Anda di halaman 1dari 7

NAMA

: Siti Fatimah

NIM

: 131810401036

1. Karkteristik dan Klasifikasi Kukang (Nycticebus javanicus.)


Kukang jawa dikenal dengan nama malu-malu atau loris, hewan ini
memiliki panjang tubuh sekitar 320-380 mm serta ekor yang pendek dan
melingkar dengan panjnag sekitar 10-20 mm. Berat tubuh kukang Jawa dapat
berkisar dari 375 gr hingga 1350 gr. Rambut dari hewan tersebut berwarna
kelabu keputih-putihan dan pada bagian dorsal terdapat garis cokelat
kehitamanmemanjang dari kepala hingga pangkal ekor. Rambut di sekitar telinga
dan mata berwarna cokelat, dan warna cokelat tersebut membentuk bulata di
sekitar bagian mata sehingga terlihat menyerupai kacamata. . kukang memiliki
gigi yang tidak panjang namun sangat tajam dan terdapat racun yang dihasilkan
dari dalam kelenjar lengan bagian atasnya. Ketika air ludahnya bercampur
dengan racun tersebut, gigitan kukang akan sangat menyakitkan. Hal ini dapat
juga mengakibatkan reaksi anaphylactic (alergi) yang terkadang dapat
membahayakan dan mengancam jiwa manusia. kukang menggunakan racun
tersebut untuk menangkap mangsanya dan melindungi dirinya dari bahaya. Induk
kukang juga dapat melindungi anaknya dengan cara melumuri tubuhnya dengan
racun tersebut (Nekaris and Bearder, 2007).
Menurut Suprijatna dan wahyono (2000), kukang awalnya diduga sebagai
primata soliter, namun ternyata kini diketahui bahwa kukang adalah makhluk
sosial. Kukang memiliki sistem sosial yang tidak jauh berbeda dari anggota
Prosimii lainnya, yaitu menggunakan urin sebagai daerah teritorinya, vokalisasi
untuk menarik lawan jenis, dan juga komunikasi taktil dalam hal menelisik
(grooming) dan agresi. Selain itu, kukang juga memiliki kemampuan yang baik
dalam memanjta dan mencengkeran dahan pohon dengan kelima jarinya yang

pendek, sebab antara jari pertama dengan jari ke dua jaraknya jauh dan tegak
lurus.

(www.arkive.org)
Kukang (Nycticebus sp.) terdiri atas lima jenis, yaitu:
1. Nycticebus coucang yang tersebar di Semenanjung Malaya, Sumatera dan
Kalimantan serta kepulauan sekitarnya.
2. Nycticebus pygmaeus di Indocina, Laos, Vietnam dan Kamboja.
3. Nycticebus bengalensis, di Kamboja, Cina, India, Laos, Myanmar dan
Vietnam.
4. Nycticebus javanicus, hanya ditemukan di Jawa
5. Nycticebus menagensis, di Brunei, Kalimantan, Malaysia (Sabah dan
Sarawak), Philipina (Ujung selatan) (Nekaris dan Bearder, 2007).
Berikut klasifikasi dari kukang jawa :
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
(www.iucnredlist.org)

: Animalia
: Chordata
: Mamalia
: Primata
: Lorisidae
: Nycticebus
: Nycticebus javanicus.

2. Nilai Ekstrinsik
Value dari kukang jawa adalah untuk beberapa kalangan pecinta hewan,
kukang

jawa

diburu

untuk

dijadikan

hewan

peliharaan

serta

dapat

diperjualbelikan untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu, kukang jawa yang


dipercaya sebagai hewan mistis beberapa bagian tubuhnya dimanfaatkan sebagai
jimat (untuk menghindari hal buruk) seperti : kulit, daging, gigi dll. Sebelum
dijadikan peliharaan, gigi kukang jawa biasanya dipotong terlebih dahulu. Hal ini
untuk mencegah agara kukang tidak mengeluarka racun yang dia miliki sehingga
tidak membahayakan ketika dijadikan peliharaan.
Non use value kukang jawa memiliki nilai keberadaan di daerah TNMB
karena status konservasi yang mulai hampir punah, sebagai hewan endemik
keberadaannya yang terletak di TNMB menjadikan kukang jawa memiliki nilai
keberadaan di daerah tersebut.
3. Habitat dan Persebaran
Habitat kukang pada umumnya adalah kanopi utama pohon hutan hujan
tropis di pulau jawa. Pada Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), kukang jawa
dapat ditemukan di atas pohon-pohon besar, namun karena hewan ini aktif
dimalam hari, maka sangat jarang dijumpai (www.merubetiri.com)
Persebaran kukang di dunia, mulai dari Gurun Sahara, India, Srilanka,
Asia Selatan, Asia Timur sampai ke Asia Tenggara. Di Asia Tenggara terdapat di
Thailand, Brunei, Vietnam, Laos, Filipina, Semenanjung Malaysia dan di
Indonesia yang terdapat di Jawa, Sumatera dan Kalimantan (Wiens, 2002).
Kukang jawa (Nycticebus javanicus) tersebar di daerah Jawa Barat, Banten, Jawa
Timur dan Jawa Tengah .

4. Status
Konservasi
Kukang jawa (Nycticebus javanicus) berdasarkan data dari IUCN Red
List (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources)
berada dalam kategori Endangered (kritis). Spesies kukang jawa mengalamai
penurunan setidaknya 80% selama 24 tahun terakhir. Hal ini dapat disebabkan
karena hilangnya habitat karena tingginya tingkat kerusakan hutan (deforestasi,
degradasi dan fragmentasi). Selain itu, ancaman besar lainnya adalah perburuan
untuk diperdagangkan sebagai binatang peliharaan serta pada beberapa
masyarakat kukang dipercaya sebagai hewan mistis dan biasanya beberapa
bagian tubuh diambil sebagai media untuk kepentingan kleni (magic).
5. Metode Konservasi di TNMB
Hasil wawancara kepada pihak pengelola TNMB menyebutkan bahwa
kukang jawa (Nycticebus javanicus) di kawasan TNMB setiap tahun mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan karena perburuan liar pada hewan tersebut.
Sehingga pihak pengelola TNMB melakukan beberapa metode untuk tetap
menjaga kelestarian dari kukang jawa. Salah satunya adalah metode monitoring
konvesional yang dilakukan dengan menjelajahi hutan kawasan TNMB setiap

bulan. Metode ini dilakukan tidak hanya untuk hewan kukang jawa, melainkan
hewan yang lain, seperti : banteng, macan tutul, macaca, dll.
Saat ini metode monitoring konvesional masih menjadi metode paling
efektiff yang digunakan untuk melakukan usaha konservasi, karena banyaknya
jenis hewan yang berada di kawasan TNMB sehingga sangat sulit untuk
melakukan metode yang berbeda untuk setiap hewan di kawasan TNMB. Selain
itu, metode monitoring konvesional ini tidak memerlukan biaya yang cukup
besar serta tidak membutuhkan waktu yang lama (www.merubetiri.com)
6. Solusi konservasi
Kukang jawa merupakan spesies yang keberadaannya sudah hampir
punah yang disebabkan karena habitat yang berubah serta perburuan liar. Oleh
karena itu, beberapa metode konservasi perlu dilakukan untuk menjaga
kelestarian dai kukang jawa. Berikut beberapa metode konservasi yang bisa
dilakukan :
a. Konservasi eksitu dengan cara membuat kandang yang sesuai dengan habitat
asli. Selanjutnya dikembangbiakkan dan dijaga keberadaannya di kebun
binatang. Jika kebun binatang masih tidak dapat menjaga kelestarian dari
kukang jawa, maka dapat dilakukan pembuatan kandang di habitat asli dari
kukang jawa sehingga dapat dipantau keberadaannya setiap waktu.
Manajemen kandang yang baik pada kukang harus disesuaikan dengan
perilaku asli kukang di alam, baik dari segi pakannya maupun
lingkungannya. Bentuk manajemen kandang yang baik itu seperti ukuran
kandang yang memadai, lengkap dengan fasilitas yang dapat menunjang
kehidupan kukang tersebut, seperti adanya ranting kayu yang berfungsi
untuk memanjat, adanya serasah untuk membenamkan dirinya ketika kukang
tersebut merasa terganggu.
b. Konservasi in situ dengan cara menjaga dan merawat habitat dari kukang
jawa terutama dari ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Salah
satunya seperti yang dilakukan di TNMB yaitu metode monitoring
konvesional.

c. Rehabilitasi Hewan merupakan proses pemindahan dari alam liar dan


penanganan terhadap hewan yang cedera dan sakit. Tujuan dari rehabilitasi
adalah menyediakan pakan, tempat istirahat dan perawatan kesehatan untuk
kemudian mengembalikan hewan tersebut ke alamnya setelah perawatan
dilaksanakan (.Metode ini dapat dilakukan pada kukang jawa terutama
kukang jawa yang disita dari perdagangan liar.

DAFTAR PUSTAKA
Nekaris KAI, Bearder SK. 2007. The Lorisiform primates of Asia dan
Mainland Africa: diversity shrouded in darkness. Di dalam: Campbell C,
Fuentes A, MacKinnon K, Panger M, Bearder SK, editor. Primates in
Perspective. Oxford: Oxford University Press. hlm 2445.
http://unikonservasifauna.org/2011/06/usaha-konservasi-eksitu-kukang/
(diakses tanggal 26 april 2016)
http://www.iucnredlist.org/details/39761/0 (diakses tanggal 26 April 2016).

Suprijatna, J. & E. H. Wahyono. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia.


Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Wiens, F. 2002. Behavior dan ecology of wild slow lorises (Nycticebus
coucang): social organisation, infant care system dan diet. [Disertasi].
Bayreuth University. Bayreuth.
www.merubetiri.com (diakses tanggal 26 April 2016).

Anda mungkin juga menyukai