Disusun oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
2023
A. PENDAHULUAN
Hubungan antara budaya dan manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Manusia sebagai pelaku kebudayaan dan budaya itu sendiri objek yang dilakukan
oleh manusia. Sementara itu kebudayaan akan terus ada dalam masyarakat jika
masyarakat menganggap berguna untuk kehidupan mereka, dan sebaliknya
kebudayaan itu akan punah jika masyarakat telah menemui alternatif baru bagi
kehidupan mereka dan menganggap kebudayaan yang lama tidak lagi mempunyai
makna bagi anggota masyarakat. Menurut Roger dan Steinfatt, kebudayaan
merupakan cara dan pola hidup yang total dari sekelompok orang yang berbagi
perilaku, nilai-nilai, norma, dan benda-benda material. 2 Pada dasarnya tradisi
memiliki nilai-nilai yang senantiasa dapat diwariskan, ditafsirkan dan
dilaksanakan seiring dengan proses perubahan sosial kemasyarakatan. Tradisi
tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat, dimana nilai-nilai tradisi merupakan
bukti legitimasi masyarakat terhadap budaya. Eksistensi budaya dan keragaman
nilai-nilai luhur kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
1
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. (Jakarta : PT.Gramedia Pustaka
Utama, 2015), hal.6
2
A .Liliweri, Pengantar Study Kebudayaan. (Bandung: Nusa Media, 2014), hal. 17
B. PEMBAHASAN
1.Pengertian dan Sejarah Perkembangan Tradisi Kupatan di Desa
Kaliombo
Ketupat memiliki filosofi sama hal nya dengan tradisi-tradisi Jawa yang
lain, yakni kaya akan makna dan filosofis atau tujuan tertentu dari tradisi
tersebut. Agar masyarakat yang menjalankan tradis tersebut dapat tahu arti dan
pesan yang ingin disampaikan dalam setiap ritual-ritual tradisi Jawa, misalnya
tradisi Kupatan.
Pengertian ketupat berasal dari ngaku lepat yaitu saling memaafkan atas
kesalahan pribadi ataupun orang lain. Namun terdapat juga pemahaman bahwa
ngaku lepat dapat diartikan dengan sungkeman atau sungkem kepada orang
yang lebih tua. Yang dimaksud adalah meminta maaf kepada orang tua dengan
memohon keikhlasan dan ampunan. Sehingga sungkeman dapat diartikan
sebagai suatu tradisi yang mengajarkan tentang pentingnya menghormati orang
tua dan memaafkan serta mengikhlaskan atas kesalahan orang lain. Sedangkan
pengertian dari laku papat adalah lebaran, luberan, leburan dan laburan. Arti dari
lebaran adalah menandakan telah berakhirnya puasa. Sehingga, orang yang telah
selesai melaksanakan ibadah puasa baik wajib maupun sunnah akan diampuni
dosa-dosa nya dan kembali kepada fitri (suci). Arti dari luberan adalah meluber
atau melimpah, sebagai simbol kepulian dengan orang lain. Seperti misalnya
dengan melakukan sedekah, zakat ataupun infaq kepada orang-orang yang
berhak menerimanya. Sedangkan arti dari leburan yaitu melebur. Maknanya
adalah setiap pada momen lebaran, setiap orang selalu bersilaturakhim atau
saling memaafkan, sehingga diharapkan pada momen yang fitri tersebut
manusia bisa saling memaafkan antar sesama manusia. 3agar bisa kembali fitri
(suci). Lalu maksud dari laburan yakni berasal dari kata labur atau kapur.
3
Tiyas, Arin Setyoning, And Agus Trilaksana. "Nilai-Nilai Didaktik Dalam Upacara Tradisional
Kupatan Di Desa Durenan Kabupaten Trenggalek Tahun 2010-2019."
2. Makna Dan Pelaksanaan Tradisi Kupatan di Desa Kaliombo
Dalam aspek spiritual terdapat pengajaran yakni untuk bersabar dan ikhlas,
makna ini berasal dari Beras. Oleh karena itu mengapa ketupat di isi dengan beras
putih, hal ini dikarenakan beras putih menandakan nafsu duniawi. 4 Namun
terdapat juga yang berpendapat bahwa kata beras itu diartikan sabar dan ikhlas.
Makna tersebut bertujuan agar orang yang berpuasa baik wajib yaitu puasa
Ramadhan dan puasa sunnah (Syawal) haruslah sabar dan ikhlas semata-mata
hanya kepada Allah SWT.
4
Komaruddin Amin dan M Arskal Salim GP, Ensiklopedia Islam Nusantara edisi budaya (Jakarta:
Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementriaan Agama RI, 2018), hal. 213.
3. Nilai-Nilai Sosial dalam Tradisi Kupatan di Desa Kaliombo
5
Subagyo, “Pengembangan Nilai dan Tradisi Gotong Royong dalam Bingkai Konservasi Nlai
Budaya”, dalam Indonesian Journal of Conservation, Vol. 1, No. 1, Juni 2012, ISSN: 2252- 9195,
hal. 63
6
Meta Rolitia, Yani Achdiani, Wahyu Eridiana, Nilai Gotong Royong untuk Memperkuat Solidaritas
dalam Kehidupan Masyarakat Kampung Naga, hal. 8
4. Nilai Solidaritas Sosial dalam Tradisi Kupatan di Desa Kaliombo
7
Yaspis Edgar N. Funay, Indonesia dalam Pusaran Masa Pandemi: Strategi Solidaritas Sosial
Berbasis Nilai Tradisi Lokal, dalam Jurnal Sosiologi Agama Indonesia, Vol. 1, No. 2, 107- 120, Juli
2020, hal. 108
8
Zakiyah Kholidah, “Pendidikan Nilai-Nilai Sosial bagi Anak dalam Keluarga Muslim (Studi Kasus di
RT Dukuh Papringan Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta)”, dalam AlHikmah Jurnal Studi
Keislaman, Vol. 3, No. 1, Maret 2013, hal. 91.
6. Tanggapan Masyarakat Desa Durenan terhadap Tradisi Kupatan
Tradisi Kupatan merupakan salah satu tradisi Islam Jawa yang masih tetap
dilestarikan dari generasi ke generasi berikutnya. Tradisi ini menjadi salah satu
simbol silaturakhim antar umat Islam, meskipun dahulu kupatan menjadi salah
satu tradisi yang dilakukan oleh orang-orang yang beragama Hindu ketika
menjalankan ritual terhadap roh anak-anak kecil Tradisi ini terus tumbuh dan
dilestarikan oleh masyarakat karena terdapat nilai kebaikan didalamnya. Salah
satunya berasal dari makna tradisi Kupatan yakni ngaku lepat yang berarti
mengaku salah. Tradisi ini mengajarkan masyarakat untuk saling maaf dan
memafkan terhadap orang lain, mengakui segala kesalahan baik yang dilakukan
secara sengaja ataupun tidak disengaja.
Sunat dalam Islam memiliki dasar hukum dalam beberapa hadis yang
mengacu pada tindakan sunnah Nabi Muhammad SAW. Salah satu hadis yang
sering dikutip adalah hadis riwayat Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda, "Hanifkanlah diri kalian dan berbedakkanlah kalian,
tetapi jangan berlebih-lebihan sebagaimana umat sebelum kalian berlebih-
lebihan." Hadis ini menunjukkan bahwa sunat adalah tindakan yang dianjurkan,
tetapi harus dilakukan dengan penuh kewajaran. Selain itu, sunat juga dianggap
memiliki manfaat kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sunat dapat
mengurangi risiko infeksi saluran kemih, infeksi menular seksual, serta beberapa
penyakit pada organ reproduksi pria. Meskipun manfaat kesehatan ini bisa
menjadi pertimbangan dalam melakukan sunat, tetapi tetap penting untuk diingat
bahwa sunat dalam Islam adalah tindakan keagamaan yang didasarkan pada
tindakan sunnah Nabi Muhammad SAW.10
Dalam praktiknya, proses sunat biasanya dilakukan oleh ahli sunat atau dokter
yang berpengalaman, dengan memastikan bahwa tindakan tersebut dilakukan
secara steril dan aman. Sunat sering kali dilakukan pada saat anak laki-laki masih
bayi atau pada usia dini. Namun, beberapa orang memilih untuk melakukan sunat
pada usia yang lebih dewasa, tergantung pada kebiasaan budaya dan preferensi
individu. Dalam kesimpulannya, sunat dalam perspektif Islam adalah tradisi yang
dianjurkan berdasarkan sunnah Nabi Muhammad SAW. Meskipun tidak
diwajibkan, sunat dianggap memiliki manfaat kesehatan dan dijalankan dengan
penuh pertimbangan agama dan kebiasaan budaya. Penting bagi individu dan
keluarga untuk mempertimbangkan informasi medis dan memastikan proses sunat
dilakukan dengan aman dan steril.
10
Hikmalisa, Hikmalisa. "Dominasi Habitus dalam Praktik Khitan Perempuan di Desa Kuntu
Darussalam Kabupaten Kampar Riau (aplikasi Praktik Sosial Pierre Boudieu Dalam Living
Hadis)." Jurnal Living Hadis 1.2 (2016): 324-373.
8. Tantangan Dan Solusi Dalam Melaksanakan Tradisi Kupatan
Tradisi kupatan adalah suatu perayaan atau ritual yang dilakukan oleh
masyarakat tertentu. Tantangan yang mungkin dihadapi dalam melaksanakan
tradisi kupatan dapat bervariasi tergantung pada konteks budaya, kepercayaan,
dan lingkungan sosial masyarakat tersebut.11 Berikut adalah beberapa tantangan
umum yang mungkin muncul serta beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan:
11
Herawati, Nanik. "Lebaran Menjadi ‘Magnet’untuk Mudik Bagi Masyarakat
Jawa." Magistra 27.93 (2015).
C. KESIMPULAN
3. Warisan Budaya: Tradisi kupatan telah ada sejak lama dan menjadi
bagian dari warisan budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Melalui upacara ini, nilai-nilai dan praktik-praktik tradisional yang
berharga dapat dilestarikan dan diteruskan kepada generasi mendatang.