Anda di halaman 1dari 15

“OBSERVASI TRADISI WARISAN BUDAYA JAWA: STUDI KASUS

KELUARGA MUSLIM DI BLITAR.”

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah Studi Teologi Islam

Dosen Pengampu : Dr. Ita Rahmania Kusumawati, S.S., S.Si., M.A

Disusun Oleh: Kelompok 18


Muhammad Fahmi Alibi (NIM:2293054009)
Rifqi Nur Ahmada (NIM:2293054047)

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI PENDIDIDKAN BAHASA ARAB

UNIIVERISTAS HASYIM ASY ‘ARI

TEBUIRENG JOMBANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“OBSERVASI TRADISI WARISAN BUDAYA JAWA: STUDI KASUS KELUARGA
MUSLIM DI BLITAR.”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas ujian tengah
semester (UTS) pada Mata Kuliah Studi Teologi Islam. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi
pembacanya.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu


Dr. Ita Rahmania Kusumawati, S.S., S.Si., M.A selaku dosen pembimbing mata
kuliah Studi Teologi Islam karena tugas yang telah diberiakan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang Teologi dan Ilmu Kalam.
Penulis juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kategori
sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
bagi penulis demi perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini
memberikan manfaat serta keberkahan bagi semua pihak pembaca.

Jombang, 05 April 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
1. LATAR BELAKANG..............................................................................................1
2. PERMASALAHAN YANG DITELITI..................................................................2
3. REFERENSI JURNAL............................................................................................2
4. LAPORAN KEGIATAN OBSERVASI..................................................................3
5. ANALISIS HASIL OBSERVASI............................................................................4
6. KESIMPULAN.........................................................................................................5
7. DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh
masyarakat Jawa khususnya di Banten Utara, Jawa Barat Utara, Jawa Tengah,
Yogyakarta, dan Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat dibagi menjadi
3 yaitu budaya Jawa Kulonan (Banten Utara-Jawa Barat Utara-Jawa Tengah Barat),
budaya Jawa Tengah(Timur)-DIY, dan budaya Jawa Timur. Budaya Jawa
mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam kehidupan sehari-
hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Budaya Jawa
selain terdapat di Banten Utara, Jawa Barat Utara, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan
Jawa Timur terdapat juga di daerah perantauan orang Jawa yaitu
di Jakarta, Sumatra, dan Suriname. Bahkan budaya Jawa termasuk salah satu
budaya di Indonesia yang paling banyak diminati di luar negeri. Beberapa budaya
Jawa yang diminati di luar negeri adalah Wayang kulit, Keris, Batik, Kebaya,
dan Gamelan. Budaya Jawa termasuk unik karena membagi tingkat bahasa
Jawa menjadi beberapa tingkat yaitu Ngoko, Madya, dan Krama. Ada yang
berpendapat budaya Jawa identik feodal dan sinkretik. Pendapat itu kurang tepat
karena budaya feodal ada di semua negara termasuk Eropa. Budaya Jawa
menghargai semua agama dan pluralitas sehingga dinilai sinkretik oleh budaya
tertentu yang hanya mengakui satu agama tertentu dan sektarian.
Budaya Jawa juga menghasilkan pola-pikir bagi masyarakat jawa itu
sendiri yaitu Kejawen. Kejawen berisikan tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap
serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen juga memiliki arti spiritualistis atau
spiritualistis suku Jawa. Tetapi mayoritas orang Jawa sekarang menganut
agama Islam dan sebagian kecil orang Jawa menganut agama Kristen atau Katolik.
Dahulu orang Jawa menganut agama Hindu, Buddha, dan Kejawen. Bahkan orang
Jawa ikut menyebarkan agama Hindu dan Buddha dengan sejumlah kerajaan
Hindu-Buddha Jawa yang berperan. Orang Jawa juga ikut menyebarkan agama
Islam dan Kristen atau Katolik di Indonesia. Orang Jawa termasuk unik karena
menjadi satu satunya suku di Indonesia yang berperan penting dalam menyebarkan

1
5 agama besar. Seorang peneliti AS Clifford Geertz bahkan pernah meneliti orang
Jawa dan membagi orang Jawa menjadi 3 golongan besar yaitu: Abangan, Priyayi,
dan Santri.
Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum
bisa
meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya, meskipun terkadang tradisi dan budaya
itu bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Memang ada beberapa tradisi dan
budaya Jawa yang dapat diadaptasi dan terus dipegangi tanpa harus berlawanan
dengan ajaran Islam, tetapi banyak juga budaya yang bertentangan dengan ajaran
Islam. Masyarakat Jawa yang memegangi ajaran Islam dengan kuat (kaffah)
tentunya dapat memilih dan memilah mana budaya Jawa yang masih dapat
dipertahankan tanpa harus berhadapan dengan ajaran Islam. Sementara masyarakat
Jawa yang tidak memiliki pemahaman agama Islam yang cukup, lebih banyak
menjaga warisan leluhur mereka itu dan mempraktekkannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari, meskipun bertentangan dengan ajaran agama yang mereka anut.
Fenomena seperti ini terus berjalan hingga sekarang
Gambaran masyarakat Jawa seperti di atas menjadi penting untuk dikaji,
terutama terkait dengan praktek keagamaan kita sekarang. Sebagai umat beragama
yang baik tentunya kita perlu memahami ajaran agama kita dengan memadai,
sehingga ajaran agama ini dapat menjadi acuan kita dalam berperilaku dalam
kehidupan kita. Karena itulah, dalam tulisan yang singkat ini akan diungkap
masalah tradisi dan budaya Jawa dalam perspektif ajaran Islam. Apakah tradisi dan
budaya Jawa ini sesuai dengan ajaran Islam atau sebaliknya, bertentangan dengan
ajaran Islam. 1
Disini kami akan mengkaji dan mengobservasi sebuah keluarga muslim di
Blitar yang masih menggunakan warisan adat jawa salah satunya mengenai itungan
weton jawa dalam kehidupan sehari-harinya. Kami akan melakukan observasi
seperti apa batasan keluarga muslim ini dalam menggunakan adat jawa serta
melaksanakan kewajiban ajaran agama islam.

1
Sundar, Asri dkk., Naga Dina, Naga Sasi, Naga Tahun Sebuah Identitas, Petungan Dan Pantangan Dalam
Kearifan Lokal Kepercayaan Masyarakat Jawa Di Tengah Globalisasi, Vol 3, Enggang: Jurnal Pendidikan,
Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya, 2022

2
B. PERMASALAHAN YANG DITELITI
Dalam penelitian ini, kami mengambil beberapa masalah yang akan kami
teliti dan akan kami tindak lanjuti sebagaimana mestinya sebagai berikut:
1. Apa Alasan keluarga muslim di Blitar masih memakai itungan weton
jawa dalam kehidupan sehari-hari?
2. Bagaimana penerapan itungan jawa dalam kehidupan sehari-hari?
3. Apa saja warisan budaya jawa yang masih dilaksanakan dalam keluarga
islam di Blitar?

C. TUJUAN PENELITIAN
Sebagaimana masalah-masalah yang telah ditulis diatas, bisa disimpulkan
bahwa tujuan penelitian kami adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Alasan keluarga muslim di Blitar masih memakai
itungan weton jawa dalam kehidupan sehari-hari.
2. Untuk mengetahui penerapan itungan jawa dalam kehidupan sehari-hari.
3. Untuk mengetahui warisan budaya jawa yang masih dilaksanakan dalam
keluarga islam di Blitar.

D. KAJIAN TEORI
D.1 Tradisi Jawa
Tradisi, kebiasaan, atau leluri (bahasa Latin: traditio, "diteruskan")
adalah sebuah bentuk perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dengan cara
yang sama. Kebiasaan yang diulang-ulang ini dilakukan secara terus menerus
karena dinilai bermanfaat bagi sekelompok orang, sehingga sekelompok
orang tersebut melestarikannya. Kata "Tradisi" diambil dari bahasa latin
''Tradere'' yang bermakna mentransmisikan dari satu tangan ke tangan lain
untuk dilestarikan. Tradisi secara umum dikenal sebagai suatu bentuk
kebiasaan yang memiliki rangkaian peristiwa sejarah kuno. Setiap tradisi
dikembangkan untuk beberapa tujuan, seperti tujuan politis atau tujuan
budaya dalam beberapa masa.
Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh
masyarakat Jawa khususnya di Banten Utara, Jawa Barat Utara, Jawa

3
Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat
dibagi menjadi 3 yaitu budaya Jawa Kulonan (Banten Utara-Jawa Barat
Utara-Jawa Tengah Barat), budaya Jawa Tengah(Timur)-DIY, dan budaya
Jawa Timur. Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan
keserasian dalam kehidupan sehari-hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi
kesopanan dan kesederhanaan.
D.2 Tradisi Jawa Jaman Dulu
Masyarakat dari suku Jawa dapat dikenali dari bahasa, garis
keturunan, filosofi hidup, dan sikapnya yang masih dapat diamati hingga saat
ini. Herusatoto (1987) mendefinisikan masyarakat Jawa adalah sebagai salah
satu masyarakat yang hidup dan tumbuh berkembang dari zaman dahulu
sampai sekarang dan turun temurun menggunakan bahasa Jawa dalam
berbagai ragam dialeknya serta mendiami sebagian besar Pulau Jawa.
Sebagian besar masyarakat suku Jawa menggunakan bahasa Jawa dalam
berkomunikasi sehari-hari. Bahasa Jawa dikenal dengan aturan yang dikenal
dengan unggah-ungguh, dengan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan
antara pembicara dan lawan bicara. Aspek kebahasaan ini sesuai dengan
adanya pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa terutama status sosial
seseorang di masyarakat.
Selanjutnya adalah sistem kekerabatan parental atau bilateral yang
memperhitungkan keturunan dari pihak ibu dan ayah. Dengan prinsip
bilateral, maka seseorang dari suku Jawa memiliki hubungan yang sama
luasnya dengan keluarga dari pihak ibu dan pihak ayah. Kemudian, dalam
bukunya yang berjudul Pandangan Hidup Jawa (1990) yang ditulis Suyanto
dijelaskan bahwa karakteristik budaya Jawa adalah religious, non-doktriner,
toleran, akomodatif, dan optimistic. Karakteristik budaya Jawa ini
memunculkan sifat khas yang kerap dilakukan oleh masyarakat Jawa seperti
ramah, sederhana, luwes, dan berpegang erat pada tradisi. Selain itu,
masyarakat Jawa dikenal memegang teguh filosofi hidup seperti Narimo ing
Pandum (menerima bagiannya masing-masing) dan memayu hayuning
bawana (mempercantik keindahan dunia).
D.3 Tradisi Jawa Masa Kini

4
Penulis menemukan bahwa banyak sekali perubahan yang terjadi
ditengah masyarakat. Mulai dari perubahan tradisi yang dulunya disakralkan
sekarang lebih banyak dijadikan sebagai hiburan. Makanan juga mengalami
perubahan yang sama, dimana makanan-makanan tradisional mulai
tergantikan dengan makanan-makanan dari daerah lain. Pakaian
masyarakatpun kini jarang ada yang memakai pakaian tradisional melainkan
pakaian ala barat yang mengikuti trend. Untuk mata pencaharian masih
didominasi oleh petani dan pedagang, meskirun ada juga yang menjadi
pegawai swasta ataupun negri. Selain itu teknologi yang digunakan
masyarakat kini lebih modern dan efisien daripada teknologi pada jaman
dahulu, meskipun masih banyak juga yang menggunakan teknologi
tradisional.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. DATA LAPORAN OBSERVASI


1. DATA OBSERVASI
a) Hari/Tanggal : Senin/10 April 2023
b) Waktu : 20.00 WIB s/d Selesai
c) Tempat : Dsn. Sumberjo 05/04 Jabung Talun Blitar
d) Subjek/Narasumber : Bapak Nur Ali dan Ibu Siti Zulaikah
e) Hasil Observasi :
1) Itungan weton jowo ini sudah merupakan warisan dari keluarga
terdahulu dan mereka sebagai generasi penerus masih
melestarikannya dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari
meskipun hanya sebagai pengadatan saja.
2) Ada banyak sekali penerapan itungan weton jowo yang digunakan
dalam kehidupan sehari hari misalnya: Lungo (Berpergian), Tandur
(bercocok tanam), Ngetok kayu (motong kayu). Itungan weton jowo
ini juga sangat digunakan pada waktu mantu (perjodohan atau
pernikahan).
3) Warga masih memelihara adat budaya jawa lainnya yakni kenduren,
unggahan dan udunan, wetonan dan tingkeban

2. WAWANCARA

hallo teman-teman…

Kali ini penulis akan membahas mengenai “laporan hasil observasi tradisi warisan
budaya jawa: studi kasus keluarga muslim di blitar.”. Dimana materi tersebut berada di
dalam mata kuliah Teologi Islam yang penulis tempuh ketika Semester 2. Tugas observasi
mengenai warisan budaya jawa: studi kasus keluarga muslim di blitar tersebut bertujuan

6
untuk menambah pemahaman mengenai mata kuliah Teologi Islam yang penulis tempuh.
Semoga bermanfaat….

Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang tinggal dipulau Jawa, dan yang disebut
masyarakat Jawa meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur, Jawa Barat tidak ikut serta dalam
suku Jawa karena Jawa Barat merupakan suku Sunda. Masyarakat Jawa memiliki banyak
sekali hal-hal yang sangat menarik untuk dikaji, diamati, dan dipelajari. Hal-hal tersebut
diantaranya yaitu, tradisi, makanan, pakaian, mata pencaharian, teknologi, dan masih banyak
lagi yang lainya. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk melakukan pengamatan atau
observasi di lingkungan penulis sendiri. Meskipun hanya pengamatan sederhana, namun
ilmu yang penulis dapatkan sangatlah berharga dan bermanfaat untuk menambah ilmu serta
pengalaman penulis dalam hal kebudayaan.

Pada hari Senin dan Selasa, 10-11 April 2023, penulis melakukan pengamatan-
pengamatan sederhana dilingkungan sekitar rumah penulis, yaitu di Dsn. Sumberjo 05/04
Desa Jabung, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar. Di sana penulis menemukan fenomena
bahwa masyarakat di tempat tinggal penulis masih mewarisi budaya jawa.

Di bawah ini merupakan beberapa gambaran mengenai laporan hasil observasi yang
penulis lakukan di lingkungan tempat tinggal penulis:

Tradisi adalah kebiasaan yang diwariskan dari suatu generasi kegenerasi berikutnya
secara turun-temurun, mencakup berbagai nilai budaya yang meliputi adat istiadat, sistem
kepercayaan, dan sebagainya, kata tradisi berasal dari bahasa Latin “tradition” yang berarti
diteruskan.

Budaya merupakan cara hidup yang berkembang serta dimiliki bersama oleh
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari berbagai
unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, perkakas, bahasa, bangunan,
pakaian, serta karya seni.

Sedangkan Warisan adalah semua kekayaan peninggalan yang diberikan pada


keluarga atau ahli waris saat seseorang meninggal dunia. Hubungan terhadap ahli waris ini

7
ditentukan berdasarkan hubungan pernikahan, saudara, kerabat, dan darah. Harta waris yang
ditinggalkan dapat berwujud aset bergerak dan tidak bergerak.
Hasil penelitian menunjukan bahwa itungan jawa masih digunakan dalam
kehidupan keluarga muslim di Blitar. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada
keluarga muslim yang ada di Blitar yang masih mengggunakan itungan jawa , mengatakan:
“ Dikarenakan kami hidup di jawa, jadi ya kami masih menggunakan itungan itu
cuma perlu digaris bawahi bahwa hanya sebagai pengadatan saja tidak semena-mena
mempercayai bahwa takdir ditentukan dengan itungan itu”
Beliau juga mengatakan bahwa :
“Ya karena dari kecil orang tua juga sangat kental memakai itungan seperti ini
misalnya saat berpergian, saat bercocok tanam bahkan saat akan memotong kayu pun aada
itungannya”
Narasumber Bapak Nur Ali juga mengatakan bahwa:
“Saya sudah diwariskan oleh kedua orang tua saya sedari kecil kami anak anak
beliau juga melihat secara langsung dari situ kita mengikuti sendiri. Malah saya dulu
menjadi rujukan masalah persoalan nikah untuk itungan jawa didaerah sini. Jadi kalau ada
yang mau nikah tanya dulu pas atau tidak begitu menurut itungan jawa.”
Ibu Zulaikhah mengatakan bahwa:
“Mau percaya tidak percaya mas ya. Soalnya kalau dilihat pada realitinya itu
beberapa hitungan yang kurang tepat yang disenyalir akan mendapat sebuah bala’ atau
musibah itu memang terjadi di masyarakat sini”

B. ANALISIS HASIL OBSERVASI

Implementasi Terhadap Perhitungan Weton dalam Hukum Islam dan Hukum Adat

Berbicara mengenai hukum Islam dan mengangkat wacana Bid’ah selalu unik dan
menarik. Apalagi Islam di Indonesia khusunya di Jawa tidak akan semakin bersih dari
adanya
pengaruh kebudayaan disekitarnya. Apakah nantinya yang lebih terlihat itu muatan budaya

Dari hasil observasi di atas, berdasarkan data yang terperinci tersebut bisa dianalisis
bahwasannya masyarakat jawa masih banyak yang mewarisi budaya jawa meskipun tidak

8
merata, alasan mereka dikarenakan mereka hidup di Jawa, jadi mereka mewarisi dan
senantiasa menjaga warisan budaya dari leluhur mereka, mereka juga meyakini bahwa
warisan budaya jawa yang kita observasi adalah hasil buatan para walyulloh zaman dahulu,
salah satu warisan budaya Jawa yang masih dipegang teguh sampai sekarang meski tidak
semuanya memegang teguh yakni itungan weton jowo, tidak bisa dipungkiri rata-rata
kejadian demi kejadian benar-benar terjadi dan sesuai dengan itungan weton tersebut.

Disisi lain mereka bukan menomersatukan kepercayaan mereka diatas takdir Allah,
seperti yang disampaikan oleh Ibu Siti Zulaikah; “perlu digaris bawahi bahwa hanya sebagai
pengadatan saja tidak semena-mena mempercayai bahwa takdir ditentukan dengan itungan
itu”. Seperti yang tercantum dalam Q.S Al Hadid Ayat 22

َ ِ‫ب ِّمن قَ ْب ِل َأن نَّ ْب َرَأهَٓا ۚ ِإ َّن ٰ َذل‬


‫ك َعلَى ٱهَّلل ِ يَ ِسي ٌر‬ ٍ َ‫ض َواَل فِ ٓى َأنفُ ِس ُك ْم ِإاَّل فِى ِك ٰت‬
ِ ْ‫صيبَ ٍة فِى ٱَأْلر‬
ِ ‫اب ِمن ُّم‬
َ ‫ص‬َ ‫َمٓا َأ‬

Artinya: "Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah,"

Dengan demikian Tradisi perhitungan weton salah satunya dalam hal pernikahan
masyarakat Jawa terhadap hukum Islam dapat ditarik beberapa prinsip yang harus dibangun
yaitu dalam masalah tradisi perhitungan weton hendaklah dipahami terlebih dahulu sebagai
cara ikhtiari dan sebagai bagian dari muamalah bukan masalah ibadah, tidak menghalalkan
apa yang diharamkan Allah dan hendaknya umat Islam agar selalu taat kepada ketetapan
Allah baik dari segi muamalah maupun ibadah, mengedepankan sikap toleran yang
menjunjung tinggi akhlakul karimah dalam menyikapi perubahan yang terjadi didalam
lingkungan masyarakat dengan tetap berpegang teguh dengan hukum Islam.

9
BAB III
PENUTUP

G. KESIMPULAN

Tradisi Weton merupakan upacara adat suku Jawa yang memiliki nama lain
wedalan. Weton dilaksanakan pada saat hari lahir ketika 35 hari sekali. Bagi masyarakat
Jawa
tradisi ini sangatlah perlu untuk mengenal Weton seseorang yang lahir hal ini dilihat dari
kalender Jawa. Orang jawa perlu mengetahui tanggal, bulan, dan tahun lahir, entah dilihat
dari kalender Jawa maupun kalender masehi dikarenakan hal ini untuk melihat tanggal
sebagai tanda Weton orang tersebut. Tradisi perhitungan weton tersebut
merupakan upaya dari ikhtiar dan untuk mengurangi adanya keraguan dalam kehidupan
manusia sebab kehidupan ini berputar maka prinsip waspada lan kehati-hatian tetap
dilaksanakan. Tradisi perhitungan weton dalam pandangan Masyarakat Jawa khusunya di
Dsn. Sumberjo 05/04 Desa Jabung, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar. diketahui sebagai adanya
kecocokan atau kesamaan hari kelahiran dalam hal perjodohan. Perhitungan weton mutlak
bagi sebagian orang yang masih tergolong kurang berpendidikan adapun perhitungan
tersebut cocok dalam primbon maka pernikahan dapat dilaksanakan adapun sebaliknya jika
perhitungan weton tidak cocok dengan pedoman primbon maka pernikahan harus
dibatalkan.
Disamping itu juga Masyarakat Jawa khususnya di Dsn. Sumberjo 05/04 Desa Jabung,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar. mereka juga menggunakan berbagai macam pertimbangan
diantaranya bibit, bebet dan bobot dari calon pengantin tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sundar, Asri dkk., Naga Dina, Naga Sasi, Naga Tahun Sebuah Identitas, Petungan Dan
Pantangan Dalam Kearifan Lokal Kepercayaan Masyarakat Jawa Di Tengah Globalisasi, Vol 3,
Enggang: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya, 2022

11
LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai