MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Hidangan Khusus
yang dibina oleh Dr. Dra. Rina Rifkie Mariana, M.P
Oleh
Budaya adalah salah satu hidup atau kebiasaan yang berkembang di suatu
kelompok masyarakat di suatu daerah dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya dipelajari bersama-sama oleh sekelompok msyarakat yang menetap di
daerah tersebut. Budaya dapat berupa kesenian, kebiasaan, rumah adat dan
makanan khas.
1.3 Tujuan
Bubur lolos adalah salah satu menu yang dijumpai pada acara 9 bulanan
bagi masyarakat Sunda. Bubur ini dianggap sebagai symbol agar proses
melahirkan dapat dimudahkan alias lancer atau lolos. Bubur lolos cenderung mirip
dengan dodol betawi jika dilihat dari tekstur dan warnanya. Bubur lolos berbahan
dasar tepung beras, tepung ketan, serta tepung kanji yang diaduk menjadi satu
bersama dengan gula merah dan juga santan sehingga membentuk adonan yang
kenyal. Bubur ini dibungkus daun pisang yang salah satu sisinya tidak ditutup.
Sebelum dibungkus dengan daun pisang, adonan bubur diberi blondo. Blondo
adalah santan kental yang dimasak hingga hamper membentuk minyak.
Ada kepercayaan bahwa tali pusat (tali ari-ari) termasuk saudara bayi juga
yang harus dipelihara dengan sungguh-sungguh. Adapun saudara bayi yang tiga
lagi ialah tembuni, pembungkus, dan kakawah. Tali ari, tembuni, pembungkus,
dan kakawah biasa disebut dulur opat kalima pancer, yaitu empat bersaudara dan
kelimanya sebagai pusatnya ialah bayi itu. Kesemuanya itu harus dipelihara
dengan baik agar bayi itu kelak setelah dewasa dapat hidup rukun dengan saudara-
saudaranya (kakak dan adiknya) sehingga tercapailah kebahagiaan.
4. Upacara Ekah
Sebetulnya kata ekah berasal dari bahasa Arab, dari kata aqiqatun “anak
kandung”. Upacara Ekah ialah upacara menebus jiwa anak sebagai pemberian
Tuhan, atau ungkapan rasa syukur telah dikaruniai anak oleh Tuhan Yang Maha
Kuasa, dan mengharapkan anak itu kelak menjadi orang yang saleh yang dapat
menolong kedua orang tuanya nanti di alam akhirat. Pada pelaksanaan upacara ini
biasanya diselenggarakan setelah bayi berusia 7 hari, atau 14 hari, dan boleh juga
setelah 21 hari. Perlengkapan yangb harus disediakan adalah domba atau
kambing untuk disembelih, jika anak laki-laki dombanya harus dua (kecuali bagi
yang tidak mampu cukup seekor), dan jika anak perempuan hanya seekor saja.
Domba yang akan disembelih untuk upacara Ekah itu harus yang baik, yang
memenuhi syarat untuk kurban. Selanjutnya domba itu disembelih oleh ahlinya
atau Ajengan dengan pembacaan doa selamat, setelah itu dimasak dan dibagikan
kepada handai tolan.
5. Upacara Nurunkeun
Pada saat itu mulailah para undangan berdo’a dan berjanji atau disebut
marhaban atau pupujian, yaitu memuji sifat-sifat nabi Muhammad saw. dan
membacakan doa yang mempunyai makna selamat lahir bathin dunia akhirat.
Pada saat marhabaan itulah rambut bayi digunting sedikit oleh beberapa orang
yang berdoa pada saat itu.
Jika anak itu memegang padi, hal itu menandakan anak itu kelak menjadi
petani. Jika yang dipegang itu uang, menandakan anak itu kelak menjadi
saudagar/pengusaha. Demikian pula apabila yang dipegangnya emas, menandakan
anak itu kelak akan menjadi orang yang berpangkat atau mempunyai kedudukan
yang terhormat.
Pernikahan memang satu upacara sakral yang diharapkan sekali seumur hidup.
Bentuk pernikahan banyak sekali bentuknya dari yang paling simple, dan yang
ribet karena menggunakan upacara adat. Seperti pernikahan adat Sunda ini,
kekayaan budaya tatar Sunda bisa dilihat juga lewat upacara pernikahan adatnya
yang diwarnai dengan humor tapi tidak menghilangkan nuansa sakral dan
khidmat.
Pihak orang tua calon pengantin bertamu kepada calon besan (calon
pengantin perempuan). Berbincang dalam suasana santai penuh canda
tawa, sambil sesekali diselingi pertanyaan yang bersifat menyelidiki status
anak perempuannya apakah sudah ada yang melamar atau atau masih
(belum punya pacar)
Pihak orang tua (calon besan) pun demikian dalam menjawabnya penuh
dengan benyolan penuh dengan siloka
Walapun sudah sepakat diantara kedua orang tua itu, pada jaman dahulu
kadang-kadang anak-anak mereka tidak tahu.
Di beberapa daerah di wilayah pasundan kadang-kadang ada yang
menggunakan cara dengan saling mengirimi barang tertentu. Seperti orang
tua anak laki-laki mengirim rokok cerutu dan orang tua anak perempuan
mengerti dengan maksud itu, maka apabila mereka setuju akan segera
membalasnya dengan mengirimkan benih labu siam (binih waluh siam).
Dengan demikian maka anak perempuannya itu sudah diteundeunan
omong (disimpan ucapannya).
2. Narosan (Lamaran)
Narosan/ lamaran : Dilaksanakan oleh orang tua calon pengantin beserta keluarga
dekat, yang merupakan awal kesepakatan untuk menjalin hubungan lebih jauh.
Pada pelaksanaannya orang tua anak laki-laki biasanya sambil membawa barang-
barang, seperti yaitu :
Barang-barang yang dibawa dalam pelaksanaan upacara ngalamar itu tidak lepas
dari simbol dan makna seperti :
Seserahan : Dilakukan 3-7 hari sebelum pernikahan, yaitu calon pengantin pria
membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan dan
lainnya.
Ngecagkeun Aisan.
Calon pengantin wanita keluar dari kamar dan secara simbolis digendong
oleh sang ibu, sementara ayah calon pengantin wanita berjalan di depan
sambil membawa lilin menuju tempat sungkeman. Upacara ini
dilaksanakan sehari sebelum resepsi pernikahan, sebagai simbol lepasnya
tanggung jawab orang tua calon pengantin. Property yang digunakan:
Orang tua calon pengantin perempuan keluar dari kamar sambil membawa
lilin/ palika yang sudah menyala,
Kemudian di belakangnya diikuti oleh calon pengantin peremupan sambil
dililit (diais )oleh ibunya.
Setelah sampai di tengah rumah kemudian kedua orang tua calon
pengantin perempuan duduk dikursi yang telah dipersiapkan
Untuk menambah khidmatnya suasana biasanya sambil diiring alunan
kecapi suling dalam lagu ayun ambing.
5. Ngaras/ sungkem
Permohonan izin calon mempelai wanita kemudian sungkem dan mencuci kaki
kedua orangtua pelaksanaan upacara ini dilaksanakan setelah upacara ngecagkeun
aisan. Pelaksaannya sebagai berikut:
Pada hari yang telah ditetapkan oleh kedua keluarga calon pengantin. Rombongan
keluarga calon pengantin Pria datang ke kediaman calon pengantin perempuan.
Selain membawa mas kawin, biasanya juga membawa peralatan dapur, perabotan
kamar tidur, kayu bakar, gentong (gerabah untuk menyimpan beras). Di daerah
Priangan, susunan acara upacara akad nikah biasanya sebagai berikut:
Pembukaan:
1. Penyambutan calon pengantin Pria, dalam acara ini biasanya dilaksanan
upacara mapag.
2. Mengalungkan untaian bunga melati
3. Gunting pita
Calon mempelai pria disambut oleh ibu calon mempelai wanita dengan
mengalungkan rangkaian bunga. Selanjutnya upacara nikah sesuai agama
dan dilanjutkan dengan sungkeman dan sawer.
Kemudian semua bahan dan kelengkapan itu dilemparkan, artinya kita harus
bersifat dermawan. Syair-syair yang dinyanyikan pada upacara adat nyawer
adalah Kidung Sawer.
Mempelai pria menginjak telur di baik papan dan elekan (Batang bambu
muda), kemudian mempelai wanita mencuci kaki mempelai pria dengan air di
kendi, me ngelapnya sampai kering lalu kendi dipecahkan berdua. Melambangkan
pengabdian istri kepada suami yang dimulai dari hari itu.
4. Buka pintu
1. Pasangan mempelai disuapi oleh kedua orang tua. Dimulai oleh para
Ibunda yang dilanjutkan oleh kedua Ayahanda.
2. Kedua mempelai saling menyuapi, Tersedia 7 bulatan nasi punar ( Nasi
ketan kuning ) diatas piring. Saling menyuap melalui bahu masing masing
kemudian satu bulatan di perebutkan keduanya untuk kemudian dibelah
dua dan disuapkan kepada pasangan .
Melambangkan suapan terakhir dari orang tua karena setelah berkeluarga,
kedua anak mereka harus mencari sendiri sumber kebutuhan hidup mereka dan
juga menandakan bahwa kasih sayang kedua orang tua terhadap anak dan
menantu itu sama besarnya.
Upacara ini dimaksudkan agar kedua mempelai harus saling memberi tanpa
batas, dengan tulus dan ikhlas sepenuh hati.
8. Numbas
Upacara numbas biasa dilaksanakan satu minggu setelah akad nikah. Upacara
numbas mengandung maksud untuk memberi tahu kepada keluarga dan
tetangga bahwa pengantin perempuan “tidak mengecewakan” pengantin laki-
laki. Upacara numbas dilakukan dengan cara membagi-bagikan nasi kuning.
Tumpeng memiliki dua jenis warna, yaitu putih dan kuning. Kedua warna tersebut
sarat akan makna. Tumpeng berwarna putih artinya melambangkan kesucian;
sedangkan yang berwarna kuning melambangkan rezeki yang melimpah
(kekayaan) dan masa depan penuh harapan baik. Tumpeng nasi kuning biasanya
dibuat pada acara kelahiran, ulang tahun, khitanan, pertunangan, syukuran dan
upacara tolak bala (tolak wabah penyakit).
Tumpeng Robyong
Dalam adat Jawa tumpeng robyong dibuat saat upacara siraman pada acara
perkawinan. Ciri dari tumpeng ini diletakkan dalam bakul dengan berbagai
macam sayuran. Kemuncaknya diberi telur ayam, bawang merah, terasi, dan cabai
(lihat gambaran tumpeng robyong di samping kiri). Di dalam bakul, selain nasi
terdapat juga urap, ikan asin, dan telur ayam rebus.
Tumpeng Pungkur
Jenis tumpeng yang dibuat ketika ada kematian. Cirinya tumpeng dibelah
dua, diletakkan saling membelakangi, dan ditaruh di alas (tampah), kemudian
tumpeng dibawa ke pemakaman. Kenapa tumpeng ini diberi nama "pungkur"
karena setelah dipotong vertikal lalu diletakkan saling membelakangi. Tumpeng
ini pun dibuatnya sangat sederhana, yaitu hanya nasi putih yang dihias oleh
sayuran di sekeliling tumpeng.
Tumpeng Nasi Uduk
Tumpeng jenis ini biasanya digunakan saat peringatan Maulid (kelahiran)
Nabi Muhammad dan disebut juga dengan istilah tumpeng tasyakuran. Dibuat
dalam komposisi bahan ayam ingkung bumbu arh, lalapan, rambak goreng, dan
kedele hitam goreng.
Kangkung
Sayur ini bisa tumbuh di air dan di darat. Begitu juga yang diharapkan pada
manusia yang harus sanggup hidup di mana saja dan dalam kondisi apa pun.
Bayam
Sayur ini melambangkan kehidupan yang ayem tenterem (aman dan
damai). Taoge, Di dalam sayur kecil ini terkandung makna kreativitas tinggi.
Hanya seseorang yang kreativitasnya tinggi, bisa berhasil dalam hidupnya.
Kacang Panjang
Kacang panjang harus hadir utuh, tanpa dipotong. Maksudnya agar
manusia pun selalu berpikir panjang sebelum bertindak, selain sebagai
perlambang umur panjang. Kacang panjang utuh umumnya tidak dibuat hidangan,
tetapi hadir sebagai hiasan yang mengeliling tumpeng atau ditempelkan pada
badan kerucut.
Lauk
Karena tumpeng yang bermakna tadi biasanya juga untuk disuguhkan,
maka lauk-lauk di atas masih dilengkapi dengan hidangan lain.
Misalnya, perkedel, tahu dan tempe bacem, dan keringan (seperti kering tempe,
kering kentang, atau kering dendeng). Urapan pun dibuat lebih komplet. Tentu
saja penambahan ini sah-sah saja, yang penting makna dari Tumpeng di atas
sudah dipenuhi. Tetapi sekarang tidak semua lauk-pauk lengkap hadir, kalaupun
lengkap hanya bahan utamanya saja yang ada, masakannya sudah disesuaikan
dengan selera si penyelenggara upacara.
Upacara Opat Poena (Keempat), Kalima Poena (kelima Hari) dan Upacara
Kagenep Poena (upacara kenam harinya)
Pelaksanaannya sama dengan upacara tahlilan hari kedua.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kita sebagai masyarakat Indonesia wajib untuk melestarikan dan dapat
memasak berbagai macam masakan tradisional yang dimiliki oleh setiap daerah.
Mulai dari makanan pokok,lauk, sayuran dan juga jajanan tradisional perlu kita
pelajari cara pembuatannya serta memahami makna dari setiap hidangan pada
berbagai upacara kelahiran sampai kematian.
DAFTAR RUJUKAN
Herayati, Yetti et.al. 1984-1985. Makanan: Wujud, Variasi dan Fungsinya serta
Cara Penyajiannya pada Orang Sunda di Jawa Barat. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.