Anda di halaman 1dari 14

Karmawibangga : Historical Studies Journal, Vol: 03, No: 01, 2021: 40-53

e-ISSN: 2715-4483
htpps://journal.upy.ac.id/index.php/karmawibangga

MAKNA TRADISI HAJAT BUMI DI DESA BLENDUNG PURWADADI


SUBANG JAWA BARAT TAHUN 2015-2019
Novi Herawati
Program Sarjana Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta
Email: noviherawati026@gmail.com

ABSTRAK pemaknaan. Sekarang ini dimaknai


Penelitian ini bertujuan untuk sebagai sarana hiburan masyarakat,
mengetahui: (1) Asal-usul Tradisi Hajat melestarikan kebudayaan dan alat
Bumi di Desa Blendung, Kecamatan sosialisasi penyuluhan pertanian.
Purwadadi, Kabupaten Subang. (2) Kata Kunci: Hajat Bumi, Makna,
Prosesi pelaksanaan Tradisi Hajat Bumi Tradisi
di Desa Blendung, Kecamatan
Purwadadi, Kabupaten Subang. (3) ABSTRACT
Makna Tradisi Hajat Bumi di Desa This study aims to determine: (1)
Blendung, Kecamatan Purwadadi, The origin of the Hajat Bumi Tradition
Kabupaten Subang. in Blendung Village, Purwadadi
Metode yang digunakan dalam District, Subang Regency. (2) The
penelitian ini adalah metode penelitian procession of implementing the Hajat
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Bumi Tradition in Blendung Village,
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis Purwadadi District, Subang Regency.
data dan sumber data yaitu data primer, (3) Meaning of Hajat Bumi Tradition in
data melalui wawancara langsung dan Blendung Village, Purwadadi District,
data sekunder, data yang berupa jurnal Subang Regency.
dan buku. Teknik pengumpulan data The method used in this research is
yang digunakan yaitu observasi, a qualitative research method with a
wawancara mendalam, dokumentasi. descriptive approach. In this study, there
Teknik analisis data yang diguanakan are two types of data and data sources,
yaitu pengumpulan data, reduksi data, namely primary data, data through
penyajian data, kesimpulan dan direct interviews and secondary data,
verifikasi. Teknik pemeriksaan data in the form of journals and books.
keabsahan data yang digunakan yaitu Data collection techniques used are
triangulasi sumber dan triangulasi teori. observation, in-depth interviews,
Hasil penelitian ini menunjukan documentation. The data analysis
bahwa: (1) Asal- usul tradisi hajat bumi techniques used were data collection,
sudah dilaksanakan sejak zaman nenek data reduction, data presentation,
moyang. (2) Prosesi pelaksanaan tradisi conclusion and verification. Techniques
hajat bumi dimulai dari pembentukan for checking the validity of the data used
kepanitian, menabung dan pelaksanaan were source triangulation and theory
rangkaian acara tawasul, keliling desa, triangulation.
syukuran serta hiburan. (3) Tradisi hajat The results of this study indicate
bumi awalnya dimaknai sebagai that: (1) The origin of the tradition of
ungkapan rasa syukur dan ajang hajat the earth has been carried out
mempererat tali silaturahmi. Dengan since the time of our ancestors. (2) The
adanya perkembangan zaman, hajat procession of carrying out the tradition
bumi sudah bergeser dalam segi of hajat the earth starts from the

40
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 3 (1), 2021

formation of a committee, saving and dilakukan sehingga membentuk suatu


carrying out a series of tawasul events, kebiasaan yang disebut budaya.
traveling around the village, Pulau Jawa memiliki kebudayaan
thanksgiving and entertainment. (3) The
dan tradisi yang banyak. Biasanya
tradition of hajat the earth was
originally interpreted as an expression kebudayaan dan tradisi masing-masing
of gratitude and an arena to strengthen daerah berbeda dan bisa saja sama.
ties. With the development of the times, Hanya penamaan dari masing-masing
the interests of the earth have shifted in daerah sering berbeda, seperti tradisi
terms of meaning. Nowadays it is hajat bumi, ruwat bumi, sedekah bumi
interpreted as a means of community dan merti dusun, memiliki arti yang
entertainment, preserving culture and a
sama yaitu merupakan tradisi ucapan
means of socializing agricultural
extension. rasa syukur atas hasil panen yang bagus,
Keywords: Hajat Bumi, Meaning, subur dan berlimpah. Hanya saja
Tradition. penamaan dari masing-masing daerah
sering berbeda.
PENDAHULUAN Salah satu kebudayaan yang ada di
Indonesia merupakan negara Indonesia yaitu tradisi. Tradisi merupaka
kepulauan yang majemuk kaya akan bentuk nyata dari kebudayaan
kebudayaan, tradisi, bahasa, suku masyarakat di masing-masing daerah.
bangsa, dan keragaman yang dimiliki Tradisi adalah kebiasaan dari suatu
bangsa Indonesia menjadi ciri khas atas masyarakat yang dilakukan secara turun
jati diri bangsa Indonesia. Hal inilah temurun sehingga dapat menimbulkan
yang menjadikan Indonesia kaya akan perkembangan dalam suatu masyarakat.
sumber daya alam, kebudayaan dan (Shary & Ayundasari, 2020: 211).
tradisi, sehingga perlu dilestarikan agar Provinsi Jawa Barat merupakan
bangsa Indonesia mempunyai identitas bagian dari pulau Jawa, provinsi ini salah
diri. Indonesia memiliki banyak pulau satu provinsi terpadat di Indonesia yang
yang terbentang luas, salah satunya yaitu terbagi ke dalam beberapa kabupaten
pulau Jawa. Pulau Jawa terbagi menjadi salah satunya Kabupaten Subang.
tiga bagian yaitu Jawa Timur, Jawa Subang merupakan sebuah kabupaten di
Tengah dan Jawa Barat, masing-masing Tatar Pasundan yang memiliki sekitar
pulau tersebut memiliki kebudayaan. 245 desa, salah satu desa tersebut adalah
Greetz berpendapat bahwa Desa Blendung. (Badan Pusat Statistik
kebudayaan adalah jaringan-jaringan Kabupaten Subang 2021).
yang dibuat oleh manusia untuk mencari Menurut catatan sejarah nama
makna. Jaring-jaring tersbut ditenun oleh Desa Blendung berasal dari kata
manusia karena dalam hidupnya penuh ‘Blendung’ yang artinya pohon dadap
ekspresi dan isyarat-isyarat yang harus berduri, pohon dadap itu tumbuh besar
ditafsirkan maknanya (Shaleh, 2020: dan menjulang tinggi di tengah-tengah
44). Kebudayaan merupakan hasil cipta pedukuhan sehingga Kakek Buyut
yang dibuat oleh manusia dan sering Jabarudin, Kakek Buyut Kertawangsa
dan Kakek Buyut Suranarya, yang

41
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 3 (1), 2021

merupakan para pasukan Sultan Agung moyang. Menurut Damayani, Saepudin, dan
dari Kerajaan Mataram, memberi nama Komariah (2020: 105) menyatakan bahwa:
pedukuhan tersebut dengan nama “Kearifan lokal merupakan
Blendung. pandangan dan pengetahuan
Sejak saat itu pedukuhan Blendung tradisional yang menjadi acuan
semakin ramai didatangi para pendatang dalam berperilaku dan telah
dan ikut menetap demi kelancaran dipraktikkan secara turun-
kehidupan perekonomian mereka. temurun untuk memenuhi
Sehingga mereka bercocok tanam sayur- kebutuhan dan tantangan dalam
sayuran, buah-buahan dan peternakan. kehidupan suatu masyarakat.
Bercocok tanam ini merupakan awal Kearifan lokal berfungsi dan
masyarakat Desa Blendung menjadi bermakna dalam masyarakat
seorang petani, yang nantinya menjadi dalam pelestarian sumber daya
sebuah tradisi turun temurun diperingati alam dan manusia, pertahanan
satu tahun sekali yaitu Tradisi Hajat adat dan budaya, serta bermanfaat
Bumi. (Data Profil Desa Blendung 2016- untuk kehidupan”
2021). Tradisi hajat bumi merupakan ciri
Dalam buku Ragam Budaya khas masyarakat petani, dengan
Kabupaten Subang (Pendokumentasian dilaksanakannya tradisi ini membentuk
Seni dan Budaya), membahas mengenai suatu ikatan sosial bagi masyarakat Desa
Kesenian, Tradisi dan Upacara Blendung. Tradisi ini dilaksanakan
Tradisional lainnya, seperti Upacara untuk pengekspresian rasa syukur
Ruwat Bumi (hajat bumi), yang berarti masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha
ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Esa atas hasil panen yang bagus dan
Yang Maha Esa atas segala yang diberikan keberkahan. Tradisi ini
diperoleh oleh hasil bumi. Sedangkan melibatkan seluruh masyarakat desa
tujuan dilaksanakannya selain ungkapan sehingga adanya tradisi Hajat Bumi
rasa syukur juga sebagai tolak bala serta menjadi perekat sosial masyarakat atau
ungkapan penghormatan kepada leluhur social bonding capital. Abdullah (2013:
(Hendarsah, 2008: 19). 17) memaparkan bahwa:
Salah satu tradisi yang masih eksis di “Social bonding memiliki ciri
kalangan masyarakat Sunda hingga sekarang dasar yang melekat yaitu baik
ini yaitu tradisi hajat bumi, biasanya tradisi kelompok maupun anggota
ini dilaksanakan setelah melakukan panen kelompok dalam konteks ide, relasi
dengan hasil yang bagus dan berlimpah. dan perhatian lebih berorientasi
Tradisi hajat bumi memiliki makna ke dalam (inward looking) di
horizontal dan vertikal terhadap sesama banding beroientasi keluar
manusia dan sang pencipta. Hajat bumi
(outward looking). Jenis
menjadi bagian dari kearifan lokal dalam
masyarakat atau individu yang
bentuk tradisi sebagai wujud komunikasi
ucapan rasa syukur dan terimakasih kepada
menjadi anggota kelompok ini
Tuhan Yang Maha Esa dan roh nenek umumnya homogenius. Fokus
perhatian pada upaya menjaga

42
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 3 (1), 2021

nilai-nilai yang turun temurun Tentunya, dengan masih


telah diakui dan dijalankan dilaksanakannya tradisi hajat bumi ini
sebagai bagian dari tata perilaku menunjukan bahwa tradisi ini masih
(code of conduct) dan prilaku eksis dikalangan masyarakat dan
moral (code of ethics) dari suku memiliki nilai serta makna tersendiri
atau entitas tersebut.” bagi masyarakat Desa Belendung dan
Tradisi Hajat Bumi atau pesta sekitarnya yang masih melaksanakan.
rakyat sudah menjadi kebudayaan khas Tradisi hajat bumi bukan hanya untuk
masyarakat agraris yang sudah mengucapkan rasa syukur terhadap
berlangsung sejak lama. Bahkan di Tuhan Yang Maha Esa, juga sebagai
beberapa desa terdapat perbedaan perekat hubungan sosial masyarakat
mengenai prosesi pelaksanaan hajat Desa Blendung. Tradisi ini merupakan
bumi, diantaranya Desa Koranji, Desa aktivitas masyarakat selain untuk
Wanakerta, dan Desa Ciruluk. Tradisi melestarikan budaya juga sebagai
hajat bumi yang dilakukan di Desa aktivitas religius.
Blendung biasanya ruwatan atau Berdasarkan pengamatan penulis
syukuran untuk lingkungan desa agar menemukan permasalahan pada tradisi
terhindar dari tolak bala. hajat bumi yang dilakukan pada Desa
Kegiatan pelaksanaan tradisi hajat Blendung yakni tradisi tersebut setiap
bumi di setiap daerah berbeda-beda tahun mengalami perubahan atau tidak,
tergantung dari hasil panen yang karena dengan perkembangan zaman
didapatkan dan susunan acara yang yang lebih maju biasanya mulai terjadi
diinginkan oleh masyarakat, perbedaan perubahan pada prosesi tradisi adat
kegiatan pelaksanaan inilah yang tersebut. Tradisi ini mengalami
menimbulkan keunikan tersendiri bagi pergeseran dari segi pemaknaan atau
daerah masing-masing. Tradisi Hajat tidak di era global seperti sekarang ini.
Bumi di Desa Blendung, Kecamatan Selain itu, tata cara pelaksanaannya
Purwadadi, Kabupaten Subang ini masih tradisonal atau sudah di
memiliki ke unikan tersendiri, karena modifikasi menjadi modern. Penelitian
berbeda dengan hajat bumi di daerah ini penting untuk dilaksanakan
lain. mengingat dewasa ini sudah ada
Perbedaan tersebut terletak pada pergeseran makna dari Tradisi Hajat
rangkaian acara arak-arakannya dan Bumi.
pakaian yang dikenakan oleh panitia.
Biasanya di daerah lain panitia acara METODE PENELITIAN
hajat bumi menggunakan pakaian khas Jenis penelitian yang digunakan
Sunda yang serba hitam. Berbeda dengan dalam penelitian ini adalah metode
panitia Hajat Bumi di Desa Blendung penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono
setiap tahun pakaian yang digunakan (2007: 1) mengungkapkan metode
tersebut berbeda-beda warna tergantung penelitian kualitatif adalah metode
persetujuan panitia. penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang

43
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 3 (1), 2021

alamiah (sebagai lawannya adalah melakukan pengamatan dan pencatatan


eksperimen) di mana peneliti adalah langsung ke Desa Blendung, Kecamatan
sebagai instrumen kunci, teknik Purwadadi, Kabupaten Subang dalam
pengumpulan data dilakukan secara melakukan observasi. Menurut
triangulasi (gabungan), analisis data Maryaeni (2012: 70) menjelaskan data di
bersifat induktif, dan hasil penelitian dalam penelitian kualitatif lebih berupa
kualitatif lebih menekankan dari pada kata-kata, maka wawancara menjadi
generalisasi. perangkat yang sedemikian penting.
Penelitian ini menggunakan Wawancara merupakan salah satu cara
pendekatan deskriptif, sehingga pengambilan data yang dilakukan
masyarakat mengetahui mengenai asal- melalui komunikasi lisan dalam bentuk
usul tradisi dari penelitian ini, proses terstruktur, semi terstruktur, dan tak
pelaksanaan tradisi ini, dan makna yang terstruktur. Menurut Nawawi (2001:
terkandung dalam tradisi dari penelitian 133) menjelaskan dokumetasi adalah
ini. Metode deskriptif digunakan untuk cara mengumpulkan data melalui
berupaya memecahkan atau menjawab sumber tertulis, terutama berupa arsip-
permasalahan yang dihadapi pada situasi arsip dan termasuk juga buku-buku
sekarang, dilakukan dengan menempuh tentang pendapat, teori, dalil atau
langkah-langkah pengumpulan data, hukum-hukum dan lain-lain yang
klasifikasi, analisis, pengolahan data, berhubungan dengan masalah yang akan
membuat kesimpulan dan laporan. diteliti.
Dengan tujuan utama untuk membuat Penelitian ini menggunakan teknis
penggambaran tentang sesuatu keadaan analisis data, menurut Lexy J. Moleong
secara obyektif dalam suatu situasi (Ali (2007: 248) menjelaskan bahwa analisis
1985: 120). data adalah upaya yang dilakukan
Cara penelitian terdiri dari dengan jalan bekerja dengan data,
beberapa tahap yaitu, tahap pra- mengorganisasikan data, dan memilah-
lapangan, tahap pekerjaan di lapangan, milahnya menjadi satuan yang dapat
dan tahap analisis di lapangan. Penelitian dikelola, mencari dan menemukan pola,
ini menggunakan data dan sumber, menemukan apa yang penting dan apa
menurut Moleong data adalah bahan yang dipelajari, dan memutuskan apa
keterangan tentang sumber objek yang dapat diceritakan kepada orang
penelitian yang sesuai dengan masalah lain. Sedangkan menurut Lexy J.
yang diteliti. Sedangkan sumber data Moleong (2007: 287) menjelaskan
adalah berupa kata-kata dan tindakan dalam penelitian ini adalah teknik
(Moleong, 2007: 157). Dalam penelitian analisis data meliputi: pengumpulan
ini menggunakan sumber data primer data, reduksi data, penyajian data,
dan sumber data sekunder. kesimpulan dan verifikasi.
Teknik pengumpulan data yang Pada penelitian ini pemeriksa
digunakan dalam penelitian ini keabsahan data yang dipakai adalah
menggunakan observasi, wawancara dan triangulasi sumber dan triangulasi teori.
dokumentasi. Melalui observasi, peneliti Menurut Lexy J. Moleong (2007: 330)

44
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 3 (1), 2021

menjelaskan bahwa triangulasi dengan dilaksanakan setiap tahunnya. Menurut


sumber berarti membandingkan dan hasil wawancara dengan Bapak Sarto
mengecek balik derajat kepercayaan Hidayat pada tanggal (17 Maret 2021)
suatu informasi yang diperoleh melalui bahwa hajat bumi merupakan kebiasaan-
waktu dan alat yang berbeda dalam kebiasaan nenek moyang zaman dahulu
penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. yang sudah ada, dalam pelaksanaannya
Moleong (2007: 331) bahwa triangulasi hajat bumi semakin kesini disesuaikan
dengan teori, berdasarkan anggapan dengan perkembangan zaman. Orang-
bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat orang zaman dahulu dalam pelaksanaan
kepercayaannya dengan satu atau lebih hajat bumi masih terpengaruh oleh
teori. budaya Hindu dan Buddha dengan masih
Penelitian ini dilakukan di Desa menyembelih hewan seperti sapi dan
Blendung, Kecamatan Purwadadi, domba yang nantinya kepala hewan
Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. tersebut dikubur di tengah-tengah jalan
Dalam penelitian ini yang dijadikan dan sebagainya. Setelah adanya
subyek utama adalah masyarakat Desa kemajuan zaman sehingga bidang agama
Blendung yang terdiri dari ketua adat, dan akidah orang itu meningkat, hal-hal
sesepuh, kuncen, staff desa, tokoh semacam menyembelih hewan sudah
masyarakat dan karang taruna. tidak dibesar-besarkan karena itu
Sedangkan objek dalam penelitian ini menyangkut akidah. Selain itu, seiring
yaitu tradisi hajat bumi. dengan perkembangan zaman tradisi
hajat bumi sekarang ini diadakan acara
HASIL DAN PEMBAHASAN ratiban atau doa bersama yang
Asal- Usul Tradisi Hajat Bumi di Desa merupakan akidah agama Islam,
Blendung sedangkan zaman dahulu tradisi hajat
Tradisi Hajat Bumi di Desa bumi sangat sakral sekali karena
Blendung sudah dilaksanakan sejak menyembelih beberapa hewan seperti
zaman nenek moyang yang mendiami sapi, kambing dan domba secara
desa ini, tidak ada yang tahu pasti dan bersamaan yang nantinya di setiap
tidak ada bukti atau dokumentasi yang penjuru desa kepala hewan tersebut
menunjukan sejak kapan hajat bumi dikuburkan. Artinya, hajat bumi
pertama kali dilaksanakan. Hasil sekarang ini dimaknai sebagai doa
wawancara dengan Bapak Okos Kosir bersama kepada Tuhan Yang Maha Esa
pada tanggal (15 Maret 2021) menurut atas keberkahan dan rizki yang
sejarah lisan hajat bumi sampai tahun berlimpah.
sekarang ini sudah dilaksanakan 101 kali Hajat Bumi di Desa Blendung pada
pelaksanaanya, acara tersebut rutin awalnya diartikan sebagai perwujudan
diadakan satu tahun sekali setiap musim rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha
panen tiba yaitu pada bulan Muharram Esa karena telah diberikan kelimpahan
tepatnya pada Hari Sabtu Pahing. Tradisi rizki dan keberkahan hasil panen yang
Hajat Bumi sudah menjadi bagian dari maksimal selama satu tahun terakhir.
adat Desa Blendung, karena itu harus Untuk itu, sebagai ungkapan rasa syukur

45
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 3 (1), 2021

tersebut masyarakat Desa Blendung bumi setiap tahunnya. Untuk tetap


setiap tahunnya rutin mengadakan tradisi melestarikan budaya, pelaksanaan hajat
hajat bumi, perayaan hajat bumi bumi harus dilaksanakan setiap
biasanya masyarakat Desa Blendung tahunnya. Hal ini, bukan hanya untuk
membuat jodang yang berisi hasil panen melestarikan saja tetapi juga untuk
untuk kemudian diarak keliling Desa menjauh dari tolak bala. Dewasa ini,
Blendung. Namun seiring dengan rangkaian acara pada hajat bumi di Desa
perkembangan zaman, mata pencaharian Blendung sangat beragam, mengikuti
mayarakat Desa Blendung tidak perkembangan zaman, tidak melenceng
semuanya menjadi petani, karena dari ajaran agama Islam, serta melihat
sekarang ini banyaknya pabrik-pabrik situasi dan kondisi. Tanpa mengurangi
yang berdiri. Sehingga masyarakatnya esensi maupun makna dan kekhidmatan
sebagian bekerja dipabrik, ada juga yang dari hajat bumi itu sendiri. Namun
menjadi peternak, wirausaha, begitu, hal ini tidak menyurutkan warga
wiraswatsa, pedagang dan lain-lain. masyarakat untuk tetap melaksanakan
Untuk itu, hajat bumi sekarang ini tidak acara tersebut dengan bersama-sama dan
hanya dimaknai sebagai bentuk rasa turut serta berpartisipasi dalam
syukur karena telah diberikan hasi panen menyukseskan serta memeriahkan
yang melimpah. Melainkan, diartikan tradisi hajat bumi di Desa Blendung.
juga sebagai bentuk rasa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas kelimpahan Prosesi Pelaksanaan Tradisi Hajat
rezeki yang telah diberikan dalam bentuk Bumi di Desa Blendung
apapun. Rangkaian acara prosesi Tradisi
Dahulu pelaksanaan hajat bumi Hajat Bumi di Desa Blendung terdiri dari
hanya difokuskan pada selametan dan beberapa sesi. Dimulai dari hari pertama
penyembelihan hewan saja. Barulah Jum’at malam Sabtu warga masyarakat
mulai tahun 2007 diadakan acara ratiban bertawasul di masjid untuk doa bersama
pada hajat bumi, tahun-tahun dan ratiban. Dihari ke dua, masyarakat
sebelumnya dalam rangkaian acara hajat melaksanakan acara puncak, yakni
bumi tidak ada acara ratiban karena keliling desa pada pagi hari, setelah itu
dahulu acara hajat bumi masih sangat selametan, sore harinya acara sepak
sakral. Dari tahun 2007 sampai sekarang bola, lalu hiburan semalam suntuk.
acara ratiban masih diadakan. Menurut Menurut hasil wawancara dengan Bapak
hasil wawancara dengan Bapak Odin H. Amin (17 Maret 2021) bahwa
Ruhiyatna pada tanggal (15 Maret 2021) pelaksanaan hajat bumi tahun 2015-2019
bahwa mulai tahun 2007, acara ratiban sukses setiap tahunnya, ketika diadakan
pertama kali dilaksanakan pada hajat hajat bumi itu ramai. Prosesinya ketika
bumi, tahun sebelum-sebelumnya tidak Hari Sabtu Pahing sore hari kita
ada acara ratiban karena dahulu acara memanggil kiai untuk tawasul di masjid
hajat bumi sangat sakral. Acara ratiban mengadakan pengajian dan ratiban,
sampai sekarang ini masih dilaksanakan supaya berkah selamet, paginya semua
dan merupakan rangkaian acara hajat masyarakat ikut keliling desa, setelah itu

46
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 3 (1), 2021

diadakan selametan, selesai selametan dipulangkan kembali ke asalnya.


ada acara main bola, malam harinya ada Rangkaian kegiatan dalam acara hajat
acara sandiwara atau tarling, acara ini bumi berlangsung melalui beberapa
tergantung dari persetujuan masyarakat tahap. Secara garis besar terbagi menjadi
untuk mengundang acara sandiwara atau empat tahap yakni tahap pembentukan
tarling, panitia hanya mengikuti. kepanitiaan, menabung, waktu
Menurut H. Muklis pada tanggal (17 pelaksanaan dan pelaksanaannya. Pada
Maret 2021), menyatakan bahwa sebagai pelaksanaan hajat bumi di Desa
kuncen dalam prosesi hajat bumi Blendung, terdapat rangkaian acara yang
sebelum dilaksanakan meminta izin menampilkan kebudayaan dari luar
terlebih dahulu kepada makam karuhun daerah Desa Blendung seperti wayang,
atau leluhur Desa Blendung yang terdiri sandiwara atau tarling. Selain itu,
dari makam leluhur Kakek Buyut terdapat juga rangkaian acara yang
Jabarudin, Kakek Buyut Kertawangsa, dimeriahkan oleh para pemuda
Kakek Buyut Suranarya dan Ibu Sepuh masyarakat Desa Blendung yaitu acara
(Sanghiyang Widi). Sebelum sepak bola. Berikut ini merupakan
dilaksanakannya tradisi hajat bumi rangkaian kegiatan prosesi tradisi hajat
sebagai kuncen yang mewakili bumi:
masyarakat Blendung ziarah ke makam 1. Pembentukan Kepanitiaan
para leluhur Desa Blendung untuk Tahap pertama adalah persiapan
meminta izin terhadap leluhur atas ridho pembentukan kepanitiaan, dimulai
Allah bawasannya di Desa Blendung dengan kegiatan rapat terlebih dahulu
pada bulan Muharam Hari Sabtu Pahing untuk membahas mengenai
akan dilaksankan Hajat Bumi. pembentukan panitia di kantor desa.
Menurut hasil wawancara Bapak Menurut Bapak Odin Ruhiyatna tanggal
Okos Kosir (15 Maret 2021) Hari Sabtu (15 Maret 2021) menjelaskan bahwa
itu kita menyembelih hewan seperti sapi, pembentukan kepanitiaan, yang pertama
domba atau kambing. Sesudah dihadiri oleh kepala desa. Kedua,
menyembelih daging tersebut dipotong dihadiri oleh tokoh-tokoh adat seperti
tetapi kepala, tangan dan kaki dipisahkan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh
untuk dibalut oleh kain, setelah dibalut ketua adat dan pemuda karang taruna.
kain dengan rapih disimpan bersamaan Ketiga, dihadiri oleh Badan
dengan patung Dewi Sri, sesajen dan Permusyawaratan Desa atau BPD dan
tanah yang diambil dari masing-masing Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
penjuru atau sudut Desa Blendung dan atau LPM, serta aparatur desa lainnya.
diletakan di atas jodang. Tanah tersebut Pembentukan kepanitia ini setiap
diambil masing-masing satu kepal tahunnya berbeda, masyarakat Desa
tangan orang dewasa dan disimpan Blendung semuanya akan merasakan
dalam satu tempat yang sama tetapi menjadi panitia karena pembentukan
masing-masing tanah tersebut diberi panitia ini bergilir. Selain membentuk
nama dari dusun mana saja, setelah itu kepanitia, selanjutnya yaitu panitia
diarak keliling desa dan tanah tersebut membuatkan program seperti program

47
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 3 (1), 2021

hiburan yang akan ditampilkan untuk finansial upacara tradisi hajat bumi
masyarakat, acara yang akan ditanggung bersama oleh masyarakat
dilaksanakan, iuran yang harus dibayar Desa Blendung. Iuran, ditanggung
oleh kepala keluarga, pembagian tugas bersama oleh Kepala Keluarga yang
kerja, yang menentukan juga panitia. sudah dibagi menjadi beberapa kelas
Kostum yang digunakan oleh panitia dilihat dari pendapatan setiap Kepala
hajat bumi Desa Blendung juga Keluarga. Dimulai, dari kelas 1 sampai
ditentukan oleh panitia, kostum panitia kelas 8, kelas yang paling kecil untuk
hajat bumi di Desa Blendung berbeda memberikan sumbangan yaitu kelas 8
dengan desa lain yang biasanya jika dilihat dari nominal, tetapi walupun
menggunakan kostum serba hitam khas paling kecil karena kuantitasnya banyak
Sunda, di Desa Blendung panitia jadi kelas 8 merupakan penyumbang
menggunakan kostum kaos yang setiap terbanyak untuk acara hajat bumi. Iuran
tahun warnanya berbeda. Panitia juga tersebut dibayar pada ketua RT,
merancang anggaran pendapatan serta disalurkan ke kadus dan dari kadus
lembar pertanggung jawaban atau LPJ diberikan kepanitia. Menurut hasil
yang dibuat oleh panitia dan dibacakan wawancara dengan Bapak Odin
didepan forum. Dalam rapat yang Ruhiyatna (15 Maret 2021) sehari
terakhir, akan diumumkan pelaksanaan sebelum acara hajat bumi dimulai,
hajat bumi. Menurut hasil wawancara masyarakat dengan aparat desa
dengan Bapak H. Totoh pada tanggal (15 mempersiapkan segala bentuk yang
Maret 2021) menjelaskan berkaitan dengan acara tersebut.
pelaksanaannya yang pertama pada Persiapan tersebut meliputi bersih-bersih
kegiatan prosesi hajat bumi diawali masjid yang akan digunakan untuk
dengan rapat terlebih dahulu, setelah tawasul, bersih-bersih jalan yang akan
rapat dibentuk sebuah kepanitiaan, lalu dilalui pada saat proses hajat bumi,
meminta bantuan terhadap masyarakat berziarah ke makam leluhur untuk
Desa Blendung untuk ikut iuran karena meminta izin, mempersiapkan panggung
kebutuhan dari hajat bumi ini untuk hiburan, ketua panitia karang
membutuhkan dana dari masyarakat. taruna mempersiapkan untuk acara
Setelah terbentuk panitia maka panitia sepak bola, serta masyarakat membuat
tersebut mengayomi masyarakat. hiasan di gang-gang jalan menggunakan
2. Menabung hasil panen mereka. Tidak hanya itu,
Menurut Bapak Sarto Hidayat (17 kaum hawa atau ibu-ibu biasanya
Maret 2021) setelah dibentuk kepanitian otomatis akan menjadi panitia ketika
bahwa menyelenggarakan kegiatan itu suaminya terpilih menjadi panitia, ibu-
tidak mungkin tanpa biaya. Masyarakat ibu tersebut terbagi ke dalam beberapa
Desa Blendung biasanya akan menabung kelompok seksi dan difokuskan untuk
terlebih dahulu sebagai persiapan memperisiapkan konsumsi.
menjelang acara hajat bumi. Panitia akan Selain itu, persiapan yang
menyusun anggaran dana yang dilakukan menjelang upacara hajat bumi
dibutuhkan dan untuk kebutuhan yaitu membuat jodang yang akan diarak

48
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 3 (1), 2021

keliling desa. Jodang ini nantinya dihias ziarah ke makam leluhur untuk meminta
menggunakan penutup dari kertas izin bahwa akan dilaksanakan acara hajat
berwarna, jodang akan dibuat baru jika bumi. Malam harinya, diadakan
sudah terlihat rapuh tetapi ketika jodang kegiatan tawasul atau doa bersama di
tersebut masih bagus bisa digunakan masjid dan untuk mempersiapkan acara
untuk acara hajat bumi tahun inti pada besok pagi. Panitia pagi-pagi
selanjutnya. Di dalam jodang tersebut, mulai mempersiapkan jodang, memasak,
berisi kepala hewan kambing atau serta mendiskusikan teknis pelaksanaan
domba, patung sepasang pengantin Dewi acara tersebut. Sedangkan menurut
Sri yang isinya terbuat dari padi, Bapak Odin Ruhiyatna pada tanggal (15
tumpeng, dan sesajen. Maret 2021) pelaksanaan hajat bumi di
3. Waktu dan Pelaksanaan Desa Blendung dengan desa lainnya
Menurut Bapak Didi Suhardi pada keseluruhan hampir sama yakni
tanggal (15 Maret 2021) menjelaskan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
bahwa waktu dan pelaksanaan tradisi bahwa telah diberikan kelimpahan rezeki
hajat bumi yaitu menjelang musim panen dan diberikan keberkah dalam hasil
tiba. Acara puncak hajat bumi di Desa panennya, yang membedakan hajat bumi
Blendung diadakan pada Hari Sabtu Desa Blendung dengan desa lain hanya
Pahing setiap tahunnya, begitu juga pada pada jenis hiburan, peralatan yang
pelaksanaan hajat bumi tahun 2015- digunakan, perlengkapan yang dibawa,
2019, dengan mengarak jodang keliling kostum yang digunakan dan acara apa
desa. Jodang tersebut diarak keliling yang ditampilkan. Menurut bapak Okos
desa sepanjang jalan Desa Blendung. Kosir (15 Maret 2021) Hari Sabtu
Kemudian, berhenti di depan panggung Pahing, setiap tahunnya merupakan
utama dan selametan di aula kantor desa. acara inti dari serangkaian acara hajat
Pemilihan lokasi panggung utama setiap bumi di Desa Blendung. Dipilihnya Hari
tahunnya berlokasi di lapang Desa Sabtu Pahing di Desa Blendung dalam
Blendung, masyarakat Desa Blendung melaksanakan hajat bumi sudah
memberi nama lapangan tersebut dengan ditentukan dan disepakati bersama
nama “Kian Santang”. Dipilihnya sesuai dengan yang telah diturunkan oleh
lapangan sebagai tempat untuk orang tua zaman dahulu, Hari Sabtu
panggung acara selain karena luas, Pahing dipercaya merupakan hari manis
letaknya juga yang strategis, lapang dan baik untuk melaksanakan hajat
tersebut sejajar dengan kantor desa. bumi. Acara hajat bumi dimulai dari
4. Pelaksanaan memperisapkan segala kebutuhan pada
Menurut hasil wawancara dengan saat ritual. Sedangkan menurut Bapak H.
Bapak H. Muklis (17 Maret 2021) bahwa Totoh (15 Maret 2021) setiap tahun
acara dimulai pada Hari Jum’at sore pada pemimpin yang membacakan doa itu
setiap tahunya. Warga masyarakat Desa berbeda-beda tergantung pemilihan pada
Blendung melakukan bersih-bersih saat pembentukan kepanitiaan. Tahun
masjid yang akan digunakan untuk 2019 kemarin Bapak H. Totoh selaku
tawasul dan kuncen Desa Blendung tokoh agama yang memimpin doa sesuai

49
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 3 (1), 2021

dengan ajaran agama Islam dengan ke suburan, panjang umur, kesehatkan,


disertai doa-doa tertentu. Kemudian langgeng rumah tangganya, selamat
acara dilanjutkan dengan arak-arakan dunia akhirat dan kesejahteraan bagi
keliling Desa Blendung dengan masyarakat Desa Blendung. Pada zaman
membawa jodang dan diikuti oleh dahulu mayoritas masyarakat Desa
seluruh panitia hajat bumi. Kemudian, Blendung berprofesi sebagai petani,
siangnya diadakan selametan di aula semakin berkembangnya zaman seperti
kantor Desa Blendung. Dilanjut, sore sekarang ini masyarakatnya sebagian
harinya hiburan masyarakat dari sudah tidak berprofesi petani melainkan
pemuda-pemuda desa yaitu sepak bola alih profesi ada yang berwirausaha,
yang diadakan di lapang Desa Blendung. wirasuwasta, kerja dipabrik, berdagang
Malam harinya, acara di tutup dengan dan lain-lain. Hal ini, tidak mengurangi
hiburan atau kesenian seperti wayang esensi dari hajat bumi itu sendiri, untuk
golek, sandiwara, atau yang lainnya itu sampai sekarang ini jodang dan
tergantung kesepakatan masyarakat segala isi hasil pertanian masih
bersama. dipersembahkan atau dibuat pada saat
pelaksanaan hajat bumi.
Makna Tradisi Hajat Bumi di Desa 2. Melestarikan kebudayaan
Blendung Hajat Bumi merupakan salah satu
Menurut hasil wawancara dengan dari sekian banyak tradisi dan
Bapak Odin Ruhiyatna pada tanggal (15 kebudayaan di Desa Blendung. Dengan
Maret 2021) dalam tradisi hajat bumi, diadakannya hajat bumi satu tahun sekali
memiliki beberapa makna yang warga masyarakat setempat berharap ini
terkandung didalamnya yaitu sebagai merupakan cara untuk melestarikan
bentuk perwujudan rasa syukur, kebudayaan tersebut, jangan sampai
melestarikan kebudayaan, sebagai generasi-generasi penerus tidak
sarana mempererat tali silaturahmi, mengetahui bahwa di desanya terdapat
memupuk memiliki dan cinta tanah air, kebudayaan atau kebiasaan yang sering
sebagai alat sosialisasi penyuluhan dilakukan. Selain itu, pemerintah
pertanian, serta sebagai pameran setempat seperti bupati dan gubernur
masyarakat, dengan penjabaran sebagai juga melestarikan kebudayaan ini
berikut: dengan cara mendukung hajat bumi
1. Sebagai bentuk perwujudan rasa untuk diadakan setiap tahunnya. Karena
syukur hanya beberapa daerah yang mayoritas
Kegiatan hajat bumi di Desa penduduknya sebagai petani saja yang
Blendung diadakan setiap satu tahun masih melakukan tradisi ini, di
sekali dimaksudkan sebagai bentuk rasa Kecamatan Purwadadi sebagian
syukur masyarakat kepada Tuhan Yang masyarakatnya sudah tidak
Maha Esa atas keberkahan dan limpahan melaksanakan tradisi ini.
rezeki terhadap hasil panen selama satu 3. Sebagai sarana mempererat tali
tahun terakhir. Selain itu, juga silaturahmi
merupakan rasa syukur telah diberikan

50
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 3 (1), 2021

Tidak hanya, sebagai melestarikan betul-betul diarahkan oleh penyuluhan


budaya dan perwujudan rasa syukur lapangannya.
terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena 6. Sebagai Pameran Masyarakat
telah diberikan limpahan rezeki atas Selain itu, hajat bumi di Desa
hasil panennya saja makna dari hajat Blendung juga dimaknai sebagai
bumi. Tetapi hajat bumi di Desa pameran hasil pertanian dari masyarakat.
Blendung juga dimaknai sebagai sarana Hasil panen dari masyarakat berupa
mempererat tali silaturahmi dan buah-buahan atau sayur-sayuran yang
menumbuhkan jiwa kegotong royongan bagus dipilih dan dipamerkan ke
masyarakat Desa Blendung. Dengan masyarakat lainnya serta menjadi
diadakannya hajat bumi setiap tahunnya pajangan di lokasi pinggir panggung
merupakan ajang hiburan untuk utama.
masyarakat dan saling bertemu, dengan Suatu tradisi merupakan pewarisan
ini masyarakat mempunyai tempat serangkaian kebiasaan nilai-nilai
sebagai sarana mempererat tali maupun makna yang diwariskan dari
silaturahmi, menumbuhkan jiwa generasi kepada generasi berikutnya.
kegotong royongan dan hajat bumi juga Setiap kegiatan keagamaan seperti
sebagai perekat sosial masyarakat Desa upacara dalam selametan mempunyai
Blendung. makna dan tujuan yang diwujudkan
4. Memupuk memiliki dan cinta tanah melalui simbol-simbol yang digunakan
air dalam upacara tradisional. Simbol-
Hajat Bumi dimaksudkan untuk simbol itu antara lain seperti bahasa dan
memupuk rasa memiliki dan cinta tanah benda-benda yang menggambarkan latar
air yang tinggi, warga masyarakat belakang, maksud dan tujuan upacara
dengan hajat bumi itu sendiri. Hal ini, serta bila dalam bentuk makanan yang
terlihat pada finansial pelaksanaan hajat dalam upacara atau selamatan yang
bumi yang ditanggung rata oleh seluruh disebut dengan sajen (Tashadi, 1993:
lapisan masyarakat Desa Blendung 76).
karena terlalu cintanya masyarakat Menurut hasil wawancara dengan
terhadap tradisi ini agar terlaksana. Bapak H. Muklis (17 Maret 2021)
5. Sebagai alat sosialisasi penyuluhan terdapat beberapa perlengkapan hajat
pertanian bumi seperti patung pengantin Dewi Sri,
Disamping itu, pelaksanaan hajat tumpeng, kepala hewan dan sesajen
bumi juga dimaksudkan sebagai alat memiliki makna sebagai berikut:
sosialisasi penyuluhan pertanian. 1. Pertama, patung pengantin Dewi Sri
Dengan adanya, hajat bumi masyarakat dan pasangannya yang terbuat dari
diberikan sosialisasi penyuluhan padi, dapat diartikan sebagai
pertanian seperti menanam padi yang pasangan suami istri agar rumah
baik, menanam palawija atau tangganya sakinah mawadah
mengumumkan jenis-jenis paritas baru warohmah.
padi dan palawija. Kelompok-kelompok 2. Kedua, tumpeng “tuntutan yang
tani di Desa Blendung diberdayakan dan lempeng” yang dapat diartikan

51
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 3 (1), 2021

sebagai tuntunan kita di atas itu Allah KESIMPULAN


jika dilihat dari bentuk tumpeng yang Tradisi Hajat Bumi di Desa
lancip bahwa manusia itu memiliki Blendung sudah dilaksanakan sejak
hubungan dengan sang penciptanya. zaman nenek moyang yang mendiami
3. Ketiga, kepala hewan yang dapat desa ini, tidak ada yang tahu pasti dan
diartikan untuk mencegah tolak bala tidak ada bukti atau dokumentasi yang
atau penyakit-penyakit yang merusak menunjukan sejak kapan hajat bumi
tanaman panen masyarakat. pertama kali dilaksanakan. Menurut
4. Keempat, sesajen didalamnya sejarah lisan hajat bumi sampai tahun
terdapat seperti ayam bekakak, kendi, sekarang ini sudah dilaksanakan 101 kali
dan rujakan yang masing-masing pelaksanaanya, acara tersebut rutin
dapat diartikan sebagai berikut: ayam diadakan satu tahun sekali setiap musim
bakakak jika dilihat dari bentuknya panen tiba yaitu pada bulan Muharram
seperti orang rukuk yang artinya tepatnya pada Hari Sabtu Pahing. Tradisi
sujud kepada Allah, sedangkan kendi hajat bumi sudah menjadi bagian dari
air didalamnya berbentuk bulat yang adat Desa Blendung, karena itu harus
dapat diartikan kita sebagai manusia dilaksanakan setiap tahunnya. Hari
pikirannya harus bulat tidak boleh Sabtu Pahing dipercaya merupakan hari
macam-macam, dan yang terakhir manis dan baik untuk melaksanakan
rujakan “ruruajakan” yang dapat hajat bumi. Acara hajat bumi meliputi
diartikan saling mengajak beberapa sesi dimulai dari hari pertama
kemasyarakat untuk bersatu karena Jum’at malam Sabtu biasanya warga
kita negara demokrasi yaitu masyarakat bertawasul di masjid untuk
mempunyai Bhineka Tunggal Ika. doa bersama dan ratiban. Dihari ke dua,
Adanya sesajen di desa ini masyarakat melaksanakan acara puncak,
merupakan bentuk untuk selametan, yakni keliling desa pada pagi hari,
bukan untuk melakukan hal musyrik setelah itu selametan yang diikuti oleh
sebab isi dari sesajen tersebut nantinya seluruh warga Blendung, sore harinya
dimakan bersama-sama oleh masyarakat acara sepak bola pemuda-pemudi desa,
yang mengikuti runtutan acara sampai lalu malam harinya hiburan semalam
dengan selesai. Karena sejatinya, hajat suntuk degan mengundang kesenian lain
bumi itu bukan hanya memikul jodang seperti, wayang, sandiwara atau jathilan
yang berisi kepala hewan, patung Dewi tergantung dari kesepakatan masyarakat
Sri dan sesajen saja. Melainkan bersama. Pada awalnya hajat bumi
selametan yang dilakukan oleh satu desa dimaknai sebagai wujud rasa syukur
warga masyarakat Blendung. Namun, terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas
makna dari hajat bumi ini tetaplah sama hasil panen yang berlimpah, dewasa ini
sebagai rasa syukur atas hasil panen yang pemaknaan hajat bumi bergeser tidak
melimpah dan berkah. hanya itu tetapi juga sebagai ajang
hiburan masyarakat.

52
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 3 (1), 2021

DAFTAR PUSTAKA Hadari, Nawawi. 2001. Metode


Abdullah, S. 2013. Potensi dan Kekuatan Penelitian Bidang Sosial.
Modal Sosial dalam Suatu Yogyakarta: Gadjah Mada
Komunitas.SOCIUS: Jurnal University Press.
Sosiologi, 12 (1), 15-21. Maryaeni. 2012. Metode Penelitian
http://journal- Kebudayaan. Jakarta: PT Bumi
old.unhas.ac.id/index.php/socius Aksara.
/article/view/381. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian
Afif Shaleh. 2020. “Kebudayaan Pendidikan Kualitatif. Bandung:
Kampung Adat Banceuy Desa PT Remaja Rosdakarya.
Sanca Kecamatan Ciater RPJMDes, 2015. “Data Profil Desa
Kabupaten Subang”. Jurnal Blendung 2016-2021”.
Ilmiah Peradaban Islam, 17 (1), Kecamatan Purwadadi,
43-57. DOI: Kabupaten Subang.
https://doi.org/10.15575/al- Shary Linggar,C & Ayundasari, L. 2020.
Tsaqafa.v17i1.9004. “Nilai-Nilai Kehidupan dalam
Ali, Mohammad. 1985. Penelitian Upacara Ruwatan pada
Kependidikan Prosedur dan Masyarakat Jawa”. Jurnal
Strategi. Bandung: Angkasa. Dimensi Sejarah, 1 (1), 211-217.
Badan Pusat Statistik Kabupaten DOI: https://doi.org/
Subang, 2021. Kabupaten 10.17977/um020v1i12020p211.
Subang dalam Angka 2021. https://scholar.google.com/schol
Subang: Badan Pusat Statistik. ar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jur
https://subangkab.bps.go.id/publ nal+dimensi+sejarah+nilai-
ikasi.html. nilai+kehidupan+dalam+upacara
Damayani, N, S., Saepudin, E., dan +ruwatan&btnG=#d=gs_qabs&u
Komariah, N. 2020. “Tradisi =%23p%3DfhOEAZB49WcJ.
Hajat Lembur sebagai Media Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
berbagi pengetahuan masyarakat Kuantiatif Kualitatif dan R&D.
Tatarkarang Jawa Barat”. Jurnal Bandung: Alfabeta.
Kajian Informasi dan
Keperpustakaan, 8 (1), 101-118. Tashadi, Gatut Numiatmo, Jumeiri.
DOI: 1993. Upacara Tradisional
Saparan daerah Wonolelo
http://dx.doi.org/10.24198/jkip.v
8i1.26745. Yogyakarta. Yogyakarta:
Drs. M. Khadar Hendarsah, dkk. 2008. Departemen P dan K Proyek
Penelitian, pengkajian dan
Ragam Budaya Kabupaten
Subang (Pendokumentasian Seni pembinaan Nilai-nilai Budaya.
dan Budaya). Subang: Dinas
kebudayaan Pariwisata Pemuda
dan Olahraga Kabupaten
Subang.

53

Anda mungkin juga menyukai