Anda di halaman 1dari 12

JUDUL

MAKNA UPACARA ADAT REBA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT


MANGULEWA

Raniremon52@gmail.com pabayuliana87@gmail.com mariauasoa@gmail.com

vladimiraniowa@gmail.com verameo@gmail.com rosalinaseptianymudeweatiany@gmail.com

Program Studi Pendidikan Musik, Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Citra Bakti, Ngada

ABSTRAK.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan data yang jelas,akurat dan factual mengenai
makna upacara adat reba dalam kehidupan masyarakat mangulewa. SEULU WELU MAJA EKO
RAGHI MEZE memberikan informasi terkait makna filosofi upacara adat reba, pihak-pihak serta
nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat reba. Dalam penelitian ini kami menggunakan
metode observasi,metode wawancara,dan metode dokumentasi. Teknik penilitian akan dianalisis
secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif. Hasil penelitian menjelaskan tentang
upacara adat reba adalah salah satu bentuk rasa syukur yang ditujukan bagi leluhur dari setiap
rumah adat di dalam kampung mangulewa seulu welu maja eko raghi meze yang dirayakan
setiap setahun sekali, sekaligus bagian bentuk dari syukuran panen.

Kata Kunci : Makna Upacara, Adat, Reba, Kehidupan Masyarakat.


PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki berbagai macam kekayaan mulai
dari keberagaman agama, kepercayaan, bahasa, ras, budaya atau juga dikenal sebagai Bangsa
yang unik. Yang mana Bangsa Indonesia bisa hidup tentram, damai dan baik dalam satu negara
yang terdiri dari berbagai keberagaman budaya maupun keanekaragaman lainnya. Keberagaman
budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas ataupun menjadi Identitas Bangsa
Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan dengan sebaik mungkin dari generasi ke generasi
selanjutnya (Antara & Yogantari, 2018).

Di Indonesia juga terdapat berbagai suku yang tinggal di setiap wilayah suku bangsa
yang mana masing-masing mempunyai suatu unsur kebudayaan mulai dari tarian tradisional,
pakaian adat, rumah adat, makanan khas, bahasa daerah maupun upacara adat yang
mencerminkan perbedaan dengan suku yang lainnya. Perlu pemahaman yang baik bagi
masyarakat mengenai simbol-simbol dalam konteks budaya masing-masing. Seringkali
masyarakat di Indonesia mengungkapkan rasa syukur dan mewujudkannya dalam bezntuk
upacara adat yang mana upacara tesebut sebagai salah satu ungkapan syukur masyarakat kepada
Tuhan atas karunia yang diberikan seperti halnya hasil panen dan lainnya (Rohmah, 2014)
Pasal 32 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan
bahwa:
pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia, agar budaya masyarakat tetap tumbuh
dan menjadi kaya dalam hal yang baik dengan nilai-nilai yang positif yang menjadi
keunggulan dalam budaya di suatu wilayah. Kebudayaan mencakup nilai, cara pandang atau ide-
ide yang hidup ditengah masyarakat yang menjadi pegangan untuk berinteraksi dan
masyarakat agar mereka mengerti bagaimana seharusnya mereka bertindak ataupun
melakukan sesuatu dalam berhubungan atau komunikasi dengan orang lain (A.M. Fatwa,
2009).
Kabupaten Ngada di kenal sebagai salah satu daerah yang kental akan Budaya. Ada
begitu banyak upacara adat yang terdapat Ngada, salah satunya upacara adat Reba Ulu Welumaja
Eko Raghi Meze yang diadakan tiap tahun di Desa Mangulewa. Upacara Reba tersebut
merupakan upacara adat sebagai bentuk ucapan syukur maupun penghormatan serta ucapan
terima kasih kepada Tuhan dan para leluhur atas hasil panen yang diberikan kepada mereka.

1
Upacara adat Reba ini digunakan juga untuk mengevaluasi maupun menilai semua tentang
kehidupan bermasyarakat pada tahun sebelumnya yang sudah dilewati, dijalani oleh masyarakat
Mangulewa.
Apabila dalam masyarakat tidak menerapkan upacara Reba ini, maka dipercaya bahwa akan
terjadi sesuatu hal misalnya; terjadi bencana alam, kecelakaan secara tiba-tiba, sakit-sakitan yang
tidak kunjung sembuh, bahkan ada anggota keluarga yang meninggal secara mendadak (Ripo,
2022:p. 129). Upacara Reba harus dilakukan dengan perayaan yang bermakna bagi masyarakat
Mangulewa sebagai umat dalam kehidupan bersama anggota masyarakat dan sebagai anggota
Gereja. Hal ini mau menunjukan bahwa semua masyarakat hidup dalam satu kesatuan dan
memiliki keselarasan yang mana saling bekerja sama satu sama lain. Karena secara umum
Manusia adalah makhluk individual yang artinya menyendiri. Dalam waktu yang lainnya
manusia juga akan berfungsi sebagai makhluk sosial yang tidak terlepas dari hidup saling bekerja
sama atau bisa dikatakan gotong royong. Gotong royong yang dimaksud disini lebih dikenal
dengan sebutan kerja bakti dalam suatu kegiatan, terutama menangani hal-hal yang bersifat
kepentingan umum atau kepentingan bersama dalam masyarakat itu sendiri.

2
METODE PENELITIAN
Karya ilmiah ini menggunakan metode penenelitian deskriptif kualitataif dimana data-data yang
didapatkan di peroleh melalui observasi serta kajian-kajian literatur seperti google schoolar. Hal
ini bertujuan untuk mengumpulkan data yang mendalam tentang upacara adat reba dalam
kehidupan masyarakat Mangulewa. penelitian dalam karya ilmiah ini memfokuskan pada makna
upacara adat reba serta waktu pelaksanaan. Penelitian ini di gunakan untuk menggali sedalam
mungkin mengenai filsafat dan religi upacara adat reba..

Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian untuk karya ilmiah ini berlangsung pada Minggu, 5 November 2023 di kelurahan
Mangulewa, Kec.Golewa, Kab. Ngada. NTT.

Tahap Persiapan
peneliti mempersiapkan berbagai hal seperti ketersediaan subyek penelitian yakni toko adat
Mangulewa, merumuskan masalah, mempersiapkan hal-hal untuk memperlancar proses
wawancara seperti daftar pertanyaan, buku, perekamam suara dan kamera.

Tahap Pelaksanaan
Berikut ini tahapan pelaksanaan penelitian untuk kepentingan karya ilmiah ini:
1. Wawancara narasumber
2. Pelaksanaan observasi
3. Dokumentasi semua proses wawancara
4. Pembuatan kesimpulan

3
HASIL DANPEMBAHASAN
Kebudayaan adalah sebagai keseluruhan system gagasan Tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang di jadikan milik manusia dengan belajar. Hal
tersebut berarti hamper seluruh Tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
perlu dengan kebiasaan dari dalam diri manusia sehingga orang cendrung menganggaonya di
wariskan secarah genetis (Akhiruddin, A. 2016).
Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalh keselurhan system gagasan milik dari
manusia dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya. Sebagaimana diketahui
bahwa kebudayaan adalah hasil, cipta, karsa, dan rasa manusia karena kebudayaan. Kebudayaaan
mengalami perubahan dan perkembangannya sejalan dengan perkembangan maanusia itu.
Perkembangan tersebut di maksudkan untuk koentingan manusia sendiri karena kebudayaan
Kebudayaan umat manusia mempunyai unsur-unsur yang bersifat universal. Unsur-unsur kebudayaan
tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia.
Menurut Koenjaranigrat ( 1992 : 129) ada tujuh unsur kebudayan yang universal yaitu:
(1) Bahasa, (2) Sistem Pengetahuan, (3) Sistem kemasyarakatan atau organisasi social, (4)
Sistem peralatan hidup dan teknologi, (5) Sistem mata pencaharian, (6) Sistem Religi, (7)
Kesenian. Sistem kebudayaan suatu daerah akan menghasilkan jenis-jenis kebudayaan yang
berbeda. Jenis kebudayaan ini dapat dikelompokkan sebagai berikut : (1) Kebudayaan Material
antara lain hasil cipta, karsa, yang berwujud benda, barang alam pengolahan alam, seperti
gedung, pabrik, rumah dan jalan. Sedangkan Kebudayaan Non material yaitu Hasil cipta, rasa
dan karsa yang berwujud kebiasaan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Elly M.
Setiadi: hal 40-42)
Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala bidang,
termasuk dalam hal kebudayaan mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial
akan bergeser cepat atau lambat pergeseran ini akan menimbulkan konflik antara kelompok-
kelompok yang menghendaki perubahan dengan kelompok-kelompok yang tidak iciptakan oleh
dan untuk manusia (Dewi Lestary, 218)

4
Upacara adat reba adalah salah satu bentuk rasa syukur yang ditunjukan bagi leluhurnya
dari setiap rumah adat didalam kampung mangulewa Seulu Welu Maja Eko Raghi Meze yang
dirayakan setiap setahun sekalih, sekaligus bagian bentuk dari syukuran panen.
Selain itu, reba juga merupakan perayaan ucapan syukur atas penyelenggaraan dewa menurut
kepercayaan masyarakat ngada yakni dewa zeta nitu zale. Dewa zeta yang merupakan
kepercayaan terhadap wujud tertinggi oleh masyarakat ngada yang Sudaha dilakukan ribuan
tahun silam. perayaan reba juga merupakan perayaan simbolois dari rancangbambu dari relasi
manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungan. Perayaan
ini merupakan perayaan kehidupan orang ngada ( Dopo, 2017)
Reba merupakan upacara adat yang bertujuan untuk melakukan penghormataan atau
ucapan rasa syukur dan berterimah kasih masyarakat kepada tuahn dan leluhur atau nenek
moyang yang membberikan hasil panen kepada mereka. Upacara ini juga digunakan untuk
mengevaluasi segala hal tentang kehidupan bermasyarakat pada tahun yang sebelumnya yang
telah di jalani oleh masyarakat Ngada. Melalui upacara ini keluaraga dan masyarakat meminta
petunjuk kepada toko agama dan toko adat untuk dapat menjalani hidup yang lebih baik pada
tahun yang baru (Yoseph, Karolus, Leba, 2013).
Adat reba adalah ritus yang memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat di
keluarahan Mangulewa, Kecamatan Golewa Barat, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
Pertama, reba adalah ucapan rasa syukur kepada Tuhan yang dikenal dengan nama “Dewa Zeta
Nitu Zale”. Pujian yang sangat nampak dalam teriakan adalah O Uwi adalah permohonan kepada
tuhan agar kesejahteraan, kecukupan, kelimpahan dan keamanan menjadi milik keluarga-
keluarga Ngada. Uwi dalam Mithologi reba adalah seorang perempuan yang rela mati demi
kehidupan banyak orang. Syukur ini sangat erat dengan persatuan keluarga, semua anggota
keluarga diharapkan untuk kembali ke “Sa’o Pu’u”atau rumah pokok atau rumah asal seluruh
suku, kembali ke rumah induk ini merupakan pengukuhan identitas diri dan identitas suatu
kelompok. (Aloisius Lawe, 2018 : hal 45)
Tradisi reba mangulewa itu menceritakan kehidupan orang mangulewa mulai dari asal
muasal orang mangulewa sampai kepada apa yang seharusnya orang mangulewa lakukan dalam
hidup. Apa yang seharunya ornag mangulewa hindari itu juga menjadi larangan adat istiadat, hal
ini dapat kita lihat pada upacara kobe dheke dimana merupakan malam sebelum besoknya

5
diadakan tarian yang disebut O UWI. Pada upacara kobe dheke dilakukan ritual SUI UWI dimana
didalam upacara ini menceritakan asal muasal orang mangulewa.

Pelaksanaan upacara adat reba disesuaikan dengan masyarakat setempat dengan


diadakan pertemuan para ketua adat dari masing- masing suku atau rumah adat Seulu Welu Maja
Se Eko Raghi Meze, dimana dilaksanakan sekitar bulan januari – februari disesuai denga musim
hujan dan arah angin. Tanggal pelaksanaan ritus reba Mangulewa ditentukan berdasarkan
kelender adat yang disebut Mori Kepo Wesu (keturunan pemegang adat istiadat reba) sebagai
pihak yang berwenang dalam pelaksanaan Jawa One pesta adat Reba Mangulewa (Se Ulu Welu
Maja Se Eko Raghi Meze).

Pihak-pihak yang dapat terlibat dalam upacara adat reba dalm upacara Dheke Reba
diwajibkan semua keturunan satu suku untuk melakukan sesajen atau memberi makan nenek
moyang di Loka Tua Mata Api dimana dulunya merupakan tempat para leluhur melakukan
musyawarah dalam satu suku, kemudian pada acara O Uwi dimana dilakukan tarian Bersama-
sama seluruh masyarakat mangulewa Ulu Welu Maja Eko Raghi Meze terdiri dari semua suku
didalam kampung mangulewa tidak menutup kemuungkinan juga bagi pengunjung yang ingin
meryakan adat reba Bersama msyarakat Mangulewa, kemudian untuk hari ketiga akan
dilaksanakan ritual Kobe Dhoi dimana akan dilaksanakan ritual Bura Sua untuk menceritakan
Kembali asal muasal orang Mangulewa dari sampai ke kmpung Mangulewa. Dalam ritual ini
diwajibkan untuk semua keturunan dalam satu suku untuk berkumpul di Sao Puu (Ruma pokok
dalam satu suku).
Dalam pesta adat reba rasa syukur manusia disimbolkan dengan UWI (ubi gunung) UWI
ini diyakini makanan pengganti nasi yang memberi kekuatan bagi setiap masyrakat Mangulewa,
sehingga UWI dalam reba dijadikan sebagai simbol utama sehingga diungkapan dalam Bahasa
puitis “Uwi Soga Lodo Meze Go Lewa Laba Koba Raku Lizu Lado Wai Poso, Kutu Nga Koe
Ngata Dano Ano Ko’e Sui Moki Ngta Dano Pai Moli. Dimana Bahasa ini menceritakan bahwa
sebuah ubi sebesar Gong yang menjadi alat music orang mangulewa dan sepanjang gendang,
pucuk menjulang sampai kelangit, akar tertanan menggengam bumi, walaupun dimakan landak

6
tidak akan habis digali babi hutan tidak akan habis, UWI juga menjadi symbol kekuatan adat reba
Mangulewa yang tidak akan perna punah. Lewat reba manusia seperti terlahir baru baik dalam
sikap tutur kata dan perbuatan dalam reba akan ada O UWI merupakan tarian sebagai bentuk
syukuran dimana didalamnya juga terdapat PATA DELA (nasihat orang tua), seperti MEKU NE
Doa Delu Modhe Ne Soga Woe (hidup rukun dengan sesama ,sahabat),Tu Tu Tore Rubha-Rubha
Belai (harus bisa mengontrol emosi), Ulu We Mae Mu Kasa We Mae Bana (meminta leluhur
untuk dijauhi dari segala penyakit), Loka We Lowa Peni We Desi (meminta leluhur untuk
memberkati segala usaha dalam bertenak),Loza Gili Ola Wadho Pita Sao (merantau sampai ke
penjuru dunia harus ingat dengan rumah dan kampung halaman), La’a Ne Magha Page Ne
Laghe (hidup harus punya tujuan yang jelas),Lako We Ta’a Mae Saga-Saga Kata Nge Geke Mae
Denge (jangan mendengar perkataan orang lain fokus pada suatu tujuna yang ingin
dicapai),BELA WE MAE Deke Mothe Mae Ngadho (dilarang untuk menfitna atau membicarakan
keburukan orang lain ) dan masi banyak pepatah adat yang diungkapkan pada saat O Uwi dimana
menjadi pelajaran dan pegangan bagi kaulamuda selama hidup

7
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka kami menyimpulkan bahwa malam pertama acara
adat reba yabg disebut Dheke Reba kita diwajibkan berkumpul Bersama didalam sa’o pu’u
(rumah ga. pokok) guna melaksanakan musyawarah yang dipimpin oleh ketua adat untuk
membahas hal-hal yang berkaitan dengan keluarga. Pada keesokan harinya akan di adakan acara
O Uwi. Upacara adat reba merupakan moment penting untuk mengumpulkan Bersama sanak
saudara selain itu apabila kita tidak mengikuti acara ini maka di percayai akan terjadi bencana
atau hilangnya suatu rejeki.

Saran
Adapun saran dari penelitian kami adalah sebagai berikut ; (1) bagi penulis agar bisa
dijadiakn sebagai bahan refrensi dan literasi (2) bagi pemerintah kel. Mangulewa agar tetap
melindungi dan melestariakn kebudayaan local masyarakat adat Mangulewa terkhusus upacara
adat reba ulu welumaja eko raghi meze. (3) bagi masyarskst agar tetap menjalanka,
melestarikan dan menjaga.

8
9
10
11

Anda mungkin juga menyukai