Anda di halaman 1dari 3

NAMA : AISYAH NURCHOLIFAH

NIM : D71219058

ARTIKEL 2 UJIAN AKHIR SEMESTER PUBLIC SPEAKING

PROBLEMATIKA PRO KONTRA TRADISI BERSIH DESA

Tradisi atau kebiasaan (Latin: traditio, "diteruskan") adalah sebuah bentuk perbuatan yang
dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang
tersebut menyukai perbuatan itu. Kebiasaan yang diulang-ulang ini dilakukan secara terus
menerus karena dinilai bermanfaat bagi sekelompok orang, sehingga sekelompok orang tersebut
melestarikannya. Kata "Tradisi" diambil dari bahasa latin ''Tradere'' yang bermakna
mentransmisikan dari satu tangan ke tangan lain untuk dilestarikan. Tradisi secara umum dikenal
sebagai suatu bentuk kebiasaan yang memiliki rangkaian peristiwa sejarah kuno. Setiap tradisi
dikembangkan untuk beberapa tujuan, seperti tujuan politis atau tujuan budaya dalam beberapa
masa. Jika kebiasaan sudah diterima oleh masyarakat dan dilakukan secara berulang, maka
segala tindakan yang bertentangan dengan kebiasaan akan dirasakan sebagai perbuatan yang
melanggar hukum

Jadi tradisi bersih desa adalah suatu kebiasaan yang dilakukan secara rutin oleh masyarakat di
waktu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Bersih desa biasanya dilakukan di tempat yang
dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Orang orang akan melakukan bersih desa umumnya
satu tahun sekali yaitu pada bulan suro. Bersih desa dilakukan dengan cara mereka mendatangi
tempat tersebut (tempat yang di keramatkan) lalu mereka akan emmebersihkan tempat tersebut
yang biasanya dilanjutkan dengan mengadakan kenduri, mengirim sesaji yang diperuntukkan
untuk danyang desa atau bahkan menggelar tradisi jawa seperti pertunjukan wayang dan tari-
tarian tradisional atau campur sari.

Sebagai contoh kenyataan dimasyarakat adalah sebagai berikut. Di Desa Paron Kecamatan
Ngasem Kabupaten Kediri, warga bersama perangkat desa mengadakan ritual bersih desa berupa
kenduri dan mengirim saji-sajian ke 3 punden yang dipercaya sebagai makam sesepuh desa, .
Acara dimulai dari Punden Ki Ageng Karanglo yang identik dengan keislaman. Di punden
tersebut, pada malam bersih desa dilaksanakan khotmil Qur'an yang diikuti jamaah dari sekitar
punden. Kemudian paginya dilaksanakan kenduri bersama perangkat desa, lembaga desa dan
warga desa yang berkeyakinan dengan ritual tersebut. Setelah kenduri di Punden Ki Ageng
Karanglo selesai, dilanjut ke Punden Kembangan dengan digelar acara Tayupan dan doa
bersama. Yang terakhir di Punden Mbah Ageng Aru-Aru dan hanya dilaksanakan doa bersama.

Menurut Kepala Desa Paron, Buyung Wicaksono, tradisi bersih desa rutin diselenggarakan oleh
warga sebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat dan hidayatnya. "Bersih Desa merupakan
slametan atau upacara adat Jawa untuk memberikan sesaji kepada danyang desa. Sesaji berasal
dari warga untuk menyumbangkan makanan. Bersih desa dilakukan oleh masyarakat dusun
untuk membersihkan desa dari roh-roh jahat yang mengganggu. Maka sesaji diberikan kepada
danyang, karena danyang dipercaya sebagai penjaga sebuah desa," ungkapnya. Tradisi Bersih
Desa sebagai upacara adat memiliki makna spiritual di baliknya.

Bersih Desa bertujuan untuk mengungkapkan syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang
didapat. Selanjutnya, upacara bersih desa bertujuan untuk memohon perlindungan kepada
danyang sebagai penjaga desa dari hal-hal negatif dalam kehidupan sehari-hari. "Tujuan bersih
desa adalah untuk memohon berkat agar hasil panen berikutnya melimpah, seluruh warga diberi
kesehatan dan menjadikan desa yang aman, tentram, gemah ripah loh jinawi," terang Kades
Buyung. Usai menggelar tradisi ke 3 Punden, pada malam harinya dilaksanakan doa bersama di
rumah Mbah Samuji yang oleh warga dianggap sebagai sesepuh desa. Kenduri dilakukan pada
malam bulan purnama dengan menu nasi beras merah, lalap daun kelor dan ayam ingkung
bumbu parem sebagai sesajinya. “Dengan harapan sesaji tersebut bisa menjauhkan dari balak
selama setahun ke depan umumnya untuk Desa Paron, khususnya untuk warga yang datang di
acara dan mengkonsumsi sesaji tersebut," tutup Buyung.

Tradisi ini menjadi problematika masyarakat modern pasa saat ini. Banyak masyarakat yang pro,
akan tetapi tidak sedikit pula masyarakat yang kontra. Masyarakat yang setuju akan adanya
tradisi tersebut memiliki argument bahwasanya bersih desa adalah kegiatan yang diniatkan kerja
bakti semata, dimana mereka akan membersihkan tempat tersebut secara rutin agar terlihat lebih
indah, dan slametan atau kendurinya mereka anggap sebagai makan makan biasa, Namanya kerja
bakti capek akhirnya mereka makan Bersama ditempat tersebut. Hal ini sebenarnya wujud taat
mereka kepada orang tua mereka dahulu yang menitip pesan agar tidak meninggalkan tradisi
tersebut. Akan tetapi gejolak dihatinya membuat mereka merubah niat agar bisa menjalan kan
tradisi tanpa rasa was was dalam hatinya.
Sedangkan masyarakat yang tidak setuju akan tradisi ini beralasan karena melakukan rituall
apapun di tempat keramat dan beranggapan hal tersebut akan membuatnya selamat adalah
perbuatan syirik. Apalagi disana pasti aka nada sesaji dan lain sebagainya yang apabila
ditinggalkan konon membuat desa ditimpa bala bencana. Hal seperti itulah yang membuat
Sebagian masyarakat yakin bahwa yang demikian tidak perlu di lestarikan.

Selain itu jika ada orang yang menyela bahwa semua hal tergantung sama niatnya orang yang
kontra pasti akan menjawab dengan “kenapa harus ditempat keramat? Kenapa tidak kenduri di
mushola saja” pertanyaan tersebut juga pastinya dielak oleh masyarakat yang pro akan tradisi
dengan pernyataan “tempat ini adalah tempat leluhur kita, apa salah nya kita menghargai dan
menghormati orang yang telah menemukan desa ini sebelum kita sehingga kita bisa hidup
senyaman ini disini?”

Perdebatan seperti ini pasti masih banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari hari. Tidak
menutup kemungkinan bahwa masih banyak sekali tradisi tradisi seperti itu di Indonesua
terutama di pulau Jawa. Adat kebiasaan kental yang ditanamkan dari nenek moyang ini memang
sudah diturunkan kepada anak cucunya. Kita sebagai manusia sosial sudah seharusnya saling
menghargai keyakinan masing masing dari kita, tidak memaksakan kehendak, dan tidak
menuntut apa yang kita percaya harus dipercaya orang lain. Indonesia adalah negara dengan
sangat berakam adat istiadat serta budaya, dengan perbedaan jangan sampai membuat kita
terpecahkan. Hiduplah secara berdampingan dan jalan kan apa yang seharusnya kau jalankan.

Wallahu A’lam bishawab

Anda mungkin juga menyukai