Anda di halaman 1dari 4

Nama : Galih Guritno

NIM : 06041382025061
Kelas : Palembang
Judul : Makna Tradisi Bersih desa di Desa Tj. Kemunig
Kecamatan Belitang 2 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur
Provinsi Sumsel
Mata Kuliah : Sejarah Lokal Sumatera Selatan
Dosen Pengampu : Dr. Farida, M.Si.
M. Reza Pahlevi, M.Pd.

MAKNA TRADISI BERSIH DESA DI DESA TANJUNG KEMUNING KECAMATAN


BELITANG 2 KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMSEL
Oleh: Galih Guritno

A. Pengertian Bersih Desa di Desa Tj Kemuning

Bersih desa merupakan acara atau tradisi masyarakat jawa, yang biasanya
dilakukan setiap setahun sekali. Masyarkat di desa Tanjung kemunig meyakini bahwa
tradisi bersih desa ini dapat menjauhkan desa dari marah bahaya, serta memohon
kepada Tuhan Yang Maha Esa agar desa dijadikan desa yang subur makmur, gemah
ripah loh jinawi, toto titi tentrem, dan raharjo (Perjuangan masyarakat sebagai bagian
bangsa indonesia bercita-cita menciptakan kemakmuran, kesuburan, keadilan,
kemakmuran, tata raharja serta mulia abad). Pada tradisi bersih desa yang
diselenggarakan di desa tanjung kemuning ini melibatkan Kepala desa setempat, tetua
adat dan masyarakat setempat karena dalam hal ini menyangkut kepentingan
perangkat desa dan penduduk desa setempat.

Bersih desa sendiri dilakukan agar desa menjadi desa yang bersih dari marah
bahaya dan dari bala apapun, maka dari itu diadakanlah bersih desa secara rutin
setahun sekali. Dan jika tradisi bersih desa ini tidak diselenggarakan maka masyarakat
setempat belum merasa tenang bahkan setiap tahun selalu ada tuntutan dari
masyarakat untuk diselenggarakanya tradisi atau acara bersih desa. Bersih desa
biasanya dilukan pada tanggal 1 Suroatau 1 Muharram karena masyarakat desa
percaya bahwa pada waktu itulah diyakini dapat membersihkan desa, pada
pelaksanaan tradisi bersih desa tradisi ini dilakukan di daerah lapangan terbuka,
didesa tanjung kemuning sendiri tradisi bersih desa dilakukan di lapangan bola desa
tanjung kemuning karena lapangan sepak bola merupakan lahan terluas yang bisa
digunakan untuk menampung seluruh warga desa.

Dalam pelaksanaan bersih desa yang ada di desa Tanung kemunig yang
memang merupakan acara atau tradisi tahunan biasanya para pegurus desa setempat
mengggumpulkan seluruh warga desa untuk bermusyawarah mengenai pendanaan
acara, dan setiap tahunya untuk urusan pendaan acara itu menggunakan iuran seluruh
warga desa. Dan ketika dananya sudah terkumpul maka tinggal mencari tanggal yang
cocok untuk mengadakan bersih desa. Pada dasarnya di dalam prosesi bersih desa ini
hampir memiliki kesamaan dengan acara acara formal yang biasanya kita lihat yang
meliputi sambutan sambutan, Selamatan (acara inti dari bersih desa), lalu yang
terakhir ada biasanya diadakan pertunjukan wayang kulit yang mana dalam hal ini
juga termasuk kedalam Ruwatan. Menurut Sarno (2021) mengatakan bahwa:
“Ruwatan itu kalau dalam istilah jawa itu di istilahkan sebagai reruwet jadi kalo sudah
di ruwet itu sama halnya menghilangkan segala bala, menghilangkan segala penyakit,
menghilangkan segala yang menjadi reruwet te eng deso ataupun apa yang menjadi
gangguan desa, makanya diruwat”.

B. Makna Tradsi Bersih Desa

Bersih desa yang merupakan sebuah tradisi yang dilakukan secara turun
temurun yang di dalamnya memuat seni spiritual, yang mana dalam hal ini perlu
dilihat secara detail dari aspek etnografinya agar jelas antara makna dan funsinya. Jika
ditilik, secara umum makna dari sebuah tradisi bersih desa ini ialah wujud rasa syukur
manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah diberi keselamatan, kesehatan,
dan diberi rezeki yang melimpah. Maka dari itulah setiap tahunya diadakan tradisi
bersih desa terutama di desa Tanjung Kemuning Kecamatan Belitang 2 Kabupaten
Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumsel.

Dalam penyelenggaran tradisi bersih desa di Desa Tanjung kemuning


dilalukan setiap malam 1 Suro atau 1 Muharram hal ini dilakukan karena 1 suro ini
merupakan hari pertama dalam kalender jawa, dibulan suro juga bertepatan dengan 1
Muharram dalam kalender Hijriyah. Banyak pandangan atau prespektif dalam
masyarakat jawa yang menganggap kramat dan mensucikan tanggal 1 suro ini
sehingga berimbas juga dalam perhelatan tradisi bersih desa yang dilakukan setiap
malam 1 suro, dan hal tersebut sudah menjadi budaya temurun dari zaman ke zaman.

Inti tradisi dari bersih desa ini adalah selametan yang memiiki makna sebagai
bentuk rasa syukur atas anugerah dan karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa,
Istilah selametan sendiri berasal dari bahasa arab yakni Salamah yang berarti selamat
atau bahagia. Dalam pelaksanaan selametan pada tradisi bersih desa, dilakukan
dengan mengumpulkan seluruh warga desa untuk kemudian berdoa bersama, dengan
sikap duduk bersila di atas tikar, biasanya posisi duduk melingkari nasi berkat yang
dibawa oleh para masyarakat setempat. Untuk yang memimpin dari selametan ini
sendiri dilakuan oleh pemuka agama setempat, diteruskan dengan acara makan maka
sederhana yang bertujuan untuk mendapatkan keselamatan dan perlindungan oleh
Tuhan Yang Maha Esa.

Acaraa terakhir atau penutup dari tradisi bersih desa ialah ruwatan, ruwatan
sendiri merupakan sebuah tradisi adat jawa yang mana memiliki arti membuang sial
atau menyelamatkan seseorang dari gangguan tertentu. Ruwatan sendiri bagi
masyarakat suku jawa dipercayai sebagai sebuah usaha untuk mendapatkan berkah
berupa keselamatan, kesehatan, kedamaian, ketentraman jiwa, kesejahteraan, dan
kebahagian warga terkhusus warga desa Tanjung Kemunig. Di desa tanjung
kemuning acara ruwatan ini dilakukan dengan cara menggelarkan pertunjukan
wayang kulit. Dalam pertunjukan wayang kulit ini disajikan lakon wayang secara
khusus, sebagai sarana ritual ruwatan, yaitu lakon murwakala dan sudamala kedua
lakon tersebut termasuk wayang pada zaman purwa. Wayang zaman purwa terbagi
menjadi 4 bagian, yaitu mitos-mitos mengenai dewa, raksasa, dan manusia.

Dalam pagelaran wayang terkandung hakekat kehidupan yang mendasar.


Aspek terpenting dalam kaitannya dengan hakekat wayang ialah masyarakat jawa
yang sering mengaitkan antara peristiwa yang terjadi didunia wayang dengan
peristiwa didunia nyata. Hakekat wayang adalah bayangan dunia nyata, yang
didalamnya terdapat mahluk ciptaan ilahi, seperti manusia tumbuh-tumbuhan, hewan,
dan bahkan dunia seisinya. Tata upacara tradisi yang masih dipatuhi serta tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat jawa pada prinsipnya adalah sebuah siklus
dan selalu mengikuti dalam kehidupan meraka, sejak seorang belum lahir (di Alam
Kandungan), Lahir (di Alam Fana), dan Meniggal (Menuju Alam Baka).

C. Kesimpulan

Tradisi bersih desa merupakan sebuah tradisi yang berlangsung secara turun
temurun di kalangan masyarakat jawa di desa Tanjung kemunig kecamatan belitang 2
Kabupaten ogan komering ulu timur provinsi sumatera selatan. Tradisi ini diartikan
sebagai sebuah rasa syukur warga desa atas berkat yang di berikan okeh Tuhan Yang
Maha Esa kepada seluruh masyarakat desa, baik itu dari hasil panen, kesehatan dan
kesejahteraan yang telah di peroleh. Bersih desa dilakukan setiap malam 1 suro atau 1
Muharram karena diyakini pada tanggal tersebutlah tanggal yang paling tepat untuk
melangsungkan tradisi bersih desa menurut masyarakat jawa.

Didalam pagelaran bersih desa yang terlibat didalamnya ialah parah tokoh,
pemimipin, dan seluruh warga desa, yang mana dalam hal ini pendanaan dari tradisi
bersih desa itu murni dari iuran warga desa setempat. Masyarakat desa selalu
mengingkan bersih desa ini selalu di adakan setiap tahunya karena warga desa sangat
meyakini kekuatan spiritual dari tradisi bersih desa. Adapula inti acara dari bersih
desa ini sendiri ialah selametan yang bertujuan untuk berdoa bersama-sama agar desa
dijauhkan dari segala hal-hal negatif didunia. Ruwatan juga termasuk dalam agenda
bersih desa dalam hal ini ruwatan merupakan prosesi terakhir yang pada dasarnya
dipercayai sebagai sarana menolak bala, ruwatan biasanya berlangsung dengan
adanya pagelaran wayang kulit yang dipercayai masyarakat dapat mengusir hal hal
negatif yang ada di desa.

DAFTAR PUSTAKA

Sarno. 2021. “Tradisi Bersih Desa di Desa Tanjung Kemuning”. Hasil Wawancara
Pribadi: 17 Oktober 2021, Kediaman Sarno di Desa Tj Kemunig.

Endraswara, Suwardi. 2006. “Mistisme Dalam Seni Spiritual Bersih Desa Di


Kalangan Penghayat Kepercayaa”. Dalam Kejawen, Vol. 1. No. 2, (hlm. 38-59)
Yogyakarta: NARASI Yogyakarta.

Dinas Kominfo Kab Kediri. 2020. “Tradisi Bersih Desa Saat Memasuki Bulan Suro”,
https://berita.kedirikab.go.id/tradisi-bersih-desa-saat-memasuki-bulan-suro#:~:text=
%22Bersih%20Desa%20merupakan%20slametan%20atau,roh%2Droh%20jahat
%20yang%20mengganggu, diakses pada 18 Oktober 2021 Pukul 23.30.

Trimerani, Resna. "Tradisi selamatan cembengan dalam mewujudkan keteraturan


sosial (Studi deskriptif di PG-PS Madukismo)." Jurnal Sosial Humaniora 11.2 (2020):
203-213.
Darmoko. 2002. “Ruwatan: Upacara Pembebasan Malapetaka Tujuan Sosiokultural
Masyarakat Jawa”. Dalam Makara, Sosial Humaniora, Vol. 6, No. 1, (hlm 30-35)
Jurnal: SOSIAL HUMANIORA

Anda mungkin juga menyukai