Anda di halaman 1dari 5

Nama : Anindi Aprilia Kumalawati

NIM : 215060400111030
Kelas : 6FK
Mata Kuliah : Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Triya Indra Rahmawan, SH., MH.

Kearifan Lokal

Definisi dan Pengertian Kearifan Lokal

Kearifan lokal merupakan salah satu bagian dari suatu budaya dalam masyarakat yang
tidak dapat dipisahkan dari kepribadian masyarakat itu sendiri. Sedangkan menurut Bahasa
Indonesia-Bahasa Inggris , kearifan lokal terdiri dari dua kata yang memiliki arti berbeda, yaitu
kearifan (wisdom) yang memiliki arti kebijaksanaan dan lokal (local) yang memiliki arti
setempat. Dapat didefinisikan bahwa, kearifan lokal adalah nilai, ide, penuh kearifan,
pandangan lokal yang bijak, nilai baik yang tertanam dan dipatuhi dengan para anggota
masyarakat. Dapat juga dijelaskan bahwa kearifan lokal merupakan identitas atau kepribadian
budaya dari sebuah bangsa atau masyarakat yang mengakibatkan bangsa atau masyarakat itu
sendiri mampu menyerap atau bahkan mengolah kebudayaan tersebut menjadi watak,
kemampuan, kebiasaan, atau bahkan kepribadiaan bangsa atau masyaarakat itu sendiri.
Identitas dan kepribadian tersebut tentu menyesuaikan terhadap nilai-nilai yang telah ada pada
bangsa atau masyarakat setemat.

Berdasarkan berbagai definisi kearifan lokal yang dipaparkan oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa kearifan lokal merupakan gagasan yang timbul dan berkembang secara
terus menerus dalam sebuah masyarakat berupa adat istiadat, tata aturan/norma, budaya,
bahasa, kepercayaan, dan kebiasaan sehari-hari. Kearifan lokal ini pada umumnya diwariskan
dari mulut, ke mulut sejak zaman terdahulu, tetapi seiring bertambahnya waktu mengalami
beberapa perubahan dikarenakan menyesuaikan zaman dan mengalami akulturasi. Namun,
kearifan lokal juga dapat muncul dalam suatu masyarakat atau bangsa sebagai hasil dari
interaksinya terhadap lingkungan alam dan interaksinya dengan masyarakat serta budaya lain.

Kearifan lokal memiliki berbagai macam bentuk. Kearifan lokal ini dapat berupa wijud
praktik sosial, budaya, atau bahkan bahasa. Bentuk kearifan lokal dalam masyarakat berupa
budaya dapat meliputi nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum adat ataupun
aturan-aturan khusus. Berbagai bentuk kearifan lokal ini memiliki nilai-nilai yang terkandung

1|Kewarganegaraan — Semester Genap 20 21/2022


di dalamnya meliputi, cinta kepada Tuhan, alam semesti beserta isinya, tanggung jawab,
disiplin, mandiri, hormat, pantang menyerah, rendah hati hingga toleransi. Selain berupa
praktik sosial, budaya, atau bahasa, kearifan lokal juga dapat berwujud benda-benda nyata salah
satu contohnya adalah wayang.

Kearifan lokal adalah sesuatu yang dianggap benar dan telah mentradisi atau dapat
dikatakan ajek (tetap) dalam suatu daerah atau dalam lingkup masyarakat. Kandungan nilai-
nilai yang tinggi terhadap kearifan lokal ini patut dan layak untuk terus digali, dikembangkan
serta dilestarikan. Kearifan lokal yang berasal dari zaman terdahulu dan terus-menerus
dilakukan menjadikan kearifan lokal tersebut sebagai pegangan hidup, meskipun bernilai lokal,
nilai yang terkandung didalamnya sangat universal. Hal ini karena nilai-nilai yang terkandung
memiliki manfaat yang berarti bagi masyarakat itu sendiri.

Tradisi Megengan dalam Menyambut Ramadhan di Bojonegoro.

Masyarakat di Indonesia memiliki berbagai adat istiadat atau kearifan lokal, seperti di
Jawa. Di Jawa sendiri juga memiliki berbagai kearifan lokal terutama hal yang berkaitan dengan
ungkapan rasa syukur dan ajaran Islam. Beberapa kearifan lokal di Jawa yaitu seperti,
selametan, tahlilan, tingkepan, megengan dan lain-lain. Tradisi-tradisi ini memiliki hari
peringatan yang beragam, tergantung pada kepercayaan dan waktu dimana tradisi itu harus
dilakukan.

Contoh kearifan lokal yang berada di Bojonegoro, Jawa timur, adalah tradisi
megengan, tradisi ini cukup dikenal banyak masyarakat. Dimana tradisi ini dilakukan sebagai
acara penyambutan bulan suci Ramadhan, yang biasanya dilakukan pada malam terakhir bulan
Ruwah. Tradisi megengan ini umumnya diperingati atau dilakukan oleh masyarakat Jawa yang
beragama Islam. Tradisi megengan ini diisi dengan acara selamatan yang dilakukan oleh
masyarakat setempat. Tujuan umum diadakannya tradisi megengan ini adalah untuk mengirim
doa kepada leluhur yang sudah meninggal.

Setiap daerah memiliki beragam cara dalam memperingati tradisi megengan. Bahkan,
penyebutan megengan pun juga berbeda di setiap daerah. Bagi masyarakat di Jawa Timur
menyebutnya dengan kata “megengan” sementara masyarakat di daerah Jawa Tengah
menyebutnya dengan tradisi “nyadran”. Umumnya perayaan megengan sebelum Ramadhan ini
dilakukan di masjid terdekat dengan diikuti masyarakat yang berdomisili disekitar masjid
tersebut. Kemudian, membaca doa dan tahlil setelah menjalankan sholat isya’ dan setelahnya
makanan yang dibawa oleh masyarakat tersebut dibagiakan kembali kepada masyarakat yang
hadir.
2|Kewarganegaraan — Semester Genap 20 21/2022
Seperti dikatakan sebelumnya, setiap daerah memiliki berbagai cara dalam
memperingati suatu tradisi. Begitu pula juga cara peringatan tradisi megengan di Bojonegoro,
Jawa Timur. Peringatan tradisi ini sebenarnya memiliki inti yang sama, tetapi jika di
Bojonegoro, Jawa Timur, tidak ada doa dan tahlilan di masjid terdekat. Jadi, setiap
penduduknya hanya membagikan makanan, kue, atau bahkan jajan kepada setiap tetangga
terdekatnya. Uniknya, mereka melakukan hal tersebut secara bergantian dalam kurun waktu
kurang lebih dua minggu tepat sebelum puasa Ramadhan dimulai. Makanan yang dibagikan ke
tetangga dekat rumah dapat berupa nasi dan lauk pauk siap makan atau bahkan beberapa jajanan
kecil.

Sumber : Dokumen Pribadi Penulis, 21 Maret 2022

Sumber : Dokumen Pribadi Penulis, 23 Maret 2022

Keadaan Kearifan Lokal (Tradisi Megengan, di Bojonegoro, Jawa Timur)

Di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tradisi megengan ini masih ada dan masih
dilakukan oleh penduduk-penduduk di Bojonegoro, dari mulai tingkat desa hingga kota. Hal ini
dibuktikan dengan pengalaman penulis yang setiap tahunnya, ketika menjelang Ramadhan,
selalu mendapatkan kotak makanan, baik itu berupa jajan, atau makanan berat, yaitu nasi. Tidak
hanya menerima sekotak makanan dari tetangga sekitar, orang tua penulis juga melakukan
tradisi megengan ini dengan menyiapkan segala keperluan dari mulai membeli bahan makanan,
memasak makanan, hingga mengemas makanan tersebut dalam kotak yang nantinya akan
dibagikan kepada tetangga sekitar.
3|Kewarganegaraan — Semester Genap 20 21/2022
Bukti lain dari masih adanya tradisi ini adalah mengenai harga bahan-bahan pokok di
pasar yang meningkat karena perputaran ekonomi. Daya beli yang meningkat di pasar saat
tradisi megengan ini mulai berjalan juga menjadikan harga bahan pokok di pasar menjadi naik.
Menurut inu dari penulis, beberapa bahan seperti daging sapi, daging ayam, telur, hingga
bawang merah mengalami kenaikan harga jika dibandingkan sebelumnya. Harga daging sapi
murni yang awalnya memiliki harga sekitar Rp.110.000,00 perkilogram menjadi sekitar
Rp.115.000,00 perkilogram, harga bawang merah yang memiliki harga awal sekitar
Rp.25.000,00 perkilogram kini menjadi Rp.30.000,00 perkilogram. Perlu diketahui juga bahwa,
berdasarkan dari data sistem informasi ketersediaan dan harga bahan pokok (Siskaperbapo)
Jawa timur, beberapa bahan di pasar mengalami kenaikan dengan memiliki tanda panah ke atas
dan berwarna merah.

Sumber : Siskaperbapo 2022

Solusi yang Ditawarkan untuk Melestarikan Kearifan Lokal

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kearifan lokal yang ada di suatu
daerah sangat beragam. Sebagai contoh di Kabupaten Bojonegoro, kearifan lokal tidak hanya
megengan saja, tetapi masih banyak lagi, seperti tahlilan, halalbihalal, manganan atau sedekah
bumi, satu sura dan lain-lainnya. Kearifan-kearifan lokal ini masih dilaksanakan secara rutin di
setiap tahunnya. Namun, karena pandemi tradisi-tradisi tersebut tidak dapat diperingati secara
normal dan besar-besaran.

Melestarikan tradisi-tradisi tersebut sangat penting bagi generasi penerus bangsa.


Dimana sebelumnya dikatakan bahwa kearifan lokal adalah suatu identitas dimana nilai-nilai
4|Kewarganegaraan — Semester Genap 20 21/2022
terkandung didalamnya, maka sepatutnya kita mempelajari arti-arti dari berbagai kearifan lokal
yang ada guna memahami Kembali mengenai kearifan lokal tersebut. karena ketika seseorang
memahami apa yang dilakukannya, maka apa yang dilakukan tersebut akan memiliki tujuan
dan akan selalu diingat. Sama seperti kearifan lokal, hanya tau, hanya sekedar melakukan saja
tanpa tau makna, nilai, atau arti dari kearifan lokal tersebut tidak akan mampu membuat
seseorang mengerti akan tujuan dari kearifan lokal atau tradisi tersebut dan akan cenderung
mudah melupakannya.

Maka, dari itu, solusi dari melestarikan kearifan lokal adalah dengan mempelajari
tujuan, arti serta nilai yang terkandung di dalam kearifan lokal atau tradisi tersebut. kemudian,
barulah melaksanakannya secara rutin atau disiplin di setiap waktu peringatan tradisi tersebut.
tak lupa juga mengajak, membagikan, serta menceritakan kearifan-kearifan lokal yang ada di
daerah masing-masing kepada orang terdekat. Dalam artian lain, saling membagikan informasi
mengenai kearifan lokal atau tradisi yang ada di daerah masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Disperindag Jatim. “Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok di
Jawa Timur.” Siskaperbapo, siskaperbapo, 2022,
https://siskaperbapo.jatimprov.go.id/. Accessed 21 Maret 2022.
Njatrijani, R., 2018. Kearifan lokal dalam perspektif budaya kota Semarang. Gema
Keadilan, 5(1), pp.16-31.
Ridho, A., 2018. Tradisi Megengan dalam Menyambut Ramadhan: Living Qur’an Sebagai
Kearifan Lokal Menyemai Islam di Jawa. Jurnal Literasiologi, 1(2), pp.27-27.
Shufya, F.H., 2022. Makna Simbolik Dalam Budaya “Megengan” Sebagai Tradisi
Penyambutan Bulan Ramadhan (Studi Tentang Desa Kepet, Kecamatan
Dagangan). Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial, 6(1), pp.94-102.

5|Kewarganegaraan — Semester Genap 20 21/2022

Anda mungkin juga menyukai