identitas komunitas suatu suku dalam menuruti aturan dari hasil kesepakatan besama suatu komunitas untuk mengaatur aktvitas anggotanya dalam hubungan dengan pencipta, sesama manusia dan lingkungan. Adat harus dipatuhi, mengandung sanksi atas pelanggaran,dan digariskan secara turun- temurun. Ada tiga macam upacara adat menurut kebiaasaan daerah Riau dan sekitarnya yang dibahas disini yaitu upacara adat daur hidup Melayu Lautan, Riau Daratan, dan upacara adat Suku Sakai. Upacara Adat Daur hidup Melayu Riau Lautan 1. Upacara kehamilan dilakukan oleh masyarakat orang melayu Riau Lautan dengan keyakinan sebagai berikut : 1. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus dihargai dan dijunjung tinggi. 2. Anak merupakan pusaka abadi dunia akhirat 3. Setiap anak yang lahir membawa tuahnya masing-masing yang menyebabkan kehidupan orang tuanya menjadi lebih baik 4. Anak merupakan perlindungan masa depan pada saat diperlukan bantuan Tujuan pelaksanaan upacara kehamilan antara lain : 1. Memohon kepada Tuhan agar perempuan yang hamil selamat sentosa , terhindar dari roh-roh halus. 2. Mengusir makhluk-makhluk halus yang selalu diakhiri dengan doa 3. Menjaga anak yang sedang dikandung agar tumbuh dan berkembang jasmani dan rohaninya 4. Agar selama dan mudah dalam melahirkan dan anak yang dilahirkan menjadi anak yang sempurna Salah satu jenis uapacara kehamilan yang dilakukan setelah kehamilan berusia 7 (tujuh) bulan. Alat-alat yang digunakan dalam upacara menempah bidan adalah tikar, paha, tepak sirih lengkap dengan isinya. Apabila upacara menempah bidan dilakukan untuk pertama kali atau hamil sulung, maka alat-alat itu dilengkapi dengan kain tudung hidang disertai dengan bedak lengsir/bedak langit dan sebuah batu giling Setelah upacara selesai, maka utusan keluarga yang hamil menuju kerumah bidan membawa segala kelangkapan yang ada tersebut ditemani oleh seorang anak laki-laki. 2. Upacara melahirkan Upacara melahirkan merupakan uapacara tradisi bagi masyarakat Melayu Riau lautan yang sedang melahirkan, mereka menganggap bahwa orang yang melahirkan sama halnya dengan orang yang pergi berperang. Tujuan pelaksanaan upacara melahirkan sebagai berikut : 1. Untuk menghalau sejenis hantu atau setan penghisap darah orang perempuan yang sedang melahirkan 2. Memohon kepada tuhan agar orang yang melahirkan dapat selamat dalam melahirkan bayinya. Bentuk upacara melahirkan yang dilaksanakan oleh masyarakat Melayu Riau lautan diantaranya : 1. Siap menyambut kelahiran bayi, yaitu menyiapkan rumah tempat melahirkan. 2. Meletakkan alat-alat, benda-benda yang dipakai dalam upacara melahirkan 3. Menunggu saat melahirkan, apabila saat melahirkan tiba ada dua bidan yang disebut bidan bawah dan bidan atas. Bidan atas bertugas memandikan ibu dan mengganti pakaian ibu. Sedangkan bidan bawah tugasnya memandikan bayi, merawat pusat dan perut agar tetap panas sehingga terhindar dari penyakit perut. 3. Upacara Hari Tanggal Pusat Upacara hari tanggal pusat 4. Upacara Mencuci Lantai 5. Upacara Masa Kanak – kanak 6. Upacara Bersunat Rasul 7. Upacara Masa Dewasa Upacara Suku Melayu Daratan Orang Melayu Daratan juga memiliiki upacara-upacara alam daur hidup mereka seperti halnya dengan orang Melayu Lautan Upacara Mengidam Mengidam adalah keinginan-keinginan seseorang yang sedang hamil terhadap sesuatu, jalannya upacara antara lain sebagai berikut: 1. Sebelum upacara dimulai di tengah-tengah rumah dibentangkan tikar yang dilengkapi dengan tilam dan banal guling 2. Perempuan mengidam diberi pakaian yang bersih 3. Semua keluarga harus hadir dalam upacara dan duduk secara melingkar terhadap dukun beranak. 4. Perempuan mengidam dibaringkan di atas tempat tidur yang telah disediakan. Upacara meniga bulan Upacara meniga bula adalah upacara yang dilaksanakan apabila umur kehamilan/kandungan seseorang perempuan telah mencapai tiga bulan. Tujuan dan maksud upacara meniga bulan sebagai berikut: 1. Untk memohon kepada Tuhan agar bayi yang dikandung tumbuh dengan sehat dan selamat 2. Agar dapat melihat kesehatan perempuan yang sedang hamil 3. Untuk memberitaukan kepada seluruh keluarga ada permpuan yang sedang hamil dapat dijaga bersama-sama. Jalannya upacara meniga bulan dilakukan oleh dukun beranak mengambil mayang pinang kemudian membersihkannya. Mayang pinang dimantrai, kemudian dipecahkan dengan cara memukulkan ke lantai sehingga selendangnya terpecah dan mayangnya terurai keluar. 1. Upacara melahirkan 1. Upacara melahirkan merupakan kegiata yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Riau daratan menunggu masa kelahiran bayi atau disebut juga upacara menunggu masa kelahiran seorang anak. Biasanya upacara kelahiran ini dilakukan pada usia kandungan sembilan bulan menurut perhitungan dukun beranak. Ada beberapa peralatan yang diperlukan pada saat melahirkan yaitu: a. Tali belati yang dijalin tiga, gunanya untuk ikat pinggang ibu dan bayi b. Sebuah bakul kecil yang terbuat dari pandan dan dianyam sebagai tempat tembui c. Sebuah talam, tempat membawa kotoran yang akan dibawa ke sungai. d. Sehelai tikar pandan untuk tempat melahirkan e. Sebuah buaian yang terbuat dari rotan f. Sampah bawang yang akan dibakar ketika melahirkan g. Sebilah pisau atau sembilu Pelaksanaan upacara melahirkan terlebih dulu dengan membaringkan perempuan hamil diatas tikar pandan yang telah disiapkan kemudian dilanjutkan dengan proses bantuan untuk melahirkan oleh dukun beranak 2. Upacara Masa Bayi adalah upacara yang dilaksanakan pada masa anak usia bayi. Upacara ini dilaksanakan pada masa bayi berumur masih seminggu dan tali pusatnya telah lepas. Upacara masa bayi ini lazim disebut Turun Mandi 3. Sunah Rasul Bebako Upacara sunat rasul bebako merupakan upacara sunat rasul yang dihadiri oleh semua keluarga termasuk bako baik pihak ibu maupun pihak bapak anak bersangkutan. Upacara Daur Hidup Suku Sakai Orang sakai adalah kelompok masyarakat yang bermukim di daerah kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis. Sebagai suku yang tergolong terbelakang, mereka hidup secara berkelompok membentuk masyarakat tersendiri yang terpisah dari suku bangsa lain yang lebih maju. Kehidupan orang Sakai dihayati dengan pengetahuan bahwa setiap orang akan melalui empat fase kehidupan diantaranya : a. Ketika orang dilahirkan oleh ibunya ke dunia b. Ketika orang memasuki masa kedewasaannya c. Ketika orang kawin dan melahirkan keturunannya d. Ketika orang kembali ke asal kejadiannya atau mati Adat istiadat baliq Mengasah gigi Pada masa remaja menjadi suatu kelaziman bahwa seorang anak laki-laki atau anak perempuan mengikuti suatu proses upacara masa dewasa yaitu upacara mengasah gigi. Mengasah gigi dapat diikuti oleh anak dara atau pun anak bujang. Tujuan mengasah gigi adalah untk kecantikan. Pingitan
Perempuan remaja atau anak dara yang memasuki
usia dewasa lebih banyak tinggal di rumah atau istilahnya pingit. Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau Tahapan upacara adat perkawinan Melayu Riau itu secara umum adalah sebagai berikut a. Merisik b. Meminang c. Mengantar tanda d. Mengantar belanja e. Perhelatan pernihakan 1) Hari pernikahan 2) Berinai Curi 3) Berandam 4) Akad Nikah 5) Berinai lebai 6) Khatam Al-Qur’an 7) Hari lansung/Bersanding 8) Hari menyembah mertua 9) Mandi damai/Mandi taman Upacara Tradisonal masyarakat Melayu Riau seputar a. Para ibu-ibu dan tetangga dekat sedang memasak untuk acara resepsi pernikahan biasanya diadakan di rumah mempelai perempuan b. Di kabupaten Pekanbaru dari ninik mamak terdahulu, apabila ada saudara sekampung yang hendak menikah, maka keluarga dari mempelai yang hendak menikah harus memanggil para tetangga kampung untuk membantu kegiatan memasak yang dilakukan 3 hari ataupn sehari sebelum acara resepsi pernikahan berlangsung (hitunga ini tergantung dari keluarga mempelai) karena masyarakat Kampar sejak dulu dikenal dengan cara bergotong royong ini pula, maka di Kampar jarang sekali yang melakukan “katering” untuk acara pernikahan. c. Acara Shalawatan (Badiqiu) Badiqiu merupakan suatu acara budaya sakral yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh dan sesepuh adat pada malam hari sebelum acara resepsi pernikahan dilakuka , agar acara pernikahan ini berlangsung dengan hikmat dan keluarga yang baru menjadi keluarga yang utuh hingga akhir hayat. d. Acara pegantaran pihak laki-laki ke rumah pihak perempuan (Ba’aghak) dengan dentuman rebana dari para tokoh adat ini, menambah kehikmatan nilai budaya yang sakral pada acara pengantaran pihak lelaki ke rumah pihak perempuan, biasanya shalawatan selalu dikumandangkan hingga akhirnya pihak lelaki sampai ke rumah pihak perempuan. e. Akhirnya mempelai laki-laki sampai juga ke rumah mempelai perempuan, dan mereka langsung dipertemukan kemudian dipersandingkan.