Anda di halaman 1dari 28

A.

Kedatangan Jepang Ke Indonesia

1. Masuknya Jepang Ke Indonesia

Adanya Restorasi Meiji (Pengembalian kekuasaan di Jepang kepada seorang Kaisar


yang mengadakan pembaharuah disegala bidang kehidupan

Jepang ingin menguasai SDA dikawasan Asia Tenggara sehingga Jepang terlibat
dalam perang Asia Pasifik atau Perang Asia Timur Raya (1937-1945)

Latar belakang terjadinya Perang Asia Pasifik

Jepang ingin menguasai dan


menjadikan Asia Timur sebagai
wilayah baru untuk pemanfaatan
pemukiman dan SDA

Perang Asia Pasifik merupakan perlawanan antara:

Pihak Sentral: Jepang, Jerman, Italia


Pihak Sekutu: AS, Tiongkok, Unisoviet, Britania Raya,
Filipina, Australia, Belanda, Selandia Baru

Tahun 1931 wilayah kekuasaan Jepang mencapai Cina Timur Laut dan
Semenanjung Korea, kemudian diketahui oleh bangsa barat salah satunya AS.

8 Desember 1941 AS mengembargo minyak bumi terhadap Jepang,


sehingga Jepang kesulitan bahan bakar. Kemudian Jepang
melancarkan serangan ke Pearl Horbour (tempat pangkalan
utama Amerika Serikat)

Jepang berhasil menghancurkan basis-basis militer sekutu yang ada di Filipina dan
Indonesia
Januari 1942: Jepang datang ke Indonesia, tujuan Jepang datang ke Indonesia

adalah…

Untuk mendapatkan rempah-rempah,


cadangan logistic, dan bahan industry
perang seperti minyak bumi, timah, dan
aluminium untuk kebutuhan selama
Perang Asia Pasifik

Jepang mendarat pertama kali di Indonesia yaitu di


daerah Tarakan Kalimantan Timur karena selain kaya
akan minyak bumi di Tarakan penjagaan daerah
tersebut oleh sekutu tidak begitu ketat atau tidak
seketak di daerah lain

Kemudian Jepang juga mendarat di beberapa daerah seperti:

 Ambon dan menguasai Maluku (Kaya akan Rempah-rempah)


 Balikpapan
 Pontianak
 Sumatera
 Jawa (Pusat pemerintahan di Jakarta)

Setelah daerah-daerah di luar Pulau Jawa dikuasai Jepang, maka Jepang


memusatkan perhatiannya untuk menguasai tanah Jawa sebagai pusat pemerintahan
Hindia Belanda

Di Pulau Jawa, Jepang yang dipimpin oleh Jendral Imamura mendarat di tiga tempat
yaitu di Banten, Eretan Indramayu, dan Bojonegoro

Jepang tidak langsung mendarat di Jakarta karena Jakarta disiapkan oleh Belanda
sebagai Kota Terbuka

Kota Terbuka bertujuan untuk


melindungi markah tanah bersejarah
dari kota tersebut dan warga-warga
sipil yang bermukim dari serangan
yang tidak diinginkan
Untuk menghadapi invansi tentara Jepang maka dibentuklah Komando Gabungan
Tentara Serikat yang disebut ABDACOM (American British Dutch Australia
Command) oleh blok sekutu yang terdiri atas Belanda, AS, Australia, dan Inggris
yang bermarkas di Lembang.

Meskipun adanya ABDACOM tetap saja tentar Jepang menang melawan sekutu
karena tentara Jepang memiliki anggota yang sangat banyak dan kuat. Kemudian
Jepang menyerbu kekuasaan Belanda yang ada di Indonesia.

Tanggal 5 Maret 1942: Batavia jatuh ketangan Jepang. Tentara Jepang terus bergerak ke
Bogor dan menguasai seluruh kota-kota yan ada di Jawa

Tanggal 8 Maret 1942: Adanya Kapitulasi Kalijati. Dimana Belanda yang diwakili oleh
Jenderal Ter Porrten menyerah tanpa syarat ke tentara Jepang
yang diwakili oleh Jenderal Imamura. Penandatanganan
perjanjian ini berlangsung di Kalijati Subang.

2. Sambutan Rakyat Indonesia

Kedatangan Jepang di Indonesia pada awalnya disambut dengan


senang hati oleh rakyat Indonesia. Jepang dielu-elukan sebagai
“Saudara Tua” yang dianggap dapat membebaskan bangsa
Indonesia dari kekuasaan Belanda. Sikap simpatik bangsa
Indonesia terhadap Jepang juga dipengaruhi oleh kepercayaan
pada Ramalan Jayabaya.
Dimana-mana terdapat ucapan banzai-banzai (selamat datang-selamat
datang). Pihak Jepang terus melakukan propaganda untuk mendapatkan
dukungan dari rakyat Indonesia. Jepang membentuk “Gerakan Tiga A”
(Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia)

Bentuk propaganda Jepang lainnya adalah:

o Adanya Slogan Hakko ichiu (ajaran tentang kesatuan umat manusia)


o Lagu Indonesia Raya boleh diperdengarkan disambing lagu Kimigayo
o Bendera Merah Putih boleh dikibarkan di samping Bendera Hinomaru
o Barang-barang buatan Jepang dipromosikan melalui radio dengan
harga yang murah
o Menjajnjikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia
o Adanya program Pan-Asia

3. Pembentukan Pemerintahan Militer

Ada 3 wilayah Pemerintahan Militer Jepang yaitu:

Pemerintahan Militer Angkatan Darat, Tentara ke-25 (Tomi Shudan) untuk


Sumatra. Berpusat di Bukittinggi.

Pemerintahan Militer Angkatan Darat, Tentara ke -16 (Asamu Shudan) dan


Angkatan Laut (Dai Ni Nankenkantai) untuk Jawa dan Madura. Berpusat di
Jakarta.

Pemerintah Militer Angkatan Laut, yaitu Armada Selatan ke-2 untuk daerah
Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Berpusat di Makassar.
Taukah kamu apa perbedaan KEDUDUKAN dengan KOLONIAL?

Kenapa Jepang disebut Kedudukan Jepang sedangkan Belanda disebut Kolonial


Belanda???

Tujuan awal Belanda datang ke Indonesia adalah untuk berdagang dengan


kongsi dagangnya yang dikenal dengan VOC. Kekuasaan Militer Belanda
yang ada di Indonesia terdapat di berbagai daerah. Masing-masing daerah
Militer Belanda saling berkoordinasi atau saling berhubungan. Oleh
sebab itu kedatangan Belanda di Indonesia disebut dengan Kolonial Belanda

Tujuan Jepang datang ke Indonesia adalah untuk menjadikan Indonesia


sebagai daerah pertahanan Jepang dalam menghadapi perang. Mendapatkan
cadangan logistic dan bahan industry perang seperti minyak bumi, timah,
dan aluminium untuk kebutuhan Jepang selama perang Asia Pasifik
berlangsung.

Masing-masing daerah Militer Jepang yang ada di Indonesia berpusat di


Bukittinggi, Jakarta, Makassar tidak saling berkoordinasi atau tidak
saling berhubungan satu sama lain. Ketiga daerah tersebut langsung
berkoordinasi dengan pusat atau daerah induk

Osamu Seirei (Undang-undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara ke-16):

o Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan segala kekuasaan
yang dahulu dipegangnya diambil alih oleh Panglima Tentara Jepang yang ada di Jawa
o Para pejabat pemerintahan sipil dan pegawainya dimasa Hindia Belanda tetap diakui
kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan Jepang
o Badan-badan pemerintahan dan undang-undang di masa Belanda tetap diakuik secara sah
utuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer
Jepang

Susuna Pemerintahan Militer Jepang terdiri dari:

o Gunshirekan (panglima tentara)


o Gunseikan (kepala pemerintahan militer)
o Gunseibu (koordinator pemerintahan degan tugas memulihkan ketertiban dan keamanan
atau semacam gubernur)

o
4. Pemerintahan Sipil

Menurut UU No. 28 pemerintahan daerah yang tertingi adalah shu (keresidenan). Seluruh
Pulau Jawa dan Madura kecuali kochi Yogyakarta dan kochi Surakarta dibagi menjadi
daerah-daerah:

o Shu (keresidenan)
o Shi (kotapraja)
o Ken (kabupaten)
o Gun (kewedanan)
o Son (kecamatan)
o Ku (desa/kelurahan)

Pemerintahan shu dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki kekuasaan seperti
gubernur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan legislative dan eksekutif.
Shucokan dibantu oleh Chokan Kanbo (Majelis Permusyawaratan shu). Setiap Chokan
Kanbo memiliki tiga bu (bagian), yaitu:

o Naisebu (bagian pemerintahan umum)


o Kaisaibu (bagian ekonomi)
o Keisatshubu (bagian kepolisian)

B. Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang

Taukah kamu apa perbedaan organisasi pada zaman Belanda dengan


organisasi pada zaman Jepang????

Pada zaman Belanda… organisasi yang berdiri dibentuk oleh


para tokoh Indonesia seperti organisasi Budi Utomo, Sarekat
Islam, dan organisasi lainnya. Organisasi ini bersifat social
kemasyarakatan
Pada zaman Jepang… organisasi yang berdiri dibentuk oleh
Jepang dengan tujuan untuk membantu Jepang dalam Perang
Asia Timur Raya /Perang Asia Pasifik. Organisasi bentukan
Jepang bersifat social kemasyarakatan, semi militer, dan militer

Ada tokoh Indonesia yang mau bekerjasama (kooperatif) dengan Jepang


dan ada tokoh Indonesia yang tidak mau bekerjasama (non kooperatif)
dengan Jepang.

o Kooperatif: Contohnya Ir Soekarno karena terkesan dengan


kemenangan Jepang atas Rusia, dan tertarik dengan
propaganda Jepang

o Non Kooperatif: Contohnya Sultan Syahrir karena Jepang Fasisme


sementara dia anti fasisme. Sehingga Sultan Syahrir
nantinya membuat gerakan bawah tanah.

Para tokoh Indonesia baik yang kooperatif ataupun yang non kooperatif
memanfaatkan organisasi bentukan Jepang untuk kepentingan perjuangan.
Strategi mereka bekerjasama dengan Jepang hanya semata-mata
memanfaatkan Jepang demi kemerdekaan Indonesia.

Salah satu kebijakan Jepang ketika menduduki Indonesia adalah


membubarkan seluruh organisasi yang dibentuk pada zaman Belanda. Tetapi
ada satu organisasi yang diaktifkan kembali oleh Jepang yaitu MIAI karena
MIAI adalah organisasi keagamaan.

Jepang mendekati umat islam karena Jepang menilai bahwa umat islam anti
peradaban barat dan dianggap mampu menjadi kekuatan besar dalam
membantu Jepang menghadapi sekutu.
Organisasi yang dibentuk Jepang digunakan untuk kepentingan
perang seperti sebagai pertahanan, mengerahkan tenaga
pemuda, dan mengumpulkan dana. Tetapi organisasi-
organisasi ini juga dibubarkan oleh Jepang sebab organisasi
dimanfaatkan oleh para tokoh untuk kemerdekaan Indonesia
sehingga dinilai tidak efektif lagi oleh Jepang

Organisasi Sosial Kemasyarakatan


1 Gerakan 3A  Dibentuk tgl 29 Maret 1942
 Tujuan untuk mendapatkan dukungan dari rakyat
Indonesia
 Semboyan: Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung
Asia, Nippon Pemimpin Asia
 Ketua: Mr. Syamsudin dan beberapa tokoh lain
seperti K Sultan Pamuncak dan Moh Saleh
 Kurang mendapat simpati dari rakyat, hanya bertahan
beberapa bulan

2 Pusat Tenaga  Dibentuk tgl 16 April 1943


Rakyat  Tujuan untuk membangun dan menghidupkan
(Putera) kembali segala sesuatu yang telah dihancurkan
Belanda
 Tugas: memusatkan segala potensi masyarakat
Indonesia guna membantu Jepang dalam perang dan
memperbaiki bidang social ekonomi
 Sebab dibubarkan karena dimanfaatkan oleh
pemimpin-pemimpin nasional untuk mempersiapkan
kearah kemerdekaan, tidak digunakan sebagai usaha
menggerakan masa untuk membantu Jepang
3 MIAI  Aktif kembali tgl 4 Sep 1942
 Semboyan: “Berpegang teguhlah kamu sekalian pada
tali Allah dan jangan berpercah belah”
 Ketua majelis pemuda: Ir. Sofwan
 Ketua majelis keputrian: Siti Nurjannah
 Dibubarkan karena dianggap sebagai organisasi yang
tidak memberikan kontribusi terhadap Jepang

4 Masyumi  Ketua: KH. Hasyim Asy’ari


 Wakil: KH. Mas Mansyur dan KH. Wahid Hasyim
 Tujuan: Agar Jepang dapat mengumpulkan dana dan
dapat menggerakan umat islam untuk menopang
kegiatan Perang Asia Timur Raya

5 Jawa  Dibentuk tahun 1944 karena Jepang sudah mulai


Hokokai kalah dalam berbagai pertempuran melawan sekutu
 Pemimpin: Pimpinan pusat dipegang oleh Gunseikan
 Penasehat: Ir. Soekarno dan KH. Hasyim Asy’ari
 Merupakan organisasi pusat yang anggotanya terdiri
dari bermacam-macam Hokokai (himpunan
kebaktian) sesuai dengan profesi masing-masing
 Tujuan: menumbuhkan persatuan dan semangat
rakyat Indonesia baik secara lahir atau batin. Rakyat
diharapkan memberikan darma baktinya kepada
pemerintahan Jepang demi kemenangan perang

Organisasi Semimiliter
1 Pengerahan  Diresmikan tgl 11 Juni 1942
Tenaga  Pimpinan: dr. Slamet Sudibyo dan S.A Saleh
Pemuda  Tujuannya untuk Membantu memperkuat posisi
Jepang dalam menghadapi perang dan sasaran
utama bagi propaganda Jepang
 Program: Pendidikan umum (sekolah rakyat),
pendidikan khusus (BPAR)

2 Seinendan  Merupakan organisasi pemuda yang berusia 14-22


thn
 Tujuannya untuk mendidik dan melatih para pemuda
agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah
airnya dengan kekuatan sendiri
 Fungsinya Sebagai barisan cadangan yang
mengamankan garis belakang
 Para tokoh yang pernah menjadi anggota adalah
Sukarni dan Latief Hendraningrat

3 Keibodan  Beranggotakan para pemuda yang berusia antara 25-


35 thn
 Tujuannya untuk membantu tugas polisi seperti
menjaga lalu lintas dan pengamanan desa
 Pembina Keibodan adalah Departemen Kepolisian
(Keimubu) dan di daerah syu (shu) dibina oleh
bagian kepolisian (Keisatsubu)

4 Fujinkai  Barisan perempuan


 Berdiri Agustus 1943
 Bertugas di garis belakang untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kesehatan masyarakat melalui
kegiatan pendidikan dan kursus-kursus

5 Barisan  Dibentuk 1 November 1944


Pelopor  Ketua: Ir. Soekarno
 Dibantu oleh R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan
Buntaran Martoatmojo
 Tujuannya diharapkan adanya kesadaran rakyat
untuk berkembang, sehingga siap untuk membantu
Jepang dalam mempertahankan Indonesia
 Tugas: Pelatihan militer bagi para pemuda meskipun
hanya menggunakan peralatan yang sederhana
seperti senapan, kayu, dan bamboo

6 Hizbullah  Dibentuk 15 Desember 1944


 Tugas: melatih diri jasmani atau rohani dengan
segiat-giatnya, membantu tentara Jepang, menjaga
bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh,
menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk
kepentingan perang
 Ketua pengurus pusat KH. Zainur Arifin dan
wakilnya Moh. Roem
 Merupakan organisasi semimiliter di bawah naungan
Masyumi

Organisasi Militer
1 Heiho  Pasukan pembantu tentara Jepang yang berusia 18-25
thn
 Syarat keanggotaan: berusia 18-25 thn, berbadan
sehat, berkelakuan baik, dan pendidikan minimal
sekolah dasar
 Tugas: membantu kubu-kubu pertahanan, menjaga
kamp tahanan, dan membantu perang tentara Jepang
di medan perang
 Perwira hanya untuk orang Jepang

2 Peta  Dibentuk 3 Oktober 1943


 Organisasi militer yang pemimpinnya bangsa
Indonesia yang mendapatkan latihan kemiliteran
 Tujuan: membela dan mempertahankan tanah air
Indonesia dari serangan sekutu
 Beberapa tokoh terkenal di dalam Peta adalah
Supriyadi dan Sudirman
 Perwira tidak hanya diperuntukan untuk orang
Jepang, beberapa tokoh Indonesia yang bergabung
telah menjadi perwira
C. Pengerahan dan Penindasan VS Perlawanan

1. Ekonomi Perang

Seluruh kekuatan ekonomi di Indonesia digali


untuk kepentingan perang Jepang atau menopang
kegiatan perang

Wilayah Indonesia sangat kaya


akan SDA, kekayaan alam
Indonesia sangat cocok untuk
industry Jepang

Jepang mengambil kebijakan ekonomi yang disebut “self help” artinya hasil
perekonomian di Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pemerintah Jepang yang ada di Indonesia.

Sewaktu Jepang mendarat di Indonesia tahun 1942, Belanda membumi


hanguskan objek-objek vital seperti jembatan, transportasi, dan objek vital
lainnya sehingga Jepang membangun kembali objek-objek tersebut.

Pada masa Jepang, perkebunan Indonesia mengalami kemunduran, salah


satu penyebabnya karena Jepang memutuskan hubungan dengan Eropa
sehingga tidak perlu menjual hasil bumi seperti kopi, the, gula yang laku
dipasaran dunia

Jepang menggati jenis tanaman perkebunan dengan menanami tanaman yang


berguna untuk kepentingan perang seperti
 Tanaman Jarak yang bijinya diolah sebagai bahan bakar kendaraan
 Tanaman Kina untuk obat Malaria
 Padi dan Jagung

Jepang melakukan perluasan lahan untuk menanam padi dan jagung dengan
melakukan penebangan liar. Sehingga dimusim penghujan terjadi banjir dan
longsor

Ketentuan produksi padi:

 Padi berada langsung di bawah pengawasan pemerintahan Jepang


 Penggiling dan pedagang padi harus beroperasi sesuai dengan
ketentuan Jepang
 Para petani harus menjual padinya ke pemerintahan Jepang sesuai
dengan kuota dan harga yang telah ditentukan

Jepang juga membentuk Tonarigumi yang berfungsi untuk mengawasi


gerak gerik rakyat agar dapat dipantau oleh pemerintah Jepang

 Jepang juga membentuk Tonarigumi yang berfungsi untuk


mengawasi gerak gerik rakyat agar dapat dipantau oleh
pemerintah Jepang
 Tonarigumi atau (RT) masih dipakai dalam pemerintahan
sipil Indonesia sampai saat ini tetapi denga fungsi yang
berbeda
Bank yang ada di zaman Belanda di likuidasi oleh Jepang dan aset-aset bank
tersebut di jual oleh Jepang

Tidak hanya itu Jepang juga mengganti fungsi koperasi yang sudah ada di
Indonesia sejak zaman colonial Belanda sehingga masyarakat menderita

Koperasi yang semulanya bercirikan demokrasi untuk mensejahterakan


rakyat dimanfaatkan Jepang sebagai alat untuk pendistribusian barang-
barang keperluan tentara Jepang. Koperasi zaman Jepang disebut
KUMIAI yang berfungsi sebagai pengumpul barang untuk keperluan
perang

2. Pengendalian Dibidang
Pendidikan dan Kebudayaan

Jepang membatasi kegiatan pendidikan sehingga pendidikan di Indonesia


merosot.

 Jumlah sekolah dasar dari 21.500 menjadi 13.500


 Jumlah sekolah lanjut dari 850 menjadi 20
 Jumlah murid menurun
 Jumlah tenaga kependidikan menurun

Mata pelajaran Bahasa Indonesia dijadikan sebagai mata pelajaran


utama dan bahasa pengantar,

Mata pelajaran Bahasa Jepang menjadi mata pelajaran wajib di


sekolah
Para pelajar harus menghormati budaya dan adat istiadat Jepang

Pelajar harus melakukan kerja bakti (Kinrohoshi) seperti:

 Mengumpulkan bahan-bahan untuk perang


 Menanam bahan makanan, pohon jarak, perbaikan jalan, dan
membersihkan asrama

Pelajar diharuskan mengikuti kegiatan latihan jasmani dan kemiliteran

Pelajar diharuskan menyanyikan lagu Kimigayo, menghormati bendera


Hinomaru, dan melakukan gerak badan (taiso) serta seikerei.

Akibat kebijakan pemerintahan Jepang, angka buta huruf di


Indonesia meningkat.

Pendidikan di Indonesia merosot karena Jepang


menyelenggarakan pendidikan bukan untuk mencerdaskan
rakyat tetapi Jepang menyiapkan pendidikan untuk
kepentingan perang yang berorientasi kepada kemiliteran
Namun perlu kita ketahui bahwa ada dampak positif kebijakan Jepang dalam
bidang pendidan dan budaya yaitu:

Bahasa Indonesia berkembang sampai kepelosok tanah air.


Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa resmi dan bahasa
pendidikan (bahasan pengantar disekolah-sekolah) untuk
memudahkan berkomunikasi

Mengapa demikian??????

Pada masa pendudukan Jepang, Pemerintahan Jepang mengeluarkan


larangan pemakaian bahasa Belanda secara ketat. Oleh karena itu seluruh
pemakaian bahasan Belanda seperti nama tokoh, iklan, nama kota, dan
lainnya diganti dengan bahasa Indonesia atau bahasa Jepang.

Orang Jepang mempelajari bahasa Indonesia untuk memudahkan


berkomunikasi dan juga sebaliknya.

3. Pengerahan Romusa

Panitian pengerahan Romusa disebut Romukyokai


Tenaga kerja dikerahkan bekerja dilingkungan terbuka seperti jalan raya,
bandara, dan lainnya.

Rakyat Indonesia melaksanakan Romusa pada awalnya dengan sukarela


(tanpa digaji) karena tertarik dengan propaganda Jepang,

Lama kelamaan kegiatan sukarela menjadi keharusan dan paksaan

Tenaga kerja dipekerjakan tidak senonoh, bekerja dari pagi hingga petang
tanpa makan yang cukup. Tidak sedikit para pekerja jatuh sakit dan
meninggal.

Untuk menutupi kekejaman Romusa, tahun1943 Jepang melancarkan


kampanye dan propaganda. Jepang menyebut pekerja Romusa sebagai
“pejuang ekonomi” atau “pahlawan pekerja”.

Sekitar 300.000 tenaga Romusa yang awalnya hanya di Jawa dikirim keluar
daerah bahkan sampai keluar negeri seperti ke Vietnam, Burma, dan
Malaysia

4. Perang Melawan Sang Tirani

a. Aceh Angkat Senjata


1. Perlawanan Abdu Jalil

 Dipimpin oleh Abdul Jalil seorang ulama muda, guru mengaji di


daerah Cot Plieng Provinsi Aceh
 Latar belakang karena melihat kekejaman dan kesewenangan
pemerintah pendudukan Jepang terutama Romusa
Jalannya Perlawanan:

 Abdul Jalil berhasil menggerakan rakyat dan para santri


disekitar Cot Plieng. Gerakan ini dianggap berbahaya bagi
pemerintahan pendudukan Jepang.
 Jepang membujuk Abdul Jalil untuk berdamai namun ditolak.
Sehingga pada tanggal 10 November Jepang mengarahkan
pasukannya untuk menyerang Cot Plieng.
 Pada 24 November 1942 Jepang menyerang saat rakyat
sedang menjalankan ibadah shalat subuh.
 Dengan bersenjatakan pedang dan kelewangrakyat Cot Plieng
dapat memukul mundur Jepang.
 Serangan kedua Jepang gagal, tetapi serangan ketiga Jepang
berhasil menghancurkan pertahanan rakyat Cot Plieng.
2. Perlawanan Abdul Hamid
 Abdul Jalil dan pengikutnya gugur pada saat shalat ditembaki
oleh tentara Jepang

 Perlawanan juga muncul di Jangka Buyadi di bawah pimpinan


Gyugun Abdul Hamid
 Untuk menghentikan perlawanan, Jepang menyandera semua
anggota keluarga Abdul Hamid
 Selanjutnya perlawanan berkobar di Pandrah Kabupaten
Bireuh. Perlawanan disebabkan oleh masalah penyetoran padi
dan pengerahan tenaga Romusa. Kerja paksa yang diadakan
Jepang terlalu memakan waktu sehingga para petani hamper
tidak memiliki kesempatan untukmenggarap sawah.
 Jepang juga menancapi bamboo runcing di sawah-sawah
dengan tujuan mencegah sekutu mendaratkan pasukan penerjun
paying.
 Jepang memaksa rakyat untuk menyerahkan hasil panen 50%-
80%.

b. Perlawanan di Singaparna

 Kehidupan masyarakat Singaparna yang religious bertentangan


dengan kebijakan Jepang karena tidak sesuai dengan ajaran
agama islam.
 Kiai Zainal Mustafa dan rakyat Singaparna menentang keras
untuk melakukan seikerei (penghormatan dengan cara
membungkukan badan ke arah matahari terbit).
 Ditambah dengan kekejaman Romusa yang mengutus rakyat
Singaparna bekerja tetapi tidak kembali lagi karena jatuh sakit
lalu meninggal dan tidak dikethui dimana dikuburnya.
 Rakyat diwajibkan menyerahkan padi dan beras dengan
aturan yang sangat berat dan menindas rakyat.
 Bulan Februri 1944 meletus perlawanan yang dipimpin
oleh Kiai Zainal Mustafa pendiri pesantren Sukamanah.
Beliau membentuk “pasukan tempur Sukamanah” yang
dipimpin oleh ajengan Najminudin.
 Sebelum perang dimulai, beberapa utusan dari kepolisian
Jepang dan beberapa rakyat Indonesia ingin mengadakan
perundingan dengan Kiai Zainal Mustafa.
 Polisi Jepang itu dilucuti dan ditahan oleh pengikut Kiai
Zainal Mustafa.
 Seorang anggota polisi disuruh kembali ke Tasikmalaya
untuk melaporkan ultimatum dari Kiai Zainal Mustafa
agar besok segera memerdekakan Jawa dan jika tidak
maka akan terjadi pertempuran dengan Jepang.

 Jepang mengirim utusan kembali ke hari berikutya ke


Sukamanah akan tetapi utusan Jepang itu dinilai sombong
dengan menunjukan bahwa Jepang memiliki kedudukan
yang lebih tinggi dan lebih kuat.
 Hal ini memicu kemarahan Kiai Zainal Mustafa sehingga
terjadilah pertempuran.
 Pertempuran berlangsung kurang lebih satu jam, rakyat
menyerang dengan menggunakan bambu runcing dan
pedang yang diikuti dengan Takbir.
 Karena jumlah pasukan Jepang lebih banyak dan
persenjataannya juga lengkap, tentra Jepang berhasil
mengalahkan pasukan Kiai Zainal Mustafa.
 Kiai Zainal Mustafa ditangkap bersama gurunya Kiai Emar
 Beliau ditangkap bersama 27 orang pengikutnya dibawa ke
Jakarta dan dihukum mati.
 Kiai Emar disiksa oleh polisi Jepang sampai meninggal.

c. Perlawanan di Indramayu

 Perlawanan terjadi di desa Kaplongan, distrik Karangapel


Indramayu pada bulan April 1944. Dipimpin oleh Kiai Arsyad.
 Pada bulan Juli muncul perlawana rakyat di desa Cidempet
Kecamatan Lohbener.
 Latar belakang: rakyat merasa tertindas dengan adanya kebijakan
penarikan hasil padi dan harus langsung dibawa kebalai desa
yang sangat memberatkan.

 Rakyat mengajukan permohonan kepada Jepang agar mereka


mendapatkan sebagian dari hasil panennya.
 Rakyat protes dan melawan tentara Jepang dengan semboyan
“lebih baik mati melawan Jepang dari pada mati kelaparan”.
 Terjadilah perlawanan oleh rakyat, akan tetapi berhasil
digagalkan kembali oleh Jepang karena tentara yang kuat dan
senjata jepang yang lengkap.
d. Perlawnan di Kalimantan

 Perlawanan di Kalimantan dipimpin oleh Pang Suma, seorang


pemimpin suku Dayak.
 Perlawanan Pang Suma dan pengikutnya melawan Jepang dengan
Taktik perang Gerilya di rimba belantara, Sungai, Rawa dan
daerah yang sulit ditempuh.

 Perlawanan Berkobar sengit akan tetapi karena di kalangan


penduduk desa terdapat mata-mata Jepang yang berasal dari
orang Indonesia sendiri sehingga perlawanan perjuangan
Indonesia dapat dipatahkan oleh Jepang.
e. Perlawanan di Irian Barat

 Gerakan Perlawanan di Papua disebut Gerakan Koreri yang


berpusat di Biak yang dipimpin oleh L. Rumkorem.
 Biak merupakan pusat pergolakan melawan Jepang dengan
menggunakan senjata seadanya.
 Mereka menggunakan taktik perang Gerilya.
 Jepang pada akhirnya kewalahan dan meninggalkan Biak.
 Pulau Biak merupakan wilayah bebas dan merdeka yang
pertama di Indonesia.

 Perlawanan meluas ke berbagai daerah seperti ke Yapen


Selatan yang dipimpin oleh Silas Papare.
 Perlawanan Berlangsung lama sampai tentara Jepang
dikalahkan oleh sekutu.
 Rakyat Yapen Selatan mendapat bantuan senjata dari sekutu
dan mengalahkan Jepang.
f. Perlawanan Peta di Blitar

 Pada tanggal 29 Februari tahun 1945 Supriyadi dengan teman-


temannya bergerak melepaskan tembakan Mortir. Senapan
mesin dan granat dari Daidan lalu keluar dengan bersenjata
lengkap.
 Latar belakang perlawanan ini karena melihat penderitaan
rakyat Indonesia akibat penindasanyang dilakukan oleh
Jepang seperti pengumpulan hasil Padi, pengerahan Romusha
dan tindakan yang dilakukan secara paksa tanpa
memperhatikan peri kemanusiaan.

 Jepang mengerahkan pasukan yang semuanya orang Jepang


yang dipersenjatai dengan beberapa Tank dan Pesawat Udara.
 Pimpinan tentara Jepang menyerukan kepada seluruh anggota
Peta yang melakukan serangan agar segera kembali ke induk
kesatuan masing-masing, akan tetapi mereka justru ditangkap,
ditahan dan disiksa oleh polisi Jepang
 Peleton Supriyadi dan Muradi yang masih mengadakan
perlawanan di lereng Gunung Kawi dan Distrik Pare.
 Pasukan Muradi yang sudah menyerah terkena tipu muslihat
Jepang tetap di adili dan dijatuhi hukuman mati.
 Supriyadi tidak jelas ceritanya dan tidak disebut dalam
pengadilan Mahkamah Militer Jepang di Jakarta.

D. Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia

a. Dampak dalam Bidang Politik


1. Melarang penggunaan bahasa Belanda dan mewajibkan penggunaan bahasa Jepang.
Dalam prakteknya, untuk mendapatkan simpati rakyat Indonesia, Jepang juga
mengizinkan penggunaan Bahasa Indonesia dan pengibaran bendera Merah Putih.
2. Struktur pemerintahan disusun sesuai keinginan Jepang.
3. Melakukan seikerei setiap upacara bendera, yaitu penghormatan ke arah Tokyo dengan
membungkukkan badan 90 derajat untuk Kaisar Jepang Tenno Heika.
4. Membentuk pemerintahan militer dengan angkatan darat dan angkatan laut.
5. Jepang membubarkan organisasi-organisasi politik dan melarang segala jenis rapat dan
kegiatan – kegiatan politik
6. Membentuk organisasi-organisasi sebagai alat propaganda, namun sebagian besar
organisasi yang dibentuk oleh Jepang dimanfaatkan tokoh pejuang untuk kepentingan
pergerakan nasional.
7. Jepang mendukung semangat anti-Belanda, sehingga mau tak mau ikut mendukung
semangat nasionalisme Indonesia. Antara lain menolak pengaruh-pengaruh Belanda,
misalnya perubahan nama Batavia menjadi Jakarta.
8. Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang mendekati pemimpin
nasional Indonesia seperti Sukarno dengan harapan agar Sukarno mau membantu
Jepang memobilisasi rakyat Indonesia. Pengakuan Jepang ini mengukuhkan posisi
para pemimpin nasional Indonesia dan memberikan mereka kesempatan memimpin
rakyatnya.
9. Pemerintah Jepang juga menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia
yang diucapkan oleh PM Tojo dalam kunjungannya ke Indonesia pada
September 1943, dan dari janji inilah Jepang kemudian membentuk BPUPKI
dan PPKI. Dengan kehadiran badan ini, memungkinkan Indonesia
membentuk hal-hal yang berkaitan dengan persiapan Indonesia merdeka,
seperti dasar negara Pancasila

b. Dampak dalam Bidang Sosial Budaya


1. Selama masa pendudukan Jepang, kehidupan sosial dan budaya masyarakat
Indonesia sangat memprihatinkan. Penderitaan rakyat bertambah karena segala
kegiatan rakyat dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi
musuh-musuhnya. Terlebih rakyat dijadikan pekerja romusha (kerja paksa zaman Jepang)
sehingga banyak jatuh korban akibat kelaparan dan penyakit.
2. Kesulitan proses komunikasi antarpulau dan dunia luar karena semua saluran
komunikasi dikendalikan Jepang.
3. Semua nama-nama kota yang menggunakan bahasa Belanda diganti Bahasa Indonesia
seperti Batavia menjadi Jakarta dan Buitenzorg menjadi Bogor.
4. Kebijakan Kinrohoshi yaitu tradisi kerja bakti secara massal pada masa pendudukan
Jepang.
5. Kondisi sosial yang sangat parah (kesulitan makanan, penyakit dsb) menyebabkan
maraknya tindak kriminal seperti perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.

c. Dampak dalam Bidang Ekonomi


1. Jepang mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk
kepentingan perang jepang.
2. Jepang mengmbil secara paksa makanan, pakaian dan pembekalan lainnya dari rakyat
Indonesia tanpa kompensasi.
3. Terjadinya inflasi dan krisis ekonomi yang sangat menyengsarakan rakyat.
4. Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang sehingga seluruh potensi SDA dan
bahan mentah lainnya digunakan untuk mendukung industri perang.
5. Penerapan sanksi yang berat oleh Jepang dengan menerapkan sistem ekonomi secara
ketat.
6. Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan
daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang)
7. Perkebunan-perkebunan diawasi dan dipegang sepenuhnya oleh pemerintah
Jepang. Banyak perkebunan yang dirusak dan diganti tanamannya untuk keperluan
biaya perang. Rakyat dilarang menanam tebu dan membuat gula. Beberapa perusahaan
swasta Jepang yang menangani pabrik gula adalah Meiji Seito Kaisya
8. Masyarakat juga diwajibkan untuk melakukan pekerjaan yang dinilai berguna bagi
masyarakat luas, seperti memperbaiki jalan, saluran air, atau menanam pohon jarak. Mereka
melakukannya secara bergantian. Untuk mejalankan tugas tersebut dengan baik, maka
dibentuklah tonarigumi (rukun tetangga) untuk memobilisasi massa dengan efektif.

d. Dampak dalam Bidang Pendidikan


1. Pada masa pendudukan Jepang, keadaan pendidikan di Indonesia semakin memburuk.
Pendidikan tingkat dasar hanya satu, yaitu pendidikan enam tahun. Hal itu sebagai politik
Jepang untuk memudahkan pengawasan.
2. Para pelajar wajib mempelajari bahasa Jepang. Mereka juga harus mempelajari adat
istiadat Jepang dan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo, serta gerak badan sebelum
pelajaran dimulai.
3. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar di semua sekolah dan dianggap
sebagai mata pelajaran wajib
4. Sementara itu, perguruan tinggi di tutup pada tahun 1943. Beberapa perguruan tinggi
yang dibuka lagi adalah Perguruan Tinggi Kedokteran (Ika Daigaku) di Jakarta dan
Perguruan Tinggi Teknik (Kogyo Daigaku) di Bandung. Jepang juga membuka
Akademi Pamong Praja (Konkoku Gakuin) di Jakarta, serta Perguruan Tinggi Hewan
di Bogor. Pada saat itu, perkembangan perguruan tinggi benar-benar mengalami
kemunduran
5. Pelajar juga dianjurkan untuk masuk militer. Mereka diajarkan Heiho atau sebagai
pembantu prajurit. Pemuda-pemuda juga dianjurkan masuk barisan seinenden dan
keibodan (pembantu polisi). Mereka dilatih baris berbaris dan perang meskipun
hanya bersenjatakan kayu. Dalam seinenden mereka dijadikan barisan pelopor
atau suisintai. Barisan pelopor itu mendapat pelatihan yang berat. Latihan militer itu kelak
sangat berguna bagi bangsa kita.
e. Dampak dalam Bidang Militer
Akibat pendudukan Jepang bidang militer Perbedaan antara masa penjajahan
sebelumnya dengan masa pendudukan Jepang adalah rakyat Indonesia mendapatkan
manfaat pengalaman dan pelatihan militer mencakup dalam bidang ketentaraan,
bidang pertahanan, dan bidang keamanan.
Pelatihan militer yang diperoleh rakyat Indonesia adalah: dalam hal dasar-dasar
militer, baris berbaris dan latihan menggunakan senjata, Melalui propagandanya,
Jepang berhasil membujuk penduduk untuk menghadapi Sekutu. Oleh karena itu,
Jepang melatih penduduk dengan latihan-latihan militer. Pada 1943 Jepang semakin
intensif mendidik dan melatih pemuda Indonesia di bidang militer. Jepang membentuk
organisasi semi militer dan organisasi militer yang harus diikuti para pemuda di
Indonesia untuk membantu Jepang yang semakin terdesak oleh Sekutu dalam Perang
Pasifik. Seperti Seinendan, Keibodan (pembantu polisi), Fujinkai, Hizbullah dan
Barisan Pelopor serta Heiho (sebagai pembantu prajurit) dan PETA (Pembela Tanah Air).
Bekas pasukan PETA akan menjadi kekuatan inti Badan Keamanan Rakyat (BKR)
yang menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), merupakan cikal bakal Tentara
Nasional Indonesia (TNI).

Anda mungkin juga menyukai