Anda di halaman 1dari 5

Nilai Religiusitas dalam Tradisi Berburu Sumbun pada Masyarakat Tanjung Jabung

Timur Jambi

ABSTRAK

Tradisi Berburu Sumbun merupakan salah satu rangkaian wajib dalam budaya masyarakat
Tanjung Jabung Timur. Tradisi ini merupakan kekayaan budaya daerah yang di dalamnya
terkandung nilai-nilai religiusitas. Permasalahan penelitian ini adalah 1) Bagaimanakah deskripsi
tata cara Berburu Sumbun masyarakat Tanjung Jabung Timur?. 2) Bagaimanakah deskripsi
aspek religiusitas berburu Sumbun masyarakat Tanjung Jabung Timur?. Penelitian menggunakan
pendekatan kualitatif.. Tujuan penelitian ini adalah menemukan nilai religiusitas yang
ditemukan pada tradisi berburu Sumbun.

KATA KUNCI

Tradisi, Berburu Sumbuh, Nilai Religiusitas

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Rumusan Permasalahan

Indonesia merupakan negara kaya akan budaya lokal yang unik dan menarik. Budaya lokal
merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan agar tidak hilang ditelan zaman. Satu di
antara budaya lokal yang masih tetap ada hingga saat ini adalah tradisi Berburu Sumbun.

Sejarah berburu sumbun atau menyumbun merupakan tradisi yang telah lama dilakukan oleh
masyarakat Kampung Laut, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Tradisi ini sudah
ada sejak zaman nenek moyang mereka, yaitu suku Duano.

Sumbun adalah sejenis kerang yang hidup di lumpur pantai. Kerang ini memiliki cangkang yang
keras dan berwarna hitam. Sumbun merupakan sumber makanan yang penting bagi masyarakat
Kampung Laut. Kerang ini dapat diolah menjadi berbagai macam hidangan, seperti sup sumbun,
sambal sumbun, dan keripik sumbun.

Tradisi menyumbun dilakukan pada saat air laut sedang surut. Para nelayan akan berjalan kaki di
beting-beting pantai untuk mencari lubang sumbun. Lubang sumbun biasanya ditandai dengan
adanya gelembung udara yang muncul di permukaan lumpur.

Para nelayan akan menggunakan lidi yang telah diberi kapur sirih untuk menangkap sumbun.
Kapur sirih akan membuat sumbun mabuk dan keluar dari lubangnya. Sumbun yang sudah
keluar dari lubangnya akan segera ditangkap dan dimasukkan ke dalam ember.

Tradisi menangkap Sumbun merupakan bagian dari perburuan dan mera-mu yang menjadi
bagian dari kegiatan eksploitasi hutan yang berazas kelestarian dengan kearifan ekologi budaya
lokal yang menyimpan warisan budaya secara turuntemurun. Masyarakat pendukung kebudayaan
tradi-sional ini mewariskan budaya berkaitan budaya material maupun sebagai penge-tahuan
dasar mengenai kebudayaan yang lokal genius (Mundardjito, 1986: 40).

Menangkap Sumbun adalah bagian dari tradisi masyarakat yang dilakukan secara turun temurun
dari nenek moyang. Tradisi ini terdapat nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya, salah
satunya adalah nilai religiusitas.

Nilai religiusitas adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya. Nilai religiusitas ini dapat tercermin dalam berbagai tradisi masyarakat. T radisi
menangkap Sumbun mengajarkan masyarakat untuk senantiasa bersyukur atas nikmat yang
telah diberikan, menghormati leluhur, dan memohon perlindungan kepada Allah SWT.

Sebelum dimulainya tradisi nyumbun, terlebih dulu dilakukan ritual menggunakan tepung tawar.
Ritual menggunakan tepung tawar disiapkan oleh tetua kampung.

Tepung tawar dan beras kunyit harus disiapkan dan wajib lengkapi sebelum tradisi nyumbun
dilakukan. Selain bertujuan sebagai salam selamat datang, adat tepung tawar yang mesti
disiapkan itu juga memiliki tujuan untuk mohon perlindungan supaya diberi keselamatan dari
Allah saat turun ke beting.

Pemecahan Masalah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengenalkan tradisi menangkap
Sumbun di Kabupaten Tanjung Jabung Timur kepada masyarakat luas.

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan Temu Manten adalah dilakukan Ahmad Hariandi
(2022) dalam ANALISIS NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM TRADISI BERBURU SUMBUN DI
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR. Penelitian ini menganalisis nilai-nilai kearifan local
pada tradisi menyumbun. Persamaan dengan penelitian ini adalah mengangkat tradisi menangkap
Sumbun di Tanjung Jabung Timur. Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian ini berfokus
pada nilai kearifan lokal sedangkan penelitian saya pada nilai religiusitas.

B. Kebaharuan
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, maka penelitian ini belum pernah dilakukan. Hal
ini tentunya akan menambah khasanah keilmuan mengenai nilai-nilai religiusitas yang
terkandung di dalam tradisi menangkap Sumbun.

METODE

Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih
untuk mengkaji nilai religiusitas dalam tradisi berburu Sumbun di Tanjung Jabung Timur.
A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di berbagai Tanjung Jabung Timur pada bulan Mei hingga Juni. Pada
bulan-bulan tersebut, air laut sedang surut sehingga memudahkan para pemburu sumbun untuk
mencari lubang-lubang tempat sumbun bersembunyi. Selain itu, pada bulan-bulan tersebut,
sumbun juga sedang dalam masa bertelur sehingga ukurannya lebih besar dan dagingnya lebih
tebal.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Peneliti menggunakan daftar pertanyaan yang disusun secara rinci untuk memperoleh data-data
yang diperlukan secara akurat. Daftar pertanyaan tersebut sifatnya fleksibel, artinya dapat
dikembangkan selama proses wawancara dengan narasumber. Penelitian ini juga menggunakan
alat bantu berupa kamera ponsel, alat perekam, dan peralatan tulis.

C. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang sesuai dengan permasalahan yang akan
diteliti. Penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti hal-hal yang berkaitan dengan ilmu sosial
dan budaya yang tidak dapat diukur dengan angka-angka Penelitian kualitatif juga lebih
mengedepankan makna (kualitatifnya) dibandingkan menggeneralisasi hasil penelitian.

D. Data dan Sumber Data Penelitian

Data dalam penelitian ini tersusun dari lima elemen yang berupa human sources (berbasis pada
manusia) dan non-human sources (bersumber dari luar manusia). Pertama, sejarah dan prosesi
Berburu Sumbu. Kedua, perlengkapan yang dipakai dalam Berburu Sumbun. Ketiga,nilai
religiusitas yang terkandung di dalam tradisi berburu Sumbun. Data keempat adalah sikap
masyarakat terhadap berburu Sumbun.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Ina Helena, et al. "Kajian Makna Ruang Tradisi Esoterik Kawasan Keraton Kasepuhan
Cirebon." Prosiding SNaPP: Sains, Teknologi 4.1 (2014): 55-64.

AMELIA ANWAR, PUTRI SAKILA. PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS KEARIFAN LOKAL


MENYUMBUN MENGGUNAKAN APLIKASI FLIP PDF PROFESSIONAL SEBAGAI UPAYA
PELESTARIAN POTENSI ALAM DI SEKOLAH DASAR. Diss. UNIVERSITAS JAMBI, 2023.

Bakry, Muhiddin. "Nilai-Nilai Religiusitas Adat momeâti pada Masyarakat Kota Gorontalo (Replika Islam
Nusantara)." Al-Ulum 16.1 (2016): 185-207.

Hannan, Abd, and Khotibum Umam. "Tinjauan Sosiologi Terhadap Relasi Agama Dan Budaya Pada
Tradisi Koloman Dalam Memperkuat Religiusitas Masyarakat Madura." RESIPROKAL: Jurnal Riset
Sosiologi Progresif Aktual 5.1 (2023): 57-73.

Hariandi, Ahmad, et al. "Analisis Nilai Kearifan Lokal Dalam Tradisi Berburu Sumbun Di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur." Journal of Comprehensive Science (JCS) 1.4 (2022): 837-844

Herlinadia, Herlinadia, Bambang Hariyadi, and Winda Dwi Kartika. Pengetahuan Dan Persepsi
Masyarakat Mengenai Kerang Sumbun (Solen Grandis) Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Provinsi Jambi. Diss. Universitas Jambi, 2023.

Luthfi, Rezty Dhia. Pengembangan Film Dokumenter Kerang Sumbun (Solen Grandis) Berbasis
Konservasi Bagi Siswa Sma Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Diss. Universitas Jambi, 2023.

Masfufah, Anik. Nilai religiusitas tradisi suro di Desa Tulusbesar Kecamatan Tumpang Kabupaten
Malang. Diss. Universitas Negeri Malang, 2022.

Mundardjito. (1986). Hakekat Local Genius dan Hakekat Data Arkeologi dalam Ayatrohaedi
(Ed.). (1986). Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Pasaribu, Karmila, Winda Dwi Kartika, and Bambang Hariyadi. Kepadatan Dan Pola Distribusi Kerang
Sumbun (Solen grandis) Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Sebagai Panduan Praktikum Ekologi
Umum. Diss. Universitas Jambi, 2023.

Anda mungkin juga menyukai