Anda di halaman 1dari 13

ADAT RESAM MELAYU

1. ASPEK KELAHIRAN

PENGENALAN

Anak atau zuriat adalah suatu karunia Tuhan yang tidak ternilai bagi setiap pasangan
suami istri. Bagi masyarakat Melayu yang rata-ratanya beragama Islam, adalah terpercaya
setiap anak yang dilahirkan memiliki rezekinya masing-masing, justru itu setiap kelahiran itu
harus disyukuri. Dalam aspek kelahiran ini, masyarakat Melayu banyak mengadopsi norma
tertentu yang diwariskan secara turun temurun. Ini mencakup tingkat saat mengandung,
melahirkan dan setelah lahir.

SEWAKTU MENGANDUNG

(a) Melenggang Perut

Adat ini juga dipanggil Kirim Perut oleh masyarakat Melayu di bagian utara Semenanjung
Malaysia dan di setengah tempat dikenal sebagai Mandi Tian. Upacara ini dilakukan pada
wanita yang mengandung anak sulung ketika kandungan berusia sekitar tujuh atau delapan
bulan. Itu dilakukan oleh seorang bidan untuk membuang geruh atau kecelakaan yang
mungkin menimpa wanita hamil yang bakal bersalin dan untuk memperbaiki posisi bayi di
dalam perut.

i.
Peralatan untuk upacara ini termasuk:

1.
Tujuh helai kain dengan tujuh warna berlainan
2.
Segantang beras
3.
Sebiji kelapa
4.
Beberapa urat benang mentah
5.
Damar
6.
Minyak kelapa atau minyak urut
7.
Lilin
8.
Tepak sirih yang lengkap isinya
9.
Pengeras sebanyak RM1.25

Pada permulaannya bidan akan membacakan jampi mentera dan mengandam wanita hamil
tadi. Tepung tawar dicalit ke mukanya dan beras kunyit ditabur.

ii.
Upacara Adat Melenggang Perut

Berikutnya adat mandi sintuk jeruk dan air buyung dilakukan. Sebiji telur diselipkan di
kain basahan yaitu di bagian perutnya dan sebuah cermin kecil dibawa bersama. Wanita itu
didudukkan di atas kursi di mana pada kaki kursi itu dipatok ayam. Kemudian air buyung

1
dijiruskan ke badannya sedangkan telur tadi dilepaskan atau dijatuhkan dengan
kepercayaan itu akan memudahkan wanita tadi bersalin.

Setelah membersihkan badan, wanita itu bercermin muka dengan harapan anak yang
bakal lahir nanti memiliki rupa paras yang cantik. Setelah acara itu selesai bidan akan
menyajikan ketujuh helai kain berbentuk a nada l sehelai di atas sehelai yang lain. Ibu
yang hamil dibaringkan di atas lapisan kain-kain tersebut. Bidan akan mengurut ibu yang
sedang hamil dengan menggunakan minyak kelapa atau minyak pijat. Bidan mengambil
buah kelapa yang sudah dibersihkan lalu menggulingkannya dengan lembut pada perut
terus ke ujung kakinya sebanyak tujuh kali. Adalah terpercaya jika kelapa berhenti bergulir
dengan matanya ke atas, anak yang dikandungnya adalah pria dan perempuan jika
sebaliknya. Akhirnya bidan akan melenggangkan setiap helai kain tersebut pada perut
wanita hamil itu. Menurut adatnya, kain yang di bawah sekali diberikan kepada bidan
beserta dengan peralatan upacara tadi. Biasanya pada hari tersebut, kenduri doa selamat
akan diadakan dan ibu yang menjalani upacara ini dipakaikan dengan pakaian baru. Adalah
terpercaya adat ini mengandung unsur-unsur budaya Hindu.

(B) SEWAKTU BERSALIN

Ketika tiba waktu bersalin, persediaan akan dikelola oleh keluarga tersebut. Seperti
kebiasaannya ketika itu sudah cukup bulan sepuluh hari. Tetapi adakalanya tempoh
kehamilan dapat mencapai hingga sepuluh sampai dua belas bulan yang disebut bunting
kerbau. Menurut kepercayaannya juga daun mengkuang berduri akan digantung di bawah
rumah dan kapur akan dipangkah pada tempat-tempat tertentu di dalam rumah wanita yang
hendak melahirkan tadi untuk menghindari gangguan makhluk halus. Selain itu juga, ada
beberapa kebiasaan yang harus dilakukan saat menyambut kelahiran ini.

(i) Potong Tali Pusat

* Segera setelah bayi lahir, bidan akan menyambutnya dengan jampi dan serapah lalu
disemburkan dengan daun sirih. Setelah bayi dibersihkan, tali pusatnya akan dipotong
dengan menggunakan sembilu dan dilengkapi di atas sepotong wang perak . Di beberapa
tempat tali pusat dipotong menggunakan cincin emas. Sisa tali pusat di perut bayi akan
ditambahkan kunyit dan kapur lalu dibungkus dengan daun sirih yang telah dilayukan di atas
bara api sampai tali pusat itu tanggal sendiri.

2
(ii) Bayi yang baru lahir diazankan/diqamatkan

Kelazimannya bayi lelaki akan diazankan di kedua telinganya sementara bayi perempuan
akan diqamatkan. Biasanya, ayah atau kakek bayi tersebut akan melakukan upacara ini. Ia
bukanlah satu adat, sebaliknya lebih merupakan praktek berunsur keagamaan.

(iii) Membelah Mulut

Adat ini memiliki pengaruh budaya Hindu, namun demikian juga ada dalam agama Islam
yang menghukum sunat untuk melakukannya. Upacara dimulai dengan membacakan surah
Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas. Ini diikuti dengan langkah mencecap atau merasakan sedikit
air madu atau kurma a nada juga yang menggunakan emas yang dicelupkan ke dalam air
pinang pada mulut bayi yang baru lahir tersebut. Sewaktu menjalankan upacara ini, mantra
mantra dibacakan. Namun demikian, adat ini sudah tidak dilakukan lagi oleh masyarakat
Melayu hari ini.

(ii) Berpantang

Dalam masyarakat Melayu, wanita yang telah bersalin mesti menjalani masa berpantang
yang bermaksud larangan. Sekiranya wanita tersebut melanggar pantang, mereka akan
mengalami bentan atau sakit sampingan. Tempoh berpantang lazimnya berlangsung selama
empat puluh empat hari dikira dari hari mula bersalin a nada juga yang berpantang selama
seratus hari.

Selama ini wanita tersebut dilarang dari makan apapun makanan sesuai kehendaknya
atau berbuat apa-apa pekerjaan yang memerlukan banyak gerakan. Antara makanan yang
dilarang adalah yang dapat menyebabkan iritasi pada seluruh anggota badan seperti udang,
kerang, kepiting dan ikan pari serta memakan ikan yang memiliki sengat seperti lele,
sembilang dan baung karena dapat menyebabkan bisa-bisa pada tubuh. Sebaliknya mereka
dianjurkan memakan nasi dengan ikan haruan yang dibakar atau direbus dan diizinkan
minum air hangat atau susu.

Selama berpantang mereka diberi makan obat-obat tradisional dan bertungku. Bertungku
dipercayai dapat membantu perut wanita hamil kembali normal. Biasanya tungku terbuat
dari batu yang dipanaskan di atas bara. Kemudian tungku itu dibalut dengan kain yang
dilapisi dengan beberapa helai daun yang tebal seperti daun lengkuas yang terpercaya
dapat menyeimbangkan panas tungku di samping berfungsi sebagai obat. Tungku akan
dituam pada bagian perut dan bagian lain bertujuan untuk mengatasi masalah nyeri
postpartum. Selesai bertungku, si ibu akan menyapu perutnya dengan air limau yang
dicampur dengan kapur sebelum memakai bengkung. Praktek berbengkung ini bertujuan

3
untuk mengatasi perut buncit atau pinggul yang turun setelah bersalin di samping memberi
kenyamanan kepada wanita setelah melahirkan.

(C) SELEPAS LAHIR

Selepas kelahiran terdapat beberapa adat tertentu yang dijalankan.

1. Tanggal Pusat/Cuci Lantai

Biasanya bayi yang baru lahir akan tanggal pusatnya dalam waktu seminggu. Pada saat
itu, adat cuci lantai akan diadakan. Di beberapa tempat, ia juga disebut adat naik buai
karena selagi bayi itu belum tanggal pusatnya, dia tidak bisa dibuaikan dan akan tidur
disamping ibunya. Adat ini sebaiknya dilakukan pada hari Senin atau Kamis.

Bahan-bahan yang digunakan untuk adat cuci lantai :

Nasi kunyit dan lauk-lauk

Seekor ayam hidup

Paku, buah keras, asam, garam dan sirih pinang

Hadiah untuk bidan sepersalinan pakaian

2. Upacara cuci lantai

Kenduri doa selamat akan diadakan pada awal adat ini. Setelah itu bidan akan memulai
jampi serapahnya sambil memegang ayam dengan cara mengais-ngaiskan kaki ayam ke
lantai tempat wanita itu hamil. Selanjutnya lantai itu akan dibersihkan. Mak bidan akan
menjalankan keseluruhan upacara ini. Sebelum itu, si ibu dan si bayi akan dimandikan,
diurut dan dibedak. Selesai upacara tersebut, bahan yang digunakan tadi beserta sedikit
uang akan dihadiahkan kepada bidan tersebut.

3. Memberi Nama

Menurut ajaran Islam, adalah sunat memberi nama yang memiliki maksud yang baik
untuk bayi. Biasanya jika bayi itu lelaki, nama akan diberikan sesuai nama para nabi
sedangkan untuk bayi perempuan, nama istri atau anak-anak nabi akan dipilih.

4
4. Cukur Rambut/ Potong Jambul

Adat ini dilakukan pada hari ketujuh setelah dilahirkan. Ia juga disebut adat potong
jambul. Kenduri nasi kunyit dan doa selamat diadakan pada hari tersebut.

Untuk menjalankan upacara tersebut beberapa kelengkapan disediakan.:

Sebuah dulang berisi tiga mangkuk atau piring yang berisi air tepung tawar, beras kunyit dan
bertih.

Sebiji kelapa muda dipotong bahagian kepalanya dengan potongan berkelok-kelok siku
seluang untuk dijadikan penutup. Airnya dibuang dan diganti dengan sedikit air sejuk.
Kemudian kelapa itu diletakkan di dalam sebiji batil. Biasanya kelapa itu dihias, umpamanya
dengan melilitkan rantai emas atau perak di kelillingnya.

Pada hari itu, bayi dipakaikan dengan pakaian cantik dan diletakkan di atas talam yang
dialas dengan tilam kecil atau didukung oleh bapa atau datuknya. Si bayi seterusnya dibawa
ke tengah majlis dan disambut oleh hadirin lelaki sambil berselawat. Si bayi akan ditepung
tawar serta ditabur beras kunyit dan bertih. Para hadirin secara bergilir-gilir akan
menggunting sedikit rambut bayi tersebut dan dimasukkan ke dalam kelapa tadi. Bilangan
orang yang menggunting rambut bayi tersebut hendaklah dalam bilangan yang ganjil, iaitu
tiga, lima, tujuh dan seterusnya. Setelah selesai pihak lelaki menjalankan acara
menggunting, pihak perempuan pula mengambil alih. Setelah selesai kedua-dua pihak
menjalankan adat bercukur barulah kepala bayi tersebut dicukur sepenuhnya oleh bidan
atau sesiapa sahaja yang boleh melakukannya. Kesemua rambut yang dicukur akan
dimasukkan ke dalam kelapa. Akhirnya kelapa tersebut di tanam di sekitar halaman rumah
bersama sepohon anak kelapa atau seumpamanya sebagai memperingati masa anak itu
dilahirkan.

Biasanya, saat adat ini dilakukan akikah turut diadakan. Dari segi syarak, akikah
membawa pengertian menyembelih ternak pada hari ke tujuh setelah anak dilahirkan. Orang
Islam yang berkemampuan disunatkan menyembelih ternak seperti kambing, sapi atau
kerbau sebagai akikah anak yang baru lahir. Seorang anak disunatkan berakikah sekali saja
seumur hidup. Ada syarat-syarat tertentu dalam memilih hewan untuk akikah dan jumlah
ternak untuk akikah juga berbeda menurut jenis kelamin bayi. Untuk bayi pria akikahnya
adalah dua ekor kambing dan seekor kambing untuk bayi perempuan. Antara hikmah akikah
adalah sebagai awal kebajikan dan kebaikan bagi pihak bayi tersebut. Akikah sunat
dilakukan pada hari ke tujuh kelahiran yaitu dapat dijalankan bersamaan dengan adat
mencukur rambut dan adat memberi nama. Namun ia juga dapat dilakukan pada hari yang
lain.

5
(5) Naik Buai

Bayi dikelilingi ibu bapa dan saudara mara

Adat ini merupakan satu-satunya majlis yang masih diamalkan dan mendapat sambutan
di kalangan masyarakat Melayu hari ini. Upacara ini dilangsungkan dalam suasana penuh
meriah terutama sekali jika sesebuah keluarga itu baru mendapat anak atau cucu sulung

Selama upacara ini dilakukan bayi tersebut akan ditempatkan di dalam buaian yang
menggunakan kain songket atau batik dan dihias indah dengan bunga-bungaan. Selendang
akan diikat di kiri kanan buaian dan ditarik perlahan selama upacara berlangsung. Ketika itu
juga, nazam atau marhaban akan dialunkan oleh sekelompok pria atau wanita. Selanjutnya
bunga telur dan bunga rampai akan dihadiahkan kepada kelompok ini. Pada hari ini,
masyarakat Melayu menjalankan adat ini serentak dengan adat memberi nama dan adat
cukur rambut.

(6) Jejak Tanah/Turun Tanah

Di beberapa tempat, adat ini juga disebut adat menginjak tanah. Ini sebagai merayakan
anak yang baru pandai berjalan. Turun tanah berarti seorang anak kecil dilepaskan untuk
menginjak tanah sebagai lambang melanjutkan kehidupannya. Adat ini dilakukan secara
berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat yang lain baik dari segi cara maupun barang
yang digunakan.

Biasanya kenduri doa selamat diadakan untuk mengiringi upacara ini. Setelah pesta
selesai, tikar dipresentasikan di depan tangga sebagai alas anak tersebut berjalan. Di atas
tikar disediakan beberapa nampan yang berisi berbagai jenis barang, termasuk makanan
dan minuman. Antara barang yang diletakkan di dalam baki itu adalah cermin, sisir, jam
tangan, gelang, cincin, rantai, bedak, kain, sepatu, gunting, bubur, air dingin dan uang.
Biasanya jumlah barang yang ditempatkan adalah ganjil. Anak tersebut akan dibiarkan
memilih barang tersebut dan dibatasi mengambil tiga barang saja.

Menurut kepercayaan orang Melayu juga, adat ini dilakukan untuk memprediksi masa
depan anak itu berdasarkan barang yang diambil. Umpamanya jika anak itu mengambil
gunting, kelak dia kuat bekerja atau pandai membuat pekerjaan tangan. Adat ini juga dapat
dilakukan secara sederhana yaitu dengan memijakkan kaki anak itu ke piring-piring kecil
yang berisi dengan padi, beras, tanah dan beberapa jenis daun yang telah dijampi oleh mak
bidan. Selanjutnya bayi itu dijejakkan ke tanah dan doa dibaca.

6
(7) Bersunat / Berkhatan

Adat bersunat bagi bayi perempuan biasanya dilakukan ketika bayi itu masih kecil yaitu
beberapa hari setelah dilahirkan. Namun demikian, kebanyakan anak perempuan akan
menjalani upacara ini setidaknya ketika berumur setahun atau lebih. Adat ini akan dilakukan
oleh bidan. Bagi anak lelaki, mereka akan menjalani adat bersunat atau juga disebut sunat
ketika usia mereka dalam lingkungan 8 hingga 12 tahun. Adat sunat akan dilakukan oleh
Tok Mudim. Di dalam ajaran Islam, disunat atau sunat adalah wajib karena Islam
menekankan kesucian lahir dan batin. Selain itu juga, ia baik dari segi kesehatan. Dewan
bersunat anak perempuan tidak semeriah acara sunat anak lelaki a nada juga yang
menjalankannya bersamaan dengan pernikahan.

7
2. ASPEK KEMATIAN

Semasa Kematian

Apabila berlaku kematian, perkara pertama yang perlu dilakukan oleh keluarga si mati ialah
memberitahu kepada tok imam agar kematian itu dapat dimaklumkan kepada saudara mara
dan jiran tetangga di sekitar kawasan itu. Di kampung-kampung misalnya, pengumuman
akan dibuat di masjid oleh tok imam.

Mayat tersebut akan diletakkan di ruang tengah rumah dan dibaringkan serta ditutup dari
kepala hingga ke kaki dengan sehelai kain. Kepalanya dihadapkanke arah kiblat dan kedua-
dua tangannya pula dikiamkan iaitu tangan kanan ditindihkan atas tangan kiri ke dada.
Orang yang menziarahi si mati akan menyedekahkan ayat-ayat suci Al-Quran. Pada
kebiasaannya di hadapan mayat itu, diletakkan sebuah tempat bara dan kemenyan akan
dibakar.

Semasa mayat masih berada di dalam rumah, sebarang jamuan tidak akan diadakan. Mayat
tersebut juga perlu dikebumikan secepat yang mungkin. Sebelum dikebumikan, mayat
dimandikan oleh tukang mandi mayat dengan tertib dan cermat. Mayat perempuan akan
dimandikan oleh tukang mandi mayat perempuan dan begitulah sebaliknya. Namun begitu
mereka yang paling baik memandikan mayat ialah di kalangan ahli keluarga si mati sendiri.

Jenazah seterusnya dikapankan, iaitu dengan cara membalut badan mayat dengan kain
putih. Bagi jenazah lelaki, mereka perlu dibalut dalam tiga lapisan manakala jenazah wanita
pula sebanyak lima lapis beserta telekung. Jenazah juga akan dipakaikan celak dan dibubuh
kapur barus. Sebagai penghormatan terakhir, ahli keluarga terdekat dan muhrim dibenarkan
mengucup mayat tetapi disyaratkan air mata tidak menitis pada tubuh jenazah. Mayat
seterusnya disembahyangkan samada di rumah atau di masjid.

Sebelum jenazah dimasukkan ke dalam keranda, seorang wakil atau waris si mati akan
memberi ucapan ringkas dan memohon ampun dan maaf bagi pihak si mati jika selama
hayatnya beliau pernah berbuat dosa terhadap seseorang. Wakil tersebut juga akan
meminta supaya mana-mana hutang si mati yang masih belum dijelaskan agar dapat
dihalalkan ataupun si penuntut boleh menuntutnya pada waris si mati.

8
Semasa Pengebumian

Selepas itu, jenazah akan dimasukkan ke dalam keranda dan diusung ke tanah perkuburan.
Kaum lelaki digalakkan menghantar jenazah hingga ke kubur, sebaliknya kaum wanita
kurang digalakkan kerana dikhuatiri akan meratapi kematian tersebut. Tangisan dan ratapan
yang berlebihan terutamanya di tanah perkuburan tidak digalakkan dalam Islam.

Sebelum ditimbus, siak atau sesiapa yang hadir akan turun ke dalam kubur dan membuka
papan tutup keranda itu dan mengerengkan mayat serta membukakan ikatan di kepala.

Kepala mayat akan disendal dengan tanah yang telah dikepal-kepal dan selepas diazankan
di telinganya, barulah keranda ditutp dan tanah ditimbus. Dua batang batu nesan tertulis
nama, tarikh lahir dan juga tarikh kematian akan dicacak di atas kubur sebagai tanda.
Seterusnya upacara membaca talkin akan dijalankan oleh tok imam. Selepas talkin dan doa
selesai dibaca, air akan disiram di atas kubur si mati dari bahagian kepala sampai ke
bahagian kaki sehingga habis. Kemudian bunga rampai pula ditabur.

Selepas Kematian

Kenduri arwah dan doa selamat akan diadakan oleh keluarga si mati selepas jenazah
selamat dikebumikan. Ia diadakan pada hari pertama, ketiga, ketujuh, keempat puluh empat
atau keseratus hari. Tujuannya adalah untuk mendoakan kesejahteraan si mati yang berada
di dalam barzakh. Ada juga masyarakat Melayu yang melakukan adat turun batu iaitu
menimbus kubur si mati dengan batu0batu kecil dan membina pagar kecil di sekeliling
pusara tersebut selepas seratus hari seseorang itu meninggal dunia.

9
3. ASPEK PERKHAWINAN

Bagi masyarakat Melayu, adat perkahwinan melayu sangat dititikberatkan. Sesuatu upacara dalam
peringkat perkahwinan itu akan dilaksanakan secara meriah dan penuh adat istiadat. Setiap perlakuan
mereka akan dipengaruhi dengan adatnya yang tersendiri terutama dalam majlis perkahwinan.
Lazimnya istiadat ini disusun begitu teratur mengikut langkah yang telah dirancang.

1. Adat Merisik

Juga dipanggil meninjau atau menengok.

Melibatkan pertemuan antara wakil keluarga lelaki dengan wakil keluarga
perempuan yang dianggap penting untuk menghormati keluarga pihak perempuan.

Juga bertujuan untuk mendapat restu dan mengenali keluarga bakal tunang terlebih
dahulu sebelum membuat keputusan yang besar untuk berkahwin.

Tujuan adat ini: memastikan bahawa gadis yang dihajati oleh seorang lelaki itu
masih belum berpunya.

Pada kebiasaanya satu rundingan akan diadakan di antara kedua belah pihak di
mana pihak lelaki akan memberikan sebentuk cincin tanya berupa cincin belah
rotan.

Sekiranya ada persetujuan dari pihak gadis maka satu tarikh peminangan akan
ditetapkan.

2.2 Adat Meminang.



Wakil dari pihak lelaki yang biasanya dipilih dari kalangan orang tua-tua akan
diutuskan oleh ibu bapa lelaki untuk mewakili mereka meminang anak gadis yang
telah dipilih.

Biasanya, ibu bapa kepada anak gadis tersebut tidak akan memberi jawapan yang
muktamad kepada pihak yang datang meminang kerana mengikut adat, mereka
sepatutnya diberi tempoh untuk memberi jawapan.

Sekiranya pinangan diterima, pada pertemuan berikutnya mereka akan berbincang
tentang segala syarat berkaitan mas kahwin dan hantaran perbelanjaan majlis
perkahwinan.

10

Perbincangan tarikh yang sesuai juga akan ditentukan untuk melangsungkan
perkahwinan.

Pada ketika itu seandainya perkahwinan itu agak lambat dijalankan, pihak lelaki
biasanya akan Menghantar Tanda terlebih dahulu kepada pihak perempuan. Dari
segi konsepnya Menghantar Tanda adalah ditakrifkan sebagai “putus cakap”. Ini
membawa maksud pinangan dari pihak lelaki sudah pun diterima oleh pihak
perempuan.

2.3 Adat Bertunang



Sebaik saja peminangan pihak lelaki diterima maka urusan majlis pertunangan pula
diadakan.

Pihak lelaki akan diwakili oleh saudara mara terdekat.

Sempena majlis pertunangan, satu kenduri diadakan di rumah pihak perempuan.

Hantaran yang terdiri daripada tepak sireh atau sireh junjung sebagai bingkisan
utama, berupa sebentuk cincin beserta hantaran lain seperti bunga rampai, kuih muih,
buah - buahan , pakaian dan lain-lain yang digubah cantik untuk diberikan kepada
pihak perempuan.

Pada kebiasaannya bilangan hantaran juga akan di hantar dalam bilangan yang ganjil
seperti lima, tujuh, sembilan, sebelas dan tiga belas kerana bilangan genap dikatakan
akan membawa implikasi yang tidak baik.

Sementara hantaran dari pihak perempuan pula akan melebihi hantaran daripada
pihak lelaki.

Sekiranya pihak perempuan mempunyai kakak yang masih belum berumahtangga,
maka pihak lelaki juga harus memberikan sumbangan berupa hantaran yang akan
ditetapkan oleh keluarga perempuan kerana dianggap peminangan tersebut sudah
melangkah bendul.

2.4 Adat Berinai.



Biasanya diadakan secara berpingkat.

Peringkat pertama dikenali sebagai Berinai Curi . Biasanya proses ini diadakan tiga
malam sebelum hari pernikahan untuk saudara mara terdekat sahaja.

Peringkat kedua dikenali sebagai Berinai Kecil. Biasanya diadakan dua malam
sebelum hari pernikahan untuk jiran,saudara mara dan sahabat handai sahaja.

Peringkat ketiga dpula dikenali sebagai Berinai Besar. Umumnya diadakan satu
malam sebelum hari langsung atau selepas akad nikah untuk para jemputan khas
daripada pihak lelaki dan perempuan.

Selepas adat Berinai Besar dilakukan, pengantin lelaki tidak akan bermalam di rumah
pengantin perempuan.

Sebaliknya pengantin lelaki akan pulang terus kerumahnya atau bermalam di rumah
penanggak, iaitu rumah yang berhampiran dengan rumah pengantin perempuan.

11
2.5 Akad Nikah.

Upacara kemuncak dalam perkahwinan masyarakat Melayu.

Ia bukan suatu adat tetapi lebih kepada tuntutan ajaran agama.

Istiadat ini dijalankan selepas segala perjanjian yang dikenakan kepada pihak lelaki
telah dilaksanakan seperti wang belanja, mas kahwin dan barangan lain seperti mana
yang telah dipersetujui oleh kedua belah pihak.

Semasa upacara akad nikah, bapa pengantin perempuan perlu menjadi wali untuk
menikahkan anaknya. Walau bagaimanapun, dia juga boleh mewakilkannya kepada
tok kadi atau imam.

Kebiasaannya majlis akad nikah akan dijalankan di rumah pengantin perempuan
sehari sebelum majlis perkahwinan diadakan.

Walau bagaimanapun Akad nikah boleh dilakukan di masjid, di pejabat kadi atau pun
di rumah pengantin perempuan dan dijalankan oleh tok kadi atau imam

Pada hari berkenaan, pengantin lelaki akan mengenakan baju melayu berwarna cerah
dan majlis diadakan menyerupai majlis pertunangan.

Sebelum upacara dijalankan, wang belanja, mas kahwin dan lain-lain hantaran akan
diperiksa oleh tuan kadi berserta dua orang saksi bagi pihak perempuan.

Seterusnya pengantin lelaki akan duduk di atas sebidang tikar di tengah-tengah
majlis.

Tok imam atau tok kadi akan menemui pengantin perempuan di dalam bilik untuk
bertanyakan persetujuannya akan pernikahan tersebut.

Seterusnya Tok kadi juga akan membacakan khutbah nikah dan menerangkan secara
umum akan tanggung jawab suami isteri dan lain-lain hal berkaitan rumahtangga dari
sudut agama. Lafaz nikah berbunyi "Aku nikahkan dikau.(nama pengantin
perempuan) dengan mas kahwin sebanyak ..(mengikut negeri) tunai" dan disambut
oleh pengantin lelaki dengan lafaz berbunyi "Aku terima nikahnya..(sama seperti
yang dilafazkan oleh tok kadi).

Saksi akan mengesahkan samada lafaz tersebut jelas didengar atau tidak, sekiranya
tidak jelas, pengantin lelaki tersebut akan mengulangnya sehingga saksi tersebut
berpuas hati.

Upacara membatalkan air sembahyang pula dilakukan sebaik sahaja selesai adat akad
nikah.

Si suami akan menyarungkan cincin atau memakaikan rantai kepada isterinya sebagai
satu simbol bahawa pasangan tersebut telah sah diijabkabulkan.

Fasa terakhir dalam adat resam perkahwinan masyarakat Melayu adalah upacara
persandingan.

Ketika ini pasangan pengantin akan diandam dan dihias rapi oleh Mak Andam.

Upacara menyambut menantu oleh kedua pihak akan disambut dengan meriah
bilamana pengantin diarak dengan pasukan kompang dan pancak silat.

Di sesetengah tempat, pengantin lelaki terpaksa melalui beberapa halangan di
hadapan tangga, di muka pintu atau di atas pelamin untuk mendapatkan pengantin
perempuan.

Oleh itu wakil pengantin lelaki perlu membayar tebus pintu atau tebus pelamin.

12

Pengantin akan bersanding di atas pelamin yang dihias indah dan antara yang terdapat
di atas pelamin ialah bunga pahar. Para jemputan terutama dari wakil kedua mempelai
akan dipersila untuk menepung tawar pasangan pengantin di atas pelamin. Justeru
tidak hairanlah setiap majlis perkahwinan yang dilakukan secara penuh adat
mengganggap pasangan pengantin sebagai raja sehari oleh kebanyakan masyarakat
Melayu lantaran tertib dan teraturnya pengurusan proses perkahwinan yang
diamalkan sejak turun temurun

13

Anda mungkin juga menyukai