Anda di halaman 1dari 4

TRADISI JAMASAN PUSAKA

di DESA NGLIMAN KECAMATAN SAWAHAN KABUPATEN


NGANJUK
Taqiyyah Arifah Rajab 19020101094 ( taqiyyaharifah12@gmail.com )
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas PGRI Madiun
Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri dari berbagai macam
suku bangsa dan budaya yang dimana pada setiap suku memegang teguh adat serta
tradisi mereka masing-masing. Berbicara terkait upacara adat, upacara adat
merupakan suatu rangkaian upacara yang memiliki makna atau nilai-nilai tersendiri
pada setiap rangkaian acaranya. Upacara adat tidak hanya memiliki nilai-nilai
budaya dan religious namun juga memiliki nilai-nilai sosial seperti kebersamaan,
kerukunan dan juga nilai yang menimbulkan perasaan yang kuat bahwa warga
memiliki derajat yang sama.

Apabila kita berbicara tentang adat tentu tidak dapat lepas dari tradisi,
Habieb & Dita (2022) menuturkan bahwa tradisi sendiri merupakan sikap dan
perilaku manusia yang berproses dalam waktu yang cukup lama serta dilakukan
secara turun-temurun dari zaman nenek moyang terdahulu hingga sekarang. Tradisi
diyakini dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat yang masih memegang teguh
tradisi tersebut. Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan adat masing-masing
misalnya di desa Ngliman, kecamatan Sawahan, kabupaten Nganjuk.

Desa Ngliman memiliki tradisi yang hingga saat ini masih dilakukan yakni
tradisi Jamasan Pusaka. Tradisi Jamasan pusaka merupakan tradisi turun-temurun
yang tidak pernah ditinggalkan sejak zaman dahulu serta mendapat dukungan dari
masyarakat. Tradisi Jamasan pusaka sendiri merupakan tradisi dimana pusaka di
jamas atau disucikan.

Jamasan pusaka di adakan di Gedung pusaka balai desa Ngliman, tradisi ini
di adakan setiap hari Jumat pahing di bulan suro, jika tidak ada Jumat pahing di
bulan suro maka hari selasa kliwon di bulan suro. Untuk pelaksana dari jamasan
pusaka ini sendiri dilaksanakan oleh tokoh masyarakat setempat yang sebelumnya
telah ditunjuk. Pada tradisi Jamasan Pusaka ini tokoh masyarakat yang ditunjuk
akan mengenakan pakaian tradisional jawa, baju lorek, blangkon, pakaian bebet,
sedangkan untuk penonton dapat menggunakan pakaian bebas.

Runtutan acara dari tradisi ini ialah pusaka di ambil dari Gedung pusaka di
desa Ngliman selanjutnya di arak ke makam Ki Ageng Ngliman Gedung kulon,
makam Ki Ageng Gedung wetan, lalu selametan di Gedung pusaka selanjutnya di
jamas di balai desa. Adapun benda pendukung dalam tradisi ini seperti pusaka, air
suci, ubo rampen, serta jembangan.
Pada jamasan pusaka ini terdapat beberapa pusaka yang dijamas antara lain:

• Pusaka kyai Bodan


• Pusaka kyai Bethik
• Pusaka kyai Kembar
• Pusaka kyai Jogo Truno

Air suci yang digunakan pada tradisi ini ialah air dari daerah
Ngliman, masyarakat mempercayai bahwa air dari bekas jamasan pusaka
dapat dijadikan sebagai obat untuk menghilangkan hama pada tanaman dan
juga dipercaya sebagai tolak balak. Masyarakat di desa Ngliman juga
percaya apabila tradisi jamasan pusaka dilakukan maka akan memberi
manfaat dan apabila tidak melaksanakan dapat memberikan balak ataupun
bencana. Selain itu jamasan pusaka juga memiliki makna untuk mensucikan
pusaka guna masyarakat berintropeksi diri dalam setahun terakhir agar
membuang sifat buruk, menyesali kesalahan, dan siap untuk menyambut
hari baru.

Setiap tradisi di setiap daerah tentunya memiliki keunikannya


sendiri-sendiri begitupun juga dengan jamasan pusaka. Masyarakat desa
menuturkan bahwa jamasan pusaka merupakan tradisi yang unik
dikarenakan jarang ada desa yang memiliki pusaka desa. Dikarenakan setiap
tradisi itu merupakan sesuatu yang berharga kita sebagai masyarakat
tentunya harus berupaya agar tradisi tersebut tetap ada dan tidak tergerus
zaman.
DAFTAR PUSTAKA

Asniah Habieb, A. H., & Hendriani, D. (2022). TRADISI JAMASAN PUSAKA DI DESA
NGLIMAN KECAMATAN SAWAHAN KABUPATEN NGANJUK (KAJIAN NILAI
SOSIAL DAN BUDAYA). Jurnal Widya Citra, 3(1), 30-35.

Anda mungkin juga menyukai