Anda di halaman 1dari 11

ROKAT PANDHEBEH DI DESA JATIAN KEC PAKUSARI

PAPER

Diajukan Sebagai Prasyarat


Ujian Ahir Semester Mata Kuliah Hukum Adat
Pembimbing Dosen Badrut Tamam, S.H.,M.H.

Oleh

M Sofyan mawardi
NIM. 224102020008
PROGRAM STUDI : HUKUM EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FAKULTAS SYARIAH
DESEMBER 2023
A. PENDAHULUAN / LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat keterkaitan yang erat antara
manusia dan kebudayaan. Manusia berperan sebagai pencipta, pembentuk,
pengembang, dan penjaga kebudayaan. Masyarakat tidak bisa dipisahkan
dari warisan kebudayaan yang diterima dari nenek moyang, karena tanpa
masyarakat, kebudayaan tidak akan terjaga dan akan mengalami
kepunahan secara alami. Kata "kebudayaan" sendiri berasal dari bahasa
Sanskerta, yaitu "buddhayah," yang merupakan bentuk jamak dari
"buddhi" (budi atau akal). Oleh karena itu, budi dan akal merupakan hal-
hal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
manusia.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya didefinisikan sebagai


kumpulan pemikiran, adat istiadat, dan unsur yang telah mengalami
perkembangan. Dalam kehidupan sehari-hari, budaya sering dikonotasikan
dengan tradisi, yang merupakan kebiasaan yang dipegang oleh masyarakat.
Dengan kata lain, peran manusia sangat signifikan dalam pelestarian dan
pengembangan budaya, yang mencakup aspek-aspek seperti pemikiran,
adat istiadat, dan tradisi masyarakat.

Suatu kebiasaan yang diterapkan oleh masyarakat, yang telah diatur sesuai
dengan nilai-nilai yang tinggi, mencerminkan hasil dari perencanaan, tindakan,
dan perbuatan manusia, terutama di kalangan masyarakat Nusantara. Ragam
upacara adat yang berkembang di dalam masyarakat melibatkan berbagai jenis,
termasuk upacara kalenderial yang memperingati hari-hari besar keagamaan atau
peristiwa penting dalam suatu wilayah, upacara sepanjang siklus kehidupan yang
melibatkan serangkaian ritual mulai dari sebelum kelahiran hingga setelah
kematian, serta upacara tolak bala dan upacara lainnya yang penuh harapan dari
kelompok masyarakat tertentu.

Rokat atau pangrokat adalah suatu tradisi adat yang diterapkan oleh
masyarakat Madura dalam rangka merayakan acara selamatan. Istilah
"Rokat" sendiri berasal dari kata "barokah". Upacara rokat merupakan
suatu ritual yang diadakan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas
berkah dan nikmat yang diberikan oleh Allah dalam tahun-tahun
sebelumnya. Masyarakat melaksanakan rokat ini dengan niat untuk
terhindar dari marabahaya atau bala, serta sebagai wujud penghormatan
dan rasa syukur terhadap segala nikmat yang telah diterima. Tujuan dari
pelaksanaan rokat adalah untuk memohon kemakmuran, keselamatan, dan
kenikmatan pada tahun-tahun mendatang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud rokat pandhebeh?
2. Bagaimana tata cara pelaksanaan rokat pandhebeh di desa jatian
kecamatan pakusari?
3. macam macam pandebeh ?

C. TUJUAN PENULISAN

Peneletian yang dilakukan memeiliki beberapa tujuan dalam penulisan


antara lain

1. mengetahui apa yang dimaksud rokat padhebeh


2. mengetahui tata cara rokat pandhebeh di desa jatian kecamatan
pakusari
3. mengetahui macam macam pandhebeh

D. METODE PENELITIAN

Metode penelitian empiris merupakan suatu pendekatan penelitian


yang memanfaatkan data lapangan atau bukti-bukti empiris yang diperoleh
melalui observasi atau eksperimen. Tujuan dari jenis penelitian ini adalah
untuk menganalisis gejala, peristiwa, dan fenomena yang terjadi di
masyarakat, lembaga, atau negara yang bersifat non-pustaka. Pemilihan
jenis pendekatan dalam penelitian empiris disesuaikan dengan tipe
penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang diinginkan.
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian empiris dapat
melibatkan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

E. PEMBAHASAN
1. Pengertian Dari Rokat Pandhebeh

Rokat Pandhebeh adalah bagian dari adat budaya Madura yang


bertujuan untuk membebaskan seorang anak Pandhebeh dari potensi
nasib buruk dan menjauhkannya dari segala bahaya yang dapat
menghambat perjalanan hidupnya di dunia. Adat ini telah diwariskan
secara turun-temurun di masyarakat Madura. Pelaksanaan Rokat
Pandhebeh melibatkan berbagai persiapan dan langkah khusus,
termasuk mandi bagi yang diruwat, penggunaan bahan-bahan tertentu,
dan keterlibatan simbol-simbol khusus. Upacara ini memiliki makna
dan filosofi yang penting dalam kehidupan masyarakat Madura.

Dalam pelaksanaannya, Rokat Pandhebeh mencakup berbagai


simbol dan makna, dan terdapat perbedaan dalam pelaksanaan
bergantung pada tujuan dan alasan di balik upacara tersebut. Sebagai
contoh, variasi hidangan sesaji antara jenis rokat menunjukkan
perbedaan maksud pelaksanaan upacara ini. Setiap hidangan sesaji
memiliki simbolisme dan makna tersendiri.1

2. Tata cara Pelaksanaan Rokat Pandhebeh


Setelah saya melakukan observasi langsung ke narasumber yang
bernama munir siswanto beliau selaku tokang rokat di desa jatian
pakusari mengenai bagimana tata cara rokat yang ada didesa jatian kec
pakusari tata cara rokat yang pertama persiapan sesajen dan sandhingan
(perlengkapan) berikut ini yang termasuk sandhingan
kue,tumpeng,bunga bermacam seribu, Beras kuning setakir (ukuran
yang biasa digunakan menggunakan daun pisang),tujuh butir telur,dua
sisir pisang,beras hitam setakir dari ketan,beras jagung setakir,kacang
1
TAMAM, Badrud. UPACARA ROKAT DALAM TRADISI MADURA: TINJAUAN LIVING HADIST.
Khazanah: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam, 2021, 11.1.
hijau setakir,ketupat 25 biji dan lepet 25 biji. Peralatan pandebeh
Ongkek 1 (tonggak untuk menata perlengkapan) harus mencakup
beberapa persyaratan seperti peralatan dapur seperti panci, wajan,
spatula, geddeng (tampah), kesseh (anyaman bambu untuk menyimpan
nasi), benanng, pisau, cambuk, dan janur kuning. Selain itu, juga
termasuk bantal, tikar, payung, ayam kampung asli, serabi sebanyak 7
tangkep (serabi yang disusun berpasangan), cobek, dan ulekan. Bahan-
bahan yang perlu diberikan kepada tukang rokat melibatkan 25 ketupat,
25 leppet, 25 gelung teleng, 2 sisir pisang, tumpeng, nasi rasol, ayam
bakar, yang kemudian disatukan dalam sebuah talam besi. Selain itu,
juga termasuk takir berwarna lima, beras kuning, jagung, padi, dan
berbagai buah-buahan.. Bahan bahan untuk menyucikan anak
pandehbeh antara lain air laut 1 botol , air yang mengabungkan banyak
sumber 1botol,bunga kantil , sarang lebah dan bunga kenanga semuan
air digabungkan dalam satu wadah plastik . Bahan untuk prosesi
penyiraman anak pandhebeh. tangguk (bentuk kerucut dari anyaman
bambu) untuk digunakan dan kain kafan berukuran 1 cm dipasang
sebelum di mandikan. seluruh orang tua, saudara, kerabat dekat, dan
masyarakat yang berpartisipasi menyumbangkan uang sebagai
panebbusah untuk anak-anak pandhebeh. canteng nyeor (gayung dari
batok kelapa) yang gagangnya terbuat dari dahan pohon wringin.
setelah melengkapi seluruh persyaratan, dilanjutkan dengan
pelaksanaan rokat pandehebeh.
Sebelum pelaksanaan rokat pandhebeh pihak keluarga harus
mendatangi orang yang pintar menghitung hari yang baik (menurut
masyarakat madura ) karena hari baik merupakan salah satu bagian
terpenting dari acara rokat dianggap sebagi hari keselamatan dan
memberikan kelancaran saat prosesi rokat setelah ditetapkan hari untuk
melaksankan rokat keluarga akan memanggil tukang rokat untuk
mengisi acara tersebut.
Proses rokat terdiri dari 12 tahapan yaitu :
1. Menyediakan bangku, disertai dengan keberadaan pohon pisang yang
berbuah dan memiliki tongkolnya (jantung pisang), cabang dari pohon
wringin, serta batang tebu berwarna hitam.
2. Setelah persiapan rokat pandhebeh selesai dilakukan oleh tuan rumah, sisa
waktu hanya menanti kedatangan tukang rokat.
3. Ketika tukang rokat tiba, dia segera melakukan pemeriksaan untuk
memastikan kelengkapan perlengkapan dan sesajen, karena jika
perlengkapan kurang pelaksanaan upacara rokat pandhebeh dianggap
tidak sah.
4. Kemudian, tukang rokat membuat de' kembeng (bedak kembang) yang
bercampur dengan bunga, sarang lebah , dan air yang berasal dari tujuh
sumber berbeda, sebagai bagian dari ritual penyiraman..
5. Setelah menyelesaikan semua persiapan, pelaksanaan upacara adat rokat
pandhebeh memulai acara dengan menyanyikan ayat-ayat dari kitab rokat
(ngijung). Sementara itu, ada seseorang yang ditugaskan untuk
menerjemahkan isi kitab tersebut, yang dikenal sebagai panegges.
6. Setelah selesai pembacaan kitab, si tukang rokat menyiramkan biji-bijian
seperti jagung dan padi yang berasal dari hasil panen di sekitar lokasi
upacara penyiraman.
7. Seorang anak pandhebeh dipanggil dengan tangan terikat menggunakan
benang kasur, disertai oleh anggota keluarganya yang memegang benang
kasur sendiri, dengan tujuan membawa anak tersebut ke kursi yang sudah
disiapkan sebagai tempat duduknya.
8. Setelah itu keluarga membawa anak ke luar ruangan dan tukang rokat
memerintahkan untuk mengelilingi area tempat penyiraman.
9. Setelah anak pandhebeh menyelesaikan keliling di sekitar tempat
penyiraman, kemudian ia duduk di kursi yang telah dipersiapkan.
10. Anak pandhebeh disiram dengan beras kuning dan cambuk oleh Bapak
munir siswanto selaku tukang rokat yang berada di belakang kursi
( hitungan cambuk harus sesuai dengan ketentuan yang oleh pihak
keluarga ).
11. Prosesi penyiraman anak pandhebeh berlanjut dengan pembacaan
sholawat yang dipimpin oleh tukang rokat. Sebelum melaksanakan proses
penyiraman, orang tua dan masyarakat sekitar memberikan hadiah yang
berupa uang.
12. Usai prosesi penyiraman anak-anak Pendebeh tetap berdiri diiringi
keluarganya dan masuk ke dalam rumah sambil membawa uang dan
memegang benang. Menurut para tukang rokat, pakaian yang dikenakan
pada saat pawai penyiraman harus dibuang dan tidak dapat digunakan
kembali.
Dan bapak munir siswanto berbicara terbuka kepada saya bahwa proses rokat
telah mengalami transformasi, awalnya bercorak Hindu dan animisme (memohon
kepada dewa, jin penunggu, dan roh nenek moyang), kini telah diubah menjadi
praktek yang sepenuhnya mengakui Allah. Bahkan dalam pelaksanaan
kontemporer, tidak jauh berbeda dengan tahlilan, di mana terdapat kiriman doa
Fatihah. Dengan demikian, apa yang sebelumnya melibatkan pemujaan atau
permohonan kepada nenek moyang, sekarang diintegrasikan sebagai tawasul
dalam tradisi rokat pandhebeh yang telah berubah menjadi suatu ritual adat
dengan nuansa Islam.
Setelah upacara adat rokat pandhebeh selesai, masyarakat meyakini bahwa
anak tersebut telah terbebas dari ancaman Bahtara Kala. Upacara adat rokat
pandhebeh dilakukan sebelum pernikahan untuk menolak kejahatan dan berdoa
untuk perlindungan dan keselamatan bagi anak-anak yang akan menikah dan
memulai kehidupan berumah tangga. Tujuan dari ritual ini adalah untuk
melindungi mereka dari segala bentuk bencana di kemudian hari. Tukang rokat
setelah menghilangkan segala kesialan dalam prosesi penyiraman dan
menyelesaikan ritual rokat diyakini dapat melindungi sang anak dari segala hal
buruk yang mungkin menimpa dirinya.
Namun, manusia di wajibkan untuk senantiasa berusaha (ikhtiar) dan
berserah diri (tawakkal), sementara selebihnya harus diserahkan kepada kehendak
Allah yang menentukan takdir. Upacara adat rokat pandhebeh menjadi bentuk
ikhtiar manusia yang mengakui keterbatasan mereka dalam menghadapi segala
musibah dan nasib buruk, sebagai wujud tindakan kepada Allah.

3. Apa saja macam-macam rokat pandhebeh


Macam macam pandhebeh ada 8 yaitu :

a. Pandhebeh ratoh hanya mempunyai satu anak tunggal.


b. Pandhebeh mayyit mempunyai banyak anak yang meninggal tapi
hanya satu yang masih hidup.
c. Pandhebeh teng-anteng mempunyai 3 orang anak yaitu dua laki-
laki dan satu perempuan dan sebaliknya yaitu dua perempuan dan
satu laki-laki.
d. Pandhebeh macan hanya punya anak satu yaitu anak laki laki
e. Pandhebeh eret mempunyai anak lima yang berupa empat
perempuan dan satu anak laki laki atau empat laki laki dan satu
anak perempuan
f. Pandhebeh tangis mempunyai lima anak namun diantara lima anak
tersebut ada salah satu anak yang meninggal dunia sehingga tersisa
empat anak.
g. Pandhebeh lema' memiliki kelima anaknya, semuanya adalah laki-
laki.
h. Pandhebeh penganten mempunyai dua anak, seorang anak laki-
laki dan seorang perempuan. Keduanya dirokat dengan harapan
agar anak laki-laki dan perempuan tersebut terhindar dari nasib
buruk.
F. KESIMPULAN
Dalam kesimpulan, Rokat Pandhebeh di Desa Jatian, Kecamatan
Pakusari, memiliki makna yang mendalam sebagai upaya untuk
membebaskan anak Pandhebeh dari potensi nasib buruk dan
menjauhkannya dari bahaya yang dapat menghambat perjalanan hidupnya.
Adat ini telah diwariskan secara turun-temurun, melibatkan persiapan
khusus seperti mandi, penggunaan bahan-bahan tertentu, dan melibatkan
simbol-simbol khusus. Pelaksanaannya mencakup proses penyiraman anak
Pandhebeh dengan beras kuning dan cambuk oleh tukang rokat, sementara
masyarakat memberikan uang sebagai hadiah. Rokat Pandhebeh memuat
nilai-nilai Islam, dengan transformasi dari corak Hindu dan animisme
menjadi suatu ritual adat dengan nuansa Islam.
Terdapat perbedaan dalam pelaksanaan Rokat Pandhebeh
tergantung pada tujuan dan alasan di balik upacara tersebut. Misalnya,
variasi hidangan sesaji mencerminkan perbedaan maksud pelaksanaan
upacara ini. Ada juga variasi jenis rokat pandhebeh, seperti Pandhebeh
Ratoh, Pandhebeh Mayyit, Pandhebeh Teng-Anteng, Pandhebeh Macan,
Pandhebeh Eret, Pandhebeh Tangis, Pandhebeh Lema', dan Pandhebeh
Penganten, masing-masing dengan karakteristik dan tujuan tertentu.
Sebagai kesimpulan, Rokat Pandhebeh bukan hanya merupakan
upacara tradisional, tetapi juga sebuah bentuk ikhtiar manusia yang
mengakui keterbatasan mereka dalam menghadapi nasib buruk, dengan
harapan agar anak Pandhebeh terlindungi dan terhindar dari segala bentuk
malapetaka di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

TAMAM, Badrud. UPACARA ROKAT DALAM TRADISI MADURA:


TINJAUAN LIVING HADIST. Khazanah: Jurnal Sejarah dan
Kebudayaan Islam, 2021, 11.1.
Wawanccara dengan Munir siswanto selaku tukang rokat tanggal 19 – 12 – 2023
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai