Anda di halaman 1dari 5

Upacara Seren Taun sebagai sarana memperkuat silaturahmi

antarwarga di Desa Sindang Barang Bogor

Mada Dimas Nurwahid Ardiansyah


Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia.
Email : madadimas282828@gmail.com

Abstract. Indonesia is a country with a lot of culture, one of which is the Seren Taun Ceremony
held in the village of Pasir Eurih Sindang Barang Bogor district because the people in the village
continue to preserve the cultural heritage to this day. This article aims to introduce the culture in
the village of Sindang Barang Bogor, namely the seren taun ceremony to be more widely known
by the people of Indonesia and explain what the benefits and functions are in the Seren Taun
ceremony. The method used to make this research is to use qualitative descriptive through content
analysis approach by taking data by random sample and literature study techniques. Produce that
the Sindang Barang Bogor Village has the potential to become a cultural village because of its
uniqueness that can attract the attention of the general public that can be visited by tourists as a
means of introducing local culture while also increasing the economic income of the Sindang
Barang Bogor Village community. This research can be a source of delivery to the general public
to get to know and know the benefits and functions contained in the Seren Taun Ceremony.
.
Keywords: Seren Taun Ceremony, Village Sindang Barang Bogor, Village of Culture.

1.PENDAHULUAN
Hakikat kebudayaan adalah tata cara atau aturan-aturan yang ada sejak zaman dahulu atau
kebiasaan-kebiasaan yang terus dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat yang dipercaya memiliki
fungsi dan tujuan yang baik. Sudah pasti setiap daerah memiliki keunikan kebudayaan-kebudayaan yang
berbeda dan fungsi serta tujuan yang berbeda setiap daerahnya. Setiap kebudayaan yang lahir di
masyarakat tentu harus dijaga, bahkan terus diwariskan ke generasi selanjutnya agar kebudayaan tersebut
tidak hilang oleh perkembangan zaman.
Kampung budaya Desa Sindang Barang Bogor terletak di desa Pasir Eurih Kecamatan Tamansari
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berjarak sejauh 5 Km dari Kota Bogor ke desa tersebut. Kampung budaya
Sindang Barang Bogor merupakan kampung tertua (Fintri Afiani, 2018)untuk wilayah Kabupaten dan
Kota Bogor. Kampung budaya Sindang Barang Bogor merupakan Kampung Budaya yang berciri khas
hanya melestarikan budaya adat Sunda karena dilihat dari letak geografis terletak diatas Tanah Sunda,
dari dulu hingga sekarang terus melestarikan budaya-budaya adat Sunda, banyak sekali kebudayaan-
kebudayaan adat Sunda yang ada di kampung tersebut.
Kebudayaan yang akan dibahas yaitu Upacara Seren Taun. Menurut istilah arti kata upacara
Seren Taun sendiri yang terdiri dari kata Seren yang berarti seserahan atau menyerahkan sedangkan Taun
yang berarti Tahun. Jadi arti yang terkandung dari upacara Seren Taun yaitu menyerahkan segala
kehendak kepada Tuhan Yang Maha Esa (Dwiatmini, 2014)juga sebagai simbol terima kasih dan
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala hasil panen yang berlimpah di tahun sebelumnya
serta berharap hasil panen yang akan meningkat ditahun yang akan datang.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apa tujuan serta fungsi dari upacara Seren Taun.
Selain itu tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui tujuan dan fungsi yang ada dalam upacara
Seren Taun itu sendiri.
2.Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan
lainnya. Berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia
dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri(Gunawan, 2013). Dengan cara studi kasus yaitu
merekam secara langsung kejadian yang ada pada upacara Seren Taun di Desa Sindang Barang Bogor
lalu data yang didapat dirangkai dan disimpulkan untuk menjadi informasi yang berguna dan valid sesuai
dengan kejadian langsung.
Pengumpulan data yang dilakukan di penelitian ini adalah dengan cara mengumpulkan data
dengan perekaman kejadian di Upacara Seren Taun kemudian data yang didapat di analisis apakah data
yang didapat valid dengan keadaan sebenarnya dengan cara menyesuaikan dengan jurnal-jurnal terkait
dengan upacara Seren Taun.

3.Hasil dan Pembahasan


Upacaran Seren taun merupakan ritual ucap syukur masyarakat tani di Jawa Barat secara umum.
Desa Kenekes Baduy, Desa Ciptagelar Kasepuhan Banten Kidul, Kampung Naga di Kabupaten Garut,
Desa Cigugur Kabupaten Kuningan, dan di Kampung Budaya Sindang Barang Kabupaten Bogor adalah
daerah yang masih melestarikan kebudayaan Upacara Seren Taun sampai saat ini (Subiantoro, 2017).
Hakikatnya kebudayaan merupakan cara berfikir untuk mempertahankan hidup. Sedangkan proses
berkembangnya fikiran manusia dipengaruhi oleh keadaan alam dan sosial yang ada dilingkungan tempat
tinggal (Suryati, 2013). Bangsa asing tertarik dengan budaya sehingga budaya perlu dikenalkan dan
dilestarikan untuk dijadikan media komunikasi antarbangsa.bangsa Indonesia yang mempunyai berbagai
budaya yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Hal ini membuat bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang menarik untuk dipelajari. Bangsa lain yang ingin mempelajari budaya Indonesia
(Rondiyah, Wardani, & Saddhono, 2017). kebudayaan terbagi ke dalam tujuh unsur, yakni bahasa, sistem
pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup,
sistem religi, dan kesenian. Berdasarkan ketujuh unsur tersebut, dapat diklasifikasikan menjadi tiga wujud
kebudayaan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan, dan sebagainya. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat dan wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia(Suwarno, Saddhono, & Wardani, 2018).
Masyarakat di Desa Sindang Barang percaya bahwa upacara tersebut mengandung nilai-nilai
kebaikan ataupun keberkahan yang dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Menurut kepercayaan Sunda
Kuno, upacara Seren Taun ini memiliki tujuan untuk memuliakan ataupun rasa bersyukur kepada Dewi
padi yang bernama Pwah Aci Sanghyang Asri (Nyi Pohaci). Kegiatan upacara ini untuk dewi padi dan
sawah serta dewi kesuburan sudah berlangsung sejak zaman pra-Hindu dan pra-Islam di pulau jawa pada
saat itu. Kepercayaan masyarakat Sunda Kuno pada saat itu juga dipengaruhi oleh kebudayaan
masyarakat asli Nusantara atau kepercayaan Masyarakat Nusantara di antaranya adalah Animisme,
Dinamisme, Arwah Nenek Moyang dan kekuatan Alam, ajaran agama Hindu. Masyarakat Sunda kuno
pada saat itu yang sebagian besar berprofesi di sektor agraris atau sektor pertanian yang menjadi sektor
utama sebagai pekerjaan sangat memuliakan alam sebagai pemberi kesuburan tanaman terutama padi.
Mereka pada dasarnya adalah masyarakat yang berprofesi sebagai petani, peladang yang produktif.
Kekuatan alam tersebut di manifestasikan dalam Pwah Aci Sanghyang Asri sebagai dewi padi yang
memberi kesuburan terhadap tanah. Pwah Aci Sanghyang Asri yang bersuamikan Kuwera sebagai dewa
kemakmuran. Keduanya diwujudkan dalam Pare Abah (Padi Ayah) dan Pare Ambu (Padi Ibu) yang
melambangkan persatuan laki-laki dan perempuan sebagai simbol kesuburan dan kebahagiaan
keluarga(Kushendrawati, 2015).
Kegiatan upacara Seren Taun tersendat ketika kerajaan Padjadjaran runtuh dan sempat betul-betul
terhenti pada tahun 1970an. Setelah terhenti selama 36 tahun, upacara Seren Taun dihidupkan kembali
pada tahun 2006 di Desa Sindang Barang, Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor.
Upacara Seren Taun merupakan kebudayaan masyarakat adat Sunda yang menarik dan juga unik.
Upacara ini merupakan simbol rasa bersyukur masyarakat Desa Sindang Barang atas apa yang mereka
lakukan dan mereka raih dalam bercocok tanam khususnya tanaman padi(Kushendrawati, 2015).
Adat upacara Seren Taun atau langkah-langkah yang dilakukan di upacara ini diawali dengan
mengambil air suci dari 7 sumber mata air yang dianggap keramat, air kemudian disatukan dalan sebuah
wadah, didoakan agar membawa berkat, setelah itu air dicipratkan kepada setiap orang yang hadir dalan
upacara Seren Taun, dipercaya bahwa akan membawa keburuntungan di panen yang akan mendatang.
Ritual berikutnya adalah sedekah kue. Warga yang hadir diijinkan berebut atau mengambil kue yang
berada di pikulan (dongdang) atau di tampah, dipercaya kue-kue tersebut akan memberi berkat yang
berlimpah bagi mereka yang mendapatkannya. Setelah itu dilakukan ritual penyembelihan kerbau yang
dagingnya akan dibagikan kepada warga yang tidak mampu dan kemudia akan makan tumpeng bersama-
sama. Kemudian pada saat malam hari akan diisi dengan pagelaran Wayang Golek semalaman suntuk.
Sedangkan puncak upacara ritual Seren Taun biasanya dimulai pagi hari, diawali dengan prosesi
menyambut atau menjempu padi (ngajayak). Diteruskan dengan tari-tarian kolosal pemeluk agama seperti
Tari Damar Sewu, Tari Buyung, Angklung Baduy, dan Angklung Buncis. Tari Damar Sewu adalah tarian
yang selalu ditarikan dalam mengawali rangkaian upacara Seren Taun. Tari Damar Sewu
mengilustrasikan manusia dalam menjalani proses kehidupannya baik selaku individu maupun
sosial(Kushendrawati, 2015)
Kegiatan akhir dari upacara Seren Taun adalah penyerahan padi hasil panen kepada para tokoh
dan ketua adat untuk kemudian ditumbuk bersama-sama. Tumbukan dimulai oleh para pemimpin, tokoh
masyarakat dan tokoh masing-masing agama. Setelah itu ribuan orang yang hadir ikut serta dalam
kegiatan tersebut. Puluhan orang lainnya berebut gabah dari saung Pwah Aci Sanghyang Asri (Dewi padi,
Dewi Sri). Ketua adat kemudian memberikan bibi padi (indung pare) yang sudah didoakan dan diberkati
kepada masing-masing pemimpin desa untuk dibagikan kepada warga desa dan selanjutnya akan ditanam
pada musim tanam yang akan datang(Kushendrawati, 2015).
Upacara Seren Taun selain memiliki tujuan juga memiliki fungsi tersendiri diantaranya sebagai
ajang silaturahmi antar warga masrakat, baik yang berada di wilayah Desa Sindang Barang, maupun yang
berasal dari luar Desa Sindang Barang. Melalui upacara ini, masyarakat dapat ikut berperan serta dalam
menjaga keselarasan, kelestarian dan keseimbangan alam sehingga tercipta ikatan batin yang lebih kokoh.
Makna upacara Seren Taun juga sebagai wahana masyarakat untuk bertukar infomasi, saling berbagi dan
berdiskusi sehingga terjalin ikatan tali persaudaraan yang kuat antar masyarakat. Sebagaimana tercermin
dari pola kehidupan masyarakat Sunda(Dwiatmini, 2014). Maka dari itu selain sebagai bentuk rasa
bersyukur atas hasil panen upacara ini juga memiliki fungsi baik sebagai pemersatu masyarakat agar lebih
dekat dan menjalin tali silatuhrahmi sebagai sesama saudara.
Masyarakat Desa Sindang Barang sebagian besar beragama Islam dengan tingkat ketaatan
beragama cukup tinggi, namun mereka masih mau menjalankan budaya warisan leluhurnya, yaitu upacara
Seren Taun. Hal ini sebagai bukti bahwa agama wajib dijalankan sejalan dengan warisan kebudayaan
yang tetap dijaga dan di hormati(Dwiatmini, 2014). Agar tetap terjaga kelestariannya walau
bagaimanapun kebudayaan yang ada adalah warisan dari para leluhur pada zaman sebelum kita dan setiap
daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, memiliki ciri khas masing-masing disetiap daerah,
begitupun memiliki fungsi dan tujuan masing-masing. Jadi alangkah baiknya jika setiap kebudayaan yang
ada di lestarikan dan jika bisa dikenalkan kepada generasi-generasi penerus agar kebudayaan tersebut
tidak tenggelam oleh seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman. Masyarakat Desa Sindang
Barang juga tidak hanya melestarikan kebudayaan upacara Seren Taun masih banyak kebudayaan-
kebudayaan adat Sunda yang lainnya yang dilestarikan atau dilaksanakan di Desa Sindang Barang. Maka
oleh karena itu desa ini disebut kampong kebudayaan karena melestarikan berbagai macam kebudayaan
adat sunda dan masyarakat dari luarpun bisa berkunjung ke kampong kebudayaan desa Sindang Barang
jika ingin berwisata bertemakan kebudayaan adat sunda.
4.Simpulan
Upacara Seren Taun adalah sebuah kebudayaan yang memilki arti seserahan atau penyerahan di tahun ini
sebagai pengucapan rasa Bersyukur masyarakat Desa Sindang Barang untuk hasil panen yang berlimpah,
dan berharap ditahun berikutnya lebih berlimpah kembali atau lebih banyak hasil panen dari tahun
sebelumnya. Dan juga berharap banyak keberkahan di tahun berikutnya. Karena masyarakat di Desa
Sindang Barang tersebut mayoritas bekerja sebagai petani yang sudah pasti mengharapkan kelancaran
untuk hasil panen nya, mengharapkan kesuburan, agar hasil-hasil panen dari petani tersebut dapat
menghasilkan hasil panen yang terbaik dan berkualitas. selain sebagai pengucapan rasa Bersyukur
Upacara Seren Taun ini juga memberikan dampak positif yaitu sebagai sarana silaturahmi antar
masyarakat Desa Sindang Barang agar lebih dekat satu dengan yang lainnya. Maka dari itu selain sebagai
bentuk rasa bersyukur atas hasil panen upacara ini juga memiliki fungsi baik sebagai pemersatu
masyarakat agar lebih dekat dan menjalin tali silatuhrahmi sebagai sesama saudara.

5.Daftar Pustaka
Dwiatmini, S. (2014). Fungsi dan Makna Upacara Sérén Taun di Kampung Budaya Sindangbarang
Bogor. Jurnal Ilmiah Seni Makalangan, 1(1), 47–58.

Fintri Afiani. (2018). MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI KAMPUNG
BUDAYA SINDANG BARANG KABUPATEN BOGOR.

Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif.

Kushendrawati, S. M. (2015). Upacara Seren Taon Sebuah Manifestasi Religiositas Masyarakat Sekitar
Kuningan Jawa Barat. 20, 213–233.

Rondiyah, A. A., Wardani, N. E., & Saddhono, K. (2017). Untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter
Kebangsaan Di Era Mea ( Masayarakat Ekonomi Asean ). The 1st Education and Language
International Conference Proceedings Center for International Language Development of Unissula,
141–147.

Subiantoro, I. H. (2017). Estetika, Seren taun Antara Seni, Ritual, Dan Kehidupan. Panggung, 26(4).
https://doi.org/10.26742/panggung.v26i4.212

Suryati, T. (2013). TRADISI SEREN TAUN GURU BUMI DI SINDANG BARANG KABUPATEN
BOGOR (Kajian Semiotik). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Suwarno, S., Saddhono, K., & Wardani, N. E. (2018). Sejarah, Unsur Kebudayaan, Dan Nilai Pendidikan
Karakter Dalam Legenda Sungai Naga. RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya,
11(2), 194. https://doi.org/10.26858/retorika.v11i2.5972

Anda mungkin juga menyukai