Anda di halaman 1dari 25

NAMA: MAUREL ANNISA

KELAS: XI MIPA2

SMA CENDANA PEKANBARU

T.A 2018/2019
DAUR HIDUP MASYARAKAT MELAYU RIAU

A. UPACARA DAUR HIDUP SUKU MELAYU RIAU LAUTAN

Dalam masyarakat orang Melayu Lautan dikenal beberapa jenis upacara tradisional yang

masih ditaati oleh anggota masyarakatnya. Jenis-jenis upacara tersebut pada garis besarnya

adalah upacara kelahiran, upacara perkawinan dan upacara kematian. Upacara daur hidup

masyarakat orang Melayu Riau Lautan ada 7 jenis, yaitu :

1. Upacara Kehamilan

Mengapa upacara kehamilan dilakukan oleh masyarakat orang Melayu Riau Lautan?

Keyakinan orang Melayu Riau Lautan beranggapan bahwa :

a. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus dihargai dan dijunjung tinggi.

b. Anak merupakan pusaka abadi dunia dan akhirat.

c. Setiap anak yang lahir membawa tuahnya masing-masing yang menyebabkan

kehidupan orang tuanya lebih baik.

d. Anak merupakan perlindungan masa depan pada saat diperlukan bantuan.

Tujuan pelaksanaan upacara kehamilan adalah antara lain :

a. Memohon kepada Tuhan agar perempuan yang hamil selamat sentosa, terhindar dari

gangguan roh-roh halus.

b. Mengusir makhluk – makhluk halus yang selalu diakhiri dengan doa

c. Menjaga anak yang sedang dikandung agar tumbuh dan berkembang jasmani dan

rohaninya secara normal

d. Agar selamat dan mudah dalam melahirkan dan anak yang dilahirkan menjadi anak

yang sempurna.

Salah satu jenis upacara kehamilan yang dilakukan setelah kehamilan berusia 7 (tujuh)

bulan.maksud upacara menempah bidan, adalah untuk membuat ikatan / janji dengan bidan
yang tempah itu. Biasanya bidan itu yang mengasuh perempuan hamil itu. Bidang tersebut

yang datang secara teratur memeriksa kesehatan dan anak dalam kandungan.

Alat – alat yang digunakan dalam upacara menempah bidan dalah tikar, paha, tepak sirih

lengkap dengan isinya, yaitu susunan siri, kapur, piring, gambir, tiga buah jeruk nipis yang

serangkai. Apabila upacara menempah bidan dilakukan untuk pertamakali atau hamil sulung,

maka alat –alat tersebut dilengkapi dengan kain tudung hiding disertai dengan bedak lengir

dan sebuah batu giling.

Setelah upacara selesai, maka utusan keluarga yang hamil menuju ke rumah bidan

membawa segala kelengkapan yang ada tersebut ditemani oleh seorang anak laki – laki. Arti

dari alat – alat upacara kehamilan tersebut adalah :

a. Paha, adalah sejenis talam berkaki dan berukir pinggirnya terbuat dari tembaga.

b. Tudung Hidang, adalah penutup sajian yang dibuat dari perca ( potongan kain) yang

beraneka ragam warna, dibagian tengahnya disulam dengan benang emas atau perak.

c. Bedak Langir, adalah alat yang dipakai dalam upacara mandi yang terbuat dari beras

giling dan jeruk nipis.

d. Batu giling, sebuah penggiling yang berbentuk bulat panjang dibuat dari batu dan

dipegang di kiri kanannya, apabila menggiling.

2. Upacara Melahirkan

Upacara melahirkan adalah merupakan upacara – upacara yang adalah karena bagi

masyarakat orang Melayu Riau lautan orang yang melahirkan sama halnya dengan orang

yang pergi berperang. Dalam peperangan itu bertarung dengan maut, ia hanya menghadapi

dua kemungkinan, yaitu hidup dan mati.


Besarnya tantangan dan resiko yang dihadapi oleh seorang ibu yang melahirkan upacara

melahirkan. Tujuannya adalah sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena

seorang ibu telah selesai dan selamat dalam melahirkan bayinya.

Tujuan pelaksanaan upacara melahirkan adalah :

a. Untuk menghalau sejenis hantu atau setan penghisap darah orang perempuan yang

sedang melahirkan.

b. Memohon kepada Tuhan agar orang yang melahirkan mendapat selamat dalam

melahirkan bayinya.

Bentuk upacara melahirkan yang dilaksanakan oleh masyarakat Melayu Riau lautan berupa :

a. Persiapan menyambut kelahian bayi, yaitu menyiapkan rumah tempat melahirkan.

b. Meletakkan alat – alat, benda – benda yang dipakai dalam upacara melahirkan.

c. Menunggu saat melahirkan, apabila saat melahirkan tiba ada dua bidan yang disebut

bidang bawah dan bidan atas adalah memandikan ibu, mengganti pakaian ibu.

Sedangkan bidan bawah tugasnya memandikan bayi, merawat pusat dan perut agar

tetap panas sehingga terhindar dari penyakit perut.

3. Upacara Hari Tanggal Pusat

Upacara hari tanggal pusat adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan setelah beberapa hari

melahirkan. Kedua bidang secara teratur datang ke rumah untuk merawat ibu dan bayi. Tugas

bidan atas adalah memandikan ibu, mengganti pakaian ibu. Sedangkan bidan bawah tugasnya

memandikan bayi, merawat pusat dan perut agar tetap panas sehingga terhindar dari penyakit

perut sekali sehari.

Pelaksanaan hari tanggal pusat biasanya dilakukan beberapa kegiatan, yaitu :

a. Pembuatan lubang tempat penanaman temubuni.

b. Di dasar lubang diletakkan sekeping papan yang berfungsi sebagai alas.

c. Setelah lubang selesai digali kedua bidan diberi tahu


d. Bidan mempersiapkan alat-alat yang akan dipakai ketika penanaman tembuni, yaitu

pernik berisi tembuni yang ditutupi dengan sebuah tempurung kelapa yang berlubang

di tengah-tengah, yang disebut tempurung jantung. Pada lubang tempurung jantan

ditancapkan sepotong bamboo yang disediakan sebagai corong udara.

e. Meletakkan tembuni di atas sebuah penampan bersama 2 (dua) batang lilin dan

sebungkus/sekotak korek api. Ketika itu membaca doa-doa tertentu turun dari rumah

membawa penampan, berjalan perlahan tidak melihat ke kiri atau ke kanan menuju

lubang yang telah disediakan.

f. Meletakkan tembuni ke dalam lubang dan menimbun lubang tersebut dengan tana.

Bamboo yang ditancapkan pada lubang kelapa dibiarkan menonjol ke atas tanah.

g. Lilin dinyalakan, ditegakkan di kiri-kanan timbunan tanah lubang tembuni.

h. Selesai acara penanaman tembuni kembali kerumah tidak boleh melihat kiri kanan.

Kepercayaan orang melayu Riau lautan apabila sedang melakukan upacara

penanaman tembuni menoleh ke kiri dan ke kanan akan berakibat mata bayi juling.

i. Selesai upacara penanaman tembuni diakhiri dengan makan bersama semua

undangan yang hadir dan pembacaan doa selamat oleh seorang ahli pembaca doa.

4. Upacara Mencuci Lantai

Maksud upacara mencuci lantai adalah untuk menyatakan :

a. Ibu dan bayi dalam keadaan sehat.

b. Ibu keadaan fisik dan sosialnya telah sehat.

Sedangkan tujuan upacara mencuci lantai adalah :

a. Untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada segenap sanak keluarga dan kaum kerabat

terutama kepada kedua bidan.


b. Untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

kurnia, sehingga selamat melalui peristiwa melahirkan yang sangat kritis sekaligus

membahagiakan.

Ibu dan bayi biasanya berpakaian yang baru dan rapi. Adapun kegiatan upacara antara

lain adalah :

a. Bidan membaca doa –doa tertentu, menyembur ke kiri dan kekanan.

b. Diambil ayam, dipegang kepala ayam, perlahan – lahan kakinya dicakarkan ke lantai,

ke depan, ke kanan, ke kiri dan dilakukan sebanyak 7 (tujuh) kali.

c. Jari tangan dimasukkan kedalam mulut ayam. Langit – langit mulut ayam ditekan

dengan ibu jari. Ibu jari kemudian ditekankan kepada bagian dahi bayi sebanyak tiga

kali.

d. Paruh ayam digoreskan kepada dahi bayi sebanyak tiga kali.

Upacara mencuci lantai adalah :

a. Kepala yang telah dibersihkan kulitnya digolekkan di atas lantai dari kanan ke kiri

dan ke depan.

b. Kepala digoncang – goncang di dekat telinga bayi.

c. Membedak dan melangir lantai dengan bedak langir yang dicampur dengan limau

purut.

d. Membersihkan lantai dengan air bersih, kemudian diberi minyak, disisir dan diberi

celak.

e. Bidan mengelilingi cermin, kepala, lilin yang ada diatas janggam pada daerah lantai

yang telah dibersihkan.

Setelah upacara diatas selesai dilakuka pula upacara memulang nasi bidan. Kegiatan

tersebut bentuknya antara lain :


c. Perempuan yang melahirkan menyerahkan sepinggan/sepiring besar pulut kuning lengkap

dengan lauk pauknya, asam garam, serta uang ala kadarnya dan semua peralatan mencuci

lantai.

d. Pulut kuning dan peralatan diantarkan ke rumah bidan.

e. Pembacaan doa selamat oleh ahli pembaca doa dan makan bersama.

5. Upacara Masa Kanak – kanak

Upacara ini disebut upacara kanak – kanak, karena dilakukan ketika anak tersebut

berumur satu atau satu tahun setengah, lebih tepatnya upacara ini dilakukan ketika anak itu

pandai berjalan. Ada dua macam upacara yang dilakukan pada upacara kanak – kanak, yaitu :

a. Upacara memotong rambut.

b. Upacara memijak tanah.

Maksud dilakukannya upacara pemotongan rambut adalah :

a. Menurut kepercayaan orang Melayu, membuang rambut baik, dicukur atau digunting.

Jika tidak dilakukan dalam suatu upacara mengakibatkan anak tersebut sakit.

b. Untuk membuang sial yang terdapat pada ujung – ujung rambut yang dibawa sejak

lahir.

Jika tidak dibuang anak tersebut akan selalu dirundung malang sepanjang hidupnya.

Sedangkan upacara memijak tanah maksudnya adalah :

a. Agar anak yang baru pandai berjalan tidak sakit jika berjalan di luar rumahnya.

b. Anak yang tidak melalui upcara memijak tanah akan selalu sakit. Karena menurut

keyakinan Melayu.

Upacara memotong rambut dan upacara memijak tanah dilakukan melalui rangkaian

kegiatan, sebagai berikut :

a. Rumah dibersihkan dihias ala kadarnya.

b. Mengundang tetangga untuk menghadiri upacara tersebut.


c. Undangan biasanya orang – orang yang pandai ber-zanji.

6. Upacara Bersunat Rasul

Pelaksanaan upacara bersunat dapat dilaksanakan sebagai berikut :

 Upacara bersunat yang dilakukan tanpa gabungan dengan upacara lain.

 Upacara bersunat yang digabungkan denagn upacara berkhatam qura’an

 Upacara bersunat yang digabungkan dengan upacara perkawinan dari salah seorang

keluarga terdekat, kakak, abang, atau sepupu dari kedua belah pihak orang tua.

 Bersunat bersama yang terdiri dari anak – anak keluarga terdekat. Tujuan bersunat rasul

adalah antara lain :

 Untuk memenuhi Sunnah Rasul sebagai seorang yang mengaut agama Islam.

 Untuk mensucikan anak untuk memasuki usia remaja.

Hari pertama, disebut menggantung – gantung. Hari menggantung adalah hari menghias

rambut dengan menggantung langit – langit (loteng), memasak tabir, permadani, permadani,

perlaminan, membuat nasi besar dan telur berkat, ayam disembelih, alat memasak

dikeluarkan, pekerjaan pada menggantung itu adalah jenis pekerjaan kasar yang memerlukan

tenaga dan keterampilan. Pekerjaan itu biasanya dilakukan sampai malam hari. Pada malam

hari pertama ini orang mengerjakan mengiling rempah. Kadang – kadang diserta pula dengan

pertunjukan seni daerah, misalnya, zapin, joget, kasidah, semuanya tergantung hajat tuan

rumah.

Hari kedua, disebut hari besar, karena pada hari itu sejak subuh tukang masak sibuk

memasak makan, ruang pelaminan telah dirapikan ruang serambi telah dibentang tikar dan

diberi harum – haruman. Ketika itu semua orang berpakaian baru.

Hari ketiga, disebut hari bersunat.


7. Upacara Masa Dewasa

Kepercayaan orang melayu anak dara yang baik, adalah :

1. Pada zaman dahulu anak dara harus sekali – kali ke luar rumah.anak dara keluar

rumah adalah pada waktu hari raya, yaitu untuk berkunjung ke rumah – rumah

saudara.

2. Jika berjalan mukanya ditutupi dengan kain selendang yang kelihatan hanya

matanya.

3. Jika berbicara suara sangat lembut, hampir – hampir tidak kedengaran.

4. Ke luar rumah untuk berjalan selalu diiringi oleh ayah dan ibunya.

5. Bertemu dengan seorang bujang tidak boleh menegur atau menyapa, apabila ia tidak

ditegur atau disapa.

Upacara masa dewasa yang dilakukan oleh orang Melayu, antara lain adalah upacara

mengasah gigi. Upacara mengasah gigi boleh dilakukan oleh dara dan bujang. Kebanyakan

upacara mengasah gigi ini dilaksanakan oleh anak dara. Akan tetapi bukan semua anak dara

melaksanakan upacara mengasah gigi.

Tujuan mengasah gigi adalah untuk mempercantik diri. Kegiatan upacara mengasah

gigi menjadikan gigi teratur dapat diratakan. Kecantikan wajah lebih mempesona. Biasanya

upacara mengasah gigi dilaksanakan oleh seorang dukun pengasah gigi. Pelaksanaan

dilakukan di rumah anak dara sendiri.

Alat – alat dan benda – benda yang dipergunakan dalam upacara mengasah gigi adalah tiga

buah pengasah, sebuah batu penindih, tujuh jenis bunga, setiap jenis satu tangkai, dua buah

keras atau kemiri.

Pengasah gigi dilaksanakan dengan bilangan ganjil misalnya : satu kali, tiga kali,

tujuh kali jika kedua orang tua masih hidup diperkenankan mengasah gigi atas saja. Akan

tetapi jika kedua orang tuanya telahtiada hanya diperkenakan mengasah gigi atas dan bawah.
B. UPACARA SUKU MELAYU DARATAN

Sebagaimana orang Melayu Lautan, orang Melayu Daratan juga memilik upacara – upacara

dalam hidup. Terutama yang dilakukan masyarakat Melayu Kuantan.

Semua upacara – upacara tersebut bertujuan:

1. Untuk menjaga agar bayi yang dikandung.

2. Tidak kekurangan apapun atau tidak cacat.

3. Rajin bekerja.

4. Disenangi orang.

5. Sehat jasmani dan rohani

6. Penjagaan terhadap ibu yang sedang hamil.

1. Upacara Mengindam

Mengindam adalah keinginan – keinginan seseorang yang sedang hamil terhadap sesuatu.

Jalannya upacara antara lain adalah :

a. Sebelum upacara dimulai di tengah – tengah rumah dibentangkan tikar yang

dilengkapi dengan tilam dan bantal guling.

b. Perempuan mengindam diberi pakaian yang bersih.

c. Semua keluarga harus hadir dalam pucara dan duduk secara melingkar menghadap

dukun beranak

d. Perempuan mengindam dibaringkan di atas tempat tidur yang telah disediakan.

Upacara mengindam dilakukan oleh dukun beranak dengan bermenung sambil membaca

doa/mantra, kemudian limau mentimumn dan mengirisnya dengan psai yang telah disiapkan.

Upacara mengindam mempunyai tujuan untuk membimbing menjaga dan memberi petunjuk

yang baik sehingga apa yang diinginkan oleh perempuan hamilitu dapat disalurkan tanpa

menimbulkan cacat atau kelainan – kelainan pada bayi.


2. Upacara Meniga Bulan

Upacara meniga bulan adalah upacara yang dilaksanakan apabila umur kehamilan /

kandungan seorang perempuan telah mencapai tiga bulan.

Tujuan dan maksud upacara meniga bulan adalah :

1. Untuk memohon kepada Tuhan agar bayi yang dikandung tumbuh dengan sehat dan

selamat.

2. Agar dapat melihat kesehatan perempuan yang sedang hamil

3. Untuk memberitahukan kepada seluruh keluarga ada perempuan yang sedang hamil

dapat dijaga bersama – sama.

Jalannya upacara meniga bulan dilakukan oleh dukun beranak mengambil mayang pinang

kemudian membersihkannya. Mayang pinang dimantrai, kemudian dan dipecahkan dengan

cara memukulkan ke lantai sehingga selendangnya terpecah dan mayangnya terurai keluar.

3. Upacara Melahirkan dan Masa Bayi

1. Upacara melahirkan.

Upacara kelahiran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Riau

Daratan menunggu masa kelahiran bayi atau disebut juga upacara menunggu masa kelahiran

seorang anak. Biasanya upacara kelahiran ini dilakukan pada usia kandungan sembilan bulan

menurut perhitungan dukun beranak. Ada beberapa peralatan yang diperlukan pada saat

melahirkan yaitu :

1. Tali belati yang dijalin tiga, gunanya untuk ikat pinggang ibudan bayi.

2. Sebuah bakul kecil yang terbuat dari pandan dan dianyam sebagai tempat tembui

3. Sebuah talam, tempat membawa kotoran yang akan dibuang ke sungai.

4. Sehelai tikar pandan untuk tempat melahirkan.

5. Sebuah buaian yang terbuat dari rotan.

6. Sampah bawang akan dibakar ketika sudah melahirkan.


7. Sebilah pisau atau sembilu

Pelaksanaan upacara melahirkan dilakukan terlebih dulu dengan membaringkan perempuan

hamil di atas tikar pandan yang telah disiapkan kemudian dilanjutkan dengan proses bantuan

untuk melahirkan oleh dukun beranak.

2. Upacara Masa Bayi

Upacara masa bayi, adalah upacara yang dilaksanakan pada masa anak usia bayi. Upacara ini

dilaksanakan pada masa bayi berumur masih seminggu dan tali pusatnya telah lepas.

Upacara masa bayi ini lazim disebut Turun Mandi. Yang dimaksud upacara turun mandi

adalah anak yang sebelumnya masih dimandikan dalam rumah pada hari itu anak mulai

dimandikan di sungai.

Adapun maksud dan tujuan upacara turun mandi adalah :

1. Untuk memperkenalkan bayi dengan lingkungannya baik lingkungan keluarga maupun

ke lingkungan rumah.

2. Agar anak terbiasa dengan air sungati atau air sumur.

3. Pemberian nama bayi dan diperkenalkan kepada sanak famili dan tetangga.

Selesai acara atau kegiatan mandi di sungai terakhir bayi dibawa ke rumah, dimasukkan ke

dalam buaian, dipakaikan pakaian sesudah itu dukun beranak kembali ke sungai menanam

atau menguburkan perlengkapan tepung tawar agar tempat itu tidak diganggu roh – roh halus

selama – lamanya, dan di akhiri dengan pembacaan doa selamat panjag umur mudah rezeki.

3. Upacara Masa Kanak – kanak

Upacara ni dilaksanakan oleh masyarakat Melayu Daratan sebelum anak Dewasa. Upacara ini

disebut juga upacara Tindik cocang bagi anak perempuan dan upacara Sunat Rasul bagi anak

laki – laki dan anak perempuan.

Dalam masyar

akat Melayu Daratan upacara bersunat rasul pada anak laki – laki dua jenis yaitu :
1 Sunat Rasul Biasa.

Upacara sunat rasul biasa merupakan upacara sunat rasul yang dilaksanakan keluarga yand

dihadiri oleh pihak keluarga terdekat saja. Penyelenggaraan sunat rasul dilakukan oleh

seorang dukun.

Adapun kegiatan penting yang dilakukan pada upacara sunat rasul adalah persiapan peralatan

yang akan diperukan dalam upacara sunat rasul, antara lain :

1. Tiga buah jeruk nipis

2. Tiga buah sirih kerucut

3. Kapas.

4. Gambir

5. Tembakau dari pinang

6. Ujung daun pisang yang disebut sial daun

7. Sebuah gantangan batang pisang.

8. Sebuah pisau lipat.

9. Jepitan dari kayu diikat benang.

10. Sebuah gunting

11. Kapas.

12. Obat – obatan tradisional

13. Rotan

14. Tali

15. Tongkat

16. Sehelai kain panjang

17. Sehelai kain sarung

18. Mangkok keil

19. Semangkok air putih.


Kebiasaan orang Melayu Daratan melaksanakan upacara sunat rasul biasanya dilakukan

sebagai berikut :

1. Mula – mula dukun sunat mengambil tiga buah jeruk nipis dan membelanya.

2. Belakang jeruk nipis dimasukkan ke dalam mangkok berisi air putih.

3. Membuat sirih kerucut diletakkan dekat mangkok berisi jeruk.

4. Sirih kerucut dimakantiga kali oleh anakyang disunat.

5. Mempersiapkan obat – obatan tradisional beserta pembalutnya.

6. Ujung daun pisang diletakkan dibawah gantang yang ditelentangkan.

2 Sunah Rasul Bebako

Upacara sunat rasul bebako merupakan upacara sunat rasul yang dihadiri oleh semua

keluarga termasuk bko baik pihak ibu maupun pihak bapak anak bersangkutan.

C. UPACARA DAUR HIDUP SUKU SAKAI

Orang sakai adalah kelompok masyarakat yang bermukim di daerah Kecamatan Mandau

kabupaten Bengkalis, sebagai suku yang tergolong terbelakang mereka hidup secara

berkelompok yang membentuk masyarakat tersendiri yang terpisah dari suku bangsa lain

yang lebih maju.

Kehidupan orang Sakai mengetahui bahwa setiaporang melalui empat fase kehidupan

yaitu :

1. Ketika orang dilahirkan oleh ibunya ke dunia

2. Ketika orang memasuki masa kedewasaannya.

3. Ketika orang kawin dan melahirkan keturunannya.

4. Ketika orang kembali ke asal kejadiannya atau mati

Bagi masyarakat Sakai dikenai beberapa upacara daur hidup, antara lain :

1. Upacara melahirkan.

2. Upacara masa bayi


3. Upacara memetikan obat

4. Upacara masa kanak – kanak

5. Upacara masa dewasa.

Dari lima upacara yang dilakukan oleh masyarakat Sakai ada empat upacara yang selalu

dilaksanakan, yaitu :

1. Upacara Masa Kehamilan

Upacara masa kehamilan terbagi dalam tiga jenis upacara, yaitu :

1. Upacara melenggang perut

2. Upacara menepuk tepung tawar.

3. Upacara menemuh bidan

1. Upacara Melenggang Perut diadakan setelah usia kandungan tujuh bulan. Tujuan untuk

memperbaiki letak bayi di dalam kandungan. Peralatan yang dipergunakan untuk upacara

melenggang perut, berupa :

- Sehelai kain panjang - Sehelai tikar pandan

- Sebuah pebao atau dupa dan kemenyan.

2. Upacara Menepuk Tepung Tawar.

- Sebuah mangkok tepat daun – daun tepung tawar.

- Beberapa helai daun setawar.

- Daun sedingin

- Beras dan kunyit digiling halus dimasukkan ke dalam mangkok

Adapun proses pelaksanaan upacara menepuk tepung tawar, adalah sebagai berikut :

1. Mula – mula bidan membaca beberapa doa-doa tertentu, sambil menyemburkan

dan menghembuskan ke kiri ken kanan pintu ke rumah.

2. Bidan memegang ikatan daun menepuk tawar yang berlumuran bercampur iar beras

kunyit lalu ditepuk-tepuk ke bagian dahi perempuan yang melaksanakan upacara


3. Selanjutnya ditepukkan pada ujung kaki kanan dan kiri

4. Tiap bagian yang ditepuk dengan menepuk tepung tawar tersebut dilaksanakan

sebanyak sekali saja.

5. Selesai upacara perempuan hamil dibimbing kembali naik ke rumah dan suruh

berganti pakaian.

3. Upacara Menempah Bidang

Tujuan ialah membuat perjanjian seorang bidan yang diharapkan akan merawat,

mengasuh serta memberikan pertolongan sejak perempuan itu hamil sampai ia melahirkan

dan lepas empat puluh hari.

Upacara menempah bidan merupakan bagian dari rangkaian kegiatan acara

kehamilan. Upacara menempah bidan ini adalah upacara perjanjian bidan dengan perempuan

hamil.

2. Upacara Melahirkan dan Masa Bayi

Antara lain :

- Upacara melahirkan

- Upacara menanam tembuni

- Upacara mematikan obat

Kebiasaan orang suku Sakai melaksanakan upacara melahirkan dilakukan dengan

beberapa rangkaian kegiatan, antara lain :

1. Apabila ada tanda-tanda akan melahirkan, maka suami cepat memberitahu tetangga

terdekat.

2. tetangga-tetangga yang diberitahukan biasanya berdatangan dan berkumpul di rumah

perempuan yang akan melahirkan untuk memberi bantuan meringankan beban keluarga

yang melahirkan.

3. Selanjutnya ditepukkan pada ujung kaki kanan dan kiri.


4. Tiap bagian yang ditepuk dengan menepuk tepung tawar tersebut dilaksanakan sebanyak

sekali saja.

5. Jika perempuan yang hamil belum juga melahirkan biasanya diberi air peluruh yaitu air

putih yang dibacakan doa – doa tertentu oleh bidan.

6. setelah bayi lahir maka tali pusat dipotong dengan sembilu, kemudian disiram dengan air

limau purut diobati dengan kunyit giling dibaca doa – doa tertentu.

7. bayi dibungkus dengan kain bidang yang hangat, ditidurkan pada tempat tidur kecil yang

telah di persiapkan.

8. bidan membersihkan badan ibunya.

9. mengganti pakaian, rambu disisir diberi minum obat yang diberi baca doa – doa tertentu

yang tujuannya untuk menahan darah dan mengobati luka dalam

10. kemudian diangkat ditidurkan di atas tempat tidur di dekat bayinya.

Setelah kegiatan proses melahirkan selesai maka selanjutnya bidan membersihkan

tembuni menurut kepercayaan orang sakai tembuni merupakan makan bayi apabila ia

meninggalkan dunia. Seandainya tembuni kurang bersih maka bidan akan dilempari dengan

daging busuk di dunia dan akhirat.

Biasanya setelah tembuni bersih dimasukkan ke dalam seduah periuk tanah, ditutup

ddan dimasukkan ke dalam kantong yang terbuat dari anyaman pandan yang disebut sumpit.

Tembuni diletakkan di atas dapur sampai bayi yang baru lahir itu tanggal tali pusat.

Maksudnya tembuni disimpan di atas dapur sampai bayi tidak menangis.

Kebiasaan orang sakai melakukan upacara penanaman tembuni setelah bayi tanggal

tali pusat. Upacara menanam tembuni dilakukan oleh bidan sendiri. Tembuni biasanya

ditanam di bawah rumah. Maksudnya agar anak mudah mencari apabila diperlukan kemudian

hari.
Selama masa melahirkan atau anak berumur empat puluh hari diadakan pula kegaitan

yang disebut upacara mematikan obat. Tujuan upacara ini ialah ntuk mengucapkan terima

kasih teruama kepada bidan dan semua tetangga yang telah membantu pelaksanaan upacara

melahirkan sekaligus ditujukan untuk memberi tahu kepada anggota masyarakat bahwa

perempuan yang baru melahirkan telah pulih fisiknya.

Alat – alat yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan upacara mematikan obat antara lain :

- Sehelai kain

- Sejumlah uang

- Asam dan garam

Upacara mematikan obat dihadiri oelh tetangga terdekat yang sengaja diundang. Pelaksanaan

upacara mematikan obat tersebut berjalan melaluai proses sebagai berikut :

1. Bayi dibedung dibaringkan di tengah rumah tempat upacara berlangsung.

2. Ketika itu kedua orang tua menyampaikan upacara terima kasih kepada bian agar

ikhlas menerima sehelai kain dan uang ala kadarnya. Bersama dengan itu

diserahkan pula asam garam tujuannya, untuk mematikan obat – obat yang telah

di berikan bidan selama pengobatan terhadap perempuan yang baru melahirkan.

3. Setelah mendengar upacara terimakasih dari kedua orang tua bayi baru lahir,

bidan mengecap asam garam sebagai tanda penerima kembali ilmunya agar tetap

manjur apabila digunakan lagi kepada orang lain.

4. Setelah bidan mengecap asam garam, kemudian dikecapkan ke bibir bayi.

Maksudnya agar semua pertolongan yang diberikan kepada bayi mendatangkan

berkat dan kebahagian

5. Menerima kain dan uang yang telah diberikan. Asam garam yang tersisa

ditinggalkan dibungkus di jadikan tangkal untuk menghalau makhluk halus yang

menggangu bayi.
3. Upacara Masa Kanak – Kanak

Sedah menjadi kebiasaan bagi masyarakat sakai untuk melakukan kegiatan yang disebut

upacara masa kanak – kanak. Ada beberapa jenis upacara masa kanak – kanak oleh

masyarakat orang sakai antar lain adalah :

a. upacara pemberi nama

b. upacara memasuki hutan

c. upacara bersunat

Upacara Pemberian Nama

Biasanya orang sakit sebelum anak diberi nama melalui upacara, anak dipanggil

sesuai dengan jenis kelaminnya. Jika anak laki – laki dipanggil si Jantan, dan perempuan

dipanggil Tino.

Pelaksaan upacara pemberian nama biasanya ketika akan berusia empat atau lima

tahun.

Apabila upacara pemberian nama akan di adakan maka sanak keluarga dari kedua belah

pihak dating ke rumahnya. Perayaan upacara pemberiannama juga dilengkapi dengan

makanan – makanan.

Setelah semua keluarga berkumpul diminta salah seorang yang paling tua diantara

keluarga yang hadir untuk memimpin upacara pemberian nama tersebut. Menurut

kepercayaan masyarakat orang sakai yang paling baik memimpin upacara pemberian nama,

baik datuk dari pihak ibu maupun datuk dari pihak bapaknya. Proses upacara pemberian

nama tersebut. Adalah sebagai berikut :

a. Mula – mula anak diberi pakaian yang baru, kemudian diletakkan di tangah rumah

b. Semua keluarga yang hadir mengelilingi memuji kecantikan, keelokan fisik dan tingkah

lakunya.
c. Datuknya memberitahukan kepada segenap yang hadir nama atau panggilan yang

diinginkan untuk anak tersebut.

d. Pembacaan doa

e. Hidangan disuguhkan dimakan bersama – sama

Upacara Masuk Hutan

Selain upacara pemberian nama, masyarakat sakai juga melakukan kegiatan terhadap

kanak – kanak yang disebut upacara masuk hutan. Upacara memasuki hutan biasanya

dilaksanakan setelah anak berusia dua tahun.

Tujuan upacara mmemasuki hutan adalah agar anak menjadi orang sakai yang berani

mencari kehidupan di hutan, tergantung pada hutan, lading – lading mereka buat di tengah –

tengah hutan. Agar dapat mencari kehidupan di hutan orang harus berani, kuat, tabah, dan

terampil mempergunkan berbagai senjata dan alat yang diperulakn ketika berada di hutan.

Alat – alat dan benda – benda yang idpersikan untuk melakukan upacara memasuki hutan,

ialah

- Sebatang tombak

- Sebuah kojo atau sejenis tombak

- Sebuah ago atau sejenis keranjang pengangkut barang.

- Bekal secukupnya selama di huan

Setelah alat – alat dipersipakan, maka proses upacara memasuki hutan di laksanakan :

1. Anak dimasukkan ke dalam ago lalu di dukung di belakang pundak ibunya.

2. Kemudian berjalan menuju hutan dengan ayah berjalan di depan sambil membaca doa –

doa tertentu

3. Sampai di hutan yang dianggap sesuai untuk upacara dibangun sebuah pondok kecil tanda

dinding, tempat berteduh, tempat tidur pada malam hari.

4. ketika hari siang anak dibawa keluar masuk hutan sambil mencari makan dan berburu.
5. Kegiatan itu dilakukan selama berblan – bulan sehingga anak serasi dengan lingkungan

hutan.

6. Setelah beberapa bulan di hutan anak dibawa kembali pulang ke rumah.

Kepercayaan masyarakat sakai anak yang telah dibawa ke hutan biasnya bertambah sehat dan

segar, semua makhluk halus yang menunggu di hutan tidak akan menegur atau mengganggu

anak tersebut.

Upacara Bersunat

Upacara bersunat merupakan golonan upacara kanak – kanak upacara ini biasanya

dilaksanakan oleh masyarakat sakai yang beragama islam bersunat rasul bagi masyarakat

sakai.

dilakukan pada anak laki – laki dan perempuan. Bersunat rasul sudah menjadi

kebiasaan dilakukan oleh masyarakat sakai. Sebelum upacara bersunat biasanya dilakukan

kegiatan – kegiatan persiapan upacara diantaranya adalah :

- Pemberitahuan keapda seluruh warga dan tetangga dekat

- Rumah dihiasai dibantu oleh kaum kerabat tetangga terdekat

- Mempersikan alat – alat keperluan upacara seperti :

a. Sebilah pisau lipat

b. Sebuah penjepit dari kayu

c. Batang pisang

d. Penyekang tersebut dari rotan

e. Air lada, kunyit giling

f. Sehelai kain

g. Kelengkapan tepuk tepung tawar

h. Sekapur sirih
- Memanggil tukang sunat yang disebut MUDIN

- Jamuan makam siang diakhiri dengan pembacaan doa selamat

Proses kegiatan upacara bersunat yang dilaksanakan oleh masyarakat sakai, adalah

sebagai beirkut :

1. Mula – mula anak disuruh mandi atau berandam dalam air, sambil berendam kepada

anak disirim atau didimbo dengan air. Berendam kurang lebih satu jam sapai anak

benar – benar dingin.

2. Anak dibawa ke rumah sebelum naik rumah diadakan upacara menepuk tepung tawar

yang dilakukan oleh mudin.

3. Tujuan menepuk tepung tawar, adalah untuk memohon doa selamat dan memohon

berkah dari orang – orang tua yang terkemuka dimasyarakat.

4. Mudin memberikan sekapur sirih dan segelas air putih untuk diamakan oleh anak

yang akan bersunat. Tujuannya, agar berani menghadapi upacara bersunat.

5. Anak dipangku naik ke rumah langsung di dudukkan di atas batang pisang, dibantu

oleh beberapa orang, kemudian sunat dilakukan.

6. selesai bersunat diberi obat – obat tradisional

7. seslai pengobatan dipindahkan ke tempat tidur yang telah di sediakan.

4. Upacara Masa Dewasa

Salah satu bagian upacara daur hidup orang sakai ialah melakukan upacara masa

dewasa. Upacara masa dewasa orang sakai merpakan upacara melatih anak – anak dalam

mempergunakan beberapa alat senjata yang dipergunakan dalam berburu. Disamping itu juga

diajarkan mengenal jenis – jenis binatang buruan dengan segala sifat – sifatnya.

Alat yang diperlukan dalam upacara ini ialah seekor anjing. Sebatang lubing atau kojo,

sebuah ago dan sebatang tombak.


Pelaksanaan upacara belajar berburu biasanya dilakukan secara berkelompok. Terutama bagi

orang tua yang mempunyai anak laki – laki mereka mufakat dan sepakat untuk mengajari

anak – amak untuk bersama – sama melatih dan mengajar anak – anaknya.

1. sebelum memulai upacara ditetapkan terlibat dahulu hari pelaksanaan upacara.

2. setelah hari ditetapkan berangkatlah dengan membawa peralatan yang diperlukan

menuju hutan

3. Setelah sampai di hutan masing – masing anak melepaskan anjingnya

4. Apabila anjing menggonggong anak yang punya anjing tersebut menuju kea rah

anking menggongong.

5. Jika anjing menggonggong itu bertemua dengan binatang buruan pada saat itulah

mencoba mempergunakan senjata berburunya.

6. Kegiatan ini dilakukan terus menerus sampai anak mahir, tau cara berburu dan

memeprgunakan alat – alat serta persenjataannya.

7. sore hari mereka kembali ke rumah masing – masing

menurut kepercayaan orang sakai makhluk halus itu mempunyai kekutan – kekuatan biasa

misalnya :

- Kekuatan yang dapat mencelakanan dan memusnahkan manusia

- Kekuatan yang dapat menjinakkan dan dikuasai oleh manusia

Tujuan mempelajari ilmu selain menjaga diri, juga untukmemberi pertolongan

kepada orang lain dan kadang – kadang dipergunakan sebagia senjata untuk menganiaya

orang lain.

Jika seseorang menginginkan suatu ilmu ia harus berguru kepada seseorang yang

memiliki ilmu melalu upacara suci yang disebut” Upacara Menuntut Ilmu” upacara

meneuntul ilmu ada secara resmi dilaksanakan oleh orang tua darikeluarga anak yang

bersangkutan.
Apabila anak menurut oran tua sudah wajar untuk menguasai ilmu, maka diserahkan

keapda dalam secara resmi proses pelaksanaan menuntut ilmu antara lain :

1. Menetapkan hari upacara mentut ilmu

2. Tidak boleh dihadiri orang ramai,hanya dukun dan akan bersangkutan Alat – alat

yang diperlukan dalam upacara menuntut imu antara lain :

- Asam garam

- Ayam jantan putih

- Kain satu meter

Anda mungkin juga menyukai