebagainya) yang diperlukan untuk untuk dimintai keterangan
atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat dalam surat
kabar, disiarkan melalui radio, atau tayangkan pada layar televisi
(KBBI V). Adapun daftar pertanyaan wawancara kelompok
kami adalah sebagai berikut :
 Bagaimana sejarah muncunya tradisi nyadar?
 Berapa kali tradisi nyadar dilakukan dalam setahun? Dan
kapan saja tradisi nyadar dilakukan?
 Apa saja keunikan dari tradisi nyadar?
 Siapa tokoh penemu tradisi nyadar untuk pertama kalinya?
 Bagaimana serangkaian proses pelaksanaan tradisi nyadar?
 Apa saja barang ataupun bahan yang biasa dibawa pada saat
tradisi nyadar dilakukan?
 Apa makna dari tradisi nyadar?
 Siapa saja yang terlibat dalam tradisi nyadar?
 Bagaimana baju yang harus dikenakan oleh orang yang akan
mengikuti tradisi nyadar?

Keunikan Tradisi Nyadar 7


2. Narasumber
3. Telepon genggam
4. Buku
5. Alat tulis

Keunikan Tradisi Nyadar 8


BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Munculnya Tradisi Nyadar
Asal-usul dari tradisi upacara nyadar yang diselenggarakan oleh
masyarakat Desa Pinggirpapas tidak lepas dari tokoh yang bernama
Anggasuto. Menurut masyarakat tradisi nyadar bukan hanya sebuah
penghormatan kepada leluhur (Anggasuto), akan tetapi sebagai wujud terima
kasih karena sebagai pembuat garam pertama sehingga dengan melaksanakan
upacara nyadar masyarakat berharap dapat memperoleh keselamatan dan
panen selanjutnya lebih baik.
Anggasuto merupakan salah satu sisa balatentara Bali yang kalah perang
dengan kerajaan Sumenep yang masih hidup dan melarikan diri ke desa
Pinggirpapas dengan teman-teman balatentaranya yang masih hidup. Mereka
mendapatkan pengampunan dari Raja sumenep untuk tinggal di desa
Pinggirpapas dan sejak itulah Anggasuto dan teman-temannya menjadi cikal
bakal dan tokoh masyarakat di desa Pinggirpapas. Awalnya desa Pinggirpapas
merupakan daerah yang sangat tandus. Hal ini disesuaikan dengan keadaan
geografis desa Pinggirpapas karena letaknya di dataran rendah dan berbatasan
dengan laut, seringnya air laut menggenangi desa Pinggirpapas sehingga tidak
memiliki sumber air bersih,maka tidak cocok untuk dijadikan pertanian di
bidang agraris oleh masyarakat. Keadaan yang seperti itu, masyarakat tidak
mampu mengelolah dan memanfaatkan lahan yang ada karena tidak didasari
oleh pengetahuan untuk mengelolah lahan yang tandus dan seringnya
tergenang oleh air laut.
Anggasuto dikatakan sebagai cikal bakal oleh masyarakat desa Pinggirpapas
karena telah memberikan pengetahuan bagaimana mengelolah lahan yang
tandus dan digenangi oleh air laut menjadi sumber kehidupan dan
kesejahteraan masyarakat desa Pinggirpapas sekitar tahun 1568-an. Awal
Anggasuto menemukan endapan air laut yang berupa kristal dan ternyata
adalah garam, hal ini tentunya Anggasuto dibekali adanya pengetahuan
tentang garam. Anggasuto dengan cermat mempelajari proses pengkristalan air

Keunikan Tradisi Nyadar 9


laut tersebut dengan keyakinannya bahwa garam ini nantinya memberikan
sumber kehidupan bagi masyarakat, maka Anggasuto mencoba membuat
garam dari air laut. Proses pembuatan awal, Anggasuto membuat enam kotak
yang berisi air laut. Keesokan harinya pada salah satu kotak itu ada warna
putih yang mengendap dan mengkristal. Keadaan yang seperti itu berlanjut
sehingga keenam kotak tersebut menjadi warna putih yang mengendap dan
menkristal. Jadi semua kotak yang dibuat oleh Anggasuto semuanya berhasil.
Penggaraman rakyat sampai sekarang ini terdiri dari enam kotak sebagai
syarat penggaraman. Masyarakat desa Pinggirpapas meyakini apabila
penggaraman tidak terdiri dari enam kotak maka hasil dari penggaraman tidak
berhasil. Seterusnya dari kejadian tersebut, Anggasuto bersama-sama
masyarakat setempat membuat talangan. Beliau kemudian berkata bahwa
kalau bulan depan atau dalam berikutnya air laut dalam talangan itu dapat
menjadi garam lagi,beliau akan melakukan Nyadar (selamatan tasyakuran).
Ternyata usaha tersebut tidak sia-sia air laut yang ada dalam talangan menjadi
garam. Atas peristiwa-peristiwa tersebut masyarakat Pinggirpapas mengakui
bahwa Anggasuto sebagai penemu garam, yaitu sebagai ilmuwan yang mampu
mengamati dan memberi pelajaran kepada masyarakat desa Pinggirpapas
mengenai cara memproduksi garam. Sejak abad XVI pembuatan garam di
Madura dimulai. Upacara Nyadar merupakan upacara selamatan atau
syukuran. Upacara Nyadar sudah dilakukan sejak ditemukannya garam di
daerah Pinggirpapas. Oleh karena itu sudah sepantasnya dan menjadi
kewajiban masyarakat desa Pinggirpapas untuk menghormati dan
melaksanakan tradisi leluhurnya.
Pelaksanaan dari upacara nyadar yang dilakukan oleh masyarakat
Pinggirpapas, kalau dikaji lebih dalam, menurut Farouk, bukan hanya semata-
mata asal usul dari upacara nyadar sebagai wujud penghormatan pada
leluhurnya, tetapi ada hal yang sangat penting lagi untuk dikaji yang kaitannya
dengan mempertahankan konservasi Sumber Daya Alam (SDA). Hal ini dapat
dilihat bahwa di tengah tanah penggaraman ada makam para leluhur
masyarakat desa Pinggirpapas. Makam tersebut oleh masyarakat dikeramatkan
sehingga tidak ada masyarakat yang berani menggusur makam tersebut.

Keunikan Tradisi Nyadar 10


Menurut Syam, “makam bagi masyarakat bukan hanya sekedar mengubur
mayat, akan tetapi makam adalah tempat yang dikeramatkan karena disitu
dikuburkan jasad orang keramat”. Antara tanah dengan roh leluhurnya tidak
dapat dipisahkan, karena roh leluhur oleh masyarakat mempunyai kompetensi
mengawasi dan memberi perlindungan kepada keturunannya dan sekaligus
mempunyai saham atas tanah sehingga penjualan tanah dianggap dengan
menjual roh leluhurnya, maka tanah tersebut harus dijaga. Untuk memperkuat
kesakralan tersebut masyarakat desa Pinggirpapas selalu merayakan upacara
nyadar. Manfaat Upacara Nyadar
Upacara Nyadar merupakan upacara untuk mensyukuri rizki dan wujud terima
kasih terhadap Anggasuto sebagai pembuat garam pertama sehingga dengan
melaksanakan upacara nyadar masyarakat berharap dapat memperoleh
keselamatan dan panen selanjutnya lebih baik. Selain itu upacara nyadar juga
dilakukan untuk melanjutkan tradisi yang dilakukan oleh leluhurnya.

4.2 Pelaksanaan Tradisi nyadar


Pelaksanaan Nyadar dilaksanakan pada perhitungan bintang antara
tanggal 21 Maret dan 21 Juni matahari setiap hari bergeser dari equator
menuju ke garis balik utara (23,5 derajat LU). Pada posisi tersebut Bintang
Karteka dan Bintang Nanggele terlihat di arah timur. Posisi ini menandai
kedatangan musim kemarau yang sangat diharapkan, karena semakin
panjang musim kemarau semakin beruntung untuk usaha penggaraman.
Kemampuan Anggasuto dalam menentukan musim kemarau ini
menunjukkan bahwa Anggasuto mempunyai kemampuan yang memadai
tentang astronomi.Upacara adat Nyadar di desa Kebundadap barat
Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep merupakan upacara yang
dilaksanakan secara rutin tiga kali dalam setahun :
1. Bulan Juli merupakan Nyadar pertama,
2. Bulan Agustus merupakan Nyadar kedua,
3. Bulan September merupakan Nyadar ketiga.
Dan tanggal pelaksanaannya pun tidak boleh mendahului tanggal 12
Maulid. Hal ini sebagai simbol bahwa peringatan Maulid Nabi harus

Keunikan Tradisi Nyadar 11


didahulukan dan mendapat kedudukan yang lebih utama dari peringatan
apapun juga. Masyarakat Pinggirpapas umumnya menyebut dengan istilah
“Maulid Agung”. Sehingga setelah masyarakat Pinggirpapas
memperingati Maulid Agung, maka untuk selanjutnya para tokoh adat atau
pemimpin tradisi Nyadar melakukan acara parembukan (musyawarah)
untuk menentukan pelaksanaan tradisi Nyadar yang ditandai dengan
datangnya musim kemarau. Hari yangditentukan untuk pelaksanaan
Upacara Adat Nyadar tersebut adalah Jumat (hari pertama) dan Sabtu (hari
kedua).
Penentuan tanggal adalah tanggung jawab penghulu. Ia melapor
kepada ketua adat dan keputusannya disahkan dalam upacara perembukan
(musyawarah). Tanggal yang dipilih tidak diumumkan, tetapi pada saat
acara perembukan dimulai masyarakat mendengarkan hasil keputusannya
secara sembunyi- sembunyi. Setelah kebenarannya diyakini kemudian
disebarkan dari mulut ke mulut.

4.3 Keunikan Tradisi Nyadar

Tradisi yang ada di Indonesia pasti memiliki keunikan. Dan keunikan


itu yang menjadikannya terkenal bahkan identitas dari suatu daerah. Seperti
contohnya Bali yang identik dengan tari Kecak. Setiap pertunjukan tari
Kecak di Bali dan di daerah manapun hal yang terlintas bagi setiap orang
pasti Bali. Hal tersebut membuktikkan bahwa keunikan tradisi sebagai
identitas tradisi tersebut.

Seperti halnya contoh di atas. Tradisi Nyadar memiliki keunikan juga.


Beberapa keunikan tradisi Nyadar adalah :

a. Masyarakat yang melaksanakan tradisi Nyadar akan membawa


“tangki”. Tangki merupakan semacam wadah untuk meletakkan nasi
yang biasa disebut “nase’ panjhang”. Kemudian nase’ panjhang ini
di letakkan di dalam bambu kuno lalu di letakkan pada tangki. Apa
keunikannya? Nase’ Panjhang ini memiliki keunikan yaitu nasi ini
di masak satu malam, jika tidak satu malam tidak dapat masak
dengan sempurna. Namun meskipun di masak satu malam, nase’

Keunikan Tradisi Nyadar 12


panjhang tidak menjadi bubur melainkan masak dengan sempurna.

b. Tradisi Nyadar juga memiliki makanan khas. Yaitu Gettas dan


Regginang yang berukuran besar dan rasa yang manis. Gettas adalah
makanan olahan dari ketan kemudian di lumuri gula cair yang
berwarna putih. Kedua makanan ini sudah menjadi identitas dalam
tradisi Nyadar. Banyak masyarakat yang datang pada saat tradisi
Nyadar hanya untuk membeli makanan tersebut. Karena pada hari-
hari biasa Rengginang berukuran besar sangat jarang di temukan.

c. Masyarakat yang melaksanakan tradisi Nyadar menggunakan


pakaian serba hitam dan memakai blankon Jawa. Mereka juga
membawa keris.

Keunikan Tradisi Nyadar 13


BAB V

PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam sejarahnya ritual Nyadar merupakan tradisi yang sudah sejak
lama ada dan dilaksanakan oleh masyarakat desa Pinggirpapas.
Sedangkan dalam praktiknya mereka mempunyai peraturan-peraturan
sebelum melaksanakan upacara seperti mengadakan acara parembukan
(musyawarah) untuk menetapkan waktu pelaksanaan, memberikan
sesaji dan lain sebagainya.
2. Dalam waktunya biasanya masyarakat setempat melaksanakannya tiga
kali dalam setahun atau bertepatan sesudah tanggal 12 Maulid
(sesudah melaksanakan Maulid Agung).. Mengenai harinya selalu
ditetapkan hari Jumat dan Sabtu sebagai hari pelaksanaannya. Dan
tujuan diadakannya tradisi Nyadar tersebut tiap tahunnya adalah untuk
melestarikan kebudayaaan dan menghormati aturan-aturan yang sudah
berjalan lama di Desa Pinggirpapas.
3. Keunikan tradisi Nyadar yaitu Nase’ panjhang yang diletakkan dalam
bambu kuno dan kemudian di letakkan dalam tangki, makanan khas
tradisi Nyadar adalah gettas dan rengginang berukuran besar,
masyarakat yang melaksanakan tradisi Nyadar menggunakan pakaian
serba hitam dan menggunakan blankon Jawa dan membawa keris.

Ritual tradisi Nyadar yang diselenggarakan setiap tahun oleh masyarakat


Pinggirpapas telah menjadi seperti satu kewjiban yang harus dilaksanakan.
Ritual tradisi Nyadar juga dapat dijadikan sarana untuk saling mengenal,
saling menolong, serta saling tenggang rasa antara individu satu dengan
yang lainnya. Hal seperti ini merupakan suatu proses dialog yang positif
diantara mereka.

Adapun pendapat para wisatawan, tokoh agama, dan masyarakat setempat,

Keunikan Tradisi Nyadar 14


mereka pada umumnya mengungkapkan bahwasanya ritual tradisi Nyadar
merupakan salah satu kebudayaan. Selain itu Nyadar merupakan salah satu
wujud rasa syukur terhadap segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah
SWT.

5.2 Saran

1. Ritual tradisi nyadar harus tetap dipertahankan dan dilestarikan oleh


masyarakat Pinggirpapas dan Kebundadap Barat, karena tradisi ini sangat
besar pengaruhnya bagi sikap saling kerjasama antar penduduk setempat
sehingga dapat menciptakan kerukunan antar mereka. Selain itu, hal ini
merupakan suatu identitas sebagai orang Madura khususnya Kabupaten
sumenep yang mempunyai tradisi tersendiri yang harus dipelihara.

2. Perlu adanya pertimbangan logis dalam melakukan ritual tradisi nyadar,


jadi tidak sekedar warisan nenek moyang semata. Masyarakat
pinggirpapas dan Kebundadap Barat juga perlu melihat apakah ritual
tradisi nyadar tersebut benar atau melenceng dari hokum islam.

Keunikan Tradisi Nyadar 15


Daftar Pustaka

Kamus Besar Bahasa Indonesia V (KBBI V)

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/dampak-positif-negatif-globalisasi.html

https://regional.kompas.com/read/2012/05/28/22162976/Kesenian.Tradisi.Teranca
m.Punah

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3587593/nyadhar-ritual-
penghormatan-petambak-garam-sumenep

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace
/bitstream/123456789/8632/1/HOSNOR%20CHOTIMAH-FUF.pdf

http://ensiklo.com/2014/05/08/adat-dan-tradisi-dalam-masyarakat/

Keunikan Tradisi Nyadar 16


Lampiran
1. Lampiran foto

Keunikan Tradisi Nyadar 17


2. Hasil Wawancara
a. Bagaimana sejarah muncunya tradisi nyadar?
Jawaban : Awalnya desa Pinggirpapas merupakan daerah yang sangat
tandus. Hal ini disesuaikan dengan keadaan geografis desa
Pinggirpapas karena letaknya di dataran rendah dan berbatasan dengan
laut, seringnya air laut menggenangi desa Pinggirpapas sehingga tidak
memiliki sumber air bersih,maka tidak cocok untuk dijadikan
pertanian di bidang agraris oleh masyarakat. Keadaan yang seperti itu,
masyarakat tidak mampu mengelolah dan memanfaatkan lahan yang
ada karena tidak didasari oleh pengetahuan untuk mengelolah lahan
yang tandus dan seringnya tergenang oleh air laut. Awal Anggasuto
menemukan endapan air laut yang berupa kristal dan ternyata adalah
garam, hal ini tentunya Anggasuto dibekali adanya pengetahuan
tentang garam. Anggasuto dengan cermat mempelajari proses
pengkristalan air laut tersebut dengan keyakinannya bahwa garam ini
nantinya memberikan sumber kehidupan bagi masyarakat, maka
Anggasuto mencoba membuat garam dari air laut. Proses pembuatan
awal, Anggasuto membuat enam kotak yang berisi air laut. Keesokan
harinya pada salah satu kotak itu ada warna putih yang mengendap dan
mengkristal. Keadaan yang seperti itu berlanjut sehingga keenam kotak
tersebut menjadi warna putih yang mengendap dan menkristal. Jadi
semua kotak yang dibuat oleh Anggasuto semuanya berhasil.
b. Berapa kali tradisi nyadar dilakukan dalam setahun? Dan kapan saja
tradisi nyadar dilakukan?
Jawaban : Upacara adat Nyadar di desa Kebundadap barat
Kecamatan Saronggi dan Desa Pinggirpapas Kecamatan Kalianget
merupakan upacara yang dilaksanakan secara rutin tiga kali dalam
setahun :
1. Bulan Juli merupakan Nyadar pertama,
2. Bulan Agustus merupakan Nyadar kedua,
3. Bulan September merupakan Nyadar ketiga.

Keunikan Tradisi Nyadar 18


Pelaksaan Nyadar pertama dan kedua dilaksanakan di Desa
Kebundadap Barat sedangkan Nyadar ketiga dilaksanakan di Desa
Pinggirpapas (yang biasa disebut Nyadar Bengko).
c. Apa saja keunikan dari tradisi nyadar?
Jawaban : Keunikan tradisi Nyadar yaitu Nase’ panjhang yang
diletakkan dalam bambu kuno dan kemudian di letakkan dalam
tangki, makanan khas tradisi Nyadar adalah gettas dan rengginang
berukuran besar, masyarakat yang melaksanakan tradisi Nyadar
menggunakan pakaian serba hitam dan menggunakan blankon
Jawa dan membawa keris.
d. Siapa tokoh penemu tradisi nyadar untuk pertama kalinya?
Jawaban : Tokoh penemu tradisi Nyadar adalah Anggasuto
e. Bagaimana serangkaian proses pelaksanaan tradisi nyadar?
Jawaban :
- Ritual Nyadar Pertama dan Kedua
Setelah semua perlengkapan upacara disiapkan, maka rangkaian upacara
nyadar pun dimulai. Secara singkat untuk upacara nyadar pertama dan kedua
dilaksanakan pada sore hari sekitar pukul empat sore. Semua elemen masyarakat
berduyun-duyun menuju makam leluhur.

Para sesepuh membawa semua alat dan bahan upacara. Pemuka adat utama
yang kira-kira berjumlah sekitar 40 orang mengenakan pakaian adat berupa jubah
hitam. Hitam menyimbolkan keheningan atau kesedihan. Didahului sesepuh,
semua yang hadir melakukan upacara tabur bunga di makam Pangeran Anggasuto
dan keturunannya.

Usai acara tabur bunga, prosesi dilanjutkan dengan pembacaan doa yang
dipimpin oleh pemuka adat utama. Pemuka adat yang satu ini basanya berpakaian
jubah putih. Putih melambangkan kesucian. Setelah doa selesai oleh pemuka adat
utama, baru semua warga dipersilakan untuk ikut menabur bunga dan membaca
doa di makam leluhur.

Keunikan Tradisi Nyadar 19


Di pemakaman Pangeran Anggasuto, warga melakukan perbagai macam
prosesi Nyadar selama 2 hari. Pada hari pertama, warga datang berbondong-
bondong membawa kembang setaman dan butiran bedak di sore hari.

Kembang dan bedak ditempatkan di Makam Rato Agung Penembahan


sebagai bentuk penghormatan. Bahkan, butiran bedak, ada yang dicampur air
putih lalu dioleskan di bagian dahi. Hal itu dipercaya akan menghilangkan semua
malapetaka yang akan menimpa dan memudahkan rezeki serta mempercepat
mendapatkan jodoh bagi muda-mudi.

Sebagian besar ribuan warga memilih bermalam. Bagi kaum ibu-ibu


diharuskan memasak segala macam masakan dengan ikan laut berukuran besar di
halaman Makam. Masakan tersebut, keesokan harinya dihidangkan bagi warga
dua desa itu (warga setempat menyebut Kauman), tentunya setelah didoakan para
sesepuh desa.

Masakan tersebut tidak disajikan dengan memakai barang yang mudah


pecah. Melainkan memakai tempat besar dari anyaman bambu dan di cat merah.
Aneka makanan lainnya, seperti rengginang ukuran besar juga disajikan.

Sebagian warga yang datang berusaha mendapatkan semua jenis hidangan


yang ada. Sebab dipercaya akan terhindar dari segala macam malapetaka dan
memperoleh kemudahan dalam mencari rezeki. Aksi dorong pun tak bisa
dihindari untuk merebut hidangan.

- Ritual Nyadar Ketiga


Waktu Pelaksanaan Nyadar ketiga sekitar bulan September. Upacara
dilaksanakan di bekas kediaman Pangeran Anggasuto. Ritual ini dimaksudkan
sebagai bentuk sekaran di bekas kediaman leluhur.
Pelaksanaan Nyadar ketiga dimulai dengan pembacaan doa oleh tokoh
adat yang ada di Desa Pinggirpapas Kecamatan Kalianget.
Masyarakat mengamini doa tersebut. Acara dilanjutkan dengan pembacaan naskah
Jatiswara dan Sampurna Sembah. Kedua naskah tersebut dituliskan di atas daun
lontar yang terus dipelihara hingga saat ini.

Keunikan Tradisi Nyadar 20


Keesokan harinya dilakukan upacara selamatan yang disebut upacara
rasolan. Dalam prosesi ini para peserta upacara membawa makanan yang
diletakkan di atas piring keramik yang disebut panjang. Sebelum makan bersama,
masyarakat membaca doa dipimpin pemuka adat.
Biasanya masyarakat hanya memakan sedikit dan membawa pulang sisanya.
Makanan yang dibawa pulang dibagikan kepada para tetangga yang tidak mampu.
Juga kepada anggota keluarga yang tidak hadir pada acara ritual Nyadar. Sedekah
makanan tersebut bertujuan agar mendapat berkah dari pelaksanaan ritual.
Sedangkan makanan yang disajikan harus berupa nasi, telur dan bandeng. Semua
itu diletakkan di atas panjang (piring keramik asing). Piring keramik ini sebagai
simbol tempat menyimpan rezeki. Sebagai simbol harapan agar bisa menabung
rezeki dari hasil panen terakhir. Sedangkan pada panen pertama dan kedua
hasilnya digunakan untuk makan dan kebutuhan sehari-hari.
Dalam upacara Nyadar ketiga, pembaca doa juga mengenakan pakaian khusus
racuk sewu. Pakaian ini menunjukkan bahwa masyarakat Madura menyukai
warna-warna. Setiap warna mempunyai simbol tersendiri.

Warna merah sebagai simbol matahari yang memiliki arti adanya


kehidupan. Warna coklat menjadi simbol tanah yang kita pijak. Warna hitam
simbol musim penghujan. Warna krem meniadi simbol musim kemarau. Bintik-
bintik merah menjadi simbol musim pancaroba yaitu pergantian musim hujan dan
kemarau. Warna bintik-bintik merah yang didasari warna hitam menunjukkan
bahwa warna matahari merah dan warna langit mendung hitam.

f. Apa saja barang ataupun bahan yang biasa dibawa pada saat tradisi
nyadar dilakukan?
Jawaban : Nase’ Panjhang yang diletakkan pada bambu kuno
kemudian di letakkan di dalam tangki.
g. Apa makna dari tradisi nyadar?
Jawaban : Nyadhar adalah ritual yang dilakukan untuk menghormati
salah satu tokoh penemu cara pembuatan garam di Sumenep
h. Siapa saja yang terlibat dalam tradisi nyadar?

Keunikan Tradisi Nyadar 21


Jawaban : Dalam tradisi Nyadar ada sekitar 40 orang pemuka adat
utama (sesepuh) mengenakan baju serba hitam yang mengikuti prosesi
tradisi Nyadar. Tidak lupa anak, cucu dan keturunannya ikut serta
dalam prosesi tradisi Nyadar.
i. Bagaimana baju yang harus dikenakan oleh orang yang akan mengikuti
tradisi nyadar?
Jawaban : Baju yang harus dikenakan orang yang akan mengikuti
tradisi Nyadar yaitu baju serba hitam dan mengenakan blankon Jawa
serta membawa keris.

Keunikan Tradisi Nyadar 22

Anda mungkin juga menyukai