Anda di halaman 1dari 13

TRADISI MUNGGAHAN MENYAMBUT BULAN SUCI

RAMADAN DI KOTA BEKASI JAWA BARAT

Disusun oleh :
DAVINA ZAHRA RINJANI
22107010079

PROGRAM STUDI PENGANTAR STUDI ISLAM

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

2022
ABSTRACT

Indonesia is a country rich in culture. Cultural diversity in Indonesia is


something unique. Each region has its own characteristics that distinguish it
from other regions. The Munggahan tradition is one of the traditions that are
still carried out by the community. This scientific paper explores the Munggahan
tradition in the people of Bandung who live in West Java. The Sundanese people
still maintain the traditional Munggahan customs that can be found when
welcoming the month of Ramadan. Based on the results of secondary data
observations from various sources, this study found the facts that what is
Munggahan, when is the Munggahan tradition carried out, what is the meaning
and purpose of the Munggahan tradition, and how the process of the Munggahan
tradition takes place. This tradition is one of the efforts to strengthen the
relationship. Also as an effort to express the joy of welcoming the month of
Ramadan.

Keyword : Tradition, Munggahan, Ramadan

ABSTRAK
Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan. Keanekaragaman budaya
di Indonesia mnjadi sesuatu yang unik. Setiap daerah memiliki ciri khas sendiri
yang membedakannya dengan daerah lain. Tradisi Munggahan merupakan salah
satu tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat. Karya tulis ilmiah ini
mengupas tradisi Munggahan dalam masyarakat Bandung yang bermukim di
Jawa Barat. Masyarakat Sunda masih memelihara adat istiadat tradisi
Munggahan yang dapat ditemukan saat menyambut datangnya bulan Ramadan.
Berdasarkan hasil observasi data sekunder berbagai macam sumber, penelitian
ini menemukan fakta bahwa apa itu Munggahan, kapan tradisi Munggahan
dilaksanakan, apa makna dan tujuan dari tradisi Munggahan, serta nagaimana
proses berlangsungnya tradisi Munggahan. Tradisi ini menjadi salah satu upaya
mempererat tali silaturahmi. Juga sebagai upaya meluapkan kegembiraan
menyambut datangnya bulan Ramadan.

Keyword : Tradisi, Munggahan, Ramadan

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala yang telah meberikan


kemudahan pada peneliti untyk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat, hidayah,
dan pertolongan-Nya lah peneliti dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Tradisi Munggahan Menyambut Bulan Suci Ramadan di Kota Bekasi Jawa Barat
tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Studi Islam. Selain itu, peneliti juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.

Terima kasih peneliti ucapkan sebesar-besarnya kepada Dosen Pengantar


Studi Islam, Bapak Dr. Mustari M.Hum dan seluruh pihak yang telah mendukung
peneliti sehingga dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Harapannya, kami
para mahasiswa pada khususnya, dan para pembaca pada umumnya dapat
memberikan sudut pandang baru.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang peneliti
miliki. Oleh karena itu, segala bentuk saran dan kritik yang membangun
senantiasa peneliti harapkan. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
berbagai pihak.

Yogyakarta, 20 September 2022

Davina Zahra Rinjani

3
DAFTAR ISI

ABSTRACT.........................................................................................2

KATA PENGANTAR.........................................................................3

DAFTAR ISI........................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN....................................................................5
1.1. Latar Belakang........................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................6
1.3.Tujuan Penelitian.....................................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian..................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................6
2.1. Pengertian Tradisi……………………..……………………………………………………………….7

2.2. Pengertian Munggahan………………………..…………………………………………………….7

2.3. Hukum Munggahan…………..……………………………………………………………………….7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................7


3.1. Metode Penelitian...................................................................................7
3.2. Sumber Data...........................................................................................7
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................8
4.1.Tradisi Munggahan..................................................................................8
4.2.Makna Tradisi Munggahan......................................................................9
4.3.Proses Tradisi Munggahan......................................................................9
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................11
5.1. Kesimpulan..........................................................................................11
5.2. Saran....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................12

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Islam sebagai agama Allah Subhanahu Wata A’la yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Al-Hadits. Islam dibawa oleh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi
Wasallam kepada umat manusia agar manusia meraih keselamatan di dunia
maupun di akhirat. Islam berasal dari kata salima yuslimu istislaam –artinya
tunduk atau patuh– selain yaslamu salaam –yang berarti selamat, sejahtera, atau
damai. Allah menurunkan aturan kepada manusia. Bertujuan agar manusia tetap
berada di jalan yang benar.

Jika dilihat dari sejarah perkembangan Islam di Indonesia, ajaran Islam


hadir dan menyebar melalui akulturasi dengan budaya lokal. Melalui kebudayaan
yang berkembang di masyarakat menjadikan penyebaran agama Islam pada saat
itu menjadi mudah. Ajaran-,ajaran yang didasarkan atas kebiasaan setempat (‘urf)
tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki suku, agama, ras, dan
budaya yang beraneka ragam. Keanekaragaman budaya di Indonesia menjadi
sesuatu yang unik dan lestari. Kelestarian budaya didukung oleh keinginan
masyarakat yang mempertahankan budaya yang telah berjalan turun-temurun.
Masing-masing daerah memiliki adat istiadat yang beragam. Adat istiadat
dipahami sebagai bentuk kebiasaan turun-temurun yang dilakukan berulang yang
menjadi ciri khas suatu daerah.

Singkatnya adat istiadat adalah tradisi lokal yang dapat mengatur interaksi
antar masyarakat. Tradisi atau adat istiadat dari daerah yang satu dengan yang lain
memiliki perbedaan dari segi nama, proses, tujuan, tempat, ataupun hal-lain
lainnya. Pada masyarakat Sunda, misalnya, di akhir bulan Sya’ban, menjelang
bulan Ramadan, ada sebuah tradisi yang sampai saat ini masih dilakukan oleh
masyarakat. Tradisi keagaman tersebut dinamakan Munggahan.

5
1.2. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah dalam penyelesaian makalah ini maka peneliti akan


merumuskan masalah sebagai awal Langkah dari penelitian. Rumusan-rumusan
dan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut :

1) Apa yang dimaksud dengan tradisi Munggahan?


2) Kapan tradisi Munggahan dilaksanakan?
3) Apa makna dan tujuan dari tradisi Munggahan?
4) Bagaimana proses terjadinya tradisi Munggahan?

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentu mempunyai maksud dan tujuan yang ingin dicapai.
Adapun tujuan yang ingin dicapai diantaranya :

1) Untuk mengetahui apa itu tradisi Munggahan.


2) Untuk mengetahui kapan dilaksanakannya tradisi Munggahan.
3) Untuk mengetahui makna dan tujuan dari tradisi Munggahan.
4) Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya tradisi Munggahan

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti
a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi peneliti terkait
apa itu tradisi Munggahan yang dilakukan oleh masyarakat Sunda di Jawa
Barat.
b. Diharapkan peneliti dapat mengetahui makna dan tujuan dari tradisi
Munggahan
c. Diharapkan dapat memperluas wawasan peneliti terkait tradisi-tradisi yang
ada di Indonesia

2. Pihak lain
a. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat sebagai bahan acuan untuk
penelitian selanjutnya dan bisa dikembangkan menjadi lebih sempurna
b. Diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca terkait tradisi-
tradisi yang ada di Indonesia khususnya di Jawa Barat

6
c. Diharapkan bagi pembaca untuk mengetahui makna dan tujuan dari tradisi
Munggahan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Tradisi

Tradisi atau kebiasaan merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku


manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilakukan secara turun
temurun dimulai dari nenek moyang. (Coomans, 1987:73). Seperti yang kita
ketahui, tradisi adalah suatu hal yang melekat di masyarakat yang dilakukan
secara berulang-ulang. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi. Tradisi
itu hadir sejak zaman dahulu hingga ada sampai saat ini. Tradisi menyebar lewat
lisan atau dari mulut ke mulut orang-orang terdahulu.

2.2. Pengertian Munggahan

Munggahan berasal dari bahasa Sunda yaitu “unggah” yang berarti naik.
Secara istilah, Munggahan dapat diartikan naik ke bulan suci atau tinggi derajat.
Munggahan merupakan salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat
Sunda dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Kegiatan yang
dilakukan selama Munggahan ini bervariasi diantaranya berkumpul bersama
keluarga, makan besar, bersedekah, atau ziarah ke makam kerabat.

2.3. Hukum Munggahan

Dalam Islam memang tidak ada tradisi Munggahan bahkan Nabi


Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam tidak melakukan dan tidak mengajarkan
tradisi itu. Namun terdapat banyak hikmah yang bisa diambil dari tradisi
Munggahan ini. Diantaranya menjaga silaturahmi. Keluarga yang merantau
biasanya datang ke kampung halaman menjelang Ramadan atau menjelang hari
raya Idul Fitri untuk tetap menjaga tali persaudaraan.

7
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Agar mendapatkan hasil penelitian yang akurat, peneliti meneliti


menggunakan metode pendekatan kualitatif. Menurut Moleong
(2017:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif
bertujuan menerangkan, menjelaskan, dan menjawab rinci permasalahan yang
diteliti. Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

3.2. Sumber Data

Karena keterbatasan lokasi dan jarak maka peneliti mengumpulkan data


dalam penelitian ini menggunakan satu jenis sumber data yakni data sekunder.
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat demikian memberikan informasi
mengenai penelitian terkait.

Menurut Sugiyono (2018:456) data sekunder yaitu sumber data yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau lewat dokumen. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder
adalah jurnal, artikel, dan berita yang berkaitan dnegan topik penelitian mengenai
tradisi Munggahan di Kota Bekasi Jawa Barat.

8
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Tradisi Munggahan

Menjelang bulan suci Ramadan, masyarakat Indonesia biasa melakukan


berbagai tradisi untuk menyambutnya. Serangkaian tradisi menyambut bulan
Ramadan ini merupakan kegiatan yang dilakukan secara turun temurun sejak
zaman dahulu. masyarakat Sunda melakukan sebuah tradisi yang dikenal dengan
tradisi “Munggahan”.

Munggahan berasal dari Bahasa Sunda unggah yang berarti naik, yang
memiliki makna naik ke bulan yang suci atau tinggi derajatnya. Tradisi yang
dinamakan “Munggahan” masih terpelihara dengan baik. Pada kamus Basa Sunda,
Unggah berarti kecap pagawean nincak ti handap ka nu leuwih luhur, naek ka
tempat nu leuwih luhur (Danadibrata, 2006), artinya kata kerja beranjak dari
bawah ke yang lebih atas, naik ke tempat yang lebih atas.

Sesuai dengan pengertiannya, tradisi munggah memiliki arti pengharapan


perubahan ke arah yang lebih baik dari bulan Sya’ban menuju bulan Ramadan.
Masyarakat Sunda menjalankan tradisi ini sebagai wujud ungkapan rasa syukur
kepada Allah menyambut bulan yang paling dinantikan umat Islam yakni, bulan
Ramadan.

Dalam proses penyebaran tradisi keagamaan Islam di Indonesia, tak bisa


lepas dari peranan wali sanga. Taktik dan strategi yang digunakan dalam
melakukan penyebaran ajaran Islam sangatlah sukses. Sunan Kalijaga yang
dikenal dengan kepiawaiannya dalam menyebarkan agama Islam di pulau Jawa
dengan mengakaulturasi budaya setempat. Munggahan merupakan salah satu
strategi yang dilakukan.

4.2. Makna Tradisi Munggahan

Tradisi Munggahan dimaknai sebagai pengingat datangnya bulan


Ramadan. Unggah yang berarti naik memiliki makna tersirat bahwa

9
diharapkannya keimanan umat Islam terus naik pada saat mengawali dan
mengakhiri bulan Ramadan. Makna melestarikan sebuah budaya selama tidak
melanggar batasan syari’ah yang lain dapat mendorong semangat mengisi bulan
Ramadan dengan kegembiraan.
Budaya munggahan tidak langsung dicontohkan oleh Nabi Muhammad
‫ﷺ‬. Tetapi jika dilihat dari makna dan hikmahnya budaya ini dapat memberikan
pengaruh positif dalam memperkenalkan agama Islam kepada seluruh kalangan
bahwa Ramadan merupakan bulan yang istimewa bagi umat Islam. Mulai dari
anak-anak hingga orang dewasa turut meramaikan datangnya bulan yang penuh
berkah ini. Setiap muslim dianjurkan mempersiapkan diri dan menyambut bulan
yang penuh kemuliaan dan keberkahan. Sebagaimana yang telah Ibnu Rajab Al-
Hambali katakan,

“Bagaimana tidak gembira? seorang mukmin diberi kabar gembira dengan


terbukanya pintu-pintu surga. Tertutupnya pintu-pintu neraka. Bagaimana
mungkin seorang yang berakal tidak bergembira jika diberi kabar tentang sebuah
waktu yang di dalamnya para setan dibelenggu. Dari sisi manakah ada suatu
waktu menyamai waktu ini (Ramadhan). (Latha’if Al-Ma’arif hlm. 148)

4.3. Proses Tradisi Munggahan

Tradisi utama yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengisi tradisi


Munggahan adalah makan bersama. Umumnya dilakukan satu sampai dua hari
menjelang masuknya bulan Ramadan. Pada malam munggah, anggota keluarga
yang merantau menyempatkan diri untuk mudik dan berkumpul bersama. Menu
munggahan yang biasanya disajikan antara lain nasi, ayam goreng, semur daging,
lalapan, tahu dan tempe goreng.

Proses lain yang biasa dilakukan ketika munggahan adalah proses ziarah
ke makam kerabat keluarga terdekat. Biasanya dilakukan pada saat beberapa hari
sebelum memasuki bulan Ramadan atau pada saat idul fitri. Kegiatan ziarah kubur
ini bertujuan agar senantiasa mengingat kematian sehingga dapat mendorong
individu meningkatkan kualitas beribadah. Tradisi ziarah yang dilakukan
masyarakat biasanya membawa air dan kembang.

10
Selain makan bersama dan ziarah, kegiatan lain yang dilakukan selama
tradisi munggahan adalah berupa membagikan bingkisan seperti kue-kue, bahan
makanan mentah, makanan matang, dan lain-lain. Bingkisan tersebut kemudian
dibagikan kepada saudara dekat. Umumnya keluarga yang lebih muda mendatangi
dan membawa bingkisan kepada keluarga yang lebih tua. Tradisi ini merupakan
salah satu wujud dari bersedekah kepada sesama. Tidak hanya dilakukan sebelum
memasuki Ramadan, tetapi beberapa masyarakat melakukan tradisi ini saat
menjelang hari raya Idul Fitri Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk menjaga
silaturahmi dan menghormati saudara yang lebih tua.

11
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti melalui data


sekunder dapat disimpulkan bahwa tradisi Munggahan masih banyak dilaksanakan
terutama di wilayah pedesaan. Masyarakat mengatakan tradisi ini bukanlah hal
yang wajib untuk dilaksanakan tetapi sebagian besar masih melakukannya.
Kebanyakan masyarakat memaknai bahwa tradisi ini sebagai bentuk rasa syukur
kepada Allah dalam menyambut datangnya bulan Ramadan. Tradisi ini berupa
makan bersama, membagikan bingkisan kepada saudara, hingga ziarah kubur.
Dengan adanya tradisi ini, masyarakat teringat untuk saling berbagi.

Tak bisa dihindari bahwa semakin berjalannya waktu maka tradisi


Munggahan perlahan mulai luntur dari masyarakat. Mengetahui bahwa tradisi
munggahan tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬namun yang terpenting
adalah bagaimana sikap individu seharusnya menyambut datangnya bulan suci
Ramadan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data-data sekunder,


penelitian ini berjalan dengan baik. Adapun saran untuk penelitian selanjutnya
hendaknya menggunakan data yang lebih optimal terutama data primer baik
melalui wawancara, observasi, ataupun terlibat langsung dalam tradisi
Munggahan. Kemudian hendaknya penelitian selanjutnya mengungkapkan
pandangan islam secara mendalam mengenai tradisi ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Prehatinia, Tata Twin. 2022. Widiati Isana. “Perkembangan Tradisi Keagamaan


Munggahan Kota Bandung Jawa Barat Tahun 1990-2020,” Jurnal volume 1
Nomer 1 (hlm. 66-73)

Zaelani, Abdul Qodir. 2019. “Nyorog Tradition of Betawi in The Perspective of


Islamic Family Law,” Jurnal volume 19 Nomer 1, (hlm. 216-217)

Regina, Salma Dinda. 2022. “Apa itu Munggahan? Acara Sakral yang Biasa
Dilakukan Orang Sunda Menjelang Puasa Ramadan,”
https://jabar.tribunnews.com/2022/03/28/apa-itu-munggahan-acara-sakral-
yang-biasa-dilakukan-orang-sunda-menjelang-puasa-ramadhan, diakses pada
26 September 2022 pukul 23.05

Anggraini, Rizka Gusti. 2022 “Serba-Serbi Tradisi Munggahan Jelang Ramadan


di Indonesia” https://www.pegipegi.com/travel/serba-serbi-tradisi-
munggahan-jelang-ramadan-di-indonesia/, diakses pada 26 September 2022
pukul 11.07

13

Anda mungkin juga menyukai