Upacara turun mandi adalah salah satu tradisi yang sampai saat ini masih dilaksanakan oleh
masyarakat Minangkabau. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas lahirnya
seorang anak ke dunia
Upacara turun mandi dimulai dengan berbagai persiapan. Pertama kali adalah menentukan
tanggal dilaksanakan upacara ini. Ada ketentuan mengenai tanggal pelaksanaan upacara adat
ini. Untuk bayi laki-laki, ritual dilaksanakan pada hari ganjil dari hari kelahiran sang bayi.
Jika bayinya perempuan maka hari turun mandinya adalah hari genap. Upacara turun mandi
hanya bisa dilaksanakan di batang aia atau sungai. Yang membawa bayi dari rumah ke
sungai adalah orang yang berjasa membantu proses persalinan. Dari rumah, bayi diarak
menuju sungai yang menjadi tempat upacara.
Bibit kelapa itu dihanyutkan oleh orangtua bayi dan disambut oleh
beberapa orang di hilir arus sungai tersebut. Menurut masyarakat
tersebut, kelapa yang dihanyutkan itu untuk dicuci terlebih dahulu
dan akan ditanam di dekat sungai di mana bayi dimandikan dalam
tradisi ini. Bibit kelapa tersebut, dipergunakan untuk menghitung
umur bayi. Bahwa kelapa yang telah ditanam itu umurnya akan
seumuran dengan bayi yang telah lahir dan dilakukan turun mandi.
Salah satu dari syarat upacara turun mandi yang harus di persiapkan
adalah palo nasi(nasi yang terletak paling atas), yaitu nasi yang terletak paling atas
dan dilumuri dengan arang serta darah ayam. Palo nasi disiapkan sebanyak tiga
cawan, yang nanti dua cawan diletakkan di jalan menuju sungai tempat mandi dan
yang satu lagi ikut dibawa ke sungai tempat upacara turun mandi berlangsung.
Tujuan dari palo nasi ini adalah untuk mengusir roh jahat atau makluk halus yang
ingin mengganggu upacara turun mandi.