Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ETNOBOTANI

TRADISI ROKAT PANDHAWA DI MADURA

Oleh : Siti Fatimah (131810401036)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang
Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan oleh karena itu budaya tidak
hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang
menjadi pesan, makna yang dimiliki untuk pesan, dan kondisinya untk mengirim,
memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenaarnya seluruh pembendaharaan perilaku
kita sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya
merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam
pula praktik-praktik komunikasi (Rakhmad dan Mulyana, 2009)
Salah satu budaya yang dikenal di beberapa daerah terutama bagi warga suku
madura adalah rokat pandhaba. Tradisi rokat pandhaba merupakan upacara untuk
menjaga keselamatan atau menjauhkan segala bahaya bagi anak yang menjalankan
rokat pandhaba. Pelaksanaan tradisi rokat pandhaba yang dipercaya masyarakat bahwa
anak yang termasuk pandhaba dirokat supaya tidak mengganggu kepada rezeki
saudaranya dan keluarganya yang lain.
Tradisi rokat pandhaba dalam pelaksanaannya memerlukan proses yang
panjang serta berbagai simbol yang diperlukan untuk dapat melaksanakan upacara ini,
seperti : Rabunan, labun, kue serabi setinggi anak pandhaba, kue 9 macam, pohon
pisang yang sudah memiliki tongkol serta air kembang babur. Simbol-simbol yang
digunakan memiliki makna masing-masing dalam proses upacara rokat pandhaba. Oleh
karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui makna dari upacara rokat
pandhaba serta simbol-simbol yang digunakan.

1.2

Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan rokat pandhaba?
2. Apa saja simbol yang digunakan dalam upacara rokat pandhaba?
3. Bagaimana makna yang dimiliki dari setiap simbol yang digunakan dalam upacara
rokat pandhaba?

1.3

Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan rokat pandhaba?
2. Mengetahui apa saja simbol yang digunakan dalam upacara rokat pandhaba?

3. Mengetahui bagaimana makna yang dimiliki dari setiap simbol yang digunakan
dalam upacara rokat pandhaba?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian rokat pandhaba.
Pengertian rokat berawal dari rowat yang memiliki kepanjangan moro-moro
dhung mateng berkat yang hakikatnya mensyukuri nikmat-nikmat pemberan Allah
yang berupa apapun. Diadakannya rokat untuk mensyukuri dan merawat nikmat-nikmat
pemerian Allah SWT. . masyarakat madura memiliki keyakinan bahwa segala nikmatnikmat pemberian Allah SWT dalam macam apapun apabila tidak disyukuri dan
dirawat akan dicabut dan tidak ditambah juga akan ditindas di akhirat kelak (Christomy,
2004).
Upacara rokat pandhaba juga merupakan upacara budaya yang mengandung
makna dan eksistensinya kini masih dipertahankan ditengah masyarakat yang mulai
berfikiran modern, seperti masyarakat suku madura. Rokat pandhaba daat dilaksanakan

pada malam hari. Ciri-ciri anak yang melaksanakan rokat pandhaba

terlihat dari

macam-macam rokat pndhaba,yaitu:


1. Pandhaba rato (semua saudaranya 5 laki-laki hidup semua)
2. Pandhaba morca (2 putra dan 1 putri).
3. Pandhaba amok jalan (2 putri dan 1 putra).
4. Pandhaba otang anting (1putra dan 1putri).
5. Pandhaba macan (3 putri dan 1 putra).
6. Pandhaba lema (1 putra dan 4 putri).
(http://www.lontarmadura.com/tradisi-rokat-di-madura/).
Tradisi rokat pandhaba

dilengkapi dengan mamaca

atau macopat

yaitu untuk

pembinaan mental spiritual masyarakat sebagai sarana media pendidikan, upacara adat.
Mamaca disini mempunyai nilai koral yang terdapat di dalamnya, antara lain adalah
nilai moral kepercayaan, kepatuhan, kepasrahan, kejujuran, rendah hati dan kerja keras.
Dalam melaksanakan upacara rokat pandhaba masyarakat dapat memilik salah satu
dari 3 macam mamaca antara lain:
1. Mamaca lagu (melantunkan doa rokat yang terdengar seperti alunan nada).
2. Mamaca topeng (melantunkan doa rota dengan menggunakan pertunjukan
topeng pandhawa).
3. Mamaca biasa (membaca doa rokat seperti membaca doa biasanya)
(Christomy, 2004).
B. Proses tradisi rokat pandhaba.
Tradisi rokat pandhaba dilaksanakan dengan dilengkapi adanya makanan
seperti kue serabi sepanjang orang yang dirokati, terdapat 9 jenis makana dengan
warna yang berbeda. 9 macam makanan tersebut merupakan jumlah dari orang yang
melakukan mamaca atau macopat. Sebagai pelengkap pada anak yang dimandikan
yaitu dengan air kembang babur . disamping anak tersebut tertanam pohon pisang
yang sudah bertongkol dan labun (kain kafan) yang diselimuti pada anak yang
dirokati, dibawah kursi disiapkan beras, telur, kelapa, kopi, gula, palappa gena
(bumbu masakan), babang rasol (bawang goreng buat rokat). Semuanya dikumpulkan
dijadikan satu kembang racok saebu (bunga macam seribu). Rabunan (alat untuk
membuat nasi tompeng) dipakaikan sebagai topi bagi anak yang akan dirokatin. Serta
1 ekor ayam yang diikat pada kaki kursi, pada anak yang dirokati diikat dengan labay
(tali). Tidak lupa juga disiapkan alat dapur seperti kompor, panci, wajan, sutil (alat

penggorengan dan juga alat rumah tangga seerti cangkul, kapak, sapulidi, kipas yang
dari rajutan bambu.
Proses pemandian anak yang dirokati yang wajib terlebih dahulu memandikan
adlah 1 atau 2 orang perwakilan dari mamaca dan keluarga, apanila ada masyarakat
atau keluarga terdekat yang ingin memandikannya juga dipersilahkan. Kemudian anak
tersebut dibeli orang lain dengan harga yang menggunakan kata sah seperti saebu
(seribu), saratos (seratus), sapoloebu (sepuluh ribu), saeketebu (limapuluh ribu),
saeket ropiyah (limapuluh rupiah) dan semacamnya sambil menarik labay (tali) yang
diikat pada anak yang dirokati kemudian anak tersebut ditebus oleh orang tuanya
sendiri. Terakhir ditutup dengan doa penutul rokat pandhaba (Koentjaraningrat,
1974).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode penelitian
Metode penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap warga
yang pernah melakukan rokat pandhaba.
3.2 Tempat dan waktu penelitian
Tempat : Rumah Ibu Sumarni Desa Sumberlesung, Kecamatan Ledokombo
Waktu

kabupaten jember.
: Hari Sabtu, 12 maret 2016 pukul 08:00 WIB.

BAB VI
PEMBAHASAN
A. Makna simbol dalam rokat padhawa.
Pelaksanaan rokat pandhawa dilakukan dengan beberapa simbol yang digunakan.
Simbol-smbol tersebut memiliki makna pada setiap penggunaannya, antaranya :
1. Rabunan (alat untuk membuat nasi tumpeng).
Rabunan merupakan benda berbentuk kerucut yang terbuat dari kerajinan
rajutan daun pohon siwalan yang juga merupakanlat pembuat nasi tumpeng.
Ragunan pada tradisi rokat pandhaba digunakan sebagai topi. Pada tradisi rokat
pandhaba memiliki makna untu melindungi dari segala mara bahya pada anak
pandhaba.
2. Labun (Kain Kafan).
Kain kafan adalah kain yang dipakai untuk membungkus jenazahseelum
dimakamkan dalam upacara pemakaman umat Muslin dan juga Yahudi. Kain
kafan biasanya dipilih darkain yang warnanya putih untuk melambangkan
kesucian. Labun (kain kafan) pada tradisi rokat pandhaba dipakaikan pada anak
pandhaba dan meiliki arti bahwa kain putih bersih tersebut merpakan kain suci
yang melindungi anak tersebut serta mencerminkan bahwa anak tersebut masisuci
dan bersih.
3. Kue serabi setinggi anak pandhaba.
Kue serabi merupakan kue yang terbuat dari epung beras dan santan. Kue ini
berbentuk lingkaran dan berwarna putih. Kue ini disusun diberdirika da bambu
sepanjang tinggi anak pandhaba yang akan melaksanakan tradisi rokat pandhaba.
kue serabi merupakan tanda yang memiliki arti kue yang putih adalah kue suci
yang disusun tinggi bahwa anak tersebut mampu memiliki citacita yang suci dan

bersih setnggi kemampuannya. Selain itu kue serabi juga memiliki arti agar anak
pandhab memperoleh rezeki yang suci dan halal.
4. Bahan masakan
Bahan masakan terdiri dari beras, telur, kopi, gula, bumbu dapur, bawang dan
buah kelapa yang juga merupakan sesajen pada tradisi rokat pandhaba yang
memiliki makna segala rezeki dan nikmat waji kita syukuri. Sesajen tersebut juga
meiliki makna segala kebutuhan yang dibutuhkan selama hidup di dunia. Dari
berbagai macam bahan masakan yang ada, sangat berguna dalam menjalani
kehidupan adalah syarat sebagai pelengkap salah satu bentuk nikmat Allah SWT
yang harus disyukri dan juga merupakan persyaratan yang harus ada pada tradisi
rokat pandhaba.
5. Jejen macem 9 (Kue 9 macam).
Kue 9 macam merupakan kue yang terdiri dari beberapa macam jenis kue
dengan jumlah 9. Untuk jenis kue yang digunakan tidak ditentukan, yang penting
berjumlah 9 termasuk kue serabi. Kue 9 macam merupakan persyaratan yang
wajib ada dalam tradisi rokat pandha. Kue 9 macam meiliki makana bahwa
semoga anak pandhaba mendapatkan rezeki yang bermacam-mcam dari Allah
SWT. Pada prosesi ini kue macam 9 diberikan pada setiap anggota mamaca dan
diberikan kepada orang yang hadir pada acara pelaksanan yang harus disyukuri
sebagai wujud shodaqoh.
6. Peralatan rumah tangga.
Pralatan rumah tangga terdiri dari kompor, wajan, penggorengan, saksak,
cangkul, sapulidi, kipas, celurit dll. Peralatan rumah tangga memerikan makna
sebagai bukti nyata nikmat pemberian Allah SWT yang beragam dan berguna
dalam kehidupan kita di dunia sebagai makhluk sosial.
7. Pohon pisang yang sudah bertongkol.
Pohon pisang yang sudah bertongkol memiliki makna bahwa dalam 1 batang
adalah sebuah kehidupan dan buah pisang yang banyak adalah kebersamaan
sedangkan tongkol merupakan bunga dan pohon tersebut jadi dapat disimpulkan
dalam kehidupan kebersamaan itu penting agar mendapatkan kesejahteraan dalam
kehidupan sosial. Pohon pisang yang bertongkol pada tradisi rokat pandhaba
juga dapat dimaknai agar anak pandhaba selama hidup di dunia dan sebagai
makhluk sosial menjadi anak yang berguna.
Pohon pisang dalam tradisi rokat pandhaba berdiri tegak disamping disamping
anak pandhaba memiliki makna bahwa anak tersebut harus memegang teguh arti
kebersamaan dan kerja sama dalam menjalani kehidupan sosial.
8. Kembang babur (bunga tujuh rupa).

Bunga tujuh rupa merupakan bunga yang biasa ditaburkan orang saat
berziarah ke makam atau kuburan. Kembang babur merupakan sebuah tanda yang
memiliki arti bahwa campuran bunga mawar, bunga melati, pandan, bunga
kenang, bunga kamboja dan semacamnya yang diberi kemenyan adalah sebuah
campuran bunga suci yang akan menyucikan anak pandhaba dengan
memandikannya. Kemudian dicampur pada bak yang berisi air yang dimandikan
kepada anak pandhaba, supaya anak tersebut bersih dan suci kembali seperti bayi
yang baru lahir.
9. Penarikan Labay (tali).
Labay dalam tradii rokat pandhaba seperti kumpulan benang lembut yang
berwarna puih yang diikatkan pada anak pandhaba yang memiliki makna bahwa
labay (tali) tersebut merupakan pengikat suci bahwa anak masih suci dan bersih
serta belum dimiliki siapapun.
Pada tradisi rokat pandhaba

biasanya ki dalang yang memimpin mamaca

mengatakan paneka potra potrena pasera se melleya atau ini putra dan putri
siapa yang mau beli. Bisanya salah satu warga menariknya sebagai bukti bahwa
dia membelinya dengan harga yang berawal dengan kata dalam bahasa Madura
yaitu kata sah.
10. Mamaca (macopat).
Mamaca yang masyarakat tahu seperti macopat yang menceritakan pandhawa
limadan cerita islami seperti cerita nabi-nabi yang biasa dibawakan dengan 3
macam yaitu membaca al-quran baik itu membaca biasa ataupun dengan alunan
lagu, serta ada yang membawakanya dengan pertunjukan topeng.
Adanya mamaca mengawali pelaksanaan tradisi rokat pandhaba. Dengan
menggunakan mamaca pada tradisi rokat pandhaba yaitu agar anak yang dirokati
dapat tambahan ilmu dengan diberikan pandangan hidup dari cerita yang
disampaikan, dan anak pandhaba diberikan doa untuk kebaikan anak pandhaba
dalam menjalankan kehidupannya sebagai makhluk Allah SWT dan sebagia
makhluk sosial untuk tidak lupa bersyukur atas segala nikmat yang diterimanya
dan menjadi anak yang berguna.
B. Makna Rokat pandhaba.
Tradisi rokat pandhaba memiliki teori fungsionalisme karena pada tradisi ini
meiliki manfaat bagi masyarakat dan yang melaksanakan tradisi rokat pandhaba
tersebut. Tradisi ini juga merupakan suatu pola kelakuan yang sudah menjadi
kebiasaan dan masyarakat sendiri meiliki keyakinan dan kepercayaan dengan
terlaksananya tradisi rokat pandhaba ini, seperti manfaat bagi yang melaksanakan

yaitu pelaksana dan keluarganya bisa melakukan tasyakur atas nikmat-nikmat


pemebrian Allah SWT dan mereka juga bisa melakukan hajatan untuk anaknya yang
termasuk anak pandhaba agar anak tersebut juga bisa mentasyakuri nikmat-nikmat
Allah SWT, serta tidak mengganggu kepada rezeki saudaranya maupun keluarga
lainnya. Dengan mengadakan tradisi rokat pandhaba ini mereka juga bisa bersedekah
kepada fakir miskin maupun masyarakat sekitar yang kurang mampu serta anak yatim
dan piatu atau yang berhak menerima. Selain penyelenggar radisi rokat pandhaba,
masyarakat juga mendapakan manfaat dengan adanya tradisi rokat pandhaba seperti
saling mempererat tali silaturrahmi, menambah ilmu agama, mengetahui kebudayaan
dan tradisi yang dimiliki daerahnya. Tradisi ini memiliki banyak manfaat semua itu
tak lepas dari ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Pelaksanaan tradisi
rokat pandhaba ini juga bertujuan agar masyarakat mampu melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan atau tradisi yang ada.

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Tradisi rokat pandhaba merupakan upacara untuk menjaga keselamatan atau
menjauhkan segala bahaya bagi anak yang menjalankan rokat pandhaba. Pelaksanaan

tradisi rokat pandhaba yang dipercaya masyarakat bahwa anak yang termasuk
pandhaba dirokat supaya tidak mengganggu kepada rezeki saudaranya dan keluarganya
yang lain.
Simbol yang digunakan dalam tradisi rokat pandhaba diantaranya yang
termasuk objek diantaranya anak pandhaba, pelengkap dan sesajen pada prosesi rokat
pandhaba, rabunan, labun (kain kafan), kue serabi setinggi anak pandhaba, kembang
racok sahebu (seribu macam-macam bunga), bahan masakan, jejen macem 9 (kue 9
macam), peralatan rumah tangga, pohon pisang yang sudah bertongkol, air kembang
babur (bunga tujuh rupa), penarikan labay (tali), mamaca.
4.2

Saran
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan terutama dalam hal
dokumentasi, diharapkan apabila melakukan penelitian lebih mendalam terhadap tradisi
rokat pandhaba dilakukan ketika tradisi tersebut diadakan, sehingga data yang
diperoleh lebih lengkap. Selain itu perbedaan simbol yang digunakan di setiap daerah
memiliki perbedaan.

DAFTAR PUSTAKA
Christomy T dan Untung Yuwono.2004.Semiotika Budaya.Jakarta: penerbit Pusat
Kemasyarakatan dan Budaya UI.
Koentjaraningrat.1974.Pengantar Antropologi. Jakarta : Aksara Baru
http://www.lontarmadura.com/tradisi-rokat-di-madura/ (diakses tanggal 14 maret 2016).

Lampiran
Proses ketika wawancara berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai