Anda di halaman 1dari 3

TUGAS IPS

KEARIFAN LOKAL

SYIFA IYATI RAHMA


IX.3

SMPN 5 BATUSANGKAR
Upacara turun mandi di minang kabau

masyarakat asli Minang memiliki sebuah tradisi untuk memandikan bayi yang baru lahir di
sungai? Tradisi yang dikenal dengan nama Upacara Turun Mandi ini merupakan adat
warisan nenek moyang yang sudah dilakukan dari generasi ke generasi

Upacara ini merupakan sebuah bentuk perayaan atas kelahiran seorang anak sekaligus
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Selain itu, menurut orang Minang, prosesi ini sejalan
dengan sunnah Nabi Muhammad SAW.

Tidak Sekadar Dimandikan


Meskipun dinamakan Upacara Turun Mandi, prosesi adat yang harus dilakukan nggak
hanya sekadar memandikan bayi di sungai lho. Ada sejumlah syarat dan ketentuan yang
harus dipenuhi pihak keluarga agar adat ini dapat dijalankan dengan sempurna.

Pertama, keluarga harus menentukan tanggal pelaksanaan upacara. Upacara untuk bayi
laki-laki dilakukan di tanggal ganjil, sementara bayi perempuan di tanggal genap. Adapun
orang yang membawa bayi dari rumah ke sungai adalah orang yang membantu proses
persalinan si ibu.

Kedua, keluarga wajib memberikan menyediakan obor dari kain-kain robek bernama sigi
kain burulak. Obor ini nantinya akan dinyalakan dan dibawa saat mengarak sang jabang
bayi dari rumah ke sungai.

Ketiga, pihak keluarga wajib memberikan batiah bareh badulang, yaitu beras yang telah
digoreng kepada anak-anak yang ikut mengarak rombongan jabang bayi.

Keempat, keluarga harus menyiapkan berbagai perlengkapan Upacara Turun Mandi yang
terdiri dari tampang karambia tumbuah (bibit kelapa), tangguak (tangguk), palo nasi (bagian
dari nasi yang terletak paling atas), arang, dan darah ayam.

Rangkaian Prosesi Adat Upacara Turun Mandi


Sebelum prosesi dimulai, keluarga akan melumuri palo nasi dengan arang dan darah ayam.
Hal ini dipercaya dapat menangkal roh-roh jahat yang dapat mengganggu si jabang bayi.
Sesaji tersebut kemudian dibagi menjadi 3 bagian, dua bagian diletakkan di sepanjang jalan
menuju sungai sementara satu akan dibawa ke lokasi upacara.

Setelah bayi diarak dari rumah dan dimandikan di sungai, tampang karambia tumbuah alias
bibit kelapa akan dihanyutkan dari hulu, lalu sang ibu akan mengambil bibit tersebut saat
sudah mendekati si bayi. Bibit ini nantinya akan ditanam di sekitar rumah si jabang bayi.

Bibit kelapa menjadi perlambang dari bekal hidup si jabang bayi. Diharapkan anak tersebut
memperoleh jalan hidup yang bahagia dan membawa manfaat.

Kemudian, keluarga akan mengambil 7 buah batu dari sungai menggunakan tangguak.
Batu-batu ini nantinya akan dipakai menyumbat lubang bekas penanaman bibit kelapa tadi.
Batu sungai ini konon merupakan simbol dari bekal rezeki si bayi, diharapkan bayi ini nggak
akan sulit mendapatkan rezeki yang berkah dan berlimpah.

Terakhir, keluarga akan mengajak orang-orang yang mengikuti Upacara Turun Mandi untuk
makan dan bercengkrama di rumah. Jamuan tersebut merupakan penutup dari rangkaian
prosesi adat ini. Unik bukan

Anda mungkin juga menyukai