upaya melestarikan budaya dan nilai luhur, yang harus
dipelihara oleh setiap generasi di daerahnya. Kirab budaya menjadi salah satu bentuk semangat pemajuan kebudayaan dengan objek adat istiadat, seni, bahasa dan teknologi tradisional. Selain itu, di dalam penyelenggaraan kirab juga masyarakat berkolaborasi dengan gotong royong, toleransi dan partisipatif. Kegiatan ini diharapkan nilai-nilai persatuan, kebangsaan, keberagaman dalam bingkai kebhinnekaan yang tertanam dalam jiwa warga masyarakat, sehingga menjadi semangat dan kekuatan untuk menjaga persatuan bangsa. Sistem among memberi tuntunan kepada anak agar Relevansi dari KIRAB BUDAYA yang hidup dapat berkembang dengan selamat sehingga terdapat didaerah kami (grobogan, pati, menumbuhkan jiwa merdeka bagi setiap siswa. rembang, dan semarang) dengan pemikiran Relevansi sistem among dengan KIRAB BUDAYA yang KHD tentang budi pekerti, dimana KIRAB dipaparkan diatas adalah adanya “tuntunan” atau BUDAYA tersebut mampu membangun bimbingan dari para sesepuh di daerah setempat karakter untuk memiliki rasa persatuan, yang memberikan contoh dan membimbing generasi karena didalam KIRAB BUDAYA tersebut muda untuk senantiasa menghargai dan mematuhi menyuguhkan berbagai macam tradisi yang adat – istiadat daerah setempat. Hidup membutuhkan jiwa gotong royong , bermasyarakat harus saling menghargai dan bertoleransi agar dapat menumbuhkan jiwa toleransi dan hal – hal lain yang bersifat merdeka dengan rasa aman dan mencapai esensial. keselamatan serta kebahagiaan. Ki Hajar Dewantara mengingatkan bahwa Pendidikan bertujuan agar anak dapat menyaring pengaruh luar dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik. 1 Sikap Gotong Royong Budaya gotong royong didaerah kita amat kental. Budaya ini memiliki kekuatan di nilai kebersamaan dan kegembiraan. Misalnya ketika suasana duka seperti ada warga yang terkena musibah, maka warga akan bergotong royong membantu hingga mengadakan sumbangan bersama. Begitu juga dengan situasi suka, Ketika ada hajatan atau kegiatan pesta, mereka dengan gembira akan bergotong royong bersama dengan gembira. Pada kasus soal nomor 2 dalam tradisi kirap budaya juga mengajarkan tentang sikap gotong royong yang senantiasa bersama- sama dalam melaksanakan prosesi kirab dengan kompak dan kerjasama yang saling membantu. 2 Pembiasaan Sikap 3S Masyarakat kita terkenal ramah tamah, senyum ketika bertemu, bersalaman dan saling menyapa. Tegur sapa menjadi sesuatu yang sangat kental bagi warga sekitar kita. Jika bertemu, mereka akan langsung bertegur sapa dengan panggilan khas daerahnya. Sebagai contoh, anak Indonesia terbiasa untuk menyapa orang yang lebih dewasa dari dirinya dengan panggilan "Pak" atau "Bu" atau "Kak" dan lain sebagainya. Berbeda dengan orang luar negeri yang memanggil orang langsung dengan menyebut nama orang tersebut. Contoh lainnya, anak Indonesia terbiasa melakukan jabat tangan dengan mencium tangan orang yang dianggap lebih dewasa dari dirinya, hal ini dianggap aneh bagi sebagian orang dari negara lain. 3 Religius
Berdasarkan pemikiran KHD, kita harus mampu menyaring
informasi dari luar. Untuk itu, jiwa religius peserta didik masih tercermin, karena kita adalah bangsa yang beragama maka setiap awal dan akhir pembelajaran selalu diawali dan diakhiri dengan berdo’a. selain itu, dalam nilai luhur kebudayaan kirab yang telah dipaparkan juga tersirat adanya bentuk syukur kepada sang maha esa. Hal ini dapat menebalkan laku religius peserta didik. 4 Nasionalis/ Kebhinekaan Adanya ragam budaya, agama, suku yang berbeda tidak membuat perpecahan antara kami. Peserta didik secara tidak langsung dapat berjiwa nasionalis karena adanya budaya – budaya yang berbeda antar satu daerah dengan daerah lain, hal ini dapat memperkuat berkebhinekaan global. Berikut contoh kondisi saat ini di daerah kami sebagai bentuk konkrit pemikiran KHD yang dapat menebalkan laku peserta didik di kelas: • siswa kelas di sekolah memiliki sikap peduli sesama dengan selalu berinisiatif menjenguk teman yang sakit tanpa disuruh. • siswa pada tingkat sekolah menengah aktif mengikuti kegiatan karang taruna, yang membuat mereka memiliki jiwa gotong royong yang tinggi. hal ini biasanya jarang terjadi di kota besar. • peserta didik masih mengutamakan unggah ungguh kejawen atau tata krama yang tercermin ketika mereka lewat di depan orang yang lebih tua mereka berjalan dengan membungkukkan badannya. Hal ini menunjukkan sikap hormat yang dicontohkan dari sesepuh kami dan masih mengakar kuat hingga diterapkan pada anak didik.