Anda di halaman 1dari 4

ADAT ISTIADAT PROCOTAN

Procotan atau orang orang sering menyebutnya “mrocoti” adalah suatu upacara adat
yang dilakukan untuk memperingati 9 bulan kehamilan seseorang. Upacara ini masih sering dilakukan
di kampung kampung di daerah kabupaten wonosobo. Upacara ini bertujuan agar sang ibu diberi
kemudahan saat melahirkan, untuk keselamatan ibu dan calon anaknya, serta sebagai ungkapan rasa
syukur dari keluarga sang calon ibu karena akan segera mendapatkan anggota kelluarga yang baru.
Upacara ini disebut procotan (mrocoti) karena kata procot atau mrocot sendiri memiliki arti
mudah lepas atau mudah mengeluarkan sesuatu. Hal ini menjadi harapan agar saat melahirkan nanti
si ibu diberi kemudahan seperti bakul yang mrocot dari gendongan.

1) Macam-macam Sajian/Suguhan Upacara Adat


1. Saat dilaksanakan upacara tuan rumah harus menyediakan beberapa macam
makanan yaitu “ sego cerobo” atau kalau di Wonosobo mirip dengan nasi
“megono
2. Selain nasi cerobo tuan rumah juga harus menyediakan serabi,
3. lalu kue pasung yaitu kue berbentuk kerucut yang terbuat dari gandum yang
dibungkus dengan daun nangka,
4. yang terakhir adalah bubur yang biasa disebut dengan “Jenang glewang” yaitu
bubur yang terbuat dari beras yang dimasak dengan banyak air yang dicampur
dengan santan dan gula jawa.

2) Tata Urutan Upacara Adat Procotan


1. Upacara procotan dilakukan dengan mengundang 9 orang tetangga, yang salah
satunya adalah tokoh masyarakat atau tokoh agama setempat,
2. ibu hamil dan keluarga ikut berkumpul bersama 9 orang tamu undangan di
depan dengan semua suguhan diletakan di tengah tengah,
3. lalu mengadakan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh masyarakat atau tokoh
agama setempat yang intinya meminta keselamatan bagi ibu dan calon bayi
serta diberikan kemudahan saat proses persalinan nanti.
4. Setelah selesai doa bersama,nasi cerobo yang masih didalam” katel” (tempat
untuk memasak nasi) di ambil dan diletakan kedalam tampah yang telah dialasi
daun pisang, setelah itu semua makan bersama sama dari tampah tersebut.
5. Untuk buburnya sendiri setiap orang diberi 1 piring dan dalam setiap piring
ditambahkan sebuah pisang utuh, pisang yang dipakai haruslah pisang “jambe”.
6. Lalu serabi dan kue pasung tadi juga dibagikan kepada tamu yang datang. Jika
nasi yang dimakan tadi tidak habis, maka setiap tamu menyobek daun pisang
yang digunakan sebagai alas tadi dan mengambil nasi untuk dibawa pulang.

HUKUM ADAT PENGANGKATAN ANAK DI BALI


Banyak terjadi kasus bayi yang baru lahir dibuang oleh orang tuanya atau anak-anak menjadi korban tindak
kekerasan dalam keluarga. Disisi lain banyak pasangan yang telah menikah cukup lama namun belum memiliki anak.
Keluarga akan terlihat sempurna manakala hadirnya seorang anak dalam keluarga tersebut. Beberapa kasus poligami
diakibatkan oleh tidak adanya anak dalam keluarga. Keluarga yang tidak mempunyai anak menurut disebut Aputra,
Niputrika dan Nirsamtana namun yang mereka tidak mempunyai anak dari rahim sendiri tidak berarti tertutup jalan untuk
mencapa kebahagiaan yang sejati. Ketidakhadiran seorang anak hendaknya disikapi dengan bijaksana salah satu
pilihan sebagai solusi adalah dengan Mengangkat anak atau mengadopsi dari kerabat terdekat, anak angkat dalam
bahasa sanskerta disebut dengan krtakaputra, datrimasuta atau putra dattaka.

Hal yang perlu dipahamai dan diyakini adalah bahwa apapun statusnya anak kandung maupun anak angkat
sesunguhnya memiliki kedududkan yang sama dalam segala hal. Hal ini tercemin dalam kekawin nitisastra bahwa yang
bisa disebut anak adalah anak kandung (lahir dari hasil perkawinan), anak yang lahir dari pendididkan kesucian, anak
yang ditolong jiwanya saat menemui jiwanya, anak yang dipelihara, diberi makan selama hidup.
Dengan mengacu pada kekawin nitisastra tersebut maka dapat ditafsirkan sebagai anak angkat adalah anak yang
seorang bapak diberi makan selama hidupnya dengan tiada mengharapkan balasan apa-apa.

Masyarakat Bali mengenal beberapa istilah dalam pengangkatan anak antara lain:

a) Ngidih pianak,
b) Nyentanayang,
c) Ngedeng/Ngengge pianak dan Memeras anak.

Sedangkan anak yang diangkat disebut :


i) sentana,
ii) anak ban ngidih,
iii) anak sumendi,
iv) anak pupon-pupon dan sentana peperasan.

Menurut Hukum Adat Bali proses pengangkatan anak sebagai berikut:


1. Dimulai dari musyawarah keluarga kecil (pasutri yang akan mengangkat anak). Kemudian diajukan dengan rembug
keluarga yang lebih luas meliputi saudara kandung yang lainya.setelah ada kesepakatan matang, lalu mengadakan
pendekatan dengan orang tua atau keluarga yang anaknya yang mau diangkat.

2. Setelah semua jalan lancar dilanjutkan dengan pengumuman(pasobyahan) dalam rapat desa atau banjar. Tujuanya,
untuk memastikan tidak ada anggota keluarga lainnya dan warga desa atau banjar yang keberatan atas
pengangkatan anak yang dimaksud. Oleh karena itu, anak angkat harus diusahakan dari lingkungan keluarga yang
terdekat, garis purusa, yang merupakan pasidi karya. Ada tiga golongan pasidikarya yaitu pasidikarya waris
(mempunyai hubungan saling waris), pasidikarya sumbah ( pempunyai hubungan salaing menyembah leleuhur), dan
pasidikarya idih pakidih ( mempunyai hubungan perkawinan).
3. Apabila tidak ada garis dari garis purusa, maka dapat dicari dari keluarga menurut garis pradana (garis ibu). Apa bila
tidak ditemuakn pula maka dapat dihusahakan dari keluarga lain dalam satu soroh dan terakhir sama sekali tidak
ada pengangkatan anak dapat dilakukan walaupun tidak ada hubungan keluarga (sekama-kama).

4. Anak yang diangkat wajib beragama Hindu. Jika yang diangkat seseorng yang bukan umat Hindu, pengangkatan
anak itu akan ditolak warga desa karena tujuan pengangkatan anak antara laian untuk meneruskan warisan baik
dalam bentuk kewajiaban maupun hak, termasuk berbagai kewajiaban desa adat, terutama dalam hubungan dengan
tempat suci (pura).

5. Melakukan upacara pemerasan yang disaksiakan keluarga dan perangkat pemimpin desa atau banjar adat.
Pengangkatan anak baru dipandang sah sesudah dilakauakan upacara pemerasan. Itulah sebabnya anak angkat itu
disebut pula dengan istilah sentana paperasan.

Oleh: Rashda Bintang Muhammad


NIM: E0016354
Oleh: Rashda Bintang Muhammad
NIM: E0016354

V vvv

Anda mungkin juga menyukai