Anda di halaman 1dari 14

TRADISI TARIAN UPASE DALAM TRADISI BUDAYA TULUDE PADA

MASYARAKAT DESA TALENGEN

OLEH:

NAMA:ESTERIA TAMPUBOLON
NIM:22606033

UNIVERSITAS NEGGRI MANADO


FAKULTAS ILMU SOSIOAL & HUKUM
PENDIDIDKAN SOSIOLOGI
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat desa talengen adalah masyarakat yang hidup dengan tradisi


yang di wariskan oleh para leluhurnya saat ini . Di desa telengan Telengen ada
tradisi yang masi di percaya oleh masyarakat setempat , yaitu tarian Upase
dalam tradisi tulude.masyarakat sendiri pun mempertahan kan nya sampai saat
ini,karna isi dari adat ini memiliki hubungan dengan kehidupan yang akan di
jalani nantinya bagi masyarakat Talengen . Tarian upase merupakan adat
istiadat yang selalu di lakukan setiap tahunya kama merupakan warisan terun-
temurun dari para leluhur di masa yang lampau sampai saat ini. Tarian upase
sendiri merupakan suatu adat di dalamnya terdapat hal-hal magis seperti
mengundang banua dimana para pemain upase melakukan ini meminta kepada
Mawu Ruata ( Tuhan yang maha Esa) untuk mengobati desa mereka dari hal-
hal yang buruk, sakit penyakit sehingga ketika mereka memasuki tahun yang
akan datang terhindar dari semuanya.
Pelaksanaan tarian upase dalam tradisi tulude pada masyarakat
talengen harus memiliki kesepakatan dengan pemerintah setempat, tokoh-
tokoh adat, tokoh agama dan masyarakat. Sebelum pelaksanaannya para
pemerintah, tokoh adat, agama akan mengadakan pertemuan untuk saling
bertukar pikiran mengeluarkan pendapat dalam pelaksanan tarian upase dalam
tradisi tulude. Dan akan di bahas setiap acara yang ada di dalamya dan
membagi setiap tugas dan keperluan selama acara berlangsung seperti siapa
saja anggota yang terlibat dalam memainkan tarian upase, serta sariangnya
orang yang memberikan komando, kapan akan mulai di laksanakan dan berapa
hari, siapa saja yang nantinya di undang di dalam acara tersebut, serta dalam
tradisi tulude juga siapa yang akan memimpin dalam ibadah dan pembawa doa
dan menahulending memoto tamo, mengimbe dan mekarameang. Dan tarian
apa yang akan di tampilkan nantinya dalam acara tersebut.
Tarian upase dalam tardist tulude dilakukan di desa, kecamatan dan
juga di kabupaten. Isi setiap kata-kata yang sering di nyanyikan dalam tarian
upase saat berkeliling desa yaitu seperti ini hete sau ure kapia, biling tarai, sau
ure kapia, biling sasae sau ure kapia, bete sele sau ure kapia" biling tarai ara
matahari terbenam biling sasae ke ara matahari terbit bete sau ure kapia
artinya kembali menjadi baik. Dari setiap kata demi kata yang di lagukan oleh
pemain upase memiliki nilai dan kepercayaan bagi masyarakat talengen,
semakin di nyanyikan dan di katakana saat berkeliling kampung maka desa
talengen terbebas dari hal buruk dan segala wabah penyakit dan menjalani
kehidupan menjadi baik, seperti yang dikatakan oleh seorang antropolog yaitu
EB Tylor (1871), kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain-lain
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang di dapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Karna masyarakat desa talengen
meyakini sebelum mereka melangkah di tahun baru dan menjalani kehidupan
selama sepanjang satu tahun baik mereka sebagai petani, nelayan, PNS harus
mengawali dengan mengundang banua Untuk masa depan yang lebih baik
tidak ada hal-hal buruk menimpah. Oleh sebab itu setiap harapan dan
kepercayaan ini di pegang teguh oleh masyarakat talengen. dapat dilihat dari
setiap antusias masyarakat dalam mempersiapkan dan menyambut adat tarian
upase di mulai dari setiap rumah-rumah yang mengambil dan menerima tarian
upase cukup banyak, sampai tarian upase harus dilaksanakan sampai 2 hari
dari ujung kampung sampai ujung kampung. Setelah selesai melakukan tarian
upase berkeliling kampung, maka rombongan dari tarian upase akan pergi ke
gedung pasar talengen tempat di laksanakanya acara tulude, arti kata 'tulude
atau menulude' berasal dari kata 'suhude' dalam bahasa sangir berarti tolak.
Dalam arti luas tulude berarti menolak untuk terus bergantung pada masa lalu
dan bersiap menyongsong tahun yang ada didepan. Tulude diadakan sebagai
ucapan rasa syukur kepada Tuhan yang maha Esa atas limpahan berkat yang
telah diberikan Tuhan selama setahun yang lalu. Tulude atau upacara syukur
memasuki tahun baru. semua warga masyarakat talengen berkumpul
mengikuti acara tulude penuh hikmat, dalam pelaksanaanya telah di tetapkan
melalui urutan acara yang semuanya itu sudah diatur bersama pemerintah
setempat selaku penangung jawab. Dalam doa dan ibadah di pimpin oleh
seorang Pendeta yang sudah ditunjuk sebelumnya untuk memipin kita dalam
ibadah. Dalam acara tulude ini semua elemen masyarakat akan hadir dan para
pemimpin agama dari beberapa organisasi gereja berkumpul, perluh di ketahui
bahwa masyarakat desa talengen sepenuhnya beragamakan kristen ada kristen
protestan dan kristen pantekosta. Nuansa religius dan kultur yang ada dalam
acara ini merupakan keseharian dari masyarakat desa talengen, walaupun
sedikit perbedaan tidak membuat masyarakat tidak bersatu. Dan dapat dilihat
masyarakat sangat menikmatinya. Setiap urutan acara berlangsung dengan
penuh hikmat karena di lengkapi dengan symbol- simbol adat dan budaya
sangihe yang tidak asing lagi bagi orang sangihe seperti menahulending
memoto tamo, mengimbe dan mekarameang. Dari Simbol-simbol ini memberi
pandangan bagi masyarakat, pemerintah, tokoh agama dan adat. Bersamaan
setiap kehidupan yang dijalani selalu di dasarkan dengan patu kepada Tuhan
semesta alam dan di perlihatkan melalui hubungan yang akrab, mengasihi satu
dengan yang lain serta rama tama dengan lingkungan hidup tempat kita tinggal
dalam kata-kata adat seperti "menahulending" agar suasana hidup menjadi
nyaman jauh dari pertengkaran, tidak ada malapetaka, musibah yang
mengancam bencana yang membawa korban jiwa dan korban harta benda di
ucapkanlah kata-kata selamatan seperti pada pemotongan kue tamo.
Dalam kue tamo banyak sekali harapan permohonan masyarakat di
sampaikan kepada Tuhan, supaya semua doa masyarakat di dengar dan
kehidupan setahun yang akan di jalani. Seperti sebuah pohon yang
melindungi, itulah gambaran kasih Tuhan. yang maha kuasa yang dapat
nikmati bersama. Di tengah suasana yang penuh kebersamaan ini dikatakan
dengan symbol. Setelah itu acara selanjutnya yaitu "mengimbe" melepas
makanan dan makan bersama, dalam jamuan kasih sebagai tanda syukuran
kepada Tuhan yang maha kuasa yang memberikan berkat, kelimpahan rezeki,
dan memohon kepada Mawu Ruata untuk kelancaran berkat seperti yang di
alami di tahun yang silam. Kemudian pada akhir dari pelaksanaan acara tulude
di lakukan karamenag" masyarakat bersukacita bersama dengan menaikan
tembang lagu dan puji-pujian sehingga akhiranya merasakan kegembiraan dan
sukacita besar urutan acara berlangsung dengan penuh hikmat karena di
lengkapi dengan symbol- simbol adat dan budaya sangihe yang tidak asing
lagi bagi orang sangihe seperti menahulending memoto tamo, mengimbe dan
mekarameang. Dari Simbol-simbol ini memberi pandangan bagi masyarakat,
pemerintah, tokoh agama dan adat. Bersamaan setiap kehidupan yang dijalani
selalu di dasarkan dengan patu kepada Tuhan semesta alam dan di perlihatkan
melalui hubungan yang akrab, mengasihi satu dengan yang lain serta rama
tama dengan lingkungan hidup tempat kita tinggal dalam kata-kata adat seperti
"menahulending" agar suasana hidup menjadi nyaman jauh dari pertengkaran,
tidak ada malapetaka, musibah yang mengancam bencana yang membawa
korban jiwa dan korban harta benda di ucapkanlah kata-kata selamatan seperti
pada pemotongan kue tamo.
Dalam kue tamo banyak sekali harapan permohonan masyarakat di
sampaikan kepada Tuhan, supaya semua doa masyarakat di dengar dan
kehidupan setahun yang akan di jalani. Seperti sebuah pohon yang
melindungi, itulah gambaran kasih Tuhan. yang maha kuasa yang dapat
nikmati bersama. Di tengah suasana yang penuh kebersamaan ini dikatakan
dengan symbol. Setelah itu acara selanjutnya yaitu "mengimbe" melepas
makanan dan makan bersama, dalam jamuan kasih sebagai tanda syukuran
kepada Tuhan yang maha kuasa yang memberikan berkat, kelimpahan rezeki,
dan memohon kepada Mawu Ruata untuk kelancaran berkat seperti yang di
alami di tahun yang silam. Kemudian pada akhir dari pelaksanaan acara tulude
di lakukan karamenag" masyarakat bersukacita bersama dengan menaikan
tembang lagu dan puji-pujian sehingga akhiranya merasakan kegembiraan dan
sukacita besar untuk kenyamanan hidup di tahun baru. Terlepas dari semua itu
bagaimana masyarakat desa talengen memandang setiap adat itu adalah suatu
hal yang di percayai di dalam kehidupan mereka untuk masa yang akan datang
dan ada rasa bersyukur kepada Tuhan yang maha Esa yang memberikan
berkat. Rasa kebersamaan juga dan saling menghormati antar masyarakat serta
pemerintahan yang ada di tengah kehidupan. Berdasarkan latar belakang di
atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang tarian
upase dalam tradisi budaya tulude pada masyarakat desa talengen kecamatan
tabukan tengah kabupaten sangihe".
B. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini di rumuskan dalam bentuk pertanyaan


yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses pelaksanaan tarian upase dalam tradisi tulude


yang berlaku di desa talengen?
2. Apa makna yang terkandung dalam adat tartan upase dalam tradisi tulude
di desa talengen?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Sosiologi Kebudayaan


Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal
kebudayaan. Juga dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak mungkin berurusan
dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap hari orang melihat, mempergunakan, dan
bahkan kadang-kadang merusak kebudayaan. Kebudayaan sebenarnya secara kusus
dan lebih diteliti dipelajari oleh antropologi budaya. Akan tetapi, walaupun demikian,
seseorang yang memperdalam perhatianya terhadap masyarakat, tak dapat
menyampingkan kebudayaan dengan begitu saja karena di dalam kehidupan nyata,
keduanya tak dapat dipisahkan dan selamanya merupakan dwituggal.
Masyarakat adalah orang yang hidup bersama menghasilkan kebudayaan.
Dengan demikian tak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan
sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya.
Walaupun secara teoretis dan untuk kepentingan analitis, kedua persoalan tersebut
dapat dibedakan dan dipelajari secara terpisah. (Soerjono Soekanto 2012: 149-151)
Kata "kebudayaan" berasal dari ( bahasa sansakerta) buddhayah yang
merupakan bentuk jamak kata "buddhi" yang berarti budi atau akal. Kebudayaan di
artikan sebagai " hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal". Adapun istilah
culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan
berasal dari kata latin colere. Artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah
tana atau bertani. Dari asal arti tersebut, yaitu colere kemudian culture, di artikan
sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengelolah dan mengubah alam.
Masyarakat desa talengen dalam pelaksanaan tarian upase dalam tradisi tulude
melibatkan diri bersama untuk melaksanakan tradisi tersebut supaya dapat berjalan
dengan baik. Sehingga melalui tradisi ini menghasilkan lingkungan sosial yang
harmonis, seperti dikatakan dimana kebudayaan dengan masyarakat tidak dapat
dipisahkan. Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan. Karena tak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan,
sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat. Seperti dalam adat ini, jika tidak
ada dukungan dari pemerintah, tokoh agama,tokoh adat dan seluruh elemen
masyarakat maka, tidak menghasilkan tarian upase dalam tradisi tulude. itulah
pentingnya peran kerja sama yang baik, dan interaksi yang terjalin antar individu
dengan individu, dengan kelompok berjalan dengan baik. Oleh sebab itu sampai saat
ini masyarakat talengen masih memegang dan mempercayai tradisi ini.

B. Konsep Solidaritas
Dalam masyarakat manusia hidup bersama dan berinteraksi, sehingga timbul
rasa kebersamaan diantar mereka. Ritzer 2013: 90-91) Emile Durkheim solidaritas
terbentuk, dengan kata lain, perubahan cara-cara masyarakat bertahan dan bagaimana
anggotanya melihat diri mereka sebagai bagian yang utuh. Emile Durkheim membagi
dua tipe solidaritas mekanis dan organis. Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas
mekanis menjadi satu dan padu karena seluruh orang adalah generalis. Ikatan dalam
masyarakat seperti ini terjadi karena mereka terlibat dalam aktivitas yang sama dan
memiliki tanggung jawab yang sama. Sebaliknya, masyarakat yang ditandai oleh
solidaritas organis bertahan bersama justru dengan perbedaan yang ada didalamnya,
dengan fakta bahwa semua orang memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang
berbeda-beda. Solidaritas adalah rasa kebersamaan,rasa kesatuan kepentingan, rasal
simpati, sebagai salah satu anggota dari kelas yang sama, atau bisa di artikan perasaan
atau ungkapan dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama.
bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan
antar mereka.
Dengan di laksanakannya tarian upase dalam tradisi tulude menjadi suatu
wadah bagi masyarakat kampung talengen untuk dapat menjalin hubungan dengan
sesama masyarakat dengan di dasarkan keterikatan nilai dan makna yang ada di
dalamnya. Dan menghasilkan pengalaman emosional bersama. Hal ini juga mengacu
pada hubungan dalam masyarakat hubungan sosial bahwa orang-orang mengikat satu
sama lain.

C. Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat


Soerjono Soekanto 2012: 155-159) kebudayaan mempunyai fungsi yang
sangat besar bagi manusia dan masyarakat, bermacam kekuatan yang harus di hadapi
masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-
kekuatan lainya di dalam masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya. Selain itu
manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun
materiil. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut di atas untuk sebagian besar di
penuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan
sebagian besar karena kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan
kebudayaan yang merupakan hasil ciptaanya juga terbatas dalam memenuhi segala
kebutuhan. Seperti yang sudah di ungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa dimana
kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua
pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia
untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan
penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai. Seperti yang di bahas di atas masyarakat kampug talengen
melakukan tarian upase dalam tradisi tulude seperti hal-hal yang terkandung di
dalamnya symbol makna seperti mengundang banua mengobati kampung
menahulending memoto tamo, mengimbe dan mekarameang. Hal ini dilakukan untuk
melindungi dan mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup serta
meminta kehidupan yang lebih baik dan di jauhkan dari hal yang buruk serta dapat
menghasilkan kehidupan masyarakat yang tertib dan damai.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kualitatif. Metode
kualitatif yaitu metode naturalistik. Karena penelitianya dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting); metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat
positivisme. (Sugiyono 2013:7) metode ini disebut juga sebagai metode etnographi,
karena pada awalnya di gunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; dalam
penelitian kualitatif dilakukan pada objek alamiah.Objek alamiah adalah objek yang
berkembang apa adanya, tidak di manupulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti
tidak mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. (Sugiyono 2013:8).
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu
data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarya, data yang pasti
yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam
penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan
pada makna. (Sugiyono 2013:9).

B. Tempat Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di daerah kabupaten sangihe di kecamatan
tabukan tengah, di desa. Alasan dipilihnya lokasi tersebut berdasarkan pengamatan
sementara peneliti bahwa di daerah tersebut ada kehidupan yang masyarakatnya
masih percaya dan masih melaksanakan setiap adatnya.

C. Jenis dan Sumber Data


Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah
purposive sampling dan snowball sampling. Seperti telah dikemukakan bahwa,
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang di
anggap paling tau tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa
sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada
awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari
jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang
memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data.
Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju
yang menggelinding, lama-lama menjadi besar. (Sugiyono 2013:219).

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data.
(Sugiyono 2013: 224). Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi
partisipatif wawancara dan dokumen.
1. Observasi Partisipatif (Participant Observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang
yang sedang di amati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan
oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. (Sugiyono 2013:227).
Dalam hal ini terlibat dan mempelajari langsung yang terkait dengan tarian
upase dalam tradisi tulude.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik penggumpulan data
dengan wawancara tidak terstruktur atau terbuka, untuk mendapatkan
gambaran permasalahan yang lebih lengkap, maka peneliti perluh melakukan
wawancara kepada fihak-fihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada
dalam objek. Sehingga penelit lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden. Yang menyangkut : proses pelaksanaan beserta
maknanya yang terkandung dalam tarian upase dalam tradisi tulude.
(Sugiyono 2013: 234) dalam hal ini objek yang diteliti menyangkut tentang
"tarian upase dalam tradisi tulude, dari proses pelaksanaanya.
3. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
biasa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. (Sugiyono 2013: 240). Mencari tau
dokumen yang berupa tulisan-tulisan tentang sejara tarian upase dalam tradisi
tulude atau peristiwa yang sudah berlalu tetapi masih ada di desa talengen.

E. Teknik Analisis Data


Analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah analisis data kualitatif
model Spradley, lebih khusus model analisis domain (domain analysis). Analisis.
domain dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang
situasi sosial yang diteliti atau obyek penelitian untuk menjawab fokus penelitian.
Selanjutnya secara umum data-data kemudian dianalisis secara kualitatif. Analisis
data proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah di fahami,
dan temuanya dapat di informasikan kepada orang lain. (Sugiyono 2013: 244)
DAFTAR PUSTAKA

Max. Weber. 2012. Sosiologi Agama A Handbook. Yogjakarta.


IRCisoD Mahmud Chairul. 2013. Pendidikan Multikultural.
Yogyakarta.Pustaka Pelajar Offset

Makasar Ambrosius. 2009. Kearifan Lokal Sumber Inspirasi Spritual


Moral etik masyarakat Sangihe. Manado. Badan Pengurus Sinode GMIST
Nicholas Abercrombie Dkk. 2010. Kamus Sosiologi. Pustaka Belajar

Ranjabar. J. 2014. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bandung Alfabeta.

Rusdiyanta.S.2013. Dasar-Dasar Sosiologi. Yogyakarta; Grahana Ilmu.

Ritzer&Goodman.2014. Teori Sosiologi Moderen. Jakarta. Kencana


Ritzer George.2013. Teori Sosiologi Klasik. Perum Sidorejo Bumi Indah.
Kreasi Wancana.

Ritzer George.2011. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma


Ganda. Jakarta. PT Raja Grafindo Persoda.

Setiadi, Elly.M. 2014. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Kencana Prena


Damedia Group. Soekanto,S.2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT
RajaGrafindu Persada.

Soelaeman.M. 2011. Ilmu Sosial Dasar, Teori dan Konsep Ilmu Sosial.
Bandung.PT.

Refika Aditama.P

Sugiyono.2015.Metode Penelitian Pendidikan Pendidikan Kuantitatif.


Kualitatif R& D. Bandung. Alfabeta Sugiono. 2013. Metode Penelitian
Kuantitatif. Kualitatif Dan R & D, Bandung.

Alfabeta.

Sugiyono,2009. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.


Yasmil.A&Adang.2013.Sosiologi Untuk Universitas. PT Refika Aditama.

Bandung
SUMBER DARI INTERNET

Choiro. 2013. Solidaritas dan partisipasi masyarakat dalam


pembangunan. (online)http://umuchoiro.blogspot.co.id/2013/11/solidarit as-
dan-partisipasi-masyarakat.html.

Anda mungkin juga menyukai