Pada bab empat ini, penulis akan mencoba membahas tentang nilai dan kepercayaan
masyarakat Tonjong terhadap ritual dibalik sesaji Puputan. Cangkupannya mengenai pengertian
tersebut terungkap dalam berbagai upacara tradisi adat yang berkaitan dengan siklus kelahiran
bayi yang di mulai sejak individu berada dalam rahim ibunya hingga beranjak baliqh. Upacara
mempengaruhi perilaku mereka dalam upaya menjawab tantangan kehidupan yang berasal dari
alam sekelilingnya. Seperti kepercayaan masyarakat dalam nilai solidaritas, hubungan itu
menjelma menjadi cinta, mengargai orang lain, dan merasakan kepuasaan ketika membantu
maka manusia mengenal nilai solidaritas. Dalam masyarakat Tonjong rasa saling mengahragi
dan membantu satu sama lain dalam prosesi acara puputan masih terikat kuat.2
Nilai sering dikatakan dengan keyakinan atau kepercayaan. Keyakinan dapat berisi
ritual dalam puputan yang memiliki kepercayaan terhadap nilai yang positif tidak
1
Mohamad Sugianto Prawiraredja, CIREBON (Falsafah, Tradisi, dan Adat Budaya),
Jakarta:Percetakan Neagara Republik Indonesia, 2005, hlm:154
2
M.Munandar Sulaiman, Ilmu Budaya Dasar, Bandung:PT Refika Aditama, 1987,hlm:10
membahayakan dan menyimpang. Nilai-nilai budaya yang tertanam dalam sistem kepercayaan
dan keyakinan manusia terhadap lingkungan masyarakat. Nilai budaya yang tertanam dalam
masyarakat desa Tonjong seperti tradisi puputan yang masih kental memahami rirual-ritual
masyarakat percaya sebagai simbol suatu bentuk budaya yang masih tertanam.3
Suatu sistem nilai budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan
manusia. Sistem nilai budaya kuatnya meresap dan berakar didalam jiwa masyarakat sehingga
sulit diganti atau diubah dalam waktu yang singkat. Sistem nilai budaya dalam masyarakat
menyangkut masalah-masalah pokok bagi kehidupan manusia yang disepakati dan tertanam
dalam masyarakat. Budaya bisa berkembang dengan seiringnya waktu yang berjalan dengan
terdapat berbagai unsure, termasuk sistem agama, politik, dan adat istiadat. Budaya tidak dapat
sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap disuatu tempat yang memiliki kebudayaan
dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara dengan orang yang lainnya. Setiap
masyarakat akan menghasilkan kebudayaan masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi
masyarakat tersebut, setiap masyarakat ditekankan untuk saling menghargai dan menghormati
Nilai mengacu pada sesuatu yang oleh manusia dan masyarakat di pandang sebagai
yang paling berharga. Dengan perkataan lain nilai berasal sikap manusia terhadap alam semesta
dan terhadap sesamanya. Nilai ritual puputan dalam masyarakat Tonjong membentuk suatu yang
3
M.Munandar Sulaiman, ibid hlm: 20
4
M.Munandar Sulaiman, ibid hlm:26
Nilai ritual di balik sesaji puputan kombinasi antara kepercayaan masyarakat
terhadap bahan-bahan yang merupakan hasil warisan nenek moyang budaya sunda yang masih
dipercaya oleh masyarakat desa Tonjong dengan bentuk suatu rasa syukur manusia terhadap
Allah yang telah memberikan seorang bayi yang di titipkaan kepada manusia .5
Kepercayaan bisa berupa pandangan-pandangan tentang masa lampau, bisa berupa tentang
masa sekarang. Kepercayaan menjelaskaan apa itu sesuatu, penulis menggambungkan dengan
kepercayaan masyarakat Tonjong terhadap ritual dibalik sesaji, puputan dalam prosesi upacara.
Mereka percaya bahwa bahan-bahan yang digunakan memiliki nilai yang positif tidak
Setiap prosesi upacara ritul puputan terdapat bahan-bahan yang unik dan aneh
menurut paraji (dukun bayi), tetapi memiliki makna disetiap bahan-bahan yang dipakai tidak
akan berbahaya pada bayi. Karena bahan yang dipakai merupakan hasil warisan para leluhur
sejak zaman dulu. Seperti bahan yang terdiri dari kemenyan arab, bubur bodas, bubur beureum,
bunga 7 rupa, kendi untuk mengubur ari-ari, bambu kecil, kaca, sisir dan lain-lain, sudah mereka
percayai yang terpenting dalam suatu tradisi menghasilkan suatu kebudayaan dan manfaat yang
sangat berarti bagi kelangsungan hidup di masyarakat. Sehingga tidak mengubah esensi yang
terkandung didalamnya. Kebisaan masyarakat di desa Tonjong dalam melakukan tradisi puputan
dengan memakai sesaji bahwa ini membuktikan mereka masih melestarikan budaya dan
5
Rafael Raga Maran, Manusia Dan Kebudayaan dalam Persepektif Ilmu Budaya Dasar,
Jakarta:PT Rineka Cipta, 2000, hlm: 40
6
Ibid hlm: 41
7
Hasil wawancara bersama dukun bayi ibu Sikin Pkl. 16.57 Jum’at, 30 Desember 2016, bertempat
di depan Rumah.
Ritual merupakan trasformasi simbolis dan pengalaman-pengalaman yang tidak
dapat diungkapkan dengan tepat oleh media lain. Karena berasal dari kebutuhan primer manusia,
maka ia merupakan kegiatan yang spontan dalam arti betapapun peliknya ia lahir tanpa niat,
tanpa disesuaikan dengan suatu tujuan yang disadari, pertumbuhannya tanpa rancangan polanya
bener-bener alamiah.8
digolongkan masyarakat yang asosiatif. Mereka memiliki sifat akomodatif dan akulturatif
terhadap budaya lokal yang telah diyakini. Oleh karena itu beberapa taridisi sunda seperti
selametan untuk menyambut kelahiran bayi berupa tujuh bulanan juga dilakukan oleh
dilakukan untuk memperingati penyambutan kelahiran bayi atau pemberian nama pada jabang
bayi bisa dilakukan pada saat tali puput puset (terlepas tali puser) pada saat bayi berumur tujuh
hari.10
Apabila ada seorang wanita yang melahirkan baik di rumah atau di rumah sakit , maka
seluruh sanak saudara, handai taulan, tetangga berdatangan untuk menengok dan menyambut
kedatangan bayi dengan penuh kegembiraan. Selain untuk mengabarkan keselamatan ibu dan
bayi, kedatangan saudara atau tetangga untuk mempersiapkan selamatan puputan bayi. Pada
malem kelahiran para saudara atau tetangga lek-lekan atau tidak tidur semalem suntuk di rumah
8
Thomas F. O’Dea, Sosiologi Agama (Suatu Pengenalan Awal), Jakrta:PT RajaGrafindo Persada,
1985, hlm:76.
9
Thomas F.O’Dea, ibid hlm:77
10
. Mohammed Sugianto Prawiraredja, CIREBON (Falsafah, Tradisi, dan Adat Budaya),
Jakarta:Negara Republik Indonesia, 2005, hlm: 154.
11
.Nanik Herawati, Mutiara Adat Jawa, Kelaten:Intan Parawira, 2010, hlm: 48.
B. Upacara umum ritual puputan dalam tradisi sunda relasi agama dan budaya di
a. Rupus paut (menyiapkan sesaji makanan), seperti nasi tumpeng artinya supaya sang bayi
mempunyai cita-cita yang tinggi, ayam bekak (ayam utuh ), bubur bodas (bubur putih),
bubur beureum ( bubur merah) makna filosofisnya di dalam tubuh manusia terdapat sel
darah putih dan sel darah merah, peupeteuk (ikan asin) makna filosofisnya supaya
manusia tau kalau didalam kehidupan tidak selalu mulus tapi kadang kala ada cobaannya
juga, kopi hitam makna filosofisnya agar sang anak mengerti bahwa didalam kehidupan
ada aja cobaannya, dan jajanan pasar makna filosofisnya agar sang anak mampu
b. Ritual memandikan bayi yang disiapkan oleh dukun bayi, dengan disiapkan air hanget
yang dikasih bungan 7 rupa dan uang receh. Makna filosofis yaitu bahwa langit terdiri
dari 7 lapis dan bunga supaya nama anak tersebut mengharumkan bangsa
membanggakan orang tua, uang receh yang artinya agar bayi tersebut nanti suatu saat
hidupnya dapat mendapatkan rezeki yang banyak dan tidak susah dalam hidupnya.12
12
. Wawanacra bersama dukun bayi ibu Sikin, Pkl. 15.25, 20 Mei 2016, bertempat di halaman
rumah ibu Sikin.
Gambar.1. Memandikan bayi.
c. Ritual ngayun (bikin ayunan) oleh paraji (dukun bayi) yang di atas ayunan dikasih
benang dengan berbagai macam makanan seperti ceker ayam makna filosofis supaya
bayi itu kedepannya bisa melangkah kepada hal kebaikan, cabe merah yang artinya bisa
yaitu selalu mengikatkan tali silaturahim kepada saudara dan tetangga. Selanjutnya di
atas selimut bayi dikasih kaca artinya agar sang bayi kedepannya selalu intropeksi diri
apa kekurangan dan kelebihannya, al-qur’an kecil (juz amma) makna filosofis yang
artinya agar bayi menjadi anak yang soleh pinter mengaji, sisir artinya untuk kerapihan.
d. Menguburkan ari-ari oleh sang ayah, seumpama bayi itu perempuan sang ayah harus
cantik, sedangkan bayi laki-laki sang ayah memakai peci agar sang anak menjadi anak
Selametan adalah sebagai salah satu bentuk aktualisasi pemahaman agama yang
umum di masyarakat disamping ibadah formal lainnya. Bagi masyarakat desa Tonjong,
Menyambut kelahiran bayi dimulai pada bulan pertama kehamilan, ketiga dan kemudian
dilanjutkan pada bulan ketujuh diadakan selametan dengan format dan jenis kegiatan
sesuai selera dan kemampuan. Saat bayi lahir, sebagaimana sunnah Nabi yang
menganjurkan agar dilantunkan suara adzan ditelinga kanan dan iqamah ditelinga kiri
oleh sang ayah yang memiliki arti agar sang anak selalu inget keapad Allah yang
menciptakannya.14
menyambut kelahiran Nabi Muhamad SAW. Dalam acara tersebut sang anak dibungkus
13
. ibid Wawanacara ibu Sikin.
14
.Ahmad Kholil, Agama Kultural Masyarakat Pinggiran, Malang:UIN-MALIKI PRESS, 2011,
hlm, 34.
kain selimut dan dibedong oleh seorang sesepuh yang memotong rambut sang bayi, dan
memenuhi kebutuhan bersama. Manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
Didalam diri manusia terdapat dua kepentingan yaitu, kepentingan individual dan
kepentingan bersama. Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga
masyarakat. Didalam kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin dapet hidup sendiri
kekayaan, mereka selalu membutuhkan bantuan manusia orang lain. Seperti halnya
tradisi puputan yang melibatkan banyak orang untuk berlangsungnya acara sampai
selesai.16
Budaya puputan merupakan budaya yang masih kental di desa Tonjong, budaya
puputan bukan budaya tahunan atau bulanan tetapi budaya ini merupakan budaya yang
dilakukan setiap ada kelahiran bayi maka dilakukan budaya puputan di desa Tonjong.
bentuk solidaritas antar tetangga yang ingin saling membantu dalam melakukan upacara
puputan.17
Pihak yang terlibat dalam upacara puputan adalah orang tua bayi yang
melahirkan, bayi yang harus dipuput, terutama yang berperan penting dalam berjalannya
15
Mohamad Sugianto prawiraredja, CIREBON, Falsafah, Tradisi, dan Adat Budaya, Jakarta:Negara
Republik Indonesia, 2005. Hlm:154.
16
Rusmin Tumanggor, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta:2010, hlm:54-55
17
. Wawancara dengan salah seorang masyarakat desa Tonjong yaitu ibu Emah pada tanggal 22
Desember 2016 pukul 10.19 WIB bertempat di Rumah.
acara puputan dari mulai awal sampai selesai yaitu dukun bayi, tetangga dan sanak
saudara. Keterlibatan warga bukan hanya pada hari pelaksanaan saja, tapi juga sebelum
acara puputan tersebut. Dengan demikian sebagai sosial perlu tumbuh dan berkembang
dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan sejak lahirpun manusia sudah disebut sebagai
makhluk sosial.18
mereka menganggap budaya ini sudah sebagai kehidupan mereka. Mungkin saja jika
budaya puputan ditiadakan di desa Tonjong Kecamatan Pasaleman tidak ada yang
namanya rasa solidaritas yang kuat antar tetangga atau sanak saudara, bahkan tidak ada
ritual upacara untuk bayi. Bayi yang baru lahir tidak ada prosesi-prosesi ritual puputan.
Masyarakat desa Tonjong menganggap ada sesuatu yang kurang jika mereka tidak
melakukan budaya puputan karena budaya ini sudah menjadi tradisi sejak nenek moyang
mereka terlebih dahulu. Adanya puputan bisa menghasilkan rasa saling berbagi antar
tetangga seperti diadakan puputan ada sebuah ritual parawenten ( membagikan nasi
sama lauknya) kepada tetangga. Ritual ini mewujudkan saling berbagi rezeki dan
Upacara puputan dilaksanakan setelah bayi berumur 5 sampai 7 hari saat tali puser
bayi mengering dari sendi usus perut bayi maka dilaksanakan puputan bayi. Waktu
18
.Ibid wawancara dengan ibu Emah.
19
. Wawancara dengan ibu Sikin salah seorang dukun bayi di desa Tonjong, pada tanggal 15 Desember
2016 pukul 16.12 WIB, bertempat di Rumah.
dilaksanakan puputan biasanya pagi sampai sore hari sesudah selametan bayi. Tempat
penyelengaraan puputan dilaksanakan ditempat orang tua bayi yang melahirkan. Situasi
dalam proses upacara puputan seperti tanggapan ibu bayi, tetangga dan sanak saudara
berjalannya upacara sampai selesai. Harapan mereka kepada sang bayi, agar bayi yang
dilahirkan menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan menjadi generasi yang
bermanfaat.20
masih memegang teguh budaya. Sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT,
sebagian diwujudkan ritual sesajen dalam budaya puputan pada masa kelahiran bayi.
Simbol ritual dipahami sebagai perwujudan artinya sebagai manusia merupak tajjali,
atau yang tidak dapat terpisahkan dari Tuhan. Sebelum memulai acara puputan terlebih
diperlukan sebagian terdiri dari sesajen makanan dan perlengkapan bayi yang terdiri
dari:
a. Sesajen yaitu, kopi pahit, kopi manis, air panas yang di kasih bunga, teh pahit, teh
manis, air kawah (wedang kawak), panglay, seureuh, sirih nyeupah, kemenyan arab,
besi yang di bakar, uang seribu. Sesajen yang di siapkaan merupakan syarat untuk
b. Sesajen makanan yaitu: bakak ayam (ayam goreng yang masih utuh), kupat leupeut,
tang tang angin, lalaban mentah, sambel seureuh, ceker ayam, ikan asin peupeuteuk,
20
.ibid wawancara bersama ibu Sikin.
bawang merah, cabe ijo, tumpeng sama lauk dan lalaban,bubur bodas (bubur warna
c. Perlengkapan bayi yang terdiri dari: air hangat yang di masukaan ke bak yang di beri
bunga 7 rupa dan uang koin, sisir, kaca, bedak, baju dan celana bayi, beunag kanteuh
(benang kasur) yang akan di ikatkaan ke kaki dan tangan pada bayi, kendi yang
atasnya dikasih bambu kecil, makna filosofis yang artinya supaya pernafasan bayi
lancar.21
Semua sesajen yang terdapat didalam ritual tradisi puputan dipercaya oleh
masyarakat desa Tonjong sebagai bahan-bahan yang tidak akan membahayakan sang
bayi.
Berbagai macam sesaji dalam acara ritual puputan harus ada dan tidak boleh
terlewatkan. Macam sesaji tersebut adalah sajen, sajen tersebut harus disajikan di
bawah ayunan sang bayi sebagai bentuk dari ritual bikin ayunan bayi.22
Tujuan upacara puputan bisa untuk memberi nama pada sang bayi sebagai bentuk
pengenalan bagian dari kehidupan sosial sosial masyarakat. Dan juga untuk mendokan
bayi supaya bayi terhindar marabahaya dan terhindar atau selamat dalam perjalanan
Dalam tradisi masyarakat desa Tonjong, bayi yang lahir harus diberi nama ketika
usia sang bayi menginjak 7 hari, sebagai tanda bahwa ia telah menjadi bagian dari
kehidupan sosial masyarakat. Masyarakat desa Tonjong menyebut tradisi ini dengan
21
. ibid wawancara bersama ibu Sikin.
22
. Ibid wawancara bersama ibu Sikin salah seorang dukun bayi.
sebutan puputan. Bagi tetangga dekat atau saudara akan turut membantu persiapan
dengan yang berhubungan dengan sajian konsumsi yang diperuntukan bagi tamu
beberapa hari sebelum acara dimulai. Masyarakat desa Tonjong melakukan ini sebagai
Tali puser bayi dapat mengering dan lepas dalam waktu yang berbeda-beda.
Apabila puser sudah mengering sudah kering dan puput, maka diadakan selametan bayi.
Tali puser yang lepas dan mengering harus disimpen segera disimpen baik-baik, jangan
sampai dibuang.24
Tali pusar bayi kemudian dibungkus dengan kain, dimasuken kedalam sebuah
kendi, lalu di kubur diluar oleh sang ayah. Penguburan tali pusar bayi adalah perkara
kejang-kejang terkena sawan selama empat puluh hari, pada kelalian sang dukun
membuhkan garam ketika penguburan tali pusarnya dilakukan. Akibatnya, benda itu
bangkit lagi dan bayi itupun mati. Tali pusar yang keluar sesudah kelahiran dianggap
sebagai adik spiritual. Selama tiga puluh lima hari pertama mereka tinggal didekat sang
bayi untuk melindungi dari penyakit, yang pertama penyakit datang dari bumi,
Kepercayaan masyarakat meletakan bayi pada sebuah meja rendah dengan cara
menggebrak meja tiga kali untuk mengejutkan sang bayi, agar sang bayi dengan kejutan
serupa dan kemudian hari tidak gampang jatuh sakit. Kejutan mendadak memang
23
. Ahmad Kholil, Agama Kultural Masyarakat Pinggiran, Malang:UIN-MALIKI PRESS, 2011,
hlm:35.
24
.Nanik Herawati, Mutiara Adat Jawa, Kelaten:Intan Parawira, 2010, hlm:48
25
.Clifford Geertz, Abangan, The Religion of Java, diterj. Aswab Mahasin, Abangan, Santri, Priyai,
dalam Masyarakat Jawa, (Pustaka Jay:Jakarta Pusat, 1989), hlm:58
dianggap sebagai penyangkal dari berbagai penyakit pada anak-anak. Saat itu juga,
Jabang bayi (katanya kepada bayi itu), hadiah apa yang kubawa?
Bayi yang masih berusia dua hari sampai tujuh hari harus dijaga ketat oleh sang
ayah sebelum puputan dilaksanakan agar tidak diganggu oleh roh halus. Kadang-
kadang pisau bambu dan kunyit disemburkan dipojok-pojok kamer bayi agar terjaga
karena pisau bambu dan kunyit yang jadi obat itu juga dianggap sebagai saudara
spiritual dan roh pelindung. Ritual seperti ini dipercaya masyarakat desa Tonjong sejak
dahulu sebagai simbol keselamatan untuk bayi dari semua bahaya diatas maupun dari
bawah. Sementara sang ibu akan dipijat dan dilulur dengan ramuan parem serta minum
jamu secara teratur. Ritual upacara puputan termasuk salah satu bentuk doa. 28
26
Clifford Geertz, ibid hlm:59
27
.Clifford Geertz, ibid hlm:60
28
. Wawancara bersama dukun bayi ibu Sikin Pkl. 16.57, Jum’at, 30 Desember 2016, bertempat di
depan Rumah.
Proses upacara puputan mempunyai cirri khas dan ketentuan sendiri. Cirri khas
pertama yaitu waktu pelaksanaan ada ketentuanya. Hari upacara ritual puputan
ditentukan oleh dukun bayi dari mulai penguburan ari-ari, ritual-ritual sampai selametan
bayi dilakukan pada mulai jam 08.00 sampai kira-kira jam 05.00. Upacara ritual puputan
ini dilaksanakan satu hari berturut-turut dan setelah upacara selesai dalam satu hari,
terdapat penyerahan seserahan makanan atau uang yang di berikan kepada dukun bayi
dari orang tua yang mempunyai bayi, penyerahan seserahan ini sebagai bentuk
terimakasih kepada dukun bayi yang telah membantu acara prosesi puputan dari pertama
ibu melahirkan sampai dengan mengadakan acara puputan. Ketentuan mengenai lokasi
uapacara ritual puputan diadakan di dalem rumah orang tua bayi. Berhubungan dengan
masalah lokasi, tempat ritual upacara puputan harus berada di tengah rumah. Sebelum
bayi di lakukan puputan, bayi tersebut tidak boleh tidur didalam kamer tetapi bayi tidur
di ruang tengah bersama orang tuanya selama 7 hari. Bayi boleh tidur setelah
melaksanakan acara puputan. Tujuan ini supaya bayi tidak sawan ( tidak diganggu oleh
makhlus halus).29
Tata cara dari semua budaya puputan merupakan cirri khas sebuah ritual puputan
tardisi sunda di desa Tonjong Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon, tradisi puputan
adalah salah satu budaya yang dipercaya bernilai sakral di masyarakat. Salah satu cirinya
adalah kepercayaan manusia kepada ritual-ritual yang ada dalam tradisi puputan.
Upacara puputan bagi masyarakat desa Tonjong merupakan sarana komunikasi dengan
Tuhan maupun dengan leluhurnya. Tradisi upacara puputan dalam masyarakat Tonjong
merupakan upacara yang sangat penting, upacara puputan mempunyai proses yang tidak
29
. Hasil Wawancara dengan Ibu Sikin salah seorang dukun bayi, pada tanggal 29 Desember 2016,
pukul 13.30 WIB, bertempat di Halaman Rumah.
sederhana dan tentu saja membutuhkan biaya yang lebih besar. Upacara puputan dimana
orang bisa merasakan getaran emosi, bahagia, pada waktu melaksanakan upacara
tersebut.